Kemarin ada yang bertanya, bagaimana menyikapi hidup ketika kita seolah dipersempit dalam
kehidupan dunia, apakah itu berarti Allah tidak ridha pada kita, atau ada maksiat yang kita perbuat
hingga Allah menyempitkan hidup kita? Lalu apa solusinya?
Begini, ini soalan bagaimana pola pikir. Yaitu, kita harus membuang jauh-jauh anggapan bahwa ridha
Allah = harta, dan ketika kita miskin = Allah murka. Nggak selalu begitu. Di dalam Islam, kaya dan
miskin sama-sama ujian, dan ujian itu nggak punya nilai, yang punya nilai adalah jawaban kita
terhadap ujian itu, respons kita terhadap ujian itu
Maka Islam tidak mengharuskan semua orang kaya, tidak pula mewajibkan semua orang miskin.
Bahkan Islam tidak mengajari cara pasti kaya atau cara jadi miskin. Yang Islam ajarkan, adalah
bagaimana respons yang paling tepat terhadap kaya dan miskin. Dari situlah ridha Allah kita
dapatkan
Sederhana saja, ketika satu hal itu membuat kita jadi lebih taat, apakah itu kekayaan atau
kemiskinan, berarti itu adalah kebaikan buat kita, Allah ridha ke kita. Tapi kalau sesuatu itu membuat
kita menjauh dari Allah, apakah itu kaya atau miskin, maka sejatinya itu keburukan buat kita
Bila kaya seperti Abdurrahman bin Auf, itu artinya Allah ridha. Bila kaya seperti Qarun, itu artinya
Allah tak ridha. Bila miskin dan sulit seperti Nabi Ayyub, maka pasti Allah ridha, tapi bila kemiskinan
itu membawanya pada kekufuran dan berputus asa dari rahmat Allah, maka Allah takkan meridhai.
@felixsiauw
✒️