Skripsi Myusrul Falah Rev 05 PDF Free
Skripsi Myusrul Falah Rev 05 PDF Free
Oleh :
MUHAMMAD YUSRUL FALAH
NIM. 4.18.2.0739
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari pembahasan masalah penilitian
tersebut yaitu :
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kWh meter 1 fasa paskabayar.
2. Mengetahui prosedur pengukuran akurasi kWh meter 1 fasa paskabayar.
3. Mengetahui pengaruh usia kWh meter terhadap tingkat akurasi kWh meter.
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan sistematika penulisan
sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
5. BAB V PENUTUP
Memuat tentang kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil pembahasan yang
diperoleh.
BAB II
LANDASAN TEORI
Arus listrik merupakan jumlah total muatan yang melewati suatu lokasi per satuan
waktu. Arus listrik juga bisa didefinisikan sebagai muatan yang bergerak. Selama muatan
tersebut bergerak maka akan muncul arus tetapi ketika muatan tersebut diam maka arus pun
akan hilang. Muatan akan bergerak jika ada energi luar yang mempengaruhinya. Muatan
adalah satuan terkecil dari atom atau sub bagian dari atom. Dimana dalam teori atom modern
menyatakan bahwa atom terdiri dari partikel inti (proton bermuatan positif (+) dan neutron
bersifat netral yang dikelilingi oleh muatan elektron (-), normalnya atom bermuatan netral
(Anonim, n.d.).
Apabila terdapat jumlah muatan q yang melewati luasan sebesar A dalam selang
waktu t , maka besarnya arus listrik merupakan perbandingan antara muatan dan waktu
tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
q
I
t (2.1)
di mana:
t = waktu (s)
Muatan terdiri dari dua jenis yaitu muatan positif dan muatan negatif. Arah arus
searah dengan arah muatan positif (arah arus listrik) atau berlawanan dengan arah aliran
elektron. Suatu partikel dapat menjadi muatan positif apabila kehilangan elektron dan
menjadi muatan negatif apabila menerima elektron dari partikel lain. Coulomb adalah unit
dasar dari international system of units (SI) yang digunakan untuk mengukur muatan listrik
(Halliday & Resnick, 2007).
Arus listrik terdiri dari dua jenis, yaitu arus listrik searah (direct current = DC) dan
arus listrik bolak-balik (alternative current = AC). Arus listrik DC merupakan arus listrik
yang mengalir secara terus-menerus ke satu arah. Grafik perubahan arus DC terhadap waktu
tertentu ditunjukkan pada Gambar 2.1. Dalam industri, arus DC digunakan dengan proses
elektrolisa yaitu proses pemurnian dan pelapisan atau penyepuhan logam.
Arus listrik AC merupakan arus listrik yang mengalir secara bolak-balik dan
mempunyai nilai yang berubah terhadap satuan waktu dengan karakteristik akan selalu
berulang untuk perioda waktu tertentu. Grafik perubahan arus AC terhadap waktu tertentu
ditunjukkan pada Gambar 2.2. Arus AC digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik,
biasanya menggunakan tegangan sebesar 110-220 Volt.
Beda potensial atau tegangan listrik adalah kerja yang dilakukan untuk
menggerakkan satu muatan (sebesar satu C ) pada elemen atau komponen dari satu
terminal/kutub ke terminal/kutub lainnya, atau pada kedua terminal/kutub akan mempunyai
beda potensial jika terjadi perubahan, baik itu pergerakan atau pemindahan muatan sebesar
satu C dari satu terminal ke terminal lainnya. Keterkaitan antara kerja yang dilakukan
sebenarnya adalah energi yang dikeluarkan, sehingga pengertian diatas dapat di persingkat
bahwa tegangan adalah energi persatuan muatan. Terminal/kutub (+) mempunyai potensial
lebih tinggi daripada potensial di terminal/kutub (-). Maka ada dua istilah yang seringkali
dipakai pada rangkaian listrik, yaitu (Halliday & Resnick, 2007):
KWh meter analog merupakan alat penghitung dan pengukur daya aktif terpakai
yang sudah umum digunakan oleh masyarakat sebelum adanya kWh meter digital. KWh
meter analog bekerja berdasarkan sinyal analog dengan menggunakan prinsip induksi medan
magnet. KWh meter analog mempunyai kelas ketelitian dua dan berada di bawah kelas
ketelitian kWh meter digital. Berikut ini adalah gambar kWh meter analog dan
komponennya.
a)
b)
Keterangan komponen:
Wp = kumparan tegangan
Wc = kumparan arus
D = piringan aluminium
KWh meter seperti pada Gambar 2.4 a) sangat umum ditemukan di masyarakat.
Bagian utama dari sebuah kWh meter analog adalah kumparan tegangan, kumparan arus,
piringan aluminium, magnet tetap yang tugasnya menetralkan piringan aluminium dari
induksi medan magnet dan gear mekanik yang mencatat jumlah perputaran piringan
aluminium. Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet di mana medan
magnet tersebut menggerakkan piringan yang terbuat dari aluminium. Putaran piringan
tersebut akan menggerakkan counter digit sebagai tampilan jumlah kWhnya.
Diagram satu garis kWh meter analog ditunjukkan pada Gambar 2.5. Kumparan
berwarna merah merupakan kumparan arus dan kumparan berwarna hitam merupakan
kumparan tegangan.
Pada saat arus beban I mengalir pada kumparan arus, arus akan menimbulkan fluks
magnet
1 . Arus yang melalui kumparan tegangan akan menimbulkam fluks magnet
2
T k .V .I .cos (2.2)
di mana:
k = konstanta (s/rad)
Dari persamaan 2.2 dapat dilihat bahwa torsi putaran lempeng aluminium (T)
sebanding dengan daya aktif ( V .I .cos ) yang dialirkan ke beban. Sehingga semakin besar
daya aktif yang terpakai di sisi beban, maka putaran lempeng aluminium akan semakin cepat
dan begitu sebaliknya. Kwh meter juga dapat dihitung nilai error nya dengan persamaan
berikut.
kWh2 kWh1
%error 100%
kWh1 (2.3)
di mana:
KWh meter analog tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan yang
ada yaitu tingkat ketelitian yang berada di bawah dari kWh meter digital serta fitur dan
komponennya terbilang sederhana dan hanya bisa mengukur daya aktif yang terpakai.
Kelebihan kWh meter analog yaitu harganya relative murah karena penggunaan komponen
yang sederhana. KWh meter analog juga memiliki kesalahan-kesalahan. Diantara kesalahan-
kesalahan kWh meter analog dan cara memperbaikinya yaitu:
a. Penyesuaian Fase
Saat beban kosong, kumparan arus dan tegangan tetap dialiri arus yang bisa
Konstruksi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis adalah seperti yang terdapat pada
Gambar 2.9 di bawah ini.
a. Kotak Meter
Kotak meter (base) dipergunakan untuk tempat menempel bagian- bagian dari
peralatan meter kWh. Kotak meter biasanya terbuat dari logam atau sejenis plastik
yang keras.
b. Tutup Meter kWh
Tutup meter kWh pada umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu tutup dengan bahan plat
seperti kotak kWh meter selanjutnya pada bagian depan diberi kaca dan tutup dari
bahan plastik carbonite
c. Tutup Terminal Blok
Tutup terminal blok pada umumnya terdiri atas dua jenis yaitu tutup dengan bahan
plat seperti kotak kWh dan tutup dari bahan plastik carbonite.
d. Terminal Blok dan Terminal
Bahan untuk terminal blok dibuat dari bahan isolasi yang tahan terhadap suhu uji 135
o
C, sesuai standar ISO 75.
Jepitan meter dengan kedua baut penguatnya dibuat dari logam yang dapat
digunakan baik untuk penghantar tembaga maupun aluminium dengan sifat hantaran
yang tinggi, mempunyai konstruksi mekanis yang kuat dan tahan korosi/oksidasi.
e. Register (Alat Penghitung)
Register dipergunakan untuk mencatat banyaknya putaran piringan, sedangkan
kecepatan putar piringan berbanding lurus dengan beban. Oleh karena itu register
adalah untuk mencatat banyaknya energi listrik yang dipakai oleh beban dalam
waktu t detik. Alat penghitung energi listrik tersebut terbuat dari jenis tabung (drum)
yang terdiri atas 6 (enam) angka, termasuk angka persepuluhan pada angka terakhir,
yang dilengkapi dengan garis-garis skala sebanyak 10 garis yang berjarak sama
diantara tiap dua angka yang berurutan. Gigi-gigi pemindah dibuat dari bahan metal
atau bahan lain yang mempunyai persyaratan setingkat dengan bahan metal. Bentuk
register mekanis adalah seperti pada Gambar 2.10 di bawah ini.
f. Piringan (rotor)
Piringan dipergunakan sebagai suatu bagian yang berputar. Momen putar ini akan
mendapat pengereman dari magnet permanen. Adapun bentuk piringan adalah seperti
pada Gambar 2.11 di bawah ini.
h. Kumparan Tegangan
Pengaturan beban rendah dan faktor daya tidak boleh saling bergantungan
dan tidak boleh mempengaruhi pengaturan beban tinggi dalam batas
kelasnya. Konstruksi penyetelan halus faktor daya berupa 2 jalur kawat
hambatan geser, dengan kawat penghantarnya tetap. Pelaksanaan
pengaturan dilakukan dengan merubah posisis papan hubung-singkat.
Didekat alat penyetel diberi tanda jenis pengaturan LL untuk beban
rendah, FL untuk beban tinggi dan tanda untuk faktor daya. Arah untuk
mempercepat diberi tanda panah + dan memperlambat tanda panah -. Alat
pengatur faktor daya adalah seperti pada Gambar 2.15 di bawah ini.
k. Bantalan Bawah/Atas
I. Elemen Peredam
Elemen peredam dikonstruksikan sedemikian hingga lebar celah tidak
dapat dirubah, dan dibuat dari bahan yang stabil kekuatan magnetnya
(magnet permanen). Adapun bentuk elemen peredam adalah seperti pada
Gambar 2.17 di bawah ini.
Daya merupakan energi yang diberikan pada electron setiap satuan waktu
tertentu. Satu beda potensial V apabila dikenakan pada sebuah beban dan mengalir
arus sebesar I , maka energi yang diberikan kepada masing-masing elektron yang
menghasilkan arus listrik sebanding dengan beda potensialnya. Dengan demikian,
total energi yang diberikan ke sejumlah elektron yang menghasilkan total muatan
sebesar q adalah sebanding dengan V q . Secara matematis, besarnya daya
dapat dituliskan dengan persamaan 2.4 dan 2.5 berikut (Kasman, 2014).
q
P V
t (2.4)
P VI (2.5)
di mana:
P = daya (Watt)
I = arus (A)
di mana:
di mana:
Q = daya reaktif (var)
Daya semu merupakan daya yang diperoleh dari perkalian antara nilai
arus dan nilai tegangan dalam suatu jaringan listrik. Daya semu menunjukkan
kapasitas dari setiap peralatan listrik. Daya semu dapat dirumuskan sebagai
berikut:
S V I (2.8)
di mana:
S = daya semu (volt-ampere)
V = beda potensial (Volt)
I = arus (A)
(Sumber : Analisa Penggunaan kWh meter Pascabayar dan kWh Meter Prabayar 1
Fasa di PT. PLN )
Semakin besar selisih potensial dan jumlah muatan yang dipindahkan,
maka usaha atau energi yang diperlukan akan semakin besar. Secara matematis,
energi dapat dituliskan dengan persamaan 2.9 berikut (Halliday & Resnick, 2007)
(Kasman, 2014).
W qV (2.9)
di mana:
q = muatan listrik ( C )
Kualitas daya merupakan gambaran baik buruknya mutu daya listrik akibat
adanya beberapa jenis gangguan yang terjadi pada sistem kelistrikan. Kualitas
daya listrik mencakup penyimpanan tegangan, arus atau frekuensi yang
mengakibatkan kegagalan, ataupun kesalahan operasi pada peralatan-peralatan
yang terjadi pada saat konsumsi energi listrik. Energi listrik yang didistribusikan
itu disebut dengan daya, sedangkan besarnya daya listrik sebanding dengan
perkalian tegangan dan arus listrik. Suplai daya listrik dapat dikendalikan oleh
kualitas dari tegangan dan tidak dapat dikendalikan oleh arus listrik. Sehingga
bisa dikatakan kualitas daya merupakan kualitas dari tegangan.
Permaslaahan kualitas daya yang mengganggu layanan pada konsumen
diantaranya adalah kedip tegangan (voltage sag), lonjakan tegangan (voltage
swell), tegangan tidak seimbang (unbalance voltage), kelip tegangan (voltage
flicker), dan harmonisa (harmonic). Pada tugas akhir ini difokuskan pada
pembahasan permasalahan kualitas daya nerupa harmonisa. Harmonisa
berpengaruh pada mesin-mesin berputar seperti generator dan motor. Efisiensi
motor yang menurun akan berpengaruh pada umur komponen yang digunakan
karena menerima panas yang berlebihan akibat munculnya fenomena harmonisa
(Surya, 2020).
2.6 Pengaruh Usia Meter KWh terhadap Akurasi Alat
Usia kWh meter dapat mempengaruhi pengukuran nilai daya yang
ditunjukkan oleh kWh meter. Semakin lama usia pemakaian kWh meter, maka nilai
pengukuran dayanya semakin jauh dengan nilai daya yang sebenarnya. Hal ini dapat
menjadikan pengukuran yang tidak akurat dan merugikan kedua belah pihak
(konsumen sebagai pelanggan dan PLN sebagai produsen). Berdasarkan hasil kajian
yang dilakukan oleh (Sutrawan & Ryan, 2020) menjelaskan bahwa apabila diberikan
beban rendah, maka nilai eror kWh meter analog menjadi besar atau melebihi kelas
alat ukur tersebut. Nilai eror yang dihasilkan pada kajian menggunakan kWh meter
analog memiliki rata-rata kesalahan akurasu sebesar 1-3%.
Usia dari meter kWh dapat menjadi salah satu penyebab kesalahan
pembacaan alat ukur. Setelah jangka waktu dari mulai alat ukur dibuat sampai masa
berlakunya, maka berbagai komponen dan elemen dari alat ukur mungkin berubah
dalam keabaian kerjanya dan menghasilkan kesalahan penunjukan alat ukur. Agar
alat ukur tetap bisa digunakan untuk melakukan pengukuran dengan teliti, maka
sebaiknya dilakukan kalibrasi secara berkala, dalam interval waktu antara 6-12 bulan
(Wanfahri, 2013).
Pengujian kWh meter dilakukan mengikuti standar SPLN 60-3:1992
disesuaikan dengan kelas kWh meter. KWh meter harus memenuhi syarat
pengujian karakteristik beban. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan
ukur suatu meter dengan berbagai nilai arus dan batas kesalahan yang diizinkan.
Pengujian awal dilakukan dengan cara memberikan tegangan sebesar tegangan
nominal, arus sebesar 100% arus nominal, faktor daya 1, dan dicatat tingkat
kesalahan (error) kWh meternya. Pengujian kedua dilakukan dengan cara
memberikan tegangan sebesar tegangan nominal, arus sebesar 100% arus nominal,
faktor daya 0,5, dan kemudian dicatat tingkat kesalahan (error) kWh meternya.
Pengujian ketiga dilakukan dengan memberikan tegangan sebesar tegangan
nominal, arus sebesar 5% arus nominal, faktor daya 1, dan kemudian dicatat tingkat
kesalahan (error) kWh meternya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat ketelitian kWh meter
adalah sebagai berikut (Mulyo, 2005):
a. Cara pengiriman dari ruang peneraan ke gudang meter
Faktor ini memberikan pengaruh yang kecil karena jarak lokasi ruang peneraan
dengan gudang tidak jauh dan pengangkatan menggunaan trolly khusus yang
didesain untuk mengangkut meter kWh.
b. Cara penyimpanan (storage) di gudang
Faktor ini juga kecil pengaruhnya karena kondisi gudang yang relatif baik.
c. Cara pengiriman (shipping) dari gudang ke lokasi pelanggan
Faktor ini berkaitan dengan benturan-benturan yang bisa terjadi pada saat
pengiriman meter kWh ke lokasi pelanggan. Hal ini memungkinkan dapat
mengubah posisi komponen-komponen dalam meter kWh yang berakibat
merubah tingkat ketelitian meter kWh. Benturan-benturan tersebut disebabkan
oleh belum tersedianya alat pengangkutan khusus meter kWh dari gudang ke
lokasi pelanggan. Alat yang digunakan biasanya sepeda motor atau mobil yang
belum teruji kelayakannya untuk mengangkut meter kWh. Apalagi jarak gudang
dengan lokasi pelanggan yang relatif sangat jauh dan kondisi jalan yang tidak
bagus.
d. Kondisi lingkungan operasi yang tidak sesuai
Faktor ini dapat berupa letak meter kWh yang sering terkena langsung panas
matahari, kelembaban udara, penggaraman, dan debu. Faktor ini berkorelasi
dengan usia operasi meter kWh. Sehingga semakin lama usia operasi meter
kWh, maka semakin besar faktor lingkungan operasi yang mempengaruhi
tingkat ketelitian meter kWh. Usia operasi meter kWh merupakan rentang
waktu antara saat meter kWh ditera dengan waktu meter kWh dibongkar dari
pelanggan.
e. Desain dan operasi meter kWh
Faktor ini berkaitan dengan kualitas material komponen meter kWh dan
teknologi yang digunakan untuk membuat meter kWh. Faktor ini berkorelasi
dengan usia operasi dan akumulasi kerja meter kWh. Semakin lama usia
operasinya dan semakin besar akumulasi kerjanya, maka semakin besar faktor
tersebut mempengaruhi tingkat ketelitian meter kWh. Akumulasi kerja meter
kWh merupakan jumlah kumulatif piringan meter kWh berputar akibat adanya
sejumlah energi listrik yang melalui meter kWh. Akumulasi kerja meter kWh
identik dengan angka standar meter kWh.
METODE PENELITIAN
Mulai
Pengumpulan data
historis kWh meter
1 phasa paskabayar
Pengelompokkan
umur kWh meter
Melakukan pengukuran
akurasi kWh meter
menggunakan Calmet TE30
Menghitung
ketelitian atau
persentase error
Analisis hubungan
antara usia kWh
meter dengan
akurasi
Selesai
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di PT PLN (Persero) ULP Kuta, Bali.
Waktu penelitian mulai bulan Januari-Februari 2021.
Anonim, Arus Listrik dan Lingkar Arus Searah. In Institur Pertanian Bogor,
Bogor, pp. 1–20.
Halliday & Resnick, 2007, Fundamental of Physics 10th Edition, Cleveland State
University.
Husnawati, H., Passarella, R., Sutarno, S. & Rendyansyah, R., 2013, Perancangan
dan Simulasi Energi Meter Digital Satu Phasa Menggunakan Sensor Arus
ACS712, Jnteti, 2, 4, 307–315.
Latif, U., 2016, Analisis Penggunaan KWH Meter Pascabayar dan KWH Meter
Prabayar 1 Fasa di PT . PLN ( Persero ),
Li, J., Yang, Y., Teng, Z., Zhang, F., Zhong, H. & Liang, C., 2020, A Simple
Calibration Method for Ratio Error and Phase Error of Electronic Energy
Meter, Electr. Power Syst. Res., 186, May, 106416.
Surya, H., 2020, Studi Performance Filter Aktif Satu Fasa untuk Beban Instalasi
Rumah Tunggal. In Politeknik Negeri Bandung, Bandung, pp. 1–7.
Sutrawan & Ryan, I.W., 2020, Analisis Perbandingan kWh Meter Analog dengan
kWh Meter Digital dalam Berbagai Usia Pakai dengan Metode
Perbandingan Besaran Energi PT PLN (Persero) UP3 Teluk Naga,
Universitas Mercu Buana, Jakarta.