Anda di halaman 1dari 45

TAMI NOVIA UTAMI

FARMAKOLOGI
 Judul Penelitian
Efektivitas Edukasi Vaksin Covid-19 Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu-Ibu PKK Desa
Wanajaya Kecamatan Wanaraja-Garut.
 Hipotesa pertanyaan yang mungkin muncul :
1. Wabah/Penyakit Covid-19
Coronavirus Disease 2019 yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus corona dimana dapat
menyebabkan pneumonia/infeksi paru-paru basah adalah infeksi yang mengakibatkan
peradangan kantong-kantong udara disalah satu atau kedua paru-paru. Gejalanya sesak
nafas, demam, radang tenggorokan. Coronavirus termasuk virus yang menyerang saluran
respirasi. Virus yang berhubungan dengan infeksi pada saluran respirasi akan menggunakan
sel epitel dan mukosa saluran nafas sebagai sasaran awal dan mengakibatkan infeksi pada
saluran pernapasan maupun kerusakan organ.
2. Mekanisme Infeksi dan Replikasi SARS Cov-2
Mekanisme infeksi SARS-CoV-2 menggunakan angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2),
reseptor yang sama dengan SARS-CoV untuk menginfeksi manusia (Guo et al., 2020).
ACE2 adalah protein membran tipe I yang diekspresikan di paru-paru, jantung, ginjal dan
usus, dan terutama terkait dengan penyakit kardiovaskular (Jin et al., 2020). Zhou et al.
(2020) memastikan bahwa SARS-CoV-2 menggunakan entry receptor yang sama dengan
SARS-CoV, yaitu ACE2. SARS-CoV-2 akan mengikat reseptor dan membuka jalan untuk
masuk ke dalam sel. S-glikoprotein yang terdapat pada envelope (E) spike akan berikatan
dengan reseptor sel ACE2. Setelah reseptor terikat, perubahan konformasi protein S
mendorong fusi selubung virus dengan membran sel melalui jalur endosome (Shereen et al.,
2020). SARS-CoV-2 kemudian akan melepaskan RNA ke dalam sel inang dan
ditranslasikan menjadi dua poliprotein (pp1a dan 1ab) dan protein struktural. Selanjutnya,
genom virus akan mulai bereplikasi. Glikoprotein pada selubung virus yang baru terbentuk
masuk ke dalam membran retikulum endoplasma (RE) atau Golgi. Pembentukan
nukleokapsid yag tersusun dari protein virus dan RNA genom di retikulum endoplasma
(RE) dan Golgi. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung
dengan membran plasma dan melepaskan komponen virus baru dari sel (Vellingiri et al.,
2020)
3. Manifestasi Klinis
Virus bisa melewati membran mukosa, terutama mukosa nasal dan laring, setelah itu memasuki
paru- paru melalui traktus respiratorius. Selanjutnya, virus akan menyerang organ target
yang mengekspresikan Angiotensin Converting Enzyme 2 (ACE2), seperti paru- paru,
jantung, sistem renal serta tractus gastrointestinal.
4. Tatalaksana Covid-19
5. Imunologi (Antibodi dll)
a. Antibodi : Produk imunitas humoral, merupakan molekul. Imunoglobulin adalah
glycoprotein yang berfungsi sebagai antibody ditemukan disekret (cairan darah)
strukturnya seperti globulin. Antibodi terdiri dari glycoprotein yang disebut
immunoglobulin (Ig). Hormon Tymosin yang dikeluarkan oleh kelenjar timus  untuk
sistem kekebalan tubuh. Limposit dalam sumsum tulang  a. Timus Sel T
(Menghancurkan antigen) b. Limpa sel B  Sel plasma (Antibodi), Sel Memori
(mengingat)
- IgG : meningkatkan jasad renik
- IgA : membungkus jasad renik sehingga dicegah masuk ke jaringan tubuh, invansi
antigen
- IgM : Reseptor antigen pada sel B
- IgD : berkerjasama dengan IgM sebagai reseptor antigen
- IgE : pencetus gejala alergi
b. Antigen : Zat yang dapat merangsang sistem imun tubuh menghasilkan antibody
- Imunogenik : kemampuan antigen untuk menghasilkan/merangsang respon imun
- Antigenik : kemampuan antigen berinteraksi/berikatan dengan produk imun
Sifat antigen yang mempunyai sifat Imunogenik pasti mempunyai sifat Antigenik, tapi
jika Antigenik belum tentu Imunogenik.
- Klasifikasi antigen : Antigen komplit (mampu berinteraksi dengan produk imun)
dan Hapten (Antigen lengkap, antigen tapi tidak imnogenik harus diberi carrier agar
lengkap)
- Antigenik Silang : 1 antigen beberpa epitope, 1 produk imun memungkinkan
berinteraksi dengan beberapa antigen. Antigen silang  2 antigen/lebih berinteraksi
dengn 1 produk imun  ditrakpan pada vaksin diamana mikroba yang pathogen
denagn vaksin harus antigenic silang.
c. Patogen : Agen bilogi yang menyebabkan penyakit
d. Antibodi Spesifik : Respon imun tubuh muncul setelah ada rangsangan dari antigen
tertentu karena sudah terpapar sebelumnya
e. Antibodi Non-spesifik : Se innate akan merespon setiap zat yang dianggap asing
sekalipun belum pernah terpapar sebelumnya
6. Vaksinasi dan Vaksin
Vaksinasi adalah upaya kesehatan paling efektif dan efisien untuk mencegah penyakit menular
dan berbahaya, vaksinasi menggunakan pertahanan alami tubuh untuk membangun
ketahanan terhadap infeksi tertentu dan membuat sistem kekebalan kelompok (Herd
Immunity). Vaksin merupakan produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme
yang telah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, berupa
toksin mikroorganisme yanh sudah diolah menjadi toksid atau protein rekombinan dan
apabila diberikan kepada seseorang akan memunculkan imunitas spesifik terhadap penyakit
tertentu. (Vaksinasi = Proses melakukan/pelaksanaannya, Vaksin = Produk biologinya).
Kemudian sistem kekebalan tubuh akan merespon :
1) Mengidentifikasi kuman yang menyerang seperti virus dan bakteri
2) Mengahasilkan antibody, yaitu protein yang diproduksi secara alami oleh sistem
kekebalan tubuh, yang dapat melawan penyakit
3) Mengingat penyakit dan cara melawannya, jika terkena dimasa mendatang sistem
kekebalan tubuh akan cepat menghancurkannya sebelum tubuh sakit
7. Jenis-jenis Vaksin
1) Live attenuated vaksin (Vaksin hidup yang dilemahkan) : Patogen yang dilemahkan
sehingga tidak menyebabkan sakit, tetapi mampu mnegindukasi respon imun seluler dan
humoral menyerupai infeksi alami, dapat bermutasi menjadi bentuk pathogen harus
berhati-hari karena bisa saja akan berkembang biak terlau banyak dan menyebabkan
saki. Harus disimpan di suhu rendah. C/ campak, BCG dan rotavirus
2) Inavtivated vaksin (vaksin inaktif) : Inactivated vaccine adalah vaksin yang dibuat dari
bakteri atau virus penyebab penyakit yang dimatikan melalui berbagai cara seperti zat
kimia, pemanasan, atau radiasi. Perlakuan dengan cara ini akan menghancurkan
kemampuan patogen untuk bereplikasi tetapi tetap utuh sehingga sistem imum tetap
dapat mengenalinya. Kelebihan dari vaksin ini dibandingan live attenuated vaccine yaitu
tidak bermutasi menjadi bentuk patogenik. Selain itu, penyimpanannya tidak
memerlukan suhu rendah sehingga tidak memerlukan lemari pendingin. C/ dari vaksin
tersebut adalah vaksin hepatitis A, influenza, dan rabies dan Sinovac-Coronavac
3) Vaksin Subunit : Vaksin subunit mencakup satu atau lebih antigen dengan
imunogenisitas kuat yang dapat menstimulasi sistem imun inang secara efektif. Secara
umum, jenis vaksin ini lebih terjamin dan lebih mudah untuk diproduksi, namun
seringkali memerlukan penambahan bahan pembantu untuk mendapatkan respon imun
protektif yang kuat. Kelebihan vaksin subunit yaitu dianggap sangat aman karena tidak
mengandung komponen hidup patogen. Kelemahan vaksin subunit yaitu respon
kekebalan dapat terjadi, namun tidak ada jaminan memori kekebalan akan terbentuk
pada infeksi selanjutnya
4) Vaksin mRNA : Kandungan mRNA yang mengkode antigen, yang diterjemahkan di
mesin seluler inang dengan vaksinasi. Vaksin mRNA mempunyai keunggulan
dibandingkan vaksin konvensional, dengan tidak adanya integrasi genom, respon imun
yang meningkat, perkembangan yang cepat, dan produksi antigen multimerik. C/
Moderna, Pfizer
5) Vaksin DNA : Vaksin DNA umumnya terdiri dari molekul DNA plasmid yang
mengkodekan satu atau lebih antigen. Mereka lebih unggul dari vaksin mRNA dalam
formulasi yang dibutuhkan untuk stabilitas dan efisiensi pengiriman, akan tetapi mereka
harus memasukkan nukleus yang dapat membawa resiko integrasi vektor dan mutasi
pada genom inang.
6) Vaksin Live Vector : Vaksin vektor langsung merupakan virus hidup (vektor) yang
mengekspresikan antigen heterolog. Mereka dikarakterisasi dengan mengkombinasikan
imunogenisitas yang kuat dari vaksin hidup dilemahkan dan keamanan vaksin subunit,
serta secara luas digunakan untuk menginduksi imunitas seluler in vivo. C/ Astrazaneca.
7) Vaksin Peptida Sintesi/Epitop : Vaksin ini hanya mengandung fragmen antigen utuh
tertentu dan biasanya dibuat dengan teknik sintesis kimia. lebih mudah dalam persiapan
dan kontrol kualitas. Namun, berat molekul rendah dan kompleksitas struktural dari
vaksin ini biasanya menghasilkan imunogenisitas yang rendah, sehingga modifikasi
struktural, sistem pengiriman, dan bahan pembantu juga diperlukan dalam formulasi
- Contoh Vaksin dikehidupan sehari-hari
a. Influenza : Virus influenza  seharusnya mendapatkan vaksin setiap tahun
karena influenza selalu berevolusi
b. Tdap : Infeksi tetanus  Bakteri Clostridium tetani, difteri  Bakteri
Corynebacterium, pertus/batuk rejan)  Bakteri Bordetella pertussis
c. Hepatitis A dan B : Virus Hepatitis  menyebabkan penyakit hati. Hepatitis A
2x dosis jarak 6 bulan, Hepatitis B 3x dosis 1-2 1 bulan 3 ½ bln setelah dosis 2
d. HPV (Infeksi Human Papillomavirus) : Virus papillomavirus  menyebabkan
kanker serviks, vulva, dan vagina, kanker penis, kanker dubur, tenggorokan,
mulut dan kutil kelamin  3x dosis, dosis 2 ½ bln setelah dosis 1 dan dosis 3 6
bulan setelah dosis 2
e. Pneumokokus (Vaksin PCV (<2 thn) dan PPSV (>65 th 1 dosis seumur hidup):
Bakteri Streptococcus pneumonia  meyebabkan pneumonia, meningitis,
infeksi darah dan kematian.
f. Measles dan Rubella (MR) : Virus Rubbela  Campak dan rubella, diberi
untuk anak-anak
g. BCG (TB – Bakteri Mycobacterium tuberculosis) :  untuk bayi, anak-anak,
dewasa.
h. Cacar Air : Virus Varicella zoster  2x dosis 4-8 minggu
i. Herpes Zoster : Virus herpes zoster  muncul bintil, 1x dosis
8. Mekanisme Vaksin dalam memicu Respon Kekebalan
a. Setiap reaksi kekebalan tubuh terhadap pathogen/virus dimulai dengan aktivasi sistem
imun bawaan
b. Setelah vaksin disuntikan, komponen vaksin diambil oleh sel penyaji antigen c/
makrofag dan sel dendrit
c. Sel APC yang telah megambil antigen menjadi aktif dan bermigrasi ke kelenjar getah
bening didekatnya yang merupakan tempat sel B dan sel T
d. Di dalam kelenjar getah bening, antigen yang di proses oleh APC dipersentasikan ke
limposit
e. Limposit mengenai antigen dan menerima sinyak cko-stimulan yang sesuai
f. Sel T dan sel B aktif
g. Sel B ; membuat antibody yang melawan antigen
Sel T : Menyerang sel tubuh yang sudah terpapar virus/pathogen
h. Sel B dan Sel T spesifik ini berkembang secara klonal (pembiakan secara alami)
i. Memori sel B terbentuk dan memberikan perlindungan jangka panjang terhadap
pathogen
9. Jenis-jenis Vaksin Covid yang ada di Indonesia
1. Sinovac (Coronavac) :
2. Sinophram
3. Moderna
4. Pfizer-BioNTech
10. Perbedaan Imunitas , Imunisasi
a. Imunisasi : Suatu upaya pembentukan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, ketika
suatu saat terkena penyakit yang sama makan tidak akan sulit atau hanya mengalami
penyakit ringan
b. Imunitas Kemampuan kekebalan tubuh melawan suatu penyakit menular.
11. Perkembangan Antibodi
Kekebalan tubuh terbagi menjadi 2 :
a. Aktif : Alami (Infeksi/ terjadi karena sakit, tubuh akan kebal dan mengingat cara
perwalanannya) akan diingat seumur hidup/jangka panjang. Buatan (Vaksinasi)
Vaksinasi secara aktif akan membentuk/membuat kekebalan/antibody didalam tubuh.
b. Pasif (Seseorang menadapatkan antibody sudah jadi dan bersifat sementara) : Alami
(Asi ibu ke anaknya) Asi sudah mengandung antibody yang sudah jadi dan di berikan ke
anaknya melalui air susu ibu. Buatan (Pemberian obat dari infeksi), pemberian serum
pada penyakit rabies dan tetanus.

Klasifikasi Antibiotik
- Berdasarkan cara kerja
 Bakterisid, yaitu membunuh mikroba secara langsung dan irreversibel. Contoh:
antibiotik β laktam, aminoglikosida, polipeptida, antiTBC.
 Bakteriostatik, yaitu menghambat perkembangan mikroorganisme saja, tidak
membunuh, membutuhkan sistem pertahanan tubuh yang kuat untuk membunuh
mikroba lebih lanjut. Contoh: sulfonamida, tetrasiklin, makrolida, dan kloramfenikol.
 Cara kerja antibakteri juga ditentukan oleh dosis. Bila dosis ditingkatkan maka
bakteriostatik dapat berubah menjadi bakterisid. Bila dosis diturunkan maka
bakterisid akan menjadi bakteriostatik.
 Bakterisid digunakan pada infeksi akut/kronis, pd kondisi antibodi rendah atau sistem
imun belum bekerja, Bakteriostatik digunakan pada infeksi ringan & tdkterlalu berat
- Berdasarkan Spektrum Kerja
 Spektrum luas (broad spectrum): bekerja pada bakteri Gram positif, Gram negatif,
dan jamur. Contoh: tetrasiklin, kloramfenikol, antibiotika beta laktam.
 Spektrum sempit (narrow spectrum): bekerja hanya pada Gram positif saja atau
Gram negatif saja. Contoh: Penisilin G untuk Gram positif, polimiksin utk Gram
negatif.
- Berdasarkan Mekanisme Kerja
 Menghambat sintesis dinding sel bakteri. Contoh: penisilin, sefalosporin,
sikloserin, vankomisin, basitrasin
 Menghambat sintesis molekul lipoprotein membran sel. Contoh: polimiksin,
amfoterisin, nistatin
 Mengganggu fungsi ribosom bakteri, menyebabkan inhibisi sintesis proteinsecara
reversibel. Contoh: tetrasiklin, kloramfenikol, makrolida
 Menghambat sintesis/metabolisme asam nukleat. Contoh: rifampisin
 Fiksasi pada subunit ribosom 30S menyebabkan produksi polipeptidaabnormal.
Contoh: aminoglikosida
- Berdasarkan Struktur Kimia
 Antibiotika beta laktam: penisilin, sefalosporin, monobaktam, karbapenem
 Aminoglikosida: streptomisin, gentamisin, neomisin, kanamisin, framisetin,
paromomisin
 Makrolida: eritromisin, spiramisin, roksitromisin, azitromisin, linkomisin,
klindamisin
 Kloramfenikol: kloramfenikol, tiamfenikol
 Tetrasiklin: tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin
Resistensi Antibiotik
- Resistensi adalah ketahanan mikroba terhadap antibiotik tertentu. Mekanisme resistensi
pada mikroba merupakan perkembangan dari mekanisme kerja dariantibiotik.
- Resistensi terjadi melalui tiga mekanisme yaitu:
 Resistensi alamiah sifat alamiah mikroba
yang tidak mempunyai reseptor/komponen yang bisa diganggu oleh antimikroba.
 Resistensi kromosomal Resistensi kromosomal terjadi karena mutasi spontan pada
gen kromosom. Kromosom yang termutasi dapat dipindahkan sehingga terbentuk
populasi yang resisten.
 Resistensi ekstrakromosomal oleh
plasmid/faktor R yang terdapat dalam sitoplasma yang membawa resistensi bakteri
terhadap berbagai antibiotik
Kombinasi Antibiotik
- Tujuan : Meningkatkan efek obat, Memperluas spektrum kerja pada infeksi campuran,
Memperlambat timbulnya resistensi, Mengurangi efek samping, Terapi permulaan suatu
infeksi berat dengan diagnosis yang belum jelas.
- Bakterisid + bakterisid Contoh : streptomisin + piperasilin
- Bakteriostatik + bakteriostatik Contoh : trimetoprim + sulfametoksazol

 Dasar Farmakologi
 Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh obat terhadap tubuh dan
interaksi antara senyawa kimia (obat) dengan sistem biologi (tubuh).
 Definisi Obat: senyawa kimia yang aktif secara farmakologis (menimbulkan efek
farmakologis), dapat mempengaruhi organisme hidup
 Tujuan obat:
 Penyembuhan/pengobatan penyakit (Kuratif)
 Pencegahan penyakit (Preventif)
 Pemulihan dan (Rehabilitatif),
 Peningkatan kesehatan (Promotif)
 Pencegahan kehamilan/kontrasepsi
 Penetapan penyakit (Diagnosa)
 Pelaksanaan manipulasi kedokteran (pembedahan, transplantasi, dll)
 Syarat obat: aman, berkhasiat dan bermutu/berkualitas
 Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetikaBahan (zat)
aktif adalah setiap bahan atau campuran bahan yang akan digunakan dalam pembuatan
sediaan farmasi ng ditujukan untuk menghasilkan khasiat farmakologi atau efek langsung
lain dalam diagnosis, penyembuhan, peredaan, pengobatan atau pencegahan penyakit, atau
untuk mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh
 Efek farmakologi adalah segala gejala yang timbul setelah pemakaian obat, baik itu efek
yang diinginkan maupun efek yang tidak diinginkan.
 Efek samping efek yang tidak diharapkan yang muncul ketika digunakan pada dosis
lazimnya.
 Proses perjalanan obat:
 fase farmasetik (pelepasan ZA dari sediaan)
 fase farmakokinetik (nasib obat di dalam tubuh (ADME))
 fase farmakodinamik (kerja obat pada targetnya/efek obat terhadap tubuh).
 Interaksi obat: modifikasi efek obat oleh obat lain yang ada secara bersamaan didalam
darah maupun di permukaan tubuh.
 Jenis interaksi obat:
Interaksi farmakokinetik: interaksi pada proses ADME yg menyebabkanperubahan
konsentrasi obat di dalam plasma
Interaksi farmakodinamik: Interaksi pada tempat kerja/reseptor perubahan kerjaobat
 Jenis interaksi obat farmakodinamik:
sumasi: interaksi obat yg menghasilkan efek yg besarnya sama dengan efekmasing2 obat
namun mekanisme kerjanya berbeda
adisi: interaksi obat yg menghasilkan efek yg besarnya sama dg efek masing2 dan
mekanisme kerjanya sama
supraadisi: interaksi obat yg menghasilkan efek lebih besar dari efek masing2 dan
mekanisme kerjanya sama
potensiasi: interaksi obat yg menghasilkan efek lebih besar dripada efek masing2dan
mekanisme kerjanya berbeda
antagonis/infraadisi: interaksi obat yg menghasilkan efek lebih kecil daripada efek
masing-masing
 Informasi obat
Indikasi: kondisi patologis dimana obat dapat diberikan Kontraindikasi:
kondisi patologis dimana obat tidak dapat diberikan
Definisi dosis
a. D. efektif: dosis yang memberikan efek terapi/dosis yang memberikan efekfarmakologi
semaksimal
b. ED50: dosis yang memberikan efek terhadap 50% hewan percobaan
c. D. letal: dosis yang menyebabtkan kematian
d. LD50: dosis yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan
e. D. toksik: dosis yang memberikan efek racun
f. D. minimum: dosis terkecil yang masih dapt diberikan dan memiliki efekfarmakologi
g. D. maksimum: dosis terbesar yg memberikan efek farmol dan tidak menimbulkangejala
keracunan
Konversi dosis Untuk memperkirakan timbulnya efek farmakologi yang sama padaspesies
hewan coba yang berbeda maupun pada manusia
o Konversi dosis ke manusia
Misal: dosis efektif pada mencit 200 mg/kg bb
Maka dosis untuk manusia: 20 4 = 1538 𝑚𝑔/𝑘𝑔𝑏𝑏
× 200 =
1000 0,002
6
Tujuan uji toksisitas Untuk menguji keamanan obat tradisional, meliputi penetapan
spektrum efek toksik, menilai gejala klinis dan mempelajari mekanisme kematian
Uji praklinis Pengujian yang dilakukan untuk menilai keamanan suatu obat (uji
toksisitas) dan khasiat (farmakodinamika) suatu obat
Uji klinis:
a. Fase 1
Tahap awal (tahap pengujian rancangan terbuka): tidak menggunakan pembanding,
dilakukan untuk melihat gambaran farmakokinetik obat (ADME), kesimpulan yang
dihasilkan masih sementara, pemeriksaan meliputi: anamnesa, pemeriksaan klinik,
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan khusus
b. Fase 2 dan 3
Tahap lanjut ( tahap pengujian terkendali): menggunakan pembanding.
c. Fase 4
Tahap pemantauan: untuk mengetahui efek samping yang jarang terjadi dan biasanya
timbul setelah waktu yang panjang atau MESO (monitoring efek SampingObat) nasional,
Definisi IT (LD50/ED50)
- Indeks terapi merupakan rentang keamanan suatu obat yang merupakanperbandingan
antara LD 50 dengan ED 50.
- Semakin besar nilai IT maka semakin aman suatu obat karena rentang antara LD 50
dengan ED 50 nya besar, sedangkan semakin kecil nilai IT maka semakin tidak aman
suatu obat, karena rentang atara LD 50 dengan ED 50 nya sempit.
Uji toksisitas
Lambang uji toksisitas: IT (Indeks Terapi)
a. Uji toksisitas akut
Tujuan: untuk mengetahui rentang toksisitas akut (LD 50), menentukan spectrumefek
toksik, menilai gejala klinis, mengetahui mekanisme kematian
Hewan: rodent/non rodent 4-6 kelompok, 2 jenis kelamin
Lama pengujian: 7-14 hari
b. Uji toksisitas subrkonis dan kronis
Tujuan: uji toksisitas jangka panjang, dimana untuk mengetahui spectrum efektoksik
namun dengan pemberian sediaan uji dalam waktu yang lama,
Lama pengujian: 1-3 bulan
Uji toksisitas kronis 3-6 bulan/ selama hidup hewan
Pemeriksaan: toleransi, akumulasi, metabolisme
c. Uji toksisitas khusus: uji teratogenik, mutagenic, karsinogenik
Dilakukan apabila: formula sediaan uji dicurigai mengandung zat yang dapat
menimbulkan efek khusus, formula sediaan uji potensial digunakan untuk perempuan usia
subur dan ditakutkan meimbulkan efek teratogenik, dan melihat kondisi epidemiologi di
masyarakat terkait penyakit yang berhubungan dengan konsumsi obat tradisional tersebut.
Dosis uji
Merupakan dosis skrining yang digunakan dalam pengujian aktivitas tanaman obatDosis
25: efek kuat, potensial dilakukan fraksinasi ekstrak
Dosis 50: efek obat sedang
Dosis 100: akan lebih baik jika dikombinasi untuk meningkatkan efek obat

FITOKIMIA
Definisi fitofarmaka:
Sediaan yang berasal dari alam, dimana khasiat dan keamanannya telah diuji secara praklinik
dan uji klinis, dimana bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah
distandarisasi sesuai persyaratan yang berlaku
Ekstrak kategori obat/bukan?
Ekstrak belum dapat dikategorikan sebagai obat, karena untuk dapat dikategorikan sebagai
obat, ekstrak harus melalui proses isolasi hingga diperoleh isolat yaitu senyawa spesifik yang
memiliki aktivitas. Setelah itu barulah isolat tersebut dapat diproses oleh industri modern
untuk dilakukan pengujian selanjutnya dan diproduksi sebagai obat
Bedanya obat dengan fitofarmaka
Obat fitofarmaka
Bahan : sintetis tanaman/herbal
Komposisi: tunggal campuran
Pemakaian: riset-klinis empiris-klinis
Perbandingan efek: farmakoterapi-farmaka fitoterapi-fitofarmaka
Syarat fitofarmaka:
a. Aman
b. Berkhasiat
c. Mutu/karakter
d. Melewati uji praklinik – klinik
e. Bahan baku dan produk jadi telah distandarisasi Subdivisi: Angiospermae
- Tanaman yang berpotensi: (berbiji tertutup)
Sawo, untuk Batuk, demam dan Kelas:Magnoliopsida/
diare Dicotiledonae (biji berkeping
- Taksonomi sawo dua)
Kingdom: plantae (tumbuh- Ordo: Ebnales
tumbuhan) Divisi:Spermatophyta Famili: Sapotaceae
(tumbuhan berbiji) Genus: Manilkara
Spesies: Manilkara zapota
- Senyawa dalam sawo: Flavonoid, alkaloid, fenol, tanin, steroid, terpenoid
Pengelompokkan obat dari bahan alam
- Jamu: penggunaan secara empiris, bahan baku belum terstandarisasi
- OHT (Obat Herbal Terstandar): penggunaan telah melalui uji praklinis, bahan bakusudah
terstandarisasi
- Fitofarmaka: penggunaan telah melalui uji praklinis dan klinis
Pengertian simplisia
Menurut MMI: Bahan alami yg digunakan sebagai obat dan belum mengalami
pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain berupa bahan yg telah dikeringkan.
Menurut FHI: Bahan alam yg telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan
belum mengalami pengolahan. Kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak

Jenis-jenis simplisia: simplisia nabati (tanaman utuh, bagian tanaman, atau eksudat),
simplisia hewani (hewan utuh, bagian atau zat2 yang berguna), simpisia pelikan(mineral)
Nama latin bagian tanaman: daun (folium), bunga (flos), buah (fructus), biji (semen), batang
(caulis), kulit (cortex), kayu (lignum), akar (radix), rimpang (rhizoma)
1. Proses Pengumpulan Bahan:
a. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia. Pada pembuatan simplisia daun jambu air dilakukan
dengan pemilihan daun yang utuh atau bagus, tidak ada kerusakan seperti daun yang
berlubang. Pembersihan simplisia dari tanah dapat mengurangi jumlah kontaminasi
mikrobiologi.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari
mata air, air sumur atau air PAM.
c. Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah pada proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Perajangan atau pengecilan ukuran tanaman ini dapat
dilakukan dengan pisau atau mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki.
d. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan
selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara,
luas permukaan bahan dan waktupengeringan.
e. Sortasi Kering
Tujuan sortasi kering, yaitu untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-
bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masih
ada dan tertinggal pada simplisia kering.
Metabolit
- Metabolit primer: mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, berfungsi dalam
metabolisme utama, Fungsi universal: sumber energi, enzim, pengemban keturunan
Golongan senyawa
1. Karbohidrat
Penggolongan:
a. Monosakarida/Cn(H2O)n: Ciri adanya gugus karbonil antara lain Aldehid
(aldosa) atau keton (ketosa), Jumlah atom karbon 5 (pentosa) atau 6 (heksosa)
b. Disakarid: Sepasang monosakarida berikatan dengan reaksi kondensasi
c. Oligosakarida
d. Polisakarida: Pati/amilum (amilosa dan amilopektin) Glikogen, Selulosa.
2. Protein
3. Lipid Penggolongan lipid berdasarkan kemiripan struktur: asam lemak,lemak/lipid,
malam, fosfolipid, sfingolipid, terpen, steroid, lipid kompleks Derivat lipid: steroid
dan karotenoid
Eikosanoid: Derivat dari asam lemak tak jenuh C20, terdiri atas 3 jenis:prostaglandin,
tromboksan, leukotrien
- Metabolit sekunder: senyawa yang tidak memiliki fungsi untuk pertumbuhan dan
perkembangan secara langsung, penting untuk kelangsungan hidup dan interaksi dengan
lingkungan, fungsi ekologis: penarik serangga, pelindung diri, hormon.
- Golongan senyawa:
1. Fenol
Kelompok senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang mempunyai ciri sama
yaitu memiliki cincin aromatik dan satu atau dua gugus hidroksil.
Senyawa fenol yang memiliki gugus hidroksil lebih dari dua disebut dengan polifenol
Senyawa fenol:
- Asam fenolat : terbagi menjadi: asam fenolat turunan asam benzoat dan asam
fenolat turunan asam sinamat
Asam fenolat turunan asam sinamat termasuk golongan senyawa fenilpropanoid
- Favonoid: 2 cincin benzene yg dihubungkan oleh propane (C15), dibiosintesis
dr flavon)
Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memiliki struktur inti
C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3 atom C,
biasanya dengan ikatan atom O yang berupa ikatan oksigen heterosiklik.

Golongan: i. Kalkon
a. Flavon j. Dihidrokalkon
b. Flavonol k. Aurons
c. Isoflavon l. Flavon
d. Flavanon Sifat: Polar
e. F;avononols Reaksi Flavonoid:
Mg + HCl = MgCl2 +H2
f. Katekin
g. Antosianidin
h. Leucoantosoanidin
Atom hydrogen hasil dari reaksi tsb akan menyerang atom oksigen pada gugus
keton struktur flavonoid. Hingga membentuk kerangka sianida yang pada lapisan
amil alcohol berwarna kuning
- Lignan dan lignin

Lignan: Ciri khas strukturnya dibangun oleh 2 unit fenilpropanoid dengan ikatan
β,β'- (Kalau ikatannya lain maka disebut neolignan)
Lignin: Lignin bersama dg selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen
utama dinding sel serat semua spesies kayu dan rumput dalam dunia tumbuhan.
- Kumarin
Kumarin sederhana, furanokumarin, dihidrofuranokumarin, piranokumarin
- Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti
kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang
berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon.

- Tanin: Senyawa polifenol dengan berat molekul yang besar, suatu glikosida.
Glikosida metabolit sekunder yang terdiri dari komponen glikon (gula)
dan aglikon (bukan gula)
- Klasifikasi tannin
Tannin Terkondensasi: Katekin merah
Tannin Terhidrolisis: gula,
+FeCl3 u/ kompleks dgn as galat jd biru kehitaman (lainnya:
+gelatin u/ uji spesifik berupa tanin galat
- Bedanya
Tannin galat (tannin terhodrolisis): adalah tannin yang ketika dihidrolisis
oleh adanya air akan menghasilkan asam galat
Tannin katekin (tannin terkondensasi): adalah tannin yang terbiosintesis dari
katekin
Adalah golongan metabolit sekunder yang terdiri darikomponen
glikon (gula) dan aglikon (bukan gula)
Glikosida tannin
Glikon: gula
Aglikon: Asam galat/katekin
Polifenol: senyawa aromatic dengan gugus OH
2. Alkaloid
Tetapi pada umumnya alkaloid mencakup metabolit sekunder yang mengandung
unsur Nitrogen (N) biasanya pada cincin heterosiklik dan bersifatbasa.
Tipe alkaloid:
a. True alkaloid/alkaloid sejati: biosintesisnya berasal dari asam amino, dan atom
Nnya terletak pada cincin heterosiklik. Contoh morfin
b. Proto alkaloid: Proto alkaloid, biosintesisnya berasal dari asam amino, tetapi atom
N terletak diluar cincin heterosiklik. Contoh efedrin
c. Pseudo alkaloid: Pseudo alkaloid, biosintesisnya bukan berasal dari asam amino.
(atom N bukan berasal dari asam amino). Contohnya: asam asetat, geraniol, asam
ferulat, adenin/guanin. Senyawa kelompok alkaloid ini: turunan xantin (kafein,
teobromin, teofilin), solasodin dan kapsaisin.
3. Terpenoid
Merupakan metabolit sekunder yang prazat biosintesisnya berasal dari isopren
CH2=C(CH3)-CH=CH2 /isopentana (C5H8). Struktur isopren:
Penggolongan terpen:
a. Hemiterpen: Terdiri dari 5 atom C dan 1 isopren
b. Monoterpen: Terdiri dari 10 atom C dan 2 isopren
c. Seskuiterpen: Terdiri dari 15 atom C dan 3 isopren
d. Diterpen: Terdiri dari 20 atom C dan 4 isopren
e. Sesterepen: Terdiri dari 25 atom C dan 5 isopren
f. Triterpen: Terdiri dari 30 atom C dan 6 isopren
g. Tetraterpen: Terdiri dari 40 atom C dan 8 atom isopren
- Penggolongan triterpen
a. Triterpen sebenarnya
b. Steroid: adalah suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti
siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah
cincin siklopentana
c. Saponin: senyawa glikosida yg dapat menurunkan tegangan permukaan shg bila
dikocok akan membentuk buih. Gugusan saponin merupakan senyawa glikosida
triterpenoid yg mempunyai gugusan glikon dan aglikon
Saponin steroid dan saponin triterpenoid
d. Glikosida jantung
- Minyak atsiri: minyak yg mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami
penguraian,berbau wangi sesuai dengan tanaman asalnya. Komponen utamanya
monoterpene dan seskuiterpen.
Ekstraksi dan Fraksinasi
- Ekstraksi adalah penarikan senyawa yang terdapat dalam campuran larutan atau
campuran padat dengan menggunakan pelarut yang cocok
o Jenis-jenis Ekstraksi
 Berdasarkan bentuk
-
Ekstraksi Cair padat: maserasi, perkolasi, refluks, ekstraksi sinambung
(Soxhlet).
- Ekstraksi cair-cair: Bertahap (corong pisah), Sinambung (Craig)
 Berdasarkan Waktu Kontak
- Ekstraksi Bertahap: maserasi, refluks, ECC (corong pisah)
- Ekstraksi Sinambung ECC (alat craig)
 Berdasarkan Energi yang digunakan
- Cara panas: refluks, sinambung (Soxhlet). Biasanya untuk senyawa yang sudah
diketahui dan termostabil
- Cara dingin: maserasi, perkolasi. Biasanya untuk senyawa yang belum
diketahui, atau senyawa yang diketahui tetapi termolabil
- Fraksinasi adalah penyederhanaan komponen/pemisahan komponen dalam ekstrak
Definisi jenis ekstraksi
a. Maserasi: Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari yang sesuai selama waktu tertentu pada temperatur kamar,
terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel.
Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dengan di luar sel.
b. Sokletasi: proses penyarian simplisia secara berkesinambungan, dimana cairan penyari
akan dipanaskan kemudian menguap, uap penyari akan terkondensasi melalui
pendingin dan akan menjadi molekul-molekul air dan masuk untuk menyari simplisia
kemudian kembali lagi ke dalam labu dasar bulat
c. Perkolasi: cara penyarian dengan cara mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia
yang telah dibasahi. Penyari akan menjadi dingin sehingga proses penarikan senyawa
tidak efisien
d. Infusa: Adalah sediaan cair yang dibuat dg menyari simplisia dg air pada suhu 90 der
C selama 15 menit.
Prosedur isolasi simplisia
a. Preparasi sampel:
Simplisia dioleh hingga menjadi bentuk serbuk dengan tujuan untuk memperbesar
luas permukaan serbuk agar dapat dengan mudah kontak dengan larutan penyari pada
saat proses ekstraksi
b. Ekstraksi:
Proses penarikan senyawa dari simplisia menggunakan pelarut yang cocok. Pemilihan
proses ektraksi juga perlu diperhatikan. Disesuaikan dengan sifat senyawa yang akan
diisolasi
c. Fraksinasi:
Proses memisahkan menjadi fraksi-fraksi berdasarkan kepolaran pelarut, dimana
dilakukan secara bertahap dimulai dari pelarut non poar (missal n- heksan) kemudian
semipolar (missal etilasetat) dan polar (missal air). Caranya dengan menggunakan
corong pisah terlebih dahulu dilakukan untuk pelarut non polar kemudian diambil
bagian atasnya lalu proses dihentikan jika fraksi n heksan sudah tidak
berwarna/jernih. Begitupun seterusnya untuk etilasetat dan air.
d. Isolasi:
Dilakukan dengan menggunakan KCV atau kolom konvensional. Adapun keuntungan
KCV adalah adanya vakum yang akan mempercepat proses pemisahan, namun jika
terlalu cepat pun akan menyebabkan waktu kontak dengan kolom silica terlalu cepat
maka pemisahan tidak sempurna.
Lain hal nya dengan kromatografi kollom konvensional, meskipun proses pemisahan
berlangsung lama, akan tetapi waktu kontak dengan kolom silica menjado lebih
maksimal, maka proses pemisahan berlangsung sempurna
e. Uji kemurnian:
Uji kemurnian dapat dilakukan dengan menggunakan KLT 2 dimensi. Dimana prinsip
kerjanya sama dengan KLT biasa, hanya ketika eluen segera mencapai finish, maka
dilakukan pembalikkan plat KLT. Jika setelah dibalikkan hanya ada 1 spot bercak
kLT maka senyawa tersebut murni.
f. Elusidasi struktur:
Setelah dilakukan uji kemurnian, maka kita dapat melakukan elusidasi struktur untuk
mengetahui gugus fungsi dari senyawa yang telah diisolasi. Hal ini melibatkan
beberapa alat analisis yaitu Spektrofotometri diantaranya: Sp. Uv- vis, Sp IR, Sp
Massa, dan Sp NMR.
Tujuan karakterisasi Untuk menjamin keseragaman mutu simplisia agar memenuhi
persyaratan standar simplisia dan ekstrak
Karakterisasi simplisia
a. Kadar air: untuk menentukan kadar air yg dikandung simplisia, menentukan masa
simpan. diharapkan <10% untuk menghindari reaksi enzimatis yang dapat merusak
senyawa aktif dan timbul mikroba.
b. Kadar abu total: untuk mengetahui kandungan mineral anorganik baik internal
maupun eksternal dalam simplisia sejak awal proses sampai dengan diperoleh ekstrak
c. Kadar abu larut air: mengetahui jumlah logam alkali tanah (He, Li, Na, K, Ca, dll)
d. Kadar abu tdk larut asam: mengetahui jumlah logam berat (Pb, Hg, dll)
e. Susut pengeringan: untuk mengetahui jumlah / kadar senyawa yang bersifat mudah
menguap atau mudah hilang selama proses pemanasan.
f. Kadar sari larut air: untuk mengetahui senyawa yang dapat larut dalam pelarut air
(bersifat polar)
g. Kadar sari larut etanol: untuk mengetahui senyawa yang dapat larut dalam pelarut
organic (bersifat universal polar, semipolar, nonpolar)
Tujuan penapisan mengetahui kandungan metabolit sekunder yg terdapat dalam sampel
Penapisan fitokimia adalah prosedur yang dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa
metabolit sekunder di dalam simplisia
 Prosedur penapisan
a. Pemeriksaan Alkaloid
- Dragendorf: (54g KI+air): (0,85g Bi Nitrat+40mLas asetat glasial+air) 1:1
(masing-masing ad air 50mL) (alkaloid)
- Mayer: 5 g KI dalam 10 ml air + 1,36 g HgCl2 mayer
(alkaloid)
- Hasil positif pereaksi Dragendroff terbentuk endapan merah bata (kompleks N-Bi).
Dan hasil positif pereaksi Mayer terbentuk endapan putih (kompleks N-Hg).
- Prinsip alkaloid (bentuk garam, sifat basa): Senyawa yg mgd atom N,
biasanya dlm cincin heterosiklik
a. Penambahan amoniak: untuk mengubah alkaloid bentuk garam (dalam
simplisia) menjadi alkaloid bebas yang bersifat basa.
b. Penambahan HCl: menggaramkan kembali untuk ↑ kelarutan
c. Penambahan kloroform: untuk menarik alkaloid
b. Adanya fenol ditunjukkan dengan terbentuknya warnaungu,
hijau sampai hitam.
c. Pemeriksaan Flavonoid
1 gram serbuk simplisia ditambahkan 100 ml aquades kemudian dididihkan selama
15 menit dan dinginkan kemudian disaring, filtrak (lar. C) sebanyak 5 ml dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan serbuk Mg dan larutan
(alcohol:HCl) (1:1) setelah itu ditambah dengan amil alcohol lalu dikocok kuat dan
dibiarkan memisah
Mg + Mg(OH)2 + C2H5Mg(OH)2 + HCl
Hasil positif terbentuk warna merah/kuning/jingga pada lapisan amil alkohol.
d. Pemeriksaan Saponin
Sebanyak 10 mL larutan C dalam tabung rekasi dikocok vertikal selama 10detik,
kemudian didiamkan selama 10 menit. Hasil positif terbentuknya busayang stabil
dalam tabung rekasi , pada penambahan HCl encer busa tetap stabil.Saponin
merupakan suatu glikosida yang terdiri dari glikon dan aglikon. Glikon (gula)
ex: glukosa
Aglikon (bukan gula) ex: netral: steroid, asam: triterpenoidGula
glukosa
Bukan gula sapogenin (yg dpt menimbulkan busa)
+HCl, adanya sapogenin atau gugus aglikon menyebabkan busa stabil saat
+HCl
e. Pemeriksaan Tanin
- Pereaksi Steasny: formaldehid 30%: HCL (2:1) (tanin)
- bila terbentuk endapan merah muda (tannin katekat), lalu endapan tersebut
disaring, filtrate yang diperoleh ditambah Na-asetat dan FeCl3 bila terbentuk
warna biru kehitaman (tannin galat)
FeCl3 3+ + 3 Cl- (Fe dr FeCl3
biru/hitam)
f. Pemeriksaan Kuinon
Bila tidak ada tanin, ke dalam 5 mL larutan C ditambahkan beberapa tetes larutan
NaOH. Hasil positif terbentuk warna merah.
Bila tanin positif, Terjadinya warna jingga/merah violet menunjukkan adanya kuinon.
g. Pemeriksaan Steroid/Triterpenoid
Sejumlah serbuk simplisia dimaserasi dengan eter (n-heksan), lalu disaring. Filtrate
yg diperoleh diuapkan hingga menyisakan sedikit residu, residu tersebut ditambah
pereaksi Liebermann burchard.
Hasil positif ditandai dengan terbentuknya warna merah, hijau, biru, atau violet pada
larutan.
- Isi pereaksi: Liberman Burchard: 2 tetes asam asetat anhidrat + 1 tetes H2SO4
pekat (tdk dibuat larutan stok, tp langsung di tetesi saat uji steroid/triterpenoid)
Macam-macam minyak atsiri
 M. atsiri hidrokarbon: minyak terpentin
 M. atsiri alcohol: minyak peppermint
 M. atsiri fenol: minyak adas
 M. atsiri oksida: minyak kayu putih
 M. atsiri ester: minyak gandapura
- Kenapa disebut minyak atsiri Karena bersifat mudah menguap dan berbau
aromatic Bersifat larut dalam pelarut organik
Selulosa: Tergolong polisakarida yang terdiri dari rantai panjang glukosa dengan ikatanbeta-
(1,4).
Bedanya pati dengan glukosa Pati (polisakarida), Glukosa (monosakarida)
- Macam-macam Amilosa (rantai lurus), Amilopektin (rantai bercabang)
Kimia Farmasi Analisis (KFA)/Analisis Fisiko Kimia
Kimia farmasi analisisi adalah metode atau teknik yang digunakan untuk memperoleh data
kualitatif, kuantitatif dan informasi struktur dari senyawa obat secara khusus dan senyawa
kimia lain secara umum
a. Analisis kualitatif adalah analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi “apa”, senyawa
apa yang terkandung di dalam bahan yang dianalisis (analisis komponen- komponen
bahan)
b. Analisisi kuantitatif adalah analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi “berapa”,
biasanya untuk mengetahui kadar senyawa di dalam bahan (banyaknya komponen dalam
bahan)
c. Analisis struktur adalah analisis untuk mengetahui gugus fungsi dari suatu
senyawa/molekul
Teori asam basa
o Menurut Arhenius:
 Asam: senyawa yang jika dilarutkan di dalam air akan melepaskan ion H+
 Basa: senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan melepaskan ion OH-
o Menurut Bronstedlowry
 Asam: donor proton
 Basa: akseptor proton
o Menurut Lewis
 Asam: akseptor electron
 Basa: donor electron
Metode analisis
 Titrasi/ titrimetri yang
bereaksi dengan analit (Merupakan metode analisis kuantitatif yang digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume
larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah
diketahui)
 Istilah dalam titrasi
◾ Titrat/titer: zat yang akan ditirasi biasanya ada dalam erlenmeyer
◾ Titran: zat penitrasi biasanya ada dalam Buret
◾ Larutan baku/standar: Larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara akurat
◾ Larutan baku primer: merupakan larutan baku yang digunakan untuk proses
standarisasi larutan baku sekunder.
◾ Larutan baku sekunder, larutan baku yang memerlukan proses standarisasi sebelum
digunakan untuk penentuan kadar suatu zat
◾ Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana volume titrat tepat pada saat terjadi
perubahan warna indikator.
◾ Titik ekivalen, keadaan dimana jumlah mol ekivalen zat yang beraksi tepat sama secara
stokiometri
◾ Indikator adalah zat yang ditambahkan dan berfungsi untuk mengetahui titik akhir
titrasi
 Jenis Titrasi
 Titrasi asam basa
Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa, melibatkan penggabungan ion hidrogen
dan ion hidroksida dan membentuk molekul air.
- Prinsip: perpindahan proton dari asam atau basa dan sebaliknya dimana dapat
dilakukan dalam lingkungan berair maupun tidak (titrasi bebas air)
- Jenis:
o Titrasi asam oleh basa (alkalimetri asam
dengan menggunakan larutan baku basa). Basa sebagai pentiter. Kurva sebagai
hubungan antara volume basa SbX dan pH SbY.
Melengkung dari bawah ke atas
o Titrasi basa oleh asam (asidimetri) (penetuan konsentrasi larutan basa dengan
menggunakan larutan baku asam)Asam sebagai pentiter. Kurva sebagai
hubungan antara volume asam SbX dengan pH SbY. Melengkung dari atas ke
bawah
- Larutan baku primer (sudah diketahui konsentrasinya) Harus 100% murni,
stabil pada suhu kamar maupun pada saat pemanasan, mudah diperoleh, memiliki
Mr yang tinggi, dan memenuhi standar farmakope
- Larutan baku sekunder adalah larutan yang belum diketahui konsentrasinya,
melainkan konsentrasinya tersebut diketahui dengan cara titrasi dengan larutan
baku primer
 Titrasi argentometri (titrasi pengendapan)
Metode titrasi yang dilakukan untuk menetapkan kadar senyawa yang dapat
menghasilkan endapat dengan perak nitrat (AgNO3). Jenis pengujian:
- Cara Mohr
 Titik akhir titrasi ditentukan dengan pembentukan endapan berwarna merah coklat,
indikator: ion CrO42- (larutan kalium kromat)
 Reaksi titrasi: Ag+ + Cl- AgCl (s)
 Pada titik akhir titrasi, terdapat kelebihan Ag+ yang bereaksi dengan ion kromat.
 Untuk menganalisis Br dan Cl dalam suasana netral, dengan indicator kalium
kromat, TA ditandai dengan terbentuknya warna merah
Ag+ + CrO42- Ag2CrO4 (endapan merah)
- Cara volhard
 Titik akhir titrasi ditentukan dengan pembentukan zat berwarna yang mudah larut,
indikator: ion Fe3+
 Kegunaan: Menentukan garam perak, Menentukan garam-garam klorida ,
Umumnya berlangsung pd pH rendah, Suasana larutan: harus asam.
 Larutan standar: KSCN atau NH4SCN
 Titik akhir ditunjukkan oleh larutan berwarna merah darah (Fe [SCN]2+),
 Untuk menganalisis Br, Cl dan I dalam suasana asam, dimana digunakan indicator
besi (III) nitrat yang dilakukan dalam suasana asam dengan titrasi balik, dimana
dilakukan penambahan perak nitrat berlebihm kemudian kelebihan perak nitrat
tersebut dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat
- Cara K. Fajans
 Titik akhir titrasi ditentukan dengan indikator adsropsi seperti zat warna
(fluorescein)
 Titik akhir titrasi ditunjukkan oleh pembentukan endapan yang berwarna merah
muda
 Larutan standar: AgNO3 titrasi:
+ -
Ag + Cl
 Pada titik akhir titrasi, terdapat kelebihan Ag+ yang diadsropsi oleh Indikator
fluoresence (eosin) pada Permukaan endapan membentuk Endapan merah muda
 Penggunaan indicator absorbsi (flurosense), dimana pada saat terjadi ttik akhir
titrasi terbentuk warna yang tidak jelas bukan pada larutan melainkan pada
permukaan endapan.
Ag+ + Fl- AgFl (endapan merah muda)

- Metode liebig
kekeruhan.
Senyawa yg dapat dititrasi dgn argentometri adalah: Ammonium klorida, Natrium
klorida, Kalium klorida, Thiamfenikol
 Titrasi kompleksometri
Adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan
dengan ion logam utamanya ATAU titrasi erdasarkan pada pembentukan senyawa
kompleks antara pentiter (senyawa pengompleks) dengan ion logam.
- Pentiter: Dinatrium Etilen Diamin Tetrasetat (Na2EDTA)
- Indicator logam: dimana harus membentuk kompleks segara antara indicator
logam dengan senyawa logam yang dianalisis bukan antara pentiter dengan ion
logam
Jenis titrasi
Titrasi langsung: digunakan bagi logam yang cepat membentuk kompleks dengantitran
Titrasi tidak langsung: digunakan bagi logam yang lambat membentuk kompleksdengan
titran
 Titrasi redoks
Melibatkan reaksi transfer elektron/ reaksi redoks antara zat yang dapat mengalamireduksi
dengan zat yang dapat mengalami oksidasi
- Prinsip: perpindahan electron antara titran dengan analit
Jenis:
Titrasi iodimetri (titrasi langsung):
- Titrasi redoks cara langsung dengan larutan baku iodium(I2) sebagaioksidator
- Iodium(I2) merupakan oksidator lemah, sehingga penggunaannya sangat
terbatas
Prinsip: iodium merupakan oksidator kuat, dimana ketika dalam reaksi iodium akan
direduksi menjadi iodide
Fungsi: untuk menetapkan kadar senyawa yang memiliki potensial reduksi yang
lebih kecil daripada iodium Contoh: Vit.C, Na askorbat, Metampiron, Na tiosulfat
Indikator: amilum (TA: terbentuk warna biru)
Titrasi Iodometri (titrasi tidak langsung)
Prinsip dan tujuan: untuk menetapkan kadar senyawa yang memiliki potensialreduksi
lebih besar dibandingkan dengan kompleks iodium-iodida
Cara kerja: sampel yang bersifat oksidator akan direduksi dengan KI berlebihhingga
menghasilkan iodium, kemudian dititrasi kembali dengan larutan bakuNa tiosulfat.
Hasilnya volume na tiosulfat yang digunakan setara dengan jumlahiodium dan setara
dengan banyaknya sampel. Contoh: penetapan kadar Cl Titrasi Permanganometri
Titrasi yang menggunakan KMnO4 atau kalium permanganat dalam suasanaasam
yang bersifat sebagai oksidator kuat.
Contoh: penetapan kadar H2O2
 Titrasi bebas air
Adalah titrasi tanpa menggunakan air melinkan menggunakan pelarut organic.Titrasi
ini dilakukan terhadap asam atau basa lemah.
Jenis pelarut TBA:
a. Pelarut protolitik adalah pelarut yang mengandung proton-proton yangtidak
dapat member ataupun menerima. Missal: benzene, nitrobenzene.
Cara mengetahui hasilnya biasanya dengan penambahan basa
b. Pelarut amfiprotolitik adalah pelarut yang dapat member atau menerima
proton.
Contoh pelarut yang banyak digunakan adalah Cuka Blank
 Titrasi Nitrimetri
Adalah titrasi dengan pentiter NaNO2 dan tujuannya untuk menetapkan kadar
senyawa yang mengandung gugua amin aromatic primer.
Prinsip: pembentukan garam diazonium yang berasal dari senyawa yang dianalisisdengan
asam nitrit yang berasal dari natrium nitrit dan asam klorida.
 Titrasi potensiometri
Untuk menentukan titik akhir titrasi , ketika indicator secara alami tidak dapat
digunakan
Prinsip: pengukuran konsentrasi ion dalam larutan berdasarkan harga potensialyang
diukur.
 Spektrofotometri
Metode analisis yang digunakan bedasarkan pada daya serapa/absorpsi sinar
monokromatis oleh larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik. Atau berdasarkan
pengukuran dan interaksi radiasi elektromagnetik yang diemisikan ataudiserap oleh analit
 Jenis spektrofotometri
1. Sp. UV-Visible
- Prinsip: absorpsi radiasi elektromagnetik oleh molekul
Prinsip spektrofotometri UV-Vis: absorpsi radiasi elektromagnetik oleh molekul
(interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dengan
materi yang berupa molekul).
- Syarat: molekul harus mempunyai gugus kromofor (yaitu sistem/gugusan atom pada
molekul yang mengabsorbsi. Kromofor: tersusun atas ikatan rangkap tak jenuh dan
terkonjugasi/selang satu) hati-hati terhadap auksokrom yaitu gugus yang mengganggu
gugus kromofor misalnya –OH pada daerah UVjauh
- Panjang gelombang: UV (200-400 nm) Visible (400-800 nm)
- Instrumentasi:
a. Sumber cahaya/radiasi: lampu wolfram, tungsten (UV) dan Deutrium (Visibel)
Untuk radisi kontinue:
o Untuk daerah UV dan daerah tampak:
o Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan spektrum kontiniu pada
gelombang 320-2500 nm.
o Lampu hidrogen atau deutrium (160-375 nm)
o Lampu gas xenon (250-600 nm)
b. Wadah sampel/kuvet: kuarsa/silika
Pada pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet kaca dan daerahUV
digunakan kuvet kuarsa serta kristal garam untuk daerah IR.
c. Monokromator: prisma kaca atau kuarsa
Berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatissesuai
yang dibutuhkan oleh pengukuran.
Macam-macam monokromator:
 Prisma
 kaca untuk daerah sinar tampak
 kuarsa untuk daerah UV
 Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
 Kisi difraksi
d. Detector: untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang
sebanding dengan besaran yang dapat diukur.
e. Pencatat: rekorder/ komputer
Aplikasi:
o Analisis kualitatif dengan membandingkan panjang gelombang serta
spectrum hasil dengan standar. Kurva antara panjang gelombang dengan
absorban
o Analisis kuantitatif dengan One point method: membandingkan respon
analit dengan standar yang sudah diketahui
- Cara membuat kurva Siapkan larutan standar pada berbagai konsentrasi
(biasanya 6 konsentrasi) diukur pada lamda max yg telah ditentukan. Buat kurva
antara absorbansi dan konsentrasi dg persamaanya Y= bx+a
- Kurva kalibrasi: 1. Standar eksternal: menggunakan berbagai seri larutan hingga
diperoleh persamaan regresi linier. 2. Standar adisi dengan menggunakan sampel +
baku yang sama. 3. Standar internal dengan menggunakan sampel + baku yang
berbeda.
- Cara menentukan nilai lamda max
Disediakan 1 konsentrasi larutan natrium diklofenak , diukur di berbagai panjang
gelombang, dicari nilai absorbansi tertinggi, itu merupakan nilai lambda max
Setelah diketahui nilai lamda max selanjutnya bagaimana? Membuat kurva kalibrasi
- Bagaimana cara mendapatkan nilai %inhibisi
𝐴 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓−𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% inhibisi = × 100
𝐴 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓
2. Spektrofotometri serapan atom (AAS) Prinsip:
atomisasi karena adanya sumber energyUntuk:
analisis logam
Metode: sensitive dan spesifik
Syarat sampel: larutan
Preparasi sampel dengan destruksi:
- Destruksi kering: pemanasan pada 200-600oC
Penambahan pereaksi
Penambahan HCl dan HNO3
- Destruksi basah: penambahan pelarut atau campuran pelarut
Instrumentasi:
a. Nebulizer: agar terjadi nebulasi dan menyebabkan atomisasi
(pengubahan menjadi atom)
b. Sumber cahaya: nyala turner, gravit turnace
c. Wadah sampel
d. Monokromator
e. Detector
f. Recorder
Gangguan:
a. Spectra: berimpitnya panjang gelombang dengan panjang gelombang
cemaran
b. Kimia: bentuk sampel terlalu padat
c. Fisika: viskositas terlalu tinggi
Aplikasi:
a. Analisis kualitatif dengan membandingkan panjang gelombang serta
spectrum hasil dengan standar. Kurva antara panjang gelombang dengan
absorban
b. Analisis kuantitatif dengan One point method: membandingkan respon
analit dengan standar yang sudah diketahui
c. Kurva kalibrasi: 1. Standar eksternal: menggunakan berbagai seri larutan
hingga diperoleh persamaan regresi linier. 2. Standar adisi
dengan menggunakan sampel + baku yang sama. 3. Standar internal
dengan menggunakan sampel + baku yang berbeda
3. Spektrofotometri Inframerah (IR)
Prinsip: interaksi antara molekul dengan radiasi elektromagnetik
Pada bilangan gelombang: 4000-200 cm-1 atau pada panjang gel 2,5-50
mikronmeter.
Untuk: menentukan gugus fungsi dari senyawa
Gugus fungsi yang sering terukur adalah:
a. –OH: 3000-3300 nm lebar b.
–NH: 3000-3300 nm lancipc.
C=0: 1700-1600 nm lancip
Syarat: murni bebas air Preparasi
sampel:
a. Padat: 1-5 mg sampel ditambah KBr lalu dicetak sepet]rti tablet lalu
dimasukkan ke dalam sel
b. Cair: minyak nuzol + kloroform: dioleskan pada kaca objek
Instrumentasi:
a. Sumber radiasi
Nesrst glowed an kawat pijar
b. Sel
c. Monokromator
d. Detector
Termal transducer, photoconducting transducer, pyroelektrik transducerKurva
antara: Absorban dengan bilangan gelombang
Aplikasi:
a. Analisis kualitatif dengan membandingkan panjang gelombang serta
spectrumhasil dengan standar. Kurva antara panjang gelombang dengan
absorban
b. Analisis kuantitatif jarang digunakan karena kurang akurat
4. Spektrometri massa
Prinsip: pengukuran bobot molekul yang terfragmentasi atau fragmentasigugus
fungsi
Proses: fragmentasi karena adanya ionisasi dari sumber ion
Instrumentasi:
a. Sampel: larutan c. Masa analyzer
b. Sumber ion d. detektor
fungsi: untuk molekul dengan rantai bercabang atau rantai tidak bercabang,untuk
cincin aromatis, keton, hidroksi, dll
5. Spektrofotometri NMR/RMI (resonansi magenetik inti)
prinsip: resonansi, medan magnet, inti atom
prinsip: menentukan jumlah C dan H
proses: penggunaan gelombang radio 60-100 MHz . akan menyebabkan
perubahan molekul akibat medan magnet
Instrumentasi:
a. medan magnet
b. sel
c. sumber gel.radio
d. recorder
6. spektrofluorometri
sama seperti UV tetapi ada proses eksitasi dan emisi
instrument Fluorometer:
a. sumber UV/Vis
b. pemilih panjang gel eksitasi
c. sampel
d. monokromator
e. pemilih panjang gel emisi
f. detector
g. data output
instrument fosforimeter: sama dengan fluorometer tetapi ditambah Fosforoskop
yang berputar dan berguna untuk menghilangkan spectrum fluoresensi.
 Kromatografi adalah metode pemisahan yang melibatkan fasa gerak fasa diam dan analit,
atau metode yang dilakukan berdasarkan sifat fisiks/kimia analit yangterpisah
o Bedanya KCKT, KG, KLTa.)
KCKT/HPLC
Prinsip: fasa gerak, fasa diam, analit
Instrumentasi:
a. Pompa: bertekanan rendah-tinggi, untuk mengukur laju alir, penarikan fasa
gerak
b. Wadah fasa gerak
c. Injector: untuk preparasi sampel larutan, harus disaring dengan ukuran pori-
pori 0,2 mikron, bebas dari udara
d. Kolom: sebagai jantung pemisah. Harus dijaga agar awet dengan syarat:
menggunakan larutan proHPLC, harus disaring, ph-3-7, pemanasan tdk lebih
dari 60oC, sering dibersihkan, terhindar dari tekanan fisik, penggunakan
pelindung/procolom
e. Detector:
Uv, R indeks, fluoresensi
f. Sistem data/parameter: plat teoritis N, simetris, resolusi, factor kapasitas,
selektifitas
Fase gerak:
a. Pro HPLC
b. Air: proinjeksi
c. Bebas Nitrogen dan oksigen: dengan cara degassing
d. Laju alir 1 ml/menit
e. Sistem: isokratik (komposisi fase gerak tetap selama analisis) ataugradient
(komposisi fase gerak berubah terhadap waktu)
Pemilihan fase gerak:
a. Viskositas
b. Kompresibilitas
c. Refraktif indeks
d. Tekanan uap
e. Kemudahan terbakar
Kelebihan KCKT:
a. Pemisahan cepat 5-30 menit
b. Resolusi / daya pisah 1,5
c. Banyak jenis fase diam-fase gerak-dan detector
d. Dapat digabung dengan Sp. Massa
Kelemahan:
a. Mahal
b. Sistem deteksi yan g terlalu cepat
b.) Kromatografi Gas (KG)
Prinsip:
a. Fase gerak: gas inert seperti (He dan N)
b. Menggunakan temperature tinggi
c. Interaksi antara analit dengan fase diam
Syarat:
a. Sampel harus yang mudah menguap
b. Jika sampel sulit menguap harus di derivatisasi
Instrumentasi:
a. Gas: H2, N2, He
b. Injector
c. Kolom: kolom kemasan, kapiler
d. Detector
- Universal
- TCD (termal konduktivitas detector ): sampel general
- ECD: organohalogen
- NPD: Nitrogen dan Fosfor
- FPD: S dan P
e. Sistem data
Keuntungan:
a. Tekanan
b. Laju alir
c. Banyak detektornya
d. Dapat digabung dengan MS
Kelemahan:
a. Senyawa yang mudah menguap terbatas
b. Temperatur tinggi-mudah terurai
c. Mahal
c.) Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Mekanisme: adsorbsi
Adsorben: silica, alumina, selulosa
Penyangganya: plat kaca/plastic/alumunium
Fase diamnya: sorben yang melekat pada kaca/plastic
Fase gerak: cairan/campuran yang bergerak keatas dengan adanya gaya
kapiler
Analisisnya berdasarkan:
Rf: yaitu ratio antara jarak yang ditempuh sampel dengan jarak yangditempuh
fase gerak
Penamapak bercak untuk mendteksi secara visual: menggunakan Asal sulfat
 Elektrokimia adalah metode analisis yang didasarkan pada perubahan energy kimia
menjadi energy listrik, atau berdasarkan sifat elektris dari analit di dalam larutan
1. Analisis dengan metode gravimetric
Prinsip: penimbangan bobot konstan. Dimana unsur atau senyawa yang
ditetapkan dirubah ke dalam bentuk senyawa murni agar mudah dilakukan
penimbangan. Unsure yang sudah diperoleh kemudian dianalisis untuk diketahui
bobotnya berdasarkan pada struktur molekul dan bobot molekuln.Tahapannya:
a. Pengendapan
Proses pengendapan analit menjadi bentuk yang sukar larut, agar tidak ada
banyak kehilangan saat proses penyaringan, pencucian hinggga pengeringan
b. Penyaringan
Untuk memperoleh endapan yang benar-benar telah terpisah dari larutan
(cairan induknya)
c. Pencucian endapan
Untuk membersihkan endapan dari cairan induk yang mungkin masih
terbawa.
Syarat cairan pencuci:
- Tidak melarutkan endapat tetapi melurutkan pengotor
- Tidak meredispersi endapan
- Tidak boleh membentuk senyawa kompleks dengan endapan
- Cairan harus mudah menguap saat pemanasan
d. Pengeringan
Sebelum dilakukan penimbangan, maka senyawa tersebut harus dirubah
dahulu menjadi molekul yang susunannya tetap. Dengan cara pemanasan
(suhu < 250oC) atau pemijaran (suhu 250-1000oC).
Senyawa yang dapat dititrasi adalah katio-anion organic, dan senyawa netral.
6. penjelasan elusidasi struktur
terdiri dari 3 tahap:
a. karakterisasi: mengumpulkan semua data dari spektroskopi, tidak memerlukan
interpretasi
b. konfirmasi: mengkonfirmasi strktur yang telah diketahui, hasilnya confirm atau
tidak
c. elusidasi: menentukan struktur tanpa ada prediksi terlebih dahulu, harus
memerlukan interpretasi
proses melibatkan:
a. Sp. UV/Vis
b. Sp. IR
c. Sp. Massa
d. Sp. NMR
e. Analisis struktur
7. Parameter dalam spektro:
a. Akurasi (ketelitian/kecermatan): hasil yang diperoleh mendekati hasil
sebenarnya, missal kadar sampel dibandingkan dengan kadar sebenarnya lalu
dikali 100% hasilnya antara 95-100%
b. Presisi (ketepatan/keseksamaan): hasil yang diperoleh mendekati hasil
sebenarnya dalam satu seri pengukuran.
Jenis-jenis Silica Gel
Berdasarkan pengikat
a. Silica gel G: pengikatnya adalah gypsum (CaSO4 5-15%)
b. Silica gel S: pengikatnya adalah pati/starch
c. Silica gel GF pengikatnya gypsum dan dapat berfluoresensi dibawah sinar uvpada
panjang gelombang 254 nm
Tanpa pengikat
a. Silica gel H
b. Silica gel N

TEKNOLOGI FARMASI
(TEKFAR)
1. Definisi obat:
Obat adalah zat yang dapat memberikan efek farmakologi yang mempengaruhi respon biologis
tubuh dalam upaya untuk mencapai tujuan pengobatan: kuratif, preventif, rehabilitative,
kontraseptif, diagnosis, manipulasi kedokteran.
 Biofarmasetika=ilmu yang mempelajari hubungan antara :
 Sifat fisiko kimia zat aktif
 Faktor formulasi sediaan obat, dan
 Faktor teknologi pembuatan sediaan
Dengan berbagai proses yang dialami obat dalam tubuh sampai zat aktif masuk kedalamsistem
peredaran darah.
 Tahapan proses biofarmasetik:
 Proses pelepasan (liberation)
 Proses pelarutan (dissolution)
 Proses difusi (diffusion)
 Proses transfer
 Proses absorpsi
2. Obat antitbc yang paling banyak dipasaran? Tablet
3. Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahanpengisi
 Keuntungan tablet:
 Pembuatannya paling ekonomis
 Murah, mudah dibawa, dikemas & dikirim
 Memiliki sifat kimia & fisika yang stabil karena kering
 Dapat dibuat produk pelepasan khusus
 Dapat diproduksi secara masal
 Mudah ditelan
 Dapat disalut untuk menutupi zat aktif yang kurang enak
 Kerugian tablet:
 Beberapa pasien tidak dapat menelan tablet dalam keadaan tidak sadar
 Beberapa obat tidak bisa dikempa tergantung sifat amorf nya (formulasi tablet sulit)
 Obat dengan kelarutan rendah sulit untuk di formulasi
 Zat aktif yang pahit, bau, sensitif terhadap oksigen perlu disalut
 Formulasi tablet:
1. Zat aktif
2. Zat tambahan
a. Zat pengisi: untuk mencapai bobot tablet yang diinginkan. contoh: amilum, laktosa,
sukrosa, manitol, sorbitol
b. Zat pengikat: untuk meningkatkan kelekatan antar partikel sehingga pada saat
pencetakan diperoleh tablet yang kompak. Contoh: PVP
c. Zat penghancur: untuk mempercepat hancurnya tablet saat kontak dengan saluran
pencernaan. Contoh: pati dan amilum yang dimodifikasi, AC-Di-Sol, karbon dioxide
d. Zat pelincir / lubrikan: untuk mencegah gesekan dengan alat serta memudahkan tablet
lepas dari alat pencetaknya saat proses pencetakan. Contoh: talk
e. Zat pelicin: untuk memperbaiki sifat aliran dan mengurangi gesekan . contoh:
Mg Stearat
f. Antiadheren: untuk mencegah penempelan pada cetakan yaitu punch dan die.
Contoh: talk, na laurel sulfat
g. Glidan: bahan pelicin (antifrictional agents). Contoh: talk, amilum, cab-o-sil/aerosol
3. Zat warna
4. Zat pemberi rasa
Formulasi tablet:
Fase dalam (92%)
Zat aktif
Laktosa /Zat pengisi Amilum
kering /penghancur 10%
Pvp/pengikat 3%
Fase luar (8%)
Mg stearat 1 %/pelicin
Talk 3%/lubrikan/glidan
Amilum kering 5%/disintegrator
 Metode pembuatan tablet:
a. Granulasi basah
Granulasi basah merupakan suatu proses penambahan cairan ke dalam massa serbuk
dan diaduk dengan alat yang sesuai untuk menghasilkan aglomerat atau granul
Memproses partikel ZA dengan eksipien menjadi partikel yang lebih besar kemudian
ditmbahkan bahan pengikat dalam jumlah yang sesuai sehingga terbentuk massa lembab
yang siap digranulasi.

Kelebihan:
a. Memperbaiki sifat alir
b. Meningkatkan kompresibilitas
c. Mempercepat disolusi
d. Keseragaman bobot jenis
e. Dapat digunakan untuk zat yang tahan panas dan lembab
Kekurangan:
a. Tahapan proses banyak
b. Memerlukan banyak peralatan
c. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih besar
d. Banyak proses yang harus divalidasi
e. Biaya cukup tinggi
f. Tidak dapat digunakan untuk zat yang tidak tahan panas dan lembab
Metode penambahan pengikat
Metode Penambahan Kering
Pengikat dicampur dengan serbuk (zat aktif dan eksipien lain) lalu ditambahkan pelarut
pengikat (air, etanol)
Metode Penambahan Basah
Dibuat larutan pengikat terlebih dahulu dengan cara melarutkan pengikat dalam pelarut
pengikat lalu larutan ditambahkan ke dalam campuran serbuk (zat aktif dan eksipien
lain).
b. Granulasi kering
Memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan cara mengempa dengan tekanan untuk
mendapatkan ukuran partikel yang lebih besar dari sebelumnya/ slug yang kemudian
digranulasi/dipecah kembali menjadi granul.
Teknik ini cukup baik digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu
tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan
kelembaban.

Kelebihan:
a. Tidak banyak memerlukan peralatan
b. Tidak banyak proses yang harus divalidasi
c. Waktu hancur lebih cepat karena tidak menggunakan pengikat
d. Dapat dilakukan untuk zat aktif yang dosisnya terlalu besar untuk di kempa
langsung
e. Digunakan untuk zat yang tidak tahan panas dan lembab
Kekurangan:
a. Harus menggunakan alat khusus untuk membuat slug
b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna secara seragam
c. Pada prosesnya banyak menghasilkan debu sehingga ada kemungkinan terjadi
kontaminasi silang
c. Kempa langsung
Metode kempa langsung merupakan proses pembuatan tablet dengan cara mengempa
langsung zat aktif atau campuran zat aktif dan eksipien tanpa penanganan pendahuluan
baik granulasi basah maupun kering.
Metode ini banyak digunakan karena didukung perkembangan teknologi mulai dari mesin
tablet hingga bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet (kompresibilitas
dan aliran baik).
zat aktif dengan sifat aliran dan kompresibilitas kurang baik asalkan dosis relatifkecil
Kelebihan:
◾ Efisiensi ruangan, proses, tenaga, tahap manufaktur, mesin, proses validasi, dan
konsumsi energi.
◾ Memberikan stabilitas yang baik untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan
lembab
◾ Pemberian tekanan saat pencetakan tidak berlebihan sehingga sifat partikeltetap
dan dapat memenuhi ketersediaan hayati.
◾ Tablet dapat langsung hancur menjadi partikel karena tidak adanya proses
granulasi
Kekurangan:
◾ Bahan harus memiliki sifat aliran yang baik,
◾ Teknologi mesin harus bagus
◾ Eksipien harus memiliki kapasitas pegang (holding capacity) yang memadai,
◾ memiliki sifat aliran dan kompresibilitas yang baik.
◾ Kandungan lembab rendah sehingga dapat memicu terjadi pemisahan
◾ Perbedaan ukuran partikel dapat mengakibatkan terjadinya pemisahan
◾ Homogenitas warna sulit dicapai
Evaluasi granul:
a. Sifat aliran (gram/detik) Jumlah serbuk atau granul yang mengalir per satuanwaktu
Tujuan: Menjamin keseragaman pengisian ke dalam cetakan bobot/tablet
Metode sudut baring/sudut istirahat
Alat: Flow Tester
Tan α = H/R
≤ 30° bebas mengalir
≥ 40° aliran kurang baik
b. Homogenitas campuran
c. Bobot jenis (BJ Nyata)
100 gram serbuk/granul/ 500 kali ketukan
Tujuan penetapan Bj ruah (Bj nyata):
- Kecepatan aliran
- Kesesuaian ukuran tablet (diameter/ketebalan

d. Kandungan lembab
Jumlah massa (air) yang hilang selama proses pemanasan (70oC)
Tujuan Mengontrol kandungan lembab granul sehingga dapat mengantisipasimasalah
yang terjadi selama proses pengempaan tablet, terutama zat yang berkaitandgn
pertumbuhan mikroba, jika granul tidak langsung dikempa menjadi tablet Evaluasi tablet:
1. Organoleptik: warna, bau, rasa
2. Bentuk dan ukuran
 Tujuan: Menjamin penampilan tablet yang baik
 Alat: jangka sorong
 Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali tebal tablet dan tidak kurang dari 1⅓kali
tebal tablet.
3. Kekerasan
 Tujuan: menjamin ketahanan tablet terhadap gaya mekanik pada proses:
pengemasan, penghantaran (shipping).
 Alat: hardness tester
 20 tablet
 Nilai kekerasan tablet bergantung pada bobot tablet. Makin besar tablet,
kekerasan yang diperlukan juga semakin besar.
Bobot tablet sampai 300 mg, 4 – 7 kg/cm2.
Bobot tablet 400 – 700 mg: 7–12 kg/cm2.
 Kekerasan 4 kg merupakan kekerasan minimum
 Tablet oral normalnya mempunyai kekerasan 4-10 kg
 Tablet sustained release: 10 – 20 kg
 Tablet hipodermik dan kunyah: 3 kg
4. Friabilitas
 Parameter untuk menguji ketahanan tablet bila dijatuhkan pada suatu ketinggian
tertentu
 20 tablet, Pada proses pengukuran friabilitas, alat diputar dengan kecepatan 25
putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi ada 100
putaran.
 Pada umumnya % friabilitas yang dapat diterima adalah < 1%
 Alat: friksibilator
5. Friksibilitas
 Adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet jika tablet mengalami
gesekan antar sesama tablet.
 20 tablet, 100x putaran
 Pada umumnya % friksibilitas yang dapat diterima adalah < 1%
6. Uji keseragaman sediaan
a. Uji keseragaman kandungan
untuk menjamin bahwa setiap tablet mengandung jumlah zat aktif sesuai
spesifikasi dengan variasi yang kecil dalam batch
30 tablet
Persyaratan keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-
masing (10 tablet) antara 85%-115,0% dari yang tertera pada etiket dan
Standar Deviasi Relatif (SDR) lebih kecil atau sama dengan 6,0% Dilakukan
uji 20 tablet tambahan jika:
a. 1 tablet diluar rentang 85-115,0 % dan tidak ada yang didalam rentang75-
125%
b. SDR > 6,0%
c. (jika a dan b tidak terpenuhi)
b. Uji keseragaman bobot
Prosedur uji keragaman bobot untuk tablet tidak bersalut atau salut selaput:Pilih
tidak kurang dari 30 tablet
Dari 30 tablet tersebut, timbang 10 tablet satu per satu.
7. Uji waktu hancur
 6 tablet
 Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
monografi kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet digunakan sebagai tablet
hisap atau kunyah atau lepas lambat.
 Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa zat aktif atau komponen lain harus
larut sempurna
 Tablet dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan, yang tertinggal pada kasa
alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti jelas.
Persyaratan:
 Tidak kurang dari 16 dari total 18 tablet yang diuji mengalami disintegrasiatau
hancur
 Tablet tidak bersalut: tidak lebih dari 15 menit
 Tablet bersalut gula dan bersalut selaput: tidak lebih dari 60 menit
8. Uji disolusi
 Disolusi merupakan pelepasan obat dari bentuk sediaan atau pengujian tablet
dengan tujuan untuk mengukur dan mengetahui jumlah zat aktif yang terlarut
dalam media cair yang diketahui volumenya pada waktu tertentu, pada suhu
konstan tertentu, menggunakan alat tertentu yang didesain untuk menguji
parameter disolusi.
 Kecepatan disolusi merupakan jumlah zat aktif yang dikandung sediaan obat
padat yang dapat larut dalam waktu tertentu pada kondisi antar permukaan cair
atau padat, suhu dan komposisi media yang dibakukan
 Volume media disolusi adalah 900 mL dan atur suhu media hingga suhu 37
+/- 0,5oC.
 Uji disolusi intrinsik
Penetapan kadar zat yang terdisolusi dalam suatu sistem yang luas penampangnya
dibuat konstan (untuk zat aktif yang di mampatkan).
 Uji disolusi nyata
Untuk uji disolusi zat aktif dalam sediaan (tablet)
 Bentuk keranjang (basket)
 Bentuk pedal atau dayung
 Perbedaan waktu hancur dengan disolusi
Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan oleh suatu sediaan untuk hancur setelah kontak
dengan saluran cerna. Akan tetapi jika sediaan telah hancur akan menjamin bahwa obat akan
segera diabsorpsi.
Disolusi adalah kelarutan zat aktif dari sediaan terhadap medium pelarut (cairan lambung
atau usus) pada waktu tertentu, untuk kemudian diabsorpsi dan memberikan efek
farmakologi.
 Kerusakan pada tablet:
a. Capping, Jika sebagian atau seluruh permukaan tablet lepas, karena udara yang terjerat
b. Laminasi, Tablet menjadi dua bagian atau lebih
c. Chipping, Retaknya tablet dibagian tepi, karena melekatnya masa pada dindingcetak
d. Sticking/Picking, terkelupasnya permukaan tablet, karena masa terlalu lembek
e. Cracking: tablet pecah dibagian atas atau tengah
f. Sticking: granul menempel pada dinding die
g. Motling: distribusi zat warna tidak merata
 Jenis-jenis tablet
 Berdasarkan distibusi dalam tubuh: tablet bekerja local dan sistemik
 Berdasarkan jenis bahan penyalut: Tab salut biasa/gula, salut selaput, salutkempa,
salut enteric, lepas lambat
 Berdasarkan cara pemakaian: Tablet biasa/telan, kunyah, isap, larut, implant,
hipodemik, bukal, sublingual, vaginal (ovula)
4. Krim adalah Bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidakkurang
dari 60 % dan di maksudkan untuk pemakaian luar
 Penggolongan krim
1. Krim tipe Oil in Water (Emulsi W/O atau A/M)
2. Krim tipe Water in Oil (Emulsi O/W atau M/A)
 Fase Minyak
Bahan obat yang larut dalam minyak (bersifat asam)
Ct: Asam stearat, Parafin, Adeps lanae, Cetil alkohol, cera
 Fase Air
Bahan obat yang larut dalam air (Bersifat basa)
Ct: trietanolamin (TEA), Gliserin, PEG (Polietilenglikol), Tween
 Basis krim:
M/A
- Digunakan pada kulit, mudah dicuci sbg pembawa.
- Dapat diencerkan dengan air
- Mudah dicuci dan dicampur air
A/M
- Mgd pengemulsi adeps lanae, ester asam lemak,wool alkohol
- Dapat diencerkan dengan minyak
- sulit dicuci dengan air
- Contoh: Na stearat, Tween, CMC, Emulgit, GelatinHal-
hal penting:
a. Pemakaian zat aktif harus bentuk aktifnya
b. Basis harus sesuai dengan sifat zat aktif
c. Penggunaan emulgator sesuai jenis emulsinya
d. Penambahan pengawet
e. Penambahan antioksidan, karena krim mengandung minyak
f. Penggunaan tube
Formulasi:
a. Zat aktif
b. Basis
c. Eksipien: emulgator, dapar, antioksidan, pengawet
Emulgator adalah zat yang ditambahkan untuk membuat sediaan emulsi dengan tujuan
untuk mencegah penggabungan globul-globul, dengan membentuk lapisan film di
antara globul-globul sehingga proses penggabungan antar globulmenjadi terhalang.
Macam emulgator berdasarkan mekanisme kerjanya:
 Surfaktan
- Mekanisme kerja menurunkan tegangan permukaan/antar permukaan minyak-air
serta membentuk lapisan film monomolekuler ada permukaan globul fase
terdispersi
- Menimbulkan gaya tolak-menolak antara sesama globul
 Koloid hidrofil
- Membentuk lapisan film multimolekuler disekeliling globul yang
terdispersi
- Lapisan film yang dibentuk bersifat rigid dan kuat
- Mengembang dalam air viskositas
- Acasia, tragakan, CMC, tylosa, agar, karageenan, alginat, gum xanthan,
selulosa (metil-, hidroksietil-, hidroksipropil – eter), gelatin
 Emulgator Partikel halus
Pembentukan lapisan film monolayer pada antar muka globul karenakemampuan
partikel halus teradsorpsi pada permukaan
Ketidakstabilan:
a. Cracking yaitu koalesen dari globul yang terdispersi dan pemisahan fase terdispersi
membentuk lapisan yang terpisa
b. Creaming, terjadinya lapisan-lapisan dg konsentrasi yang berbeda-beda pada emulsi,
dipengaruhi oleh gaya grafitasi, fartikel yang memiliki kerapatan lebih rendah akan
naik kepermukaan dan sebaliknya
c. Flokulasi, penggabungan globul-globul
 Evaluasi krim:
 Organoleptik
 pH
 Daya sebar
 Homogenitas
 Viskositas
 Penentuan ukuran droplet
 Uji akseptabilitas sediaan
 Uji tipe krim
5. Jenis-jenis sediaan: definisi, keuntungan/kerugian, formulasi, kerusakan, evaluasi
6. Larutan adalah campuran dua atau lebih cairan yang terdispersi secara homogenydalam
skala molekuler.
Komponennya: pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute)
Formulasi: zat aktif, eksipien (pengawet, dapar, antioksidan, pewarna, perasa,pengental,
dll), pelarut
7. Eliksir adalah larutan manis yang mengandung alcohol sebagai pelarut campurnya
Formulasi: zat aktif, eksipien, pelarut/pelarut campur
Evaluasi sediaan LARUTAN/ELIKSIR:
Evaluasi kimia: pH, stabilitas obat, kadar obat
Evaluasi fisika: viskositas, Bobot Jenis, Organoleptik, Volume Terpindahkan,kejernihan
8. Suspensi adalah sistem dua fase dispersi cair-padat yang terdiri dari partikel padatsebagai
fase terdispersi dan fase cair sebagai medium pendispersi.
Kegunaan:
a. Untuk memformulasi ZA yang sukar larut dalam air,
b. Menutupi bau dan rasa yang tidak enak dari bahan obat
c. Memperlama kerja obat.
Suspensi yang baik:
a. Mudah dituang/mudah ditakar
b. Homogenitas tingga
c. Teksturnya lembut / tidak kasar
d. Tahan terhadap mikroba
Keuntungan:
a. Bagi pasien yang sulit menelan tablet/kapsul
b. Daya absorbsinya lebih cepat daripada tablet
c. Menutupi rasa tidak enak
d. Mengurangi penguraian ZA oleh air
Kerugian:
a. Stabilitas terganggu menyebabkan caking
b. Ketepatan dosis lebih rendah dari larutan
c. Fluktuasi suhu menyebabkan pembentukan Kristal
Kerusakan:
a. Deflokulasi: sistem disperse masing2 maka kecepatan sedimentasinya lambat,ketika
mengendap sulit di redispersi
Solusi: penambahan floculating agent
b. Flokulasi: sistem disperse berupa agregat yang menyebabkan kecepatan
sedimentasinya baik, ketika mengendap mudah diredispersi tetapi menyebabkan
penampilan kurang menarik
Solusi: penambahan surfaktan
c. Flotasi: partikel2 padat mengapung ke permukaan: karena perbedaan massa jenis,
hanya sebagian yang terbasahi, adala lapisan udara yang terperangkap pada lapisan
partikel padat.
Solusi: penambahan wetting agent/humektan dengan mekanisme menurunkan
tegangan permukaan, mengusir lapisan udara yang terperangkap pada partikel,
sehingga memaksimalkan proses pembasahan serbuk
flotasi, dapat disebabkan oleh:
a. perbedaan densitas
b. partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
c. Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat, yang dapat diatasi dengan
penambahan humektan
d. Pertumbuhan Kristal: sebagai akibat naik turunnya suhu lingkungan
Solusi: penambahan surfaktan
Formulasi: zat aktif dan eksipien
Eksipien:
a. suspending agent,
untuk menjerat partikel agar tidak mengendap.
Jenisnya:
- dispersi dengan air dingin: PGA, tragakhan
- dispersi dengan air panas tanpa pengadukan kuat: agar, CMC Na
- dispersi dengan air panas dengan pengadukan kuat: bentonit,veegum
- disperse dengan air panas kemudian mengambang dalam es: thylosa
b. dapar,
c. pengawet,
d. antioksidan,
untuk senyawa yang mudah teroksidasi
e. pewarna, perasa, pewangi,
f. anticaking,
untuk mencegah pengkristalan pada botol sehingga sulit untuk dibuka
g. pembawa
suspensi rekonstitusi adalah suspense yang dibuat untuk zat aktif yang mudah terhisrolisis
formula: zat aktif dan eksipien
eksipien: ditambah adsorbent dan pengikat
pembawa: suspending agent yang digunakan harus segera terhidrasi dalam suhu ruangandengan
pengadukan minimal. Contoh: CMC Na FSH, Avicel RC 591
Prinsip prosedur pembuatan:
1. Granulasi :
- untuk zat aktif dengan aliran kurang baik
- diperlukan cairan pengikat contoh alkohol, jika perlu alkohol absolut
- pengayak: mesh 16
- pengeringan:
a. bila zat aktif digranulasi
b. suhu dinaikkan: zat aktif sebagai fines
2. Tanpa granulasi: jika zat aktif alirannya baik
Evaluasi: Sama seperti suspens, hanya ditambahkan waktu rekontruksi.
� menentukan waktu yang diperlukan sejak air dimasukkan dalam botol sampai serbuk
terdispersi sempurna. Waktu rekonstitusi yang baik kurang dari 30 detik.
Prosedur pembuatan:
a. Pengecilan ukuran partikel: colloid mills, spray drying, micronization, grinding,ultrasound
b. Pengayakan
 Wetting Tujuan: untuk menurunkan tegangan permukaan, dapat digunakan wettingagent
atau surfaktan
 Pengembangan suspending agent Stirrer, ultraturax, blender
 - Timbang zat aktif dan eksipien dalam formula
 - Tahap pembasahan serbuk terdispersi
 - Masukkan ke dalam larutan pendispersi, aduk homogen
 - Tambahkan eksipien dalam keadaan terlarut dalam volume tertentu
 - Adkan volume sampai volume yang dibuat
 - Optimasi proses : Waktu dan kecepatan pengadukan, penambahan pembasah, ukuranpartikel
terdispersi, metode pengembangan bahan pensuspensi
Cara mengembangkan suspending agent
Air dingin: PGA, tragakan
Air panas:
a. tanpa pengadukan kuat: agar, CMC-Na
b. dengan pengadukan kuat: veegum, bentonit diblender dalam air panas
c. dispersi dalam air panas kemudian mengembang dalam es: tylosa
Evaluasi suspensi:
 volume Tidak ada supernatan jernih pada penyimpanan
 rheologi/viskositas viskometer Brookfield
Prinsip:
mengukur kecepatan bola jatuh melalui cairan dalam tabung pada temperatur tetap dengan
cara menghitung waktu yang dibutuhkan oleh bola untuk menempuh jarak tertentu melalui
cairan pada tabung.
 distribusi ukuran partikel
 organoleptik
 penetapan pH
 volume terpindahkan gelas ukur kering. Prinsip: melihat kesesuaian volume sediaan,jika
dipindahkan dari wadah asli, dengan volume yang tertera pada etiket.
9. emulsi adalah sediaan cair yang merupakan sistem disperse heterogen (cair-cair) yangterdiri
dari 2 cairan yang tidak saling bercampur yaitu fase air dan fase minyak
alasan dibuat emulsi:
a. memperbaiki penampilan
b. meningkatkan stabilitas
c. menutupi rasa tidak enak
d. memperlama cara kerja obat
jenis/tipe emulsi:
a. emulsi o/w adalah emulsi dimana fase terdispersi/fase internalnya adalahminyak dan
fase pendispersi / fase eksternalnya air
b. emulsi w/o adalah emulsi dimana fase terdispersi/fase internalnya adalah air danfase
pendispersi/fase eksternalnya adalah minyak
emulsi yang baik:
globul-globulnya terdistribusi dengan baik dan stabil
kerusakan dalam emulsi:
a. flukulasi adalah keadaan dimana globul-globul bersatu membentuk agregat, lalu agregat
tersenut teredispersi kembali menjadi globul. (agregasi nya bersifat reversible)
b. koalesen adalah keadaan dimana lapisan film telah hilang kemudian globul bersatu
menjadi globul yang lebih besar, sehingga terjadi perubahan distribusi ukuran
partikel. (agregasinya irreversible)
c. creaming adalah kondisi globul globul naik ke permukaan akibat gravitasi.
Solusi: dengan memperkecil ukuran globul dan meningkatkan viskositas
d. breaking/demulsifikasi adalah pecahnya globul akibat hilangnya lapisan film karena
pengaruh suhu
penting: EMULGATOR
adalah zat yang ditambahkan dalam sediaan emulsi dengan tujuan untuk menghindari
penggabungan globul dengan cara membentuk lapisan film pada antar muka globul
sehingga proses penggabungan globul tidak terjadi.
Jenis emulgator:
a. emulgator surfaktan adalah emulgator yang bekerja membentuk lapisan tipis
monolayer pada antar muka globul.
Surfaktan anionic: Na LAuril sulfat
Surfaktan kationik: Setil trimetil ammonium bromide
Surfaktan non inonik: tween dan span
b. emulgator koloid hidrofil adalah emulgator yang membentuk lapisan multilayer
c. emulgator partikel halus juga membentuk laipas monolayer
formulasi:
a. zat aktif
b. eksipien: emulgator, pemanis, pengawet, antioksidan, dll
c. pembawa (minyak/air)
pembuatan: zat aktif dgn emulgator alam akan terbentuk korpus:
a. korpus emulsi kering: minyak:emulgatir:air:distirer kemudian air ditambahkan
seluruhnya/sekaligus
b. korpus emulsi basah: minyak:emulgator:air:distirer kemudian ari ditambahkansedikit
demi sedikit.
Dengan surfaktan: fase air dan fase minyak masing2 dipanaskan pada suhu 70oC
kemudian dicampurkan.
Evaluasi sediaan:
a. viskositas, rheologi
b. distribusi ukuran partikel
c. penetapan pH
d. volume terpindahkan
e. bobot jenis menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan
spesifikasi dari produk yang telah ditetapkan. Alat: Piknometer
Prinsip:
membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air dengan volume dansuhu
yang sama.
f. organoleptik
g. penentuan tipe emulsi
Penentuan tipe emulsi:
a. cara kobal klorida: o/w dari biru ke merah ,uda
b. cara konduktometri: o/w menghantarkan listrik, w/o sebaliknya
c. cara pengenceran: o/w diencerkan dengan air, w/o tidak
d. uji arah creaming: o/w ke atas, w/o kebawah
e. cara pewarnaan: o/w dibawah mikroskop: air, w/o: minyak
f. uji kertas saring: o/w mudah menyebar, w/o tidak
g. uji fluoresensi: o/w fluoresensi pada globul saja, w/o sebaliknya.
10. Salep adalah sediaan setengah padat yang digunakan untuk pemakain pada permukaankulit
atau selaput lender.
Jenis: salep epidermik, endodermik, diadermik
Syarat: plastis, punya struktur gel, ikatan van der walls, punya aliran tiksotropik Basis
salep: basis hidrokarbon, basis absorbs, basis yang dapat dicuci dengan air,basis yang
dapat larut dalam air
Formulasi:
a. Zat aktif
b. basis
c. Eksipien (pengawet)
11. Gel adalah sediaan sediaan sistem semi padat yang terdiri dari molekul anorganik kecilatau
molekul organic besar yang terpenetrasi dalam cairan.
Jenis: hidrogel, organogel, xerogel
Sifat:
sweaaling (mengembang) Rheologi
Sineresis (pecah) Formulasi:
Efek suhu Efek Zat aktif
elektrolit basis
Elastisitas Eksipien (pengawet)
12. Pasta adalah sediaan setengah padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat dan
digunakan untuk permukaan kulit.
Jenis: pasta larut air dan pasta berlemak
Kelebihan: absorbs lebih cepat
Kekurangan: kurang nyaman pada permukaan tubuh berbulu
Formulasi:
Zat aktif
Basis
Eksipien: emulsifier, emollient, surfaktan, dll
Metode pembuatan semisolid dan evaluasinya:
a. Metode triturasi adalah metode pencampuran semua bahan sampai homogenydan
tercampur rata. Digunakan bagi bahan yang tidak tahan panas
b. Metode pelelehan adalah metode pencampuran dimana fase minyak dan fase air
dipanaskan masing-masing pada suhu 70oC kemudian dicampurkan
Evaluasi sediaan ;
a. Penampilan
b. Homogenitas
c. Isi minimum
d. Kebocoran tube
e. Viskositas
f. Penetapan pH
g. Uji stabilitas sediaan disentrifuga dengan kecepatan tinggi (+ 30000 RPM).Amati
adanya pemisahan atau tidak.
h. Distribusi ukuran molekul
i. Pelepasan bahan aktif dari sediaan
j. Penentuan tipe emulsi (untuk krim)
13. Kapsul adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat di dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang kapsul dapat terbuat dari gelatin, metilselusosa, atau bahan
lain yang cocok
Kelebihan:
a. Penampilan menarik, praktis
b. Mudah ditelan
c. Cepat diabsorbsi
d. Pengerjaannya mudah
Kekurangan:
a. Tidak bisa digunakan utk zat yang mudah menguap
b. Untuk zat yang higroskopis
c. Zat yang bereaksi dengan cangkang
d. Tidak dapat dibagi-bagi
Ukuran kapsul besar: 000,00,0
Ukuran kapsul sedang: 3,2,1
Ukuran kapsul kecil: 4,5
Formulasi:
a. Zat aktif
b. Cangkang kapsul
c. Eksipien:
- Zat pengisi, digunakan apabila dosis zat aktif atau volume bahan yang
dihasilkan tidak memenuhi ukuran/bobot/volume kapsul contoh: amilum
- Lubrikan, digunakan untuk mencegah penempelan bahan pada mesin contoh:talk
- Glidan, digunakan untuk mencegah gesekan antar partikel dan juga alat
contoh: aerosol
- Adsorben, digunakan untuk mencegah terjadinya kelembaban.
Contoh: aerosol
Proses pengolahan serbuk:
a. Spatulasi: untuk skala kecil dengan cara mengerus menggunakan spatula
b. Triturasi: menggerus di dalam lumping
c. Tumbling/penggulingan: diputar bolak balik dengan mesin
d. Penggilingan: dilakukan dengan mesin untuk skala industry
Evaluasi granul: sama dengan tablet
Evaluasi kapsul: ditambah uji higroskopisiras
14. Serbuk/pulvis/pulveres
Sediaan obat yang digunakan untuk bagian dalam maupun luar yang diserbukkanSifat:
a. S. dimensi
b. S. permukaan
c. S. aliran
d. S. teknologi farmasi
15. Suppositoria
Adalah sediaan bentuk tetap, bertakaran, dalam aturannya berbentuk silinder atau kerucut
dan ditetapkan untuk pemberian melalui, rectal, vaginal, uretral dan sifatnya mudah
melebur pada suhu tubuh. Bobot yang disarankan adalah 2 g atau 1g untuk anak-anak
Kelebihan:
a. Dapat diberikan pada pasien yang sukar mengkonsumsi obat secara oral
b. Tidak merusak lambung
c. Digunakan pada kondisi pasien tidak sadar
d. Terhindar dari rasa yang tidak enak
e. Dapat diberikan pada bayi, anak, dewasa, lansia
Kekurangan:
a. Daerah absorbsinya sempit
b. Pemakaiannya tidak praktis
c. Absorbsinya dengan difusi pasif
Basis supositoria
a. Basis berlemak
b. Basis yang larut air dan mudah bercampur dengan air
c. Basis surfaktan
16. Sediaan steril injeksi
Adalah sediaan steril larutan emulsi atau suspense yang harus dlarutkan dulu sebelum
digunakan dan diberikan dengan cara diinjeksikan merobek jaringan ke dalam kulit atau
selaput lender
Formulasi:
a. Zat aktif
b. Pembawa
c. Zat tambahan: pengatur tonisitas, dapar, antioksidan, pengawet (multiple dose),
anestetika local, suspending agent, zat pengompleks
STERILISASI: proses/metode yang dilakukan untuk membunuh mikroorganismegidup
(vegetative maupun nonvegetatif)
a. S. panas kering
b. Panas uap
c. Uv
d. Sinar pengion
e. Gas kimia
f. Filtrasi
g. Bahan kimia
TONISITAS ; tekanan osmosis yang diberikan oleh suatu larutan
17. Injeksi rekonstitusi
Untuk za yang mudah terhidrolisis, harus steril, bebas pirogen, stabil
Formula: sama dengan injeksi biasa, ditambah bahan pengkelat dan flocculatingagent
EVALUASI INJEKSI:
INJEKSI REKONSTITUSI:
a. Kimia: pH, stabilitas, kadar
b. Fisika: volume sedimentasi, pH, freeze and thaw, crystal growth
c. Biologi: uji sterilitas, pirogen, biologi
18. Infus
Sediaan steril berupa larutan, suspense atau emulsi yang sedapat mungkin isotonis
terhadap darah dan disuntikkan langsung ke dalam vena.
Formula umum:
a. Zat aktif
b. Eksipien /pengisotonis
c. Pembawa (air)
EVALUASI INJEKSI DAN INFUS: Kejernihan ,Homogenitas, pH, integritas
kemasan, uji sterilitas, uji partikulat, uji kebocoran, kadar, uji endotoksin
19. sediaan semisolid steril: penjelasannya sama dengan sediaan non steril
20. sediaan opthalmik: larutan/suspensi steril bebas partikel asing dan digunakn untuktujuan
penggunaan pada mata
a. larutan opthalmik
- zat aktif
- eksipien: pengisotonis, dapar, peningkat viskositas, antioksidan,
surfaktan, pengawet
- pelarut
b. suspense opthalmik
- zat aktif
- eksipien ; pengisotonis, dapar, suspending agent, antioksidan,
surfaktan, pengawet
- pelarut
evaluasi sediaan:
kimia:pH, stabilitas, kadar
fisika: viskositas, BJ, volum terpindahkan, homogenitas, distribusi
biologi: efketivitas pengawet, sterilitas
21. Tetes hidung: larutan/suspensi steril bebas partikel asing dan digunakn untuk tujuan
penggunaan pada hidung
formulasi dan evaluasi sama dengan tetes mata
Pengertian BCS apa? Ada berapa?
Biofarmaceutical Classifikation System: suatu model eksperimental yg mengukur
permeabilitas dan kelarutan suatu zat pada kondisi tertentu.
Terdapat 4 kelas:
BCS
BCS kelas
BCS kelas IV
kelarutan < , permeabilitas <
22. Aerosol
⚫ Aerosol adalah bentuk sediaan yang mengandung satu atau lebih zat aktif dalam wadah kemas
tekan, berisi propelan yang dapat memancarkan isinya berupa kabut hingga habis, dapat
digunakan untuk obat dalam atau obat luar dengan menggunakan propelanyang cocok.
⚫ Propelan adalah bagian bahan dari aerosol yang berfungsi mendorong sediaan keluar
dari wadah lewat saluran, katup sampai habis. Selain itu juga dapat berfungsi sebagai solvent
atau cosolvent.
⚫ 3 tipe bentuk sediaan untuk saluran pernafasan, yaitu : metered-dose Inhaler (MDIs),
dry-powder Inhaler dan nebulizers.
⚫ MDIs adalah sistem yang paling umum digunakan selama lebih dari 50 tahun.
⚫ Dry Powder Inhalers (DPI): Bentuk sediaan untuk saluran pernafasan dimana serbuk yang
mengandung bahan terapeutik di hisap/hirup kedalam saluran pernafasan. Aliran serbuk aktif
saat dihirup oleh pasien dan penggunaan propelan tidak dibutuhkan.
⚫ Nebulisasi meliputi penggunaan energi (gas atau ultrasonik sistem) pada larutan bahan
terapeutik dan menghasilkan tetesan-tetesan larutan , yang kemudian akan dihirup oleh pasien
melalui masker.
⚫ Volume produk biasanya 25-100 µm, yang dikemas dalam wadah kaleng kecil
(canister).
⚫ Formula aerosol secara umum terdiri dari konsentrat (zat aktif), propelan, pelarut, zat
penstabil (pensuspensi, pengemulsi)
Keuntungan:
- Mudah dibawa (baik untuk penanganan pada saat kondisi pernafasan akut misalnyapada
pasien atshma)
- Lebih murah
- Tersegel baik dan meminimalkan oksidasi terhadap bahan terapeutik dan kontaminasi
mikroba.
- Efektif untuk penanganan gangguan pernafasan.
Kekurangan:
- MDI biasanya mengandung bahan obat terdispersi dan masalah yang sering timbul
berkaitan dengan stabilitas fisiknya.
- Efikasi klinik biasanya tergantung pada kemampuan pasien menggunakan MDI denganbaik
dan benar.

Anda mungkin juga menyukai