Anda di halaman 1dari 8

Jurnal XXXXXXXXX Vol. 1 No. 1 (Maret 2021) Hal.

xx-xxx – E-ISSN:  2829-3886

JURNAL XXXXXXXXX
http://blablabla

Indonesia Menghadapi Krisis Keuangan Dalam Era Booming Minyak


Tahun 1960-1976

Umi Zaenab1
1
PPG Pra- Jabatan Gelombang 1, Universitas Negeri Semarang, umizainabzai@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk merefleksikan melalui suatu peristiwa sejarah perminyakan Indonesia,
diharapkan Indonesia memiliki manajemen yang lebih baik dalam mengelola sektor pertambangan minyak
dan gas. Mayarakat juga dapat merefleksikan kondisi ekonomi Indonesia di masa lalu agar tidak
mengulanginya di masa sekarang dan di masa depan. Masalah yang akan dikaji yaitu: 1) Bangkitnya
Perkembangan perusahaan perminyakan Indonesia sebelum tahun 1965; 2) Bagaimana posisi Indonesia
melalui pertamina setelah adanya kontrak bagi hasil dalam perdagangan minyak dan internasional,
meskipun Indonesia mengalami era booming minyak. 3) Mengapa Indonesia melalui Pertamina
menghadapi krisis keuangan tahun 1974- 1975; 4) Bagaimana usaha-usaha Pemerintah menghadapi krisis
tersebut. Untuk mengkaji masalah tersebut digunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan,
yaitu; a) heuristik, mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah, baik sumber primer maupun
sumber skunder. b) kritik sumber, proses yang dilakukan untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas
sumber. c) interpretasi menafsirkan dan menyusun antara fakta satu dengan lainya. d) historiografi, proses
penulisan kembali peristiwa sejarah. Penulisan ilmiah ini menggunakan pendekatan ilmu politik dan ilmu
ekonomi untuk mengkaji kebijakan kebijakan pemerintah untuk mengatasi krisis keuangan Indonesia
dibawah pertamina dan menganalisis apa saja yang menjadi penyebab krisis keuangan Indonesia melalui
pertamina di bawah pimpinan Ibnu Sutowo.

Kata Kunci : Booming, Krisis, OPEC, Indonesia.

Abstrac
The purpose of this research is to reflect through an historical event in Indonesia's petroleum industry, it is
hoped that Indonesia will have better management in managing the oil and gas mining sector. Society can
also reflect on Indonesia's economic conditions in the past so as not to repeat them in the present and in the
future. The problems that will be studied are: 1) The Rise of the Development of Indonesian oil companies
before 1965; 2) How is Indonesia's position through Pertamina after the production sharing contracts in oil
and international trade, even though Indonesia is experiencing an oil boom era. 3) Why did Indonesia,
through Pertamina, face the financial crisis in 1974-1975; 4) How are the Government's efforts to deal with
the crisis. To study this problem, the historical method is used which consists of four stages, namely; a)
heuristics, search for and collect historical sources, both primary and secondary sources. b) source criticism,
a process carried out to gain the authenticity and credibility of sources. c) interpretation interpreting and
compiling between facts with one another. d) historiography, the process of rewriting historical events. This
scientific writing uses political science and economics approaches to examine government policies to
overcome the Indonesian financial crisis under Pertamina and analyze what caused the Indonesian financial
crisis through Pertamina under the leadership of Ibnu Sutowo.

Keywords: Booming, Krisis, OPEC, Indonesia

1. PENDAHULUAN (1-2 halaman)

Indonesia merupakan pusat produksi minyak tertua di dunia. Pengeboran minyak secara
komersial pertama kali di Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan praktik kolonialisme.
Eksploitasi sumber daya perut bumi ini dimulai ketika Pemerintahan Kerajaan Belanda
membentuk suatu komisi politik yang dipimpin oleh W.R. van Hoevel untuk mengusulkan
kebijaksanaan baru bagi Pemerintah Hindia Belanda, khususnya di bidang pertambangan
kekayaan alam di Hindia Belanda. Pada tanggal 24 Juli 1850, komisi yang telah terbentuk ini
Received Januari 30, 2021; Revised Februari 2, 2022; Accepted Maret 22, 2021
Judul Artikel Kapital di Awal Kata, Bold, Jenis Book Antiqua 8, Spasi 1

melaporkan bahwa “Kekayaan alam Hindia Belanda yang tersimpan di bawah permukaan tanah
perlu segera dimanfaatkan untuk menambah kemakmuran negeri (Belanda)”. Kabinet Belanda
menyetujui laporan dan saran Komisi van Hoevell dengan mengeluarkan Koninklijke Besluit
pada tanggal hari itu juga atau kemudian disebut peraturan pertambangan tahun 1850.1
Pada tahun 1970an Minyak dan fluktuasi harganya memberikan pengaruh yang sangat
vital pada hampir semua aktivitas makroekonomi, karena minyak merupakan salah satu energi
utama yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung dalam memproduksi barang dan
jasa. Minyak menjadi sumber energi teratas penggunaanya untuk menopang proses produksi
dibandingkan dengan sumber energi lainnya, sehingga fluktuasi harga minyak sangat sensitif
dengan kondisi perekonomian atau pertumbuhan ekonomi di setiap negara. Dan tidak ada satu
negarapun yang tidak tergantung pada minyak dan mampu secara serta merta menurunkan
komsumsinya akibat kenaikan harga tak terkecuali Indonesia. Melonjaknya harga minyak yang
disebabkan oleh peperangan Timur Tengah dengan Israel sehingga menimbulkan kekacauan
politik dan tindakan boikot dari OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) atau
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi, organisasi yang bertujuan menegosiasikan
masalah-masalah mengenai produksi, harga dan hak konsesi minyak bumi dengan perusahaan-
perusahaan minyak. 
Dengan adanya kejadian Oil Boom, naiknya harga minyak (krisis minyak) memberikan
keuntungan yang relatif sangat besar kepada Indonesia. Pada kurun waktu tersebut karena pada
saat itu Indonesia merupakan eksportir minyak. Kenaikan harga minyak ini, mampu
mendongkrak jumlah “pundi-pundi” devisa negara sehingga pada saat itu untuk sementara
keadaan keuangan Indonesia terselamatkan (Anggaran Negara). Namun berbanding terbalik dari
fakta perusahaan minyak Indonesia mempunyai banyak hutang luar negri.

2. METODELOGI PENELITIAN
Penelitian dengan judul “Indonesia Menghadapi Krisis Keuangan Dalam Era Booming Minyak
Tahun 1960-1976”, dilakukan dengan metode penelitian Ilmu sejarah. Ilmu Sejarah memiliki metode
penelitian yang berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya serta memiliki kekhasan tersendiri pada setiap tahapnya.
Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika metode sejarah diartikan sebagai suatu sistem dari cara-cara
yang benar untuk mencapai kebenaran sejarah.2 Berikut adalah langkah-langakh nya: 1) Heuristik,
merupakan langkah awal dari penelitian ini yang berisikan kegiatan penelusuran sejarah. Pengumpulan
data dilakukan dengan metode penggunaan bahan dokumen. Penelitian bahan dokumen dilakukan di
sejumlah pepustakaan dan lembaga kearsipan di Indonesia. Lembaga perpustustakaan yang dikunjungi
sebagai tempat penelitian adalah: PNRI (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia), Perpustakaan Ibnu
Sutowo (Perpustakaan Pertamina Pusat), Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DIY, Monumen Pers di
Surakarta, Perpustakaan Widya Puraya Universitas Diponegoro. Penelitian di lembaga arsip meliputi: ANRI
(Arsip Nasional Republik Indonesia), Badan Arsip di Semarang dan Yogyakarta. Sumber sejarah yang
diteliti meliputi: surat kabar-surat kabar sezaman, proses verbal,data kepemilikan aset,dan data-data
hukum tentang perminyakan dan gas bumi di Indonesia. Penelitian ini sebagian besar menggunakan
sumber-sumber primer dan sumber skunder: a)Sumber primer diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
data ekspor impor minyak dan gas bumi indonesia pada tahun 1972-1983 dimana pada saat itu Indonesia
sedang menikmati masa Oil Boom, sumber primer juga banyak yang di dapat dari (ANRI) Arsip Nasional
Republik Indonesia pada tahun 1957-1977 berita resmi terbitan pemerintah yang sejaman dan relevan
dengan permasalahan Nasionalisasi ,pembentukan organisasi pertamina dan Indoneisa bergabung dengan
OPEC, berita dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, ASSUS (Asisten Sekretaris Negara Urusan Khusus),
Marzuki Arifin SE, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Lambertus Nicodemus Palar, Ekubang. Sumber
Primer selain berupa arsip dari koleksi Arsip Delegasi, Arsip Konstitueante, Arsip Kabinet Perdana Mentri RI dan
Arsip Kabinet Presiden RI, Peraturan dan Undang-Undang merupakan sumber yang banyak digunakan
dalam penelitian ini. Sumber-sumber ini antara lain UUD 1945, UUDS 1950, Lembaran Negara, Tambahan
Lembaran Negara, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan tentang PERTAMINA, Perminyakan dsn
Gas Bumi.dan peraturan pemerintah yang terkait. Terbitan sezaman juga menjadi sumber rujukan dalam
penelitian ini, terutama dari surat kabar dan majalah. Surat kabar sezaman itu antara lain: Kompas, Pikiran
Rakyat, dan Suara Merdeka. Majalah sezaman meliputi: Warta Pertamina. b) Sumber sekunder merupakan
sumber tamabahan untuk melengkapi data-data yang tidak didapat dari sumber primer. Sumber skunder
yang penulis gunakan adalah Merajut Karya Mengukir Sejarah Memoar Alumni Pendidikan Ahli Minyak

1
Kementrian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia “Sejarah Nasionalisasi Aset-aset
BUMN” ,2014 hlm. 650.

2
Wasino. Dari Riset Hingga Tulisan Sejarah. (Semarang: Unnes Press, 2007), hal 9.

2 Jurnal XXXXXXXXX Vol. 1 No. 1 (Maret 2021)


Judul Artikel Kapital di Awal Kata, Bold, Jenis Book Antiqua 8, Spasi 1

Tentang Peran dan Sumbangasihnya Dalam Pengembangan Industri Minyak dan Gas Bumi yang di susun
oleh Richardus Djokopranoto, Soejono Endropoetro, Sri Widharto dan diterbitkan oleh Ikatan Keluarga
Alumni Pendidikan Ahli Minyak, 2009. Buku yang kedua yaitu Pertamina dari puing-puing ke masa depan
refleksi & visi, 1957-1997 yang ditulis oleh Taufiq Ismail, Rais M.A. dan Hamid Jabbar , diterbitkan oleh
Hupmas Pertamina. Buku ketiga adalah Pertamina Perusahaan Minyak Nasional karya Anderson G. Bartlett
dkk (ed.) dan diterbitkan oleh Inti Idayu Pers. Buku keempat adalah Ekonomi migas: tinjauan aspek
komersial kontrak migas karya dari Benny Lubiantara dan diterbitkan oleh Grasindo. Dan buku yang
kelima adalah Sejarah Nasionalisasi Aset-Aset BUMN dari Perusahaan Kolonialisme Menuju Perusahaan
Nasional karya dari Kementrian Badan Usaha Milik Negara 2014, dan di terbitkan oleh Kementrian BUMN.
2) Interpretasi dan Eksplanasi Fakta sejarah yang dihasilkan dari proses kritik sumber sejarah bersifat
tunggal. Untuk mengaitkan antar sumber dilakukan proses penafsiran atau interpretasi dan penjelasan
hubungan antar fakta (eksplenasi). Interpretasi meliputi interpretasi verbal, teknis, logis, psikologis dan
faktual. Eksplenasi dilakukan secara deduktif. Berangkat dari kesimpulan-kesimpulan umum. 3
3)Historiografi, tahap ini merupakan tahap penulisan sejarah berbasis fakta-fakta sejarah yang telah
mengalami proses interpretasi dan eksplanasi. Penulisan tahap akhir dari penulisan ini senantiasa
memperhatikan aspek kronologis sedangkan penyajianya berdasarkan tema penting dari setiap
perkembangan permiyakan di Indonesia dan apa saja yang menjadi tantangan serta peluang pada
zamannya.

3. Hasil dan Pembahasan


Krisis minyak dunia pada tahun 1974 menunjukan bahwa operasi minyak merupakan salah satu
aspek terpenting bagi berfungsinya ekonomi dunia, bukan hanya sekedar suatu mekanisme permintaan dan
penawaran dari sebuah hukum ekonomi, karena mekanisme penawaran dan permintaan minyak dunia
sangat diwarnai oleh permainan politik juga. Struktur operasi perminyakan dunia merupakan suatau
mekanisme ekonomi yang mengatur perdagangan suatu komoditi politik. Pada dasarnya keduanya saling
berkaitan dan masing-masing dapat mengubah kadar pengaruhnya sesuai dengan faktor tempat dan waktu.
Hal ini disebabkan oleh ketimpangan struktural dalam operasi minyak dunia yang sebagian besar berasal
dari kebijakan nasional dari berbagai negara industri secara internasional dan dipengaruhi oleh letak
geografik serta jumlah persediaan atau cadangan alam minyak dunia yang membentuk kebijakan nasional
bagi negara-negra penghasil minyak.
Krisis minyak dunia tahun 1974 sebenarnya menunjukan bahwa mekanisme operasi permintaan
dan penawaran minyak dunia tidak berfungsi dengan baik yang menyebabkan krisis minyak dunia dalam
keadaan distorsi4 pada mekanisme yang ada, sukar ditemukan suatu formula ekonomi yang benar-benar
dapat memperbaiki krisis minyak, peralatan yang digunakan untuk menyelsaikan adalah politik, namun
tindakan politik yang berhubungan dengan penyelsaiaan maslah ini biasanya bermuara pada konflik-konflik
militer dalam percaturan politik dunia seperti negara-negara di timur tenggah dan Amerika Serikat serta
Rusia.
Sebagai negara berkembang Indonesia mempunyai kedudukan khusus karena Indonesia memiliki
berbagai jenis energi dalam jumlah yang cukup besar dibandingkan dengan kebutuhanya sendiri. Pada
tahun 1974 produksi minyak Indoneseia dalam sehari mencapai 1,4 juta barrel, sedang kebutuhanya sendiri
tidak lebih dari 190.000 barrel.5 Pemerintah memutuskan untuk membantu meringankan beban penderitaan
negara- negara tetangganya, yaitu negara-negara yang tergabung dalam negara ASEAN, dengan mengirim
5000 barrel bensin setiap hari, dengan tambahan 5000 barrel nafta 6 ke Thailand, serta 8000 barrel minyak
mentah ke Myanmar.7
Indonesia berkedudukan khusus saat krisis energi pada tahun 1974 maka posisi rupiah semakin
membaik. Indonesia mendapatkan keuntungan karena kenaikan harga minyak. Penghasilan Indonesia pada
tahun 1974 yang berasal dari minyak mencapai US$ 4.000 juta. 8 Pada tahun 1970an tak ada seorangpun yang
mebayangkan akan betapa besar dan menentukanya peran minyak bumidan perusahaan negara yang diberi
amanah dan tanggung jawab untuk mengelolanya dan kemudiaan hasilnya sebagai salah satu sumber
penerimaan bagi negara, karena pada tahun sebelum itu harga minyak bumi sangat rendah dalam pasaran
dunia, disisi lain masyarakat kurang percaya pada perusahaan minyak bumi nasional yang masih rendah
3
Kementrian BUMN “Nasionalisasi Aset-Aset BUMN dari Perusahaan Kolonialisme Menuju Perusahaan
Nasional , (Jakarta: Kementrian BUMN, 2014) hlm 23

4
Pemutarbalikan suatu fakta, aturan, dan sebagainya, penyimpangan untuk memperoleh keuntungan
pribadi tidak jarang orang melakukan terhadap fakta yang ada.
5
A. Arismunandar, Krisis Energi dan Pengaruhnya Bagi Indonesia, Prisma 2 April 1975, hlm 63
6
Sulingan minyak bumi yang mempunyai titik didih rendah sehingga mudah menguap, digunakan sebagai
pelarut dan bahan bakar.
7
Arismunandar, Krisis Energi dan..., hlm 65
8
Arismunandar, Krisis Energi dan..., hlm 65

3 Jurnal XXXXXXXXX Vol. 1 No. 1 (Maret 2021)


Judul Artikel Kapital di Awal Kata, Bold, Jenis Book Antiqua 8, Spasi 1

dalam aspek apapun dibandingklan dengan perusahaan minyak yang sudah ada sebelumnya seperti caltex
dan shell apalagi untuk bersaing dengan perusahaan asing yang telah mapan dan telah menguasai seluruh
kehiduapan industri minyak bumi di dunia dari pengelolaan, produksi hingga pemasaranya.
Namun sejarah berkata lain, Negara-negara penghasil minyak bumi, yang sebagian besar terdiri
dari negara berkembang pada saat itu atau biasa disebut dengan negara ketiga, sebelumnya hanyalah
dipandang sebelah mata oleh dunia. Kemudian negara-negara berkembang bangkit secara bersamaan
memperjuangkan Pertamina, perusahaan negara yang sejak tahun 1968 telah memegang kontrol eksekutif
atas penyulingan dan distribusi minyak di Indonesia, lapangan-lapangan minyak dan gas milik Indonesia,
dan perundingan dan pimpinan kontrak-kontrak bagi hasil dengan perusahaan-perusahaan asing, dalam
tahun 1970 mengalami kritik umum yang sangat hebat terhadap hal-hal yang menyangkut dirinya. 9
Serangan-serangan kritik bukan hanya ditujukan kepada Pertamina namun juga di tujukan kepada kontrol
sewenang-wenang oleh satu orang yaitu Jendral Ibnu Sutowo sebagai Direktur Umum Pertamina.
Tindakan pimpinan Pertamina menutup kontrak kredit luar negeri dengan beberapa pembelian
yang nominalnya mencapai ratusan juta dolar sehingga menimbulkan reaksi dari negra-negara kreditor
Indonesia. Sikap pimpinan pertamina dianggap ingin berjalan sendiri tanpa mengindahkan kebijakan
pemerintah, disamping pengeluaran keuangan dalam jumlah yang amat besar yang berada diluar bidang
pekerjaan pertamina,serta pembelian hadiah seperangkat peralatan permainan golf yang harganya kepada
Ibnu Soetowo. Seluruh kebijakan pimpinan Pertamina dianggap berada diluar rencana pembangunan lima
tahun yang disusun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Pada tahun 1970an
minyak merupakan sumber alam terpenting di Indonesia, namun devisa serta dana-dana rupiah yang
dihasilkan oleh pertamina tidak di ketahui oleh Bappenas karena dikelola sendiri oleh Ibnu Soetowo. 10
Pertamina mempunyai tugas-tugas primer yang sedang dijalankanya,namun Pertamina juga
dibebani tugas untuk membantu proyek-proyek pemerintah namun tidak disertai pembiyayaan, Pertamina
juga diminta untuk mencairkan dan mecari pinjaman luar negeri. Proyek-proyek yang tidak disertai
pembiayaaan pemerintah adalah11: Krakatau Steel bekas proyek dengan Rusia, Pengembangan Pulau Batam,
Pengelolaan bahan-bahan pertambangan yang berhubungan dengan energi dibawah Pertamina:
Pertambangan batu bara, pengelolaan geotermal energi, untuk ini Pertamina membentuk satu bagian baru
mengadakan operasi pengeboran di daerah Garut, dibantu Selandia Baru harga minyak yang semestinya
dari kekayaan hasil minyak bumi dan pembagian keuntungan dari produksi minyak bumi yang dijalankan
oleh perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi di negerinya. Pemerintah menugaskan Pertamina
mengusahakan dana untuk kelangsungan proyek-proyek tersebut, karena Pertamina mempunyai
kredibilitas yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman. Berkaitan dengan masalah pinjaman ini, Pada bulan
Juli tahun 1972, dalam suratnya kepada direktur Pertamina, tanggal 18 Juli 1972, menteri keuangan
menjelaskan bahwa pinjaman-pinjaman luar negeri yang dapat dilakukan Pertamina ditentukan sebesar US
$ 100 juta untuk tahun anggaran 1972/1973.
Pertamina dituduh mengubah syarat-syarat kontrak-kontrak bagi hasil diatur untuk menjamin
hak-hak kontraktor asing, membiarkan Pertamina tanpa suatu kedudukan. Kondisi tertentu yang
diberikan kepada perusahaan-perusahaan asing, seperti kebebasan dari pajak perusahaan atau bea masuk
di Indonesia, dianggap turut mendorong arus kapital asing. Syarat-syarat tersebut sebagai akibat yang
tidak dapat dihindarkan dari posisi hukum yang diambil oleh Indonesia atas pembagian hasil minyak.
Menurut definisi perusahaan asing adalah sebuah kontraktor untuk perusahaan negara yang mengambil
60% bagian dari nilai minyak mentah yang dihasilkan 65% atas nama pemerintah Indonesia 12
Pemerintah telah kehilangan pengawasan atas penghasilan minyak dan gas bumi di Indonesia yang
merupakan sumber dana utama untuk pembangunan kemakmuran rakyat Indonesia. Dalam tajuk yang
ditulis Mochtar Lubis dalam harian Indonesia Raya yang di terbitkan pada 15 Desember 1979 disebutkan
bahwa pimpinan pertamina telah melakukan pelanggaran undang-undang dengan tidak menghiraukan
penetapan undang-undang perminyakan yang mengharuskan setiap kontrak kerja dimintakan persetujuan
dari DPRGR yaitu Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, karena setiap ketetapan undang-undang
harus dipatuhi oleh semua orang bahkan oleh lembaga-lembaga negara. Pertamina memegang hak
kompensai yang besar untuk kebebasan yang diberikan kepada rekan-rekan produksinya atas sewa
produksi minyak.
Pertamina dianggap membiarkan perusahaan-perusahaan asing untuk menghabiskan sumber-
sumber alam indonesia yang berharaga, namun sebuah pernyataan umum tersebut dianggap tidak berarti
karena tidak seorangpun mengetahui berapa sumber-sumber hidrokarbon di Indonesia, harga minyak
secara internasional secara objektif ditentukan oleh kondisi-kondisi negara di dunia yang dipengaruhi oleh
minyak mentah yang di ekspor dan alternatifnya adalah duduk diatas cadangan-cadangan minyak yang

9
Alex Hunter, Industri Perminyakan Indonesia, (Jakrta: PT. Badan Penerbit Indonesia Raya,1974), hlm 70.
10
Tajuk-tajuk Mochtar Lubis di Harian Indonesia Raya 2 (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 1997),
hlm 24.
11
Mara Karma, Ibnu Sutowo Mengemban Misi Revolusi SebagI Dokter, Tentara, Pejuang Minyak
(Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,2001) hlm 248
12
Hunter, Industri Perminyakan Indonesia, hlm 71

4 Jurnal XXXXXXXXX Vol. 1 No. 1 (Maret 2021)


Judul Artikel Kapital di Awal Kata, Bold, Jenis Book Antiqua 8, Spasi 1

nilainya dapat membantu pembangunan dalam sektor-sektor lain di Indonesia. Pertamina dituduh lalai
untuk mendesak perusahaan-perusahaan asing memenuhi kewajiban-kewajiban kontraknya (pembangunan
penyulingan) sebagai bagian dari investasi asing yang kontiniu dan terjamin dalam perminyakan.
Pertamina berada dalam posisi untuk memperketat syarat ini bagi kontraktor-kontraktor asing yang berjaya
menghasilkan minyak melebihi angka barrel perhari yang ditentukan.
Dalam laporan komisi empat DPR operasi-operasi pertamina dituduh tidak sah, pajak perseroan
belum dibayar seperti ditentukan dalam undang-undang kerena Pertamina membuat perhitungan pajaknya
sendiri yang jauh lebih rendah dari semestinya. Pertamina mempunyai sebuah perusahaan negara yang
tidak sah, anak perusahaan yang terdaftar di luar negeri dengan Dirutnya berfungsi sebagai elemen
pengontrol didalam Dewan Komisaris mereka. Penerimaan valuta asing dari berbagai anak perusahaan
pertamina ini disimpan diluar negeri dan tidak masuk pajak.13
Situasi umum di penghujung tahun 1969 dan awal 1970, sangat bertentangan dengan kemajuan dan
keberuntungan yang sedang diperoleh pertamina. Surat-surat kabar yang terbit pada saat itu penuh dengan
berita yang melaporkan mengenai penyelewengan dan berbagai perbuatan korupsi yang terjadi diberbagai
instansi dan jawatan. Peringatan dilontarkan kepada pemerintah orde baru agar diselidiki. Dalam aksi
pemberantasan korupsi mahasiswa dan pelajar juga ikut serta dan menjadikan subjek tersebut sebagai alat
perjuangan mereka.
Pertamina terbawa dan ikut disorot dan dikritik terkait kebijakan yang dijalankanya. Pertamina
dicurigai terkait berbagai kegiatan yang dijalankanya. Media massa yang pertama kali menyoroti Pertamina
adalah haraian Operasi, sebuah koran ibu kota. Surat kabar ini menyorot mengenai pembelian tanker yang
dilakukan melalui broker-broker. Selama sebulan penuh, mulai tanggal 9 Juni sampai 4 Juli 1970, koran ini
memuat berita-berita tentang Pertamina.14

Heading pada level ketiga mengikut style dari heading level kedua. Hindari penggunaan
heading lebih dari tiga level.
3.1.1. Penulisan Referensi
Cara penulisan referensi dapat dilihat pada bagian Daftar Pustaka. Tipe referensi yang
diizinkan terdiri dari buku, jurnal, prosiding, dan laporan penelitian dalam rentang waktu 5
(lima) tahun terakhir kecuali buku rentang waktu 10 (Sepuluh) tahun terakhir
Penulisan rujukan dilakukan dengan menuliskan nomor referensi dalam kurung [1,2].
Penulisan referensi diawal kalimat juga sama. Jurnal ini sangat menyarankan untuk memakai
aplikasi bantu referensi seperti Mendeley atau EndNote. Mendeley lebih disukai karena tidak
memerlukan biaya tambahan untuk lisensi aplikasi.

4. METODOLOGI PENELITIAN (0,5-1 halaman)


Tahapan yang dilalui dalam penelitian, pembangunan konsep, atau penyelesaian kasus,
dituliskan pada bagian metodologi.
Persamaan matematika harus diberi nomor secara berurutan dan dimulai dengan (1)
sampai akhir makalah termasuk appendix (lampiran). Penomoran ini harus diawali dan diakhiri
dengan kurung buka dan kurung tutup serta ditulis rata kanan. Tambahkan satu garis kosong di
atas dan di bawah persamaan.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN (5-10 halaman)

Pada setiap gambar harus diberikan keterangan di bawah gambar. Keterangan pada
tabel diberikan di atas tabel. Keterangan dituliskan dengan huruf kecil kecuali pada karakter
pertama pada tiap kalimat. Seluruh gambar harus diberi penomoran secara berurutan. Gambar
diletakkan di tengah halaman (center aligned), sedangkan tabel diawali di pinggir kiri (left aligned)
halaman.

Tabel 1. Judul Tabel Pertama[1]


Get and Place:

13
Hunter, Industri Perminyakan Indonesia, hlm 72
14

5 Jurnal XXXXXXXXX Vol. 1 No. 1 (Maret 2021)


Judul Artikel Kapital di Awal Kata, Bold, Jenis Book Antiqua 8, Spasi 1

weight conditions Place accuracy Code


approx. AA
Easy Loose AB
Tight AC
<= 1 kg approx. AD
difficult Loose AE
Tight AF
handful approx. AG
approx. AH
> 1kg <= 8kg Loose AJ
Tight AK
approx. AL
> 8 kg <= 20kg Loose AM
Tight AN
Approx. HA
Handel tool: Get, Place and Place a side Loose HB
Tight HC

Contoh pembuatan tabel dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Apabila isi tabel
tersebut berasal dari sumber tertentu, tulis referensinya dengan angka [1].

Tabel 2. Contoh Penulisan Tabel Kedua[2]


Judul Kolom Kolom A Kolom B
(t) (t)
Baris pertama 1 2
Baris kedua 3 4
Baris selanjutnya 5 6

Cara penyajian gambar dapat dilihat pada Gambar 1. Apabila gambar tersebut adalah
sumber sekunder maka perlu disebutkan sumbernya. Keterangan gambar diletakan pada bagian
bawah gambar. Gambar tidak perlu dibingkai.

Gambar 1. Contoh Penulisan Caption pada gambar[1]

6. SIMPULAN DAN SARAN (0,5 halaman)


Template ini dibuat untuk konsistensi format artikel yang diterbitkan oleh Jurnal pada
lembaga kami. Kerjasama dan kesediaan penulis mengikuti acuan penulisan sangat diharapkan.

Ucapan Terima Kasih


Jika perlu berterima kasih kepada pihak tertentu, misalnya sponsor penelitian, nyatakan
dengan jelas dan singkat, hindari pernyataan terima kasih yang berbunga-bunga.

7. DAFTAR PUSTAKA (1-2 halaman) disarankan menggunakan mendeley


Daftar Pustaka ditulis mengikuti format APPA style berikut:

A. Referensi Cetak:

6 Jurnal XXXXXXXXX Vol. 1 No. 1 (Maret 2021)


Judul Artikel Kapital di Awal Kata, Bold, Jenis Book Antiqua 8, Spasi 1

Buku
Penulis. Judul buku. Lokasi Penerbit: Penerbit, tahun, halaman.
W.K. Chen. Linear Networks and Systems. Belmont, CA: Wadsworth, 1993, pp. 123-35.

Artikel dalam Buku


Penulis. “Judul Artikel” in Judul Buku, edisi, volume. Nama Editors, Ed. Lokasi Penerbit:
Penerbit, tahun, halaman.
J.E. Bourne. “Synthetic structure of industrial plastics,” in Plastics, 2nd ed., vol. 3. J. Peters, Ed.
New York: McGraw-Hill, 1964, pp.15-67.

Jurnal
Penulis. “Judul Artikel”. Nama Jurnal, vol., halaman, tanggal/tahun, DOI.
Christopher S. Goldenstein, et. al. “Infrared laser-absorption sensing for combustion gases.”
Progress in Energy and Combustion Science, Volume 60, May 2017, Pages 132-176,
https://doi.org/10.1016/j.pecs.2016.12.002.

Prosiding
Penulis. “Judul Artikel.” in Conference proceedings, tahun, halaman.
D.B. Payne and H.G. Gunhold. “Digital sundials and broadband technology,” in Proc. IOOC-
ECOC, 1986, pp. 557-998.

Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Standar
[1] British Standards Institution. B.S. 764. London: British Standards Institution, 1990.

Dokumen Paten
Inventor.”Nama/Judul.” Negara dimana paten terdaftar. Nomor, tanggal.
[2] E.E. Rebecca. “Alternating current fed power supply.” U.S. Patent 7 897 777, Nov. 3, 1987.

Gambar Teknik
[3] F. Afrinaldi. Rangka Belt Conveyor. [Gambar Teknik]. Universitas Andalas: Padang, 2005.

B. Referensi Elektronik:
Buku
Penulis. (Tahun, bulan tanggal). Judul buku. (Edisi). [On-line]. Volume(Nomor). Available:
site/path/file [tanggal diakses].
[4] S. Calmer. (1999, June 1). Engineering and Art. (2nd edition). [On-line]. 27(3). Available:
www.enggart.com/examples/students.html [May 21, 2003].

Web
Penulis. “Judul.” Internet: complete URL, tanggal di-update [tanggal diakses].
[5] M. Duncan. “Engineering Concepts on Ice. Internet: www.iceengg.edu/staff.html, Oct. 25,
2000 [Nov. 29, 2003].

C. Sumber Lain:
Koran
Penulis. “Judul Artikel.” Nama Koran (tanggal, tahun), bagian/liputan, halaman.
[6] B. Bart. “Going Faster.” Globe and Mail (Oct. 14, 2002), sec. A p.1. “Telehealth in Alberta.”
Toronto Star (Nov. 12, 2003), sec. G pp. 1-3.

Disertasi/Tesis/Tugas Akhir
Penulis. “Judul Tesis.” Level Lulusan, nama universitas, lokasi, tahun.
[7] S. Mack. “Desperate Optimism.” M.A. thesis, University of Calgary, Canada, 2000.

7 Jurnal XXXXXXXXX Vol. 1 No. 1 (Maret 2021)


Judul Artikel Kapital di Awal Kata, Bold, Jenis Book Antiqua 8, Spasi 1

NOMENKLATUR
Nomenklatur disertai arti dari semua persamaan matematika ataupun nomenklatur lain di alam
artikel, dituliskan pada bagian ini.

 arti dari 
E arti dari variabel E
Jc arti dari variabel Jc

8 Jurnal XXXXXXXXX Vol. 1 No. 1 (Maret 2021)

Anda mungkin juga menyukai