Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGARUH USIA KWH METER 1 PHASA


PASKABAYAR TERHADAP TINGKAT AKURASI
ALAT UKUR DI PT PLN (Persero) ULP KUTA

Oleh :
MUHAMMAD YUSRUL FALAH
NIM. 4.18.2.0739

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL
DENPASAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting serta dimanfaatkan
untuk keperluan rumah tangga, tempat umum, pusat perbelanjaan, perkantoran dan
kepentingan perindustrian. Dengan berkembangnya penggunaan energi listrik, maka
diperlukan suatu alat yang dapat mengukur besarnya energi listrik yang telah dipakai oleh
pihak pelanggan pemakai listrik dengan seteliti mungkin, sehingga transaksi jual beli energi
listrik dapat berjalan dengan baik tanpa ada pihak yang dirugikan (Darma, 2019).
Energi meter adalah alat ukur untuk mengukur dan mengetahui kekuatan energi
listrik yang digunakan pada beban/peralatan listrik yang terhubung melalui waktu yang
diberikan (Husnawati et al., 2013). Untuk mengetahui konsumsi energi yang terpakai perlu
adanya alat pengukur energi yang disebut kWh meter. Alat pengukur merupakan suatu alat
yang digunakan untuk mengukur pemakaian energi dan daya yang terpakai oleh konsumen
(PLN, 2011). Kilo watt hour (kWh) meter adalah alat untuk mengukur energi aktif yang
menggunakan suatu alat hitung serta memakai asas induksi. KWh meter digunakan untuk
menghitung jumlah kerja listrik (watt jam) dalam waktu tertentu. Jadi kWh meter dilengkapi
dengan satu buah piringan aluminium serta alat hitung yang dapat disebut penghitung
mekanis (Darma, 2019).
Sumber listrik utama diberikan oleh lembaga listrik negara atau PLN (F.Suryatmo,
1997). PLN dan pelanggan listrik mempunyai hak dan kewajibannya masing-masing, PLN
sebagai produsen listrik mempunyai kewajiban untuk menyalurkan listrik ke pelanggan
secara kontinyu, sedangkan sebagai pelanggan mempunyai kewajiban untuk membayar
tagihan listrik sesuai dengan jumlah energi listrik yang terukur oleh kWh meter. kWh meter
merupakan salah satu alat ukur listrik yang terpenting dan menjadi salah satu aset dengan
jumlah terbanyak pada suatu sistem kerja tenaga listrik di PT PLN. Sebelum pemakaian,
kWh meter harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak PT. PLN dalam
hal ini sebagai penjual energi listrik. Untuk menjamin bahwa kWh meter yang dipakai di
konsumen sesuai dengan standar yang ditetapkan, sehingga perlu dilakukan sebuah peneraan
(Darma, 2019). Tera adalah kegiatan menandai dengan tanda tera sah atau tera batal yang
berlaku, atau memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tanda
tera batal yang berlaku, dilakukan oleh penera berdasarkan pengujian yang dijalankan atas
UTTP (alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapanya) yang belum dipakai (Permendagri No
68, 2018).
Untuk memenuhi kebutuhan pengukuran energi di PT PLN menggunakan 2 fitur
kWh meter yaitu kWh meter Paskabayar dan kWh meter Prabayar (Latif, 2016).
Berdasarkan data tera kWh meter pada bulan Oktober 2020 di ULP Kuta, masih ada kWh
meter 1 fasa paskabayar dengan tahun tera lebih dari 10 tahun. KWh meter 1 fasa
paskabayar di wilayah PLN Kuta menggunakan jenis analog maupun elektronik, alat ukur
energi tipe analog perlu di tera ulang setiap minimal 10 tahun. Tera ulang merupakan
kegiatan menandai berkala dengan tanda-tanda tera sah atau tera batal yang berlaku atau
memberikan keterangan-keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tera batal yang
berlaku, dilakukan oleh Penera berdasarkan pengujian yang dijalankan atas UTTP yang telah
ditera (Permendagri No 68, 2018).
Pengukur energi listrik merupakan peralatan penting dan kunci salah satu komponen
distribusi listrik yang handal, kWh meter dengan presisi dan keandalan tinggi mempunyai
peran penting dalam memastikan keadilan untuk semua transaksi komersial di dalam
transaksi energi listrik (Li et al., 2020). Dikarenakan kemampuan alat ukur harus dipastikan
presisinya dan di satu sisi semakain tua umur kWh meter akurasinya perlu dipertanyakan
agar tidak merugikan semua pihak. Untuk mengetahui pengarug umur kWh meter 1 fasa
paskabayar terhadap kualitas akurasi di wilayah PLN Kuta perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut. Pengukuran akurasi kWh meter dapat menggunakan Calmet TE30, alat ini sudah
sering digunakan di lingkungan PT PLN ULP Kuta untuk mengukur akurasi dan kualitas
kWh meter.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka penlitian ini dilakukan untuk mengukur
akurasi kWh meter dari tahun pembuatan yang berbeda pada kWh 1 fasa paskabayar di
wilayah PLN ULP Kuta. Sehingga, penulis mengangkat skripsi yang berjudul “Pengaruh
usia kWh meter 1 Fasa Paskabayar terhadap tingkat akurasi alat ukur di PT PLN (persero)
ULP kuta”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja kWh meter 1 fasa paskabayar ?
2. Bagaimana prosedur pengukuran akurasi kWh meter 1 fasa paskabayar ?
3. Bagaimana pengaruh usia kWh meter terhadap akurasi kWh meter 1 fasa paskabayar?
1.3 Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan dalam penelitian ini, penulis membatasi beberapa
batasan masalah, sehingga pembahasan yang dilakukan tidak keluar dari tujuan yang ada.
Adapun batasan masalahnya adalah:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kWh meter yang diteliti merupakan faktor
teknis, bukan dari faktor non-teknis dari luar yang dapat mempengaruhi kinerja
pengukuran.
2. Prosedur pengukuran kWh meter 1 fasa paskabayar menggunakan alat Calmet TE30
berada di wilayah kerja PT PLN ULP Kuta.
3. Data sampel pengukuran akurasi kWh meter 1 fasa paskabayar hanya dibedakan
berdasarkan tahun produksi dengan merk kWh meter yang acak.

1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari pembahasan masalah penilitian
tersebut yaitu :
1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kWh meter 1 fasa paskabayar.
2. Mengetahui prosedur pengukuran akurasi kWh meter 1 fasa paskabayar.
3. Mengetahui pengaruh usia kWh meter terhadap tingkat akurasi kWh meter.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penyusunan tugas akhir dibidang teknologi dan rekayasa sebagai
berikut:
1. Manfaat Bagi Penulis
Penelitian ini sebagai sarana untuk menerapkan ilmu-ilmu yang didapat selama
mengikuti perkuliahan di Jurusan Teknik Elektro Universitas Nasional Denpasar, baik
di bidang analisis maupun rancang bangun, dan agar dapat mengembangkan ide-ide dan
menuangkannya langsung berdasarkan permasalahan yang ada di sekitar kita.
2. Manfaat Bagi Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro
Sebagai acuan untuk menambah ilmu pengetahuan dengan demikian karya yang
dihasilkan dapat bermanfaat bagi semua orang.
3. Manfaat Bagi Kampus Undiknas Denpasar
Bagi perguruan tinggi, kegiatan ini merupakan wujud nyata dari Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang ketiga, yaitu pengabdian kepada masyarakat, yaitu kegiatan
civitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kepercayaan dan keyakinan masyarakat akan kemampuan kinerja Universitas Undiknas
Denpasar pada rekayasa teknologi diharapkan mampu mempererat hubungan perguruan
tinggi Universitas Undiknas Denpasar dengan masyarakat sekitarnya.
4. Manfaat bagi masyarakat
Dengan berhasilnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi
masyarakat terutama pelanggan PT PLN

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan sistematika penulisan
sebagai berikut :

1. BAB I PENDAHULUAN
Memuat tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II LANDASAN TEORI


Memuat tentang teori dasar, komponen utama, komponen pendukung penelitian.

3. BAB III METODELOGI PENELITIAN


Memuat tentang metode pelaksanaan penelitian, seperti lokasi dan waktu
penelitian, alat dan bahan, langkah-langkah penelitian dan perencanaannya.

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Memuat tentang pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan.

5. BAB V PENUTUP
Memuat tentang kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil pembahasan yang
diperoleh.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Arus Listrik

Arus listrik merupakan jumlah total muatan yang melewati suatu lokasi per satuan
waktu. Arus listrik juga bisa didefinisikan sebagai muatan yang bergerak. Selama muatan
tersebut bergerak maka akan muncul arus tetapi ketika muatan tersebut diam maka arus pun
akan hilang. Muatan akan bergerak jika ada energi luar yang mempengaruhinya. Muatan
adalah satuan terkecil dari atom atau sub bagian dari atom. Dimana dalam teori atom modern
menyatakan bahwa atom terdiri dari partikel inti (proton bermuatan positif (+) dan neutron
bersifat netral yang dikelilingi oleh muatan elektron (-), normalnya atom bermuatan netral
(Anonim, n.d.).

Apabila terdapat jumlah muatan q yang melewati luasan sebesar A dalam selang
waktu t , maka besarnya arus listrik merupakan perbandingan antara muatan dan waktu
tersebut. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.

q
I
t (2.1)

di mana:

I = arus listrik (A)

q = jumlah muatan ( C ) (1 C = - 6,24 x 1018 elektron)

t = waktu (s)

Muatan terdiri dari dua jenis yaitu muatan positif dan muatan negatif. Arah arus
searah dengan arah muatan positif (arah arus listrik) atau berlawanan dengan arah aliran
elektron. Suatu partikel dapat menjadi muatan positif apabila kehilangan elektron dan
menjadi muatan negatif apabila menerima elektron dari partikel lain. Coulomb adalah unit
dasar dari international system of units (SI) yang digunakan untuk mengukur muatan listrik
(Halliday & Resnick, 2007).

Arus listrik terdiri dari dua jenis, yaitu arus listrik searah (direct current = DC) dan
arus listrik bolak-balik (alternative current = AC). Arus listrik DC merupakan arus listrik
yang mengalir secara terus-menerus ke satu arah. Grafik perubahan arus DC terhadap waktu
tertentu ditunjukkan pada Gambar 2.1. Dalam industri, arus DC digunakan dengan proses
elektrolisa yaitu proses pemurnian dan pelapisan atau penyepuhan logam.

Gambar 2. 1 Grafik perubahan arus DC terhadap waktu


(Sumber : Analisa Penggunaan kWh meter Pascabayar dan kWh Meter Prabayar 1 Fasa di PT. PLN)

Arus listrik AC merupakan arus listrik yang mengalir secara bolak-balik dan
mempunyai nilai yang berubah terhadap satuan waktu dengan karakteristik akan selalu
berulang untuk perioda waktu tertentu. Grafik perubahan arus AC terhadap waktu tertentu
ditunjukkan pada Gambar 2.2. Arus AC digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik,
biasanya menggunakan tegangan sebesar 110-220 Volt.

Gambar 2. 2 Grafik perubahan arus AC terhadap waktu


(Sumber : Analisa Penggunaan kWh meter Pascabayar dan kWh Meter Prabayar 1 Fasa di PT. PLN)

2.2 Beda Potensial Listrik

Beda potensial atau tegangan listrik adalah kerja yang dilakukan untuk

menggerakkan satu muatan (sebesar satu C ) pada elemen atau komponen dari satu
terminal/kutub ke terminal/kutub lainnya, atau pada kedua terminal/kutub akan mempunyai
beda potensial jika terjadi perubahan, baik itu pergerakan atau pemindahan muatan sebesar

satu C dari satu terminal ke terminal lainnya. Keterkaitan antara kerja yang dilakukan
sebenarnya adalah energi yang dikeluarkan, sehingga pengertian diatas dapat di persingkat
bahwa tegangan adalah energi persatuan muatan. Terminal/kutub (+) mempunyai potensial
lebih tinggi daripada potensial di terminal/kutub (-). Maka ada dua istilah yang seringkali
dipakai pada rangkaian listrik, yaitu (Halliday & Resnick, 2007):

a. Tegangan turun (voltage drop)


Jika dipandang dari potensial lebih tinggi ke potensial lebih rendah dalam hal ini dari
terminal A ke terminal B.
b. Tegangan naik (voltage rise)
Jika dipandang dari potensial lebih rendah ke potensial lebih tinggi dalam hal ini dari
terminal B ke terminal A.
Aliran listrik dapat dianalogikan seperti aliran air sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar 2.3. Apabila kedua tabung diletakkan di atas meja, maka permukaan air pada kedua
tabung akan sama dan tidak ada aliran air di dalam pipa. Apabila salah satu tabung diangkat,
maka dengan sendirinya air akan mengalir dari tabung yang tinggi ke tabung yang lebih
rendah. Semakin tinggi tabung diangkat, maka semakin deras aliran air yang mengalir
melalui pipa.

Gambar 2. 3 Aliran air pada tabung bejana berhubungan


(Sumber : blog.umy.ac.id)

Terjadinya aliran tersebut dapat dipahami dengan konsep energi potensial.


Ketinggian tabung menunjukkan besarnya energi potensial yang dimilikinya. Yang paling
penting dalam hal ini adalah perbedaan ketinggian pada kedua tabung yang sekaligus
menentukan besarnya perbedaan potensial. Semakin besar perbedaan potensialnya, maka
semakin deras aliran air dalam pipa.
Konsep yang sama berlaku pada aliran electron dalam sebuah penghantar. Besarnya
arus yang mengalir ditentukan oleh besarnya beda potensial (dalam satuan volt). Pada
sebuah konduktor, semakin besar beda potensialnya, maka semakin besar pula arus yang
mengalir. Beda potensial diukur dari ujung-ujung sebuah konduktor. Dapat juga
dianalogikan sebuah baterai atau aki sebagai tabung yang diangkat. Baterai ini memiliki
energi kimia yang dapat diubah menjadi energi listrik. Apabila baterai tidak digunakan,
maka tidak ada energi yang dilepas, namun perlu diingat bahwa potensial dari baterai masih
ada (Kasman, 2014).

2.3 KWh Meter


Suatu alat penghitung besar pemakaian energi listrik disebut sebagai kWh meter.
Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet di mana medan magnet
tersebut dimanfaatkan untuk kemudian dikonversikan ke dalam nilai/angka untuk
mengetahui besar energi listrik yang digunakan konsumen, dengan demikian besar
penggunaan energi listrik dapat terukur. Besar induksi medan magnet ini tergantung oleh
besar energi listrik yang digunakan. Semakin besar energi listrik yang digunakan konsumen
maka semakin besar pula induksi medan magnet yang dihasilkan, sehingga semakin besar
pula nilai angka yang ditunjukkan. Satuan energi yang dihitung alat ini adalah Watt atau
Kwatt, yang pada umumnya disebut watt-meter/kwatt meter baik dalam satuan Wh (watt
hour) ataupun dalam kWh (kilowatt hour) (Surya, 2020).
PT.PLN (Persero) menggunakan kWh meter untuk menghitung/ mengukur besar
energi listrik yang digunakan pelanggan pada saat pelanggan menggunakan energi listrik.
Besar tagihan listrik dapat dihitung berdasarkan angka-angka yang tertera pada kWh meter,
dan biasanya PT.PLN menghitung/mengukur energi yang digunakan konsumen setiap bulan
(analog/mekanik).
Energi sama dengan kerja yang mampu dilakukan oleh sistem, sedangkan daya
adalah berapa jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan suatu kerja. Dalam satuan SI
energi satuannya adalah joule, tetapi energi listrik diukur dalam satuan watt hour atau
kilowatt hour. Berdasarkan kapasitasnya, kWh meter dibagi menjadi dua yaitu kWh meter 1
fasa dan kWh meter 3 fasa. KWh meter 1 fasa biasanya digunakan untuk pelanggan rumahan
(domestik) yang membutuhkan daya relative kecil di bawah 11.000 VA dengan tegangan
220 V. Sementara kWh meter 3 fasa biasanya digunakan untuk pelanggan yang
membutuhkan daya besar dan menggunakan jaringan listrik 3 fasa dengan tegangan line to
line 380 V (Surya, 2020). Berdasarkan jenisnya, kWh meter dibagi menjadi dua yaitu kWh
meter analog/konvensional (mekanik) dan kWh meter digital. Pada penelitian ini, penulis
hanya focus pada kWh meter mekanin atau analog saja.

KWh meter analog merupakan alat penghitung dan pengukur daya aktif terpakai
yang sudah umum digunakan oleh masyarakat sebelum adanya kWh meter digital. KWh
meter analog bekerja berdasarkan sinyal analog dengan menggunakan prinsip induksi medan
magnet. KWh meter analog mempunyai kelas ketelitian dua dan berada di bawah kelas
ketelitian kWh meter digital. Berikut ini adalah gambar kWh meter analog dan
komponennya.

a)

b)

Gambar 2. 4 a) kWh meter analog b) komponen kWh meter analog


(Sumber : Analisa Penggunaan kWh meter Pascabayar dan kWh Meter Prabayar 1 Fasa di PT. PLN)

Keterangan komponen:

Cp = inti besi kumparan tegangan

Cc = inti besi kumparan arus

Wp = kumparan tegangan

Wc = kumparan arus
D = piringan aluminium

I = gear mekanik pencatat putaran piringan

M = magnet permanen sebagai pengerem piringan saat tidak berbeban

S = kumparan penyesuai beda fase antara arus dan tegangan

KWh meter seperti pada Gambar 2.4 a) sangat umum ditemukan di masyarakat.
Bagian utama dari sebuah kWh meter analog adalah kumparan tegangan, kumparan arus,
piringan aluminium, magnet tetap yang tugasnya menetralkan piringan aluminium dari
induksi medan magnet dan gear mekanik yang mencatat jumlah perputaran piringan
aluminium. Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet di mana medan
magnet tersebut menggerakkan piringan yang terbuat dari aluminium. Putaran piringan
tersebut akan menggerakkan counter digit sebagai tampilan jumlah kWhnya.

Diagram satu garis kWh meter analog ditunjukkan pada Gambar 2.5. Kumparan
berwarna merah merupakan kumparan arus dan kumparan berwarna hitam merupakan
kumparan tegangan.

Gambar 2. 5 Diagram satu garis kWh meter analog satu fasa


(Sumber: digilib.polban.ac.id)
Jika kWh meter dihubungkan ke sumber satu fasa, maka piringan aluminium akan
mendapat torsi yang membuatnya berputar dengan kepresisian sangat tinggi. Semakin besar
daya yang dipakai maka putaran pada piringan akan semakin cepat, begitu pula sebaliknya.
Pada piringan aluminium kWh meter terdapat garis berwarna hitam atau merah, fungsinya
adalah sebagai indicator putaran. Biasanya pada kWh meter satu fasa, 1 kWh setara dengan
900 putaran piringan (Surya, 2020).
Prinsip kerja dari kWh meter analog ditunjukkan pada Gambar 2.6 berikut.

Gambar 2. 6 Prinsip kerja kWh meter analog


(Sumber : Studi sistem peneraan kWh meter)
Gambar 2.6 menggambarkan medan magnet memutarkan piringan alumunium. Arus
listrik yang melalui kumparan arus mengalir sesuai dengan perubahan arus terhadap waktu.
Hal ini menimbulkan adanya medan di permukaan kawat tembaga pada koil kumparan arus.
Kumparan tegangan membantu mengarahkan medan magnet agar menerpa permukaan
alumunium sehingga terjadi suatu gesekan antara piringan alumunium dengan medan
magnet di sekelilingnya. Dengan demikian, piringan tersebut mulai berputar dan kecepatan
putarnya dipengaruhi oleh besar kecilnya arus listrik yang melalui kumparan arus.

Pada saat arus beban I mengalir pada kumparan arus, arus akan menimbulkan fluks

magnet
1 . Arus yang melalui kumparan tegangan akan menimbulkam fluks magnet
2

dengan kondisi perbedaan fasa sebesar 90 dengan


1 . Perbedaan fase antara
1 dan
2
menyebabkan momen gerak pada lempeng aluminium sehingga lempeng tersebut berputar
sedemikian rupa. Putaran lempeng aluminium ini diteruskan pada roda-roda pencatat/gear
mekanik yang selanjutnya akan menjalankan counter. Besarnya torsi yang ada pada lempeng
aluminium sebanding dengan besarnya arus dan tegangan, sehingga menghasilkan
persamaan matematis:

T  k .V .I .cos  (2.2)

di mana:
k = konstanta (s/rad)

V = beda potensial (Volt)


I = arus (A)

cos  = sudut antara V dan I

Dari persamaan 2.2 dapat dilihat bahwa torsi putaran lempeng aluminium (T)

sebanding dengan daya aktif ( V .I .cos  ) yang dialirkan ke beban. Sehingga semakin besar
daya aktif yang terpakai di sisi beban, maka putaran lempeng aluminium akan semakin cepat
dan begitu sebaliknya. Kwh meter juga dapat dihitung nilai error nya dengan persamaan
berikut.

kWh2  kWh1
%error   100%
kWh1 (2.3)

di mana:

kWh2 = kWh terpakai

kWh1 = kWh hitung

KWh meter analog tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan yang
ada yaitu tingkat ketelitian yang berada di bawah dari kWh meter digital serta fitur dan
komponennya terbilang sederhana dan hanya bisa mengukur daya aktif yang terpakai.
Kelebihan kWh meter analog yaitu harganya relative murah karena penggunaan komponen
yang sederhana. KWh meter analog juga memiliki kesalahan-kesalahan. Diantara kesalahan-
kesalahan kWh meter analog dan cara memperbaikinya yaitu:
a. Penyesuaian Fase

Perbedaan fase antara


1 dan
2 tidak selalu 90 , hal ini dikarenakan adanya rugi-
rugi pada inti besi kumparan dan adanya tekanan pada kumparan tegangan. Untuk mengatasi
hal ini perlu dipasang kumparan penyesuaian fase pada inti kumparan tegangan.
b. Penyesuaian pada Beban Berat

Saat beban mengalami peningkatan, maka


1 akan bertambah besar. Pertambahan
ini menimbulkan arus pusar (eddy current) pada piringan aluminium dan akan
menyebabkan perubahan volume, sehingga mengakibatkan momen lawan yang dapat
mempengaruhi piringan. Untuk mengatasinya perlu dipasang shunt magnetis pada saat
terjadinya beban penuh, fluks tidak sepenuhnya dapat menimbulkan momen lawan. Prinsip
pengatur beban berat ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2. 7 a) Prinsip pengatur beban b) arus pusar pada piringan


(Sumber : Jasa pendidikan dan Pelatihan PT PLN)
c. Penyesuaian pada Beban Ringan
Kesalahan putaran terjadi akibat terjadinya gaya gesek pada piringan terutama saat
beban sedang ringan. Untuk mengatasinya dibuat sebuah cincin tembaga yang ditempatkan
di antara kumparan tegangan dengan piringan yang dipasang condong ke arah gerak putar
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2. 8 Prinsip pengatur beban ringan


(Sumber : Jasa pendidikan dan Pelatihan PT PLN)
d. Putaran pada Beban Kosong

Saat beban kosong, kumparan arus dan tegangan tetap dialiri arus yang bisa

menggerakkan piringan. Agar piringan tidak bergerak oleh fluks


2 , maka piringan dibuat
satu lubang. Pada saat lubang piringan berada tepat di bawah kumparan, lubang ini berfungsi
untuk mengganggu terjadinya arus pusar yang terjadi, sehingga momen yang ditimbulkan

oleh fluks magnet


2 berkurang dan piringan berhenti.

2.4 Konstruksi kWh meter mekanik 1 Fasa

Konstruksi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis adalah seperti yang terdapat pada
Gambar 2.9 di bawah ini.

Gambar 2. 9 Konstruksi meter kWh 1 fasa mekanis


(Sumber : Penurunan Akurasi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis)

Bagian-bagian meter kWh elektro-mekanis 1 fasa adalah sebagai berikut:

a. Kotak Meter
Kotak meter (base) dipergunakan untuk tempat menempel bagian- bagian dari
peralatan meter kWh. Kotak meter biasanya terbuat dari logam atau sejenis plastik
yang keras.
b. Tutup Meter kWh
Tutup meter kWh pada umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu tutup dengan bahan plat
seperti kotak kWh meter selanjutnya pada bagian depan diberi kaca dan tutup dari
bahan plastik carbonite
c. Tutup Terminal Blok
Tutup terminal blok pada umumnya terdiri atas dua jenis yaitu tutup dengan bahan
plat seperti kotak kWh dan tutup dari bahan plastik carbonite.
d. Terminal Blok dan Terminal
Bahan untuk terminal blok dibuat dari bahan isolasi yang tahan terhadap suhu uji 135
o
C, sesuai standar ISO 75.
Jepitan meter dengan kedua baut penguatnya dibuat dari logam yang dapat
digunakan baik untuk penghantar tembaga maupun aluminium dengan sifat hantaran
yang tinggi, mempunyai konstruksi mekanis yang kuat dan tahan korosi/oksidasi.
e. Register (Alat Penghitung)
Register dipergunakan untuk mencatat banyaknya putaran piringan, sedangkan
kecepatan putar piringan berbanding lurus dengan beban. Oleh karena itu register
adalah untuk mencatat banyaknya energi listrik yang dipakai oleh beban dalam
waktu t detik. Alat penghitung energi listrik tersebut terbuat dari jenis tabung (drum)
yang terdiri atas 6 (enam) angka, termasuk angka persepuluhan pada angka terakhir,
yang dilengkapi dengan garis-garis skala sebanyak 10 garis yang berjarak sama
diantara tiap dua angka yang berurutan. Gigi-gigi pemindah dibuat dari bahan metal
atau bahan lain yang mempunyai persyaratan setingkat dengan bahan metal. Bentuk
register mekanis adalah seperti pada Gambar 2.10 di bawah ini.

Gambar 2. 10 Register mekanis


(Sumber : Penurunan Akurasi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis)

f. Piringan (rotor)

Piringan dipergunakan sebagai suatu bagian yang berputar. Momen putar ini akan
mendapat pengereman dari magnet permanen. Adapun bentuk piringan adalah seperti
pada Gambar 2.11 di bawah ini.

Gambar 2. 11 Piringan (rotor)


(Sumber : Penurunan Akurasi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis)
g. Kumparan Arus
Kumparan arus dipergunakan untuk membangkitkan fluks bolak-balik
yang berbanding lurus dengan arus beban. Bentuk kumparan arus adalah
seperti pada Gambar 2.12 di bawah ini.

Gambar 2. 12 Kumparan arus


(Sumber : Penurunan Akurasi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis)

h. Kumparan Tegangan

Kumparan tegangan dipergunakan untuk membangkitkan fluks bolak-


balik yang berbanding lurus dengan tegangan beban. Adapun bentuk
kumparan tegangan adalah seperti pada Gambar 2.13 di bawah ini.

Gambar 2. 13 Kumparan tegangan


(Sumber : Penurunan Akurasi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis)

i. Pengatur Kecepatan Putaran


Alat-alat penyetel kecepatan putaran piringan harus stabil, posisinya tidak
dapat diubah karena getaran atau bantingan, tidak ada bagian yang mudah
pecah dan aus. Penyetelan pada beban tinggi dan beban rendah dengan
cara ulir halus (mikrometris). Bentuk alat pengatur kecepatan putaran
adalah seperti pada Gambar 2.14 berikut ini.
Gambar 2. 14 Alat pengatur kecepatan putaran
(Sumber : Penurunan Akurasi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis)

j. Pengatur Faktor Daya

Pengaturan beban rendah dan faktor daya tidak boleh saling bergantungan
dan tidak boleh mempengaruhi pengaturan beban tinggi dalam batas
kelasnya. Konstruksi penyetelan halus faktor daya berupa 2 jalur kawat
hambatan geser, dengan kawat penghantarnya tetap. Pelaksanaan
pengaturan dilakukan dengan merubah posisis papan hubung-singkat.
Didekat alat penyetel diberi tanda jenis pengaturan LL untuk beban
rendah, FL untuk beban tinggi dan tanda untuk faktor daya. Arah untuk
mempercepat diberi tanda panah + dan memperlambat tanda panah -. Alat
pengatur faktor daya adalah seperti pada Gambar 2.15 di bawah ini.

Gambar 2. 15 Pengatur faktor daya


(Sumber : Penurunan Akurasi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis)

k. Bantalan Bawah/Atas

Bantalan bawah/atas adalah untuk poros piringan berupa bantalan batu


ganda atau magnet apung jenis tarikan atau tolakan. Adapun bentuknya
adalah seperti pada Gambar 2.16 di bawah ini.

Gambar 2. 16 Bantalan atas dan bawah


(Sumber : Penurunan Akurasi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis)

I. Elemen Peredam
Elemen peredam dikonstruksikan sedemikian hingga lebar celah tidak
dapat dirubah, dan dibuat dari bahan yang stabil kekuatan magnetnya
(magnet permanen). Adapun bentuk elemen peredam adalah seperti pada
Gambar 2.17 di bawah ini.

Gambar 2. 17 Elemen peredam


(Sumber : Penurunan Akurasi meter kWh 1 fasa jenis elektro-mekanis)

2.5 Daya Listrik

Daya merupakan energi yang diberikan pada electron setiap satuan waktu

tertentu. Satu beda potensial V apabila dikenakan pada sebuah beban dan mengalir
arus sebesar I , maka energi yang diberikan kepada masing-masing elektron yang
menghasilkan arus listrik sebanding dengan beda potensialnya. Dengan demikian,
total energi yang diberikan ke sejumlah elektron yang menghasilkan total muatan
sebesar q adalah sebanding dengan V q . Secara matematis, besarnya daya
dapat dituliskan dengan persamaan 2.4 dan 2.5 berikut (Kasman, 2014).

q
P V
t (2.4)

P  VI (2.5)

di mana:

P = daya (Watt)

I = arus (A)

V = beda potensial (Volt)

Aplikasi daya listrik dalam kehidupan sehari-hari yaitu lampu yang


menerima dan menyerap daya listrik kemudian mengubahnya menjadi cahaya.
Semakin tinggi daya yang dihasilkan pada sebuah beban listrik, maka semakin
tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya. Terdapat tiga macam daya pada
sistem tenaga listrik AC, yaitu:

a. Daya Aktif (P)


Daya aktif merupakan daya yang sebenarnya digunakan oleh beban listrik.
Daya aktif bisa dikonversi menjadi bentuk tenaga lain seperti cahaya, panas,
bunyi, dan lain-lain. Daya aktif dapat dirumuskan sebagai berikut:
P  V  I  cos  (2.6)

di mana:

P = daya aktif (watt)


V = beda potensial (Volt)
I = arus (A)

cos  = perbandingan antara daya nyata dan daya semu

b. Daya Reaktif (Q)


Daya reaktif merupakan daya yang digunakan untuk membangkitkan
medan magnet pada kumparan beban yang bersifat induktif. Daya aktif
merupakan daya tidak nyata yang menunjukkan pergeseran grafik sinusoidal arus
dan tegangan listrik bolak-balik akibat adanya beban reaktif. Secara matematis
daya reaktif dirumuskan sebagai:
Q  V  I  sin  (2.7)

di mana:
Q = daya reaktif (var)

V = beda potensial (Volt)


I = arus (A)

sin  = perbandingan antara daya nyata dan daya semu

c. Daya Semu (S)

Daya semu merupakan daya yang diperoleh dari perkalian antara nilai
arus dan nilai tegangan dalam suatu jaringan listrik. Daya semu menunjukkan
kapasitas dari setiap peralatan listrik. Daya semu dapat dirumuskan sebagai
berikut:

S V I (2.8)

di mana:
S = daya semu (volt-ampere)
V = beda potensial (Volt)
I = arus (A)

Sedangkan untuk energi listrik adalah banyaknya energi yang terserap


(terpakai) oleh hambatan atau beban. Besarnya usaha atau energi yang diperlukan
untuk memindahkan muatan listrik ditentukan oleh jumlah muatan atau selisih
potensial ujung-ujung penghantar sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.18.
Gambar 2. 18 Proses pemindahan muatan listrik

(Sumber : Analisa Penggunaan kWh meter Pascabayar dan kWh Meter Prabayar 1
Fasa di PT. PLN )
Semakin besar selisih potensial dan jumlah muatan yang dipindahkan,
maka usaha atau energi yang diperlukan akan semakin besar. Secara matematis,
energi dapat dituliskan dengan persamaan 2.9 berikut (Halliday & Resnick, 2007)
(Kasman, 2014).
W  qV (2.9)

di mana:

W = usaha atau energi listrik (Joule)

V = beda potensial (Volt)

q = muatan listrik ( C )

Kualitas daya merupakan gambaran baik buruknya mutu daya listrik akibat
adanya beberapa jenis gangguan yang terjadi pada sistem kelistrikan. Kualitas
daya listrik mencakup penyimpanan tegangan, arus atau frekuensi yang
mengakibatkan kegagalan, ataupun kesalahan operasi pada peralatan-peralatan
yang terjadi pada saat konsumsi energi listrik. Energi listrik yang didistribusikan
itu disebut dengan daya, sedangkan besarnya daya listrik sebanding dengan
perkalian tegangan dan arus listrik. Suplai daya listrik dapat dikendalikan oleh
kualitas dari tegangan dan tidak dapat dikendalikan oleh arus listrik. Sehingga
bisa dikatakan kualitas daya merupakan kualitas dari tegangan.
Permaslaahan kualitas daya yang mengganggu layanan pada konsumen
diantaranya adalah kedip tegangan (voltage sag), lonjakan tegangan (voltage
swell), tegangan tidak seimbang (unbalance voltage), kelip tegangan (voltage
flicker), dan harmonisa (harmonic). Pada tugas akhir ini difokuskan pada
pembahasan permasalahan kualitas daya nerupa harmonisa. Harmonisa
berpengaruh pada mesin-mesin berputar seperti generator dan motor. Efisiensi
motor yang menurun akan berpengaruh pada umur komponen yang digunakan
karena menerima panas yang berlebihan akibat munculnya fenomena harmonisa
(Surya, 2020).
2.6 Pengaruh Usia Meter KWh terhadap Akurasi Alat
Usia kWh meter dapat mempengaruhi pengukuran nilai daya yang
ditunjukkan oleh kWh meter. Semakin lama usia pemakaian kWh meter, maka nilai
pengukuran dayanya semakin jauh dengan nilai daya yang sebenarnya. Hal ini dapat
menjadikan pengukuran yang tidak akurat dan merugikan kedua belah pihak
(konsumen sebagai pelanggan dan PLN sebagai produsen). Berdasarkan hasil kajian
yang dilakukan oleh (Sutrawan & Ryan, 2020) menjelaskan bahwa apabila diberikan
beban rendah, maka nilai eror kWh meter analog menjadi besar atau melebihi kelas
alat ukur tersebut. Nilai eror yang dihasilkan pada kajian menggunakan kWh meter
analog memiliki rata-rata kesalahan akurasu sebesar 1-3%.
Usia dari meter kWh dapat menjadi salah satu penyebab kesalahan
pembacaan alat ukur. Setelah jangka waktu dari mulai alat ukur dibuat sampai masa
berlakunya, maka berbagai komponen dan elemen dari alat ukur mungkin berubah
dalam keabaian kerjanya dan menghasilkan kesalahan penunjukan alat ukur. Agar
alat ukur tetap bisa digunakan untuk melakukan pengukuran dengan teliti, maka
sebaiknya dilakukan kalibrasi secara berkala, dalam interval waktu antara 6-12 bulan
(Wanfahri, 2013).
Pengujian kWh meter dilakukan mengikuti standar SPLN 60-3:1992
disesuaikan dengan kelas kWh meter. KWh meter harus memenuhi syarat
pengujian karakteristik beban. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kesalahan
ukur suatu meter dengan berbagai nilai arus dan batas kesalahan yang diizinkan.
Pengujian awal dilakukan dengan cara memberikan tegangan sebesar tegangan
nominal, arus sebesar 100% arus nominal, faktor daya 1, dan dicatat tingkat
kesalahan (error) kWh meternya. Pengujian kedua dilakukan dengan cara
memberikan tegangan sebesar tegangan nominal, arus sebesar 100% arus nominal,
faktor daya 0,5, dan kemudian dicatat tingkat kesalahan (error) kWh meternya.
Pengujian ketiga dilakukan dengan memberikan tegangan sebesar tegangan
nominal, arus sebesar 5% arus nominal, faktor daya 1, dan kemudian dicatat tingkat
kesalahan (error) kWh meternya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tingkat ketelitian kWh meter
adalah sebagai berikut (Mulyo, 2005):
a. Cara pengiriman dari ruang peneraan ke gudang meter
Faktor ini memberikan pengaruh yang kecil karena jarak lokasi ruang peneraan
dengan gudang tidak jauh dan pengangkatan menggunaan trolly khusus yang
didesain untuk mengangkut meter kWh.
b. Cara penyimpanan (storage) di gudang
Faktor ini juga kecil pengaruhnya karena kondisi gudang yang relatif baik.
c. Cara pengiriman (shipping) dari gudang ke lokasi pelanggan
Faktor ini berkaitan dengan benturan-benturan yang bisa terjadi pada saat
pengiriman meter kWh ke lokasi pelanggan. Hal ini memungkinkan dapat
mengubah posisi komponen-komponen dalam meter kWh yang berakibat
merubah tingkat ketelitian meter kWh. Benturan-benturan tersebut disebabkan
oleh belum tersedianya alat pengangkutan khusus meter kWh dari gudang ke
lokasi pelanggan. Alat yang digunakan biasanya sepeda motor atau mobil yang
belum teruji kelayakannya untuk mengangkut meter kWh. Apalagi jarak gudang
dengan lokasi pelanggan yang relatif sangat jauh dan kondisi jalan yang tidak
bagus.
d. Kondisi lingkungan operasi yang tidak sesuai
Faktor ini dapat berupa letak meter kWh yang sering terkena langsung panas
matahari, kelembaban udara, penggaraman, dan debu. Faktor ini berkorelasi
dengan usia operasi meter kWh. Sehingga semakin lama usia operasi meter
kWh, maka semakin besar faktor lingkungan operasi yang mempengaruhi
tingkat ketelitian meter kWh. Usia operasi meter kWh merupakan rentang
waktu antara saat meter kWh ditera dengan waktu meter kWh dibongkar dari
pelanggan.
e. Desain dan operasi meter kWh
Faktor ini berkaitan dengan kualitas material komponen meter kWh dan
teknologi yang digunakan untuk membuat meter kWh. Faktor ini berkorelasi
dengan usia operasi dan akumulasi kerja meter kWh. Semakin lama usia
operasinya dan semakin besar akumulasi kerjanya, maka semakin besar faktor
tersebut mempengaruhi tingkat ketelitian meter kWh. Akumulasi kerja meter
kWh merupakan jumlah kumulatif piringan meter kWh berputar akibat adanya
sejumlah energi listrik yang melalui meter kWh. Akumulasi kerja meter kWh
identik dengan angka standar meter kWh.

2.7 Calmet TE30


Calmet TE30 Analyzer merupakan untuk verifikasi kabel jaringan daya
dengan mengukur dan mencatat parameter jaringan daya, pengujian kWh meter
listrik dan trafo instrumen (CT Current Transformers dan PT Potential
Transformers) langsung di lokasi dan juga mengukur, merekam, dan menganalisis
kualitas daya.
Fungsi dasar Calmet TE30 adalah:
a) Mengukur dan merekam parameter jaringan daya tiga fase dengan tampilan
digital dan osiloskop.
b) Verifikasi kabel jaringan daya dengan pengukuran dan pencatatan parameter
jaringan daya.
c) Pengujian kWh meter listrik langsung.
d) Pengujian CT arus LV dan MV serta transformator PT potensial secara
bersamaan dalam tiga fase langsung.
e) Pengukuran parameter kualitas daya menurut IEC 61000-4-30 kelas A.
Calmet TE30 PC Soft memungkinkan pembacaan data (hasil pengukuran
dan pengujian, pengaturan penganalisis yang sebenarnya) dan kontrol penganalisis
(pemilihan fungsi dan pemasukan data) melalui salah satu antarmuka: USB,
Ethernet, dan Bluetooth.
Beragam tegangan catu daya dari 50V hingga 450V memungkinkan
pengalokasian daya yang aman langsung dari rangkaian pengukuran dari tegangan
L-N dalam jaring 3x57V hingga tegangan L-L dalam jaring 3x230V (kecuali
fungsi pengukuran beban transformator).
Baterai isi ulang internal memungkinkan buffering penganalisis selama 2
jam jika jaringan listrik mati. Pengisi daya baterai internal memungkinkan
pengisian baterai internal yang mudah dengan waktu pengisian 4 jam. Analyzer
Calmet TE30 ditempatkan dalam wadah plastik keras dengan pegangan, memiliki
dimensi yang ringkas dan benar-benar portable seperti ditunjukkan pada Gambar
2.22 berikut.
Gambar 2. 19 Alat Calmet TE30

(Sumber : TE30 Manual EN 2018-07)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Pengumpulan data
historis kWh meter
1 phasa paskabayar

Pengelompokkan
umur kWh meter

Melakukan pengukuran
akurasi kWh meter
menggunakan Calmet TE30

Membandingkan hasil perhitungan energi


dari kWh meter dengan hasil penunjukan
akurasi pada Calmet TE30

Menghitung
ketelitian atau
persentase error

Analisis hubungan
antara usia kWh
meter dengan
akurasi

Selesai
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di PT PLN (Persero) ULP Kuta, Bali.
Waktu penelitian mulai bulan Januari-Februari 2021.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data historis kWh meter 1 phasa paskabayar yang telah
beroperasi/terpasang pada pelanggan PT PLN ULP Kuta, Bali.
b. Mengambil kWh meter yang terpasang di pelanggan dan melakukan
pengujian tingkat ketelitian/error pada kWh meter tersebut.
c. Melakukan analisis data menggunakan aplikasi program SPSS for windows.
3.4 Alat dan Bahan
3.5 Tahapan Penelitian
3.6 Pengujian Sistem
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Arus Listrik dan Lingkar Arus Searah. In Institur Pertanian Bogor,
Bogor, pp. 1–20.

Darma, S., 2019, Studi sistem peneraan kwh meter, 4, 3, 158–165.

F.Suryatmo, 1997, Dasar-Dasar Teknik Listrik,

Halliday & Resnick, 2007, Fundamental of Physics 10th Edition, Cleveland State
University.

Husnawati, H., Passarella, R., Sutarno, S. & Rendyansyah, R., 2013, Perancangan
dan Simulasi Energi Meter Digital Satu Phasa Menggunakan Sensor Arus
ACS712, Jnteti, 2, 4, 307–315.

Kasman, D., 2014, Arus dan Tegangan Listrik. In Universitas Diponegoro,


Semarang, pp. 1–6.

Latif, U., 2016, Analisis Penggunaan KWH Meter Pascabayar dan KWH Meter
Prabayar 1 Fasa di PT . PLN ( Persero ),

Li, J., Yang, Y., Teng, Z., Zhang, F., Zhong, H. & Liang, C., 2020, A Simple
Calibration Method for Ratio Error and Phase Error of Electronic Energy
Meter, Electr. Power Syst. Res., 186, May, 106416.

Mulyo, E.H., 2005, PENURUNAN AKURASI METER KWH 1 FASA JENIS


ELEKTRO-MEKANIS PADA PELANGGAN RUMAH TANGGA KECIL
DI PT PLN ( PERSERO ) DISTRIBUSI JAWA TIMUR AREA
PELAYANAN & JARINGAN SITUBONDO. In Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Permendagri No 68, 2018, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN


REPUBLIK INDONESIA TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN
YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK
INDONESIA,

PLN, 2011, SPLN D3.015-1 Alat Pengukur, Pembatas dan Perlengkapanya,

Surya, H., 2020, Studi Performance Filter Aktif Satu Fasa untuk Beban Instalasi
Rumah Tunggal. In Politeknik Negeri Bandung, Bandung, pp. 1–7.

Sutrawan & Ryan, I.W., 2020, Analisis Perbandingan kWh Meter Analog dengan
kWh Meter Digital dalam Berbagai Usia Pakai dengan Metode
Perbandingan Besaran Energi PT PLN (Persero) UP3 Teluk Naga,
Universitas Mercu Buana, Jakarta.

Wanfahri, 2013, Mengevaluasi Ketelitian Peneraan kWh Meter Prabayar Satu


Phasa. In Universitas Muhammadiyah Palembang, Palembang.

Anda mungkin juga menyukai