Puji syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa , yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya Kepada kita semua, sehingga Laporan Survey
Kepuasaan Pasien dan Keluarga Terhadap Pelayanan di RSUD Kolonodale dapat
terselesaikan dengan tepat waktu
Laporan Survey Kepuasaan Pasien dan Keluarga Terhadap Pelayanan di RSUD
Kolonodale ini disusun dengan tujuan untuk memberikan gambaran umum Kepuasaan
Pasien dan Keluarga terhadap pemberian pelayanan di RSUD Kolonodale. Laporan ini berisi
tentang definisi, tujuan, factor-faktor yang mempengaruhi kepuasaan pasien serta instrumen
kepuasaan pasien. Semoga Laporan ini dapat digunakan dalam proses peningkatan mutu
khususnya dalam pelayanan pasien di RSUD Kolonodale.
Any Myarchi,S.Kep.,NS
198405242009042005
BAB I
PENDAHULUAN
Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Paradigma baru pelayanan kesehatan
mensyaratkan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan dan
keinginan pasien dengan tetap mengacu pada kode etik profesi dan medis. Dalam
perkembangan teknologi yang pesat dan persaingan yang semakin ketat, maka rumah
sakit dituntut untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanannya. Kualitas merupakan
inti kelangsungan hidup sebuah lembaga. Gerakan revolusi mutu melalui pendekatan
manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan yang tidak boleh diabaikan jika suatu
lembaga ingin hidup dan berkembang, Persaingan yang menuntut sebuah lembaga
penyedia jasa/layanan untuk selalu memanjakan pelanggan/konsumen dengan
memberikan pelayanan terbaik. Para konsumen akan mencari produk berupa barang
atau jasa dari perusahaan yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepadanya
(Assauri, 2003:25). Masalah utama sebagai sebuah lembaga jasa pelayanan kesehatan
adalah semakin banyaknya pesaing. Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk selalu
menjaga kepercayaan konsumen dengan meningkatkan kualitas pelayanan agar
kepuasan konsumennya meningkat. Pihak rumah sakit perlu secara cermat
menentukan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan
meningkatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan (John, J., 1992: 57).
Mutu pelayanan rumah sakit merupakan hal yang krusial. Rumah sakit sebagai
penyedia jasa layanan bagi masyarakat luas, dituntut untuk memberikan pelayanan
secara baik dan sesuai standar yang telah ditetapkan. Upaya peningkatan mutu
lebih baik kepada pasien. Pelayanan rumah sakit yang bermutu dapat meningkatkan
kepuasan pasien dan mendorong pasien tersebut untuk mau datang kembali ke rumah
sakit, sehingga dapat meningkatkan kredibilitas rumah sakit di masyarakat. Hal ini
sangat penting dilakukan oleh rumah sakit karena persaingan bisnis rumah sakit juga
Rumah Sakit sebagai bagian dari sistem kesehatan nasional dituntut untuk
meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas, pelayanan dan kemandirian. Dengan
demikian rumah sakit merupakan salah satu pelaku pelayanan kesehatan yang
kompetitif harus dikelola oleh pelaku yang mempunyai jiwa wirausaha yang mampu
menciptakan efisiensi, keunggulan dalam kualitas dan pelayanan, keunggulan dalam
inovasi serta unggul dalam merespon kebutuhan pasien (Jacobalis, S. 1995: 77).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kepuasan pasien terhadap pelayanan di
RSUD Kolonodale.
KAJIAN TEORI
2.1.1. Definisi Kepuasan
Kepuasaan adalah tingkat kepuasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil
2.1.2. Kepuasan Pasien
kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari peningkatan mutu layanan kesehatan.
Kepuasan pasien ialah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari
kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa
kita berikan dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih
menggunakan kembali pelayanan kesehatan yang sama bila mereka membutuhkan lagi.
bahkan telah diketahui bahwa pasien yang loyal akan mengajak oranglain untuk
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia
demikian dapat diartikan bahwa kepuasan konsumen merupakan perbedaan antara yang
dirumah.Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien,manajemen rumah sakit dap
at melakukan peningkatan mutu pelayanan. Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja
layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapan atau sebaliknya.
Ketidakpuasaan atau kekecewaan pasien akan muncul apabila kinerja layanan kesehatan
dan kebutuhan pasien dapat dipenuhi. Suatu pelayanan dinilai memuaskan bila
pelayanantersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pasien. Jadi kepuasan atau
ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah
2.1.3. Manfaat Kepuasaan
saat ini jauh lebih murah dibandingkan upaya terus - menerus menarik atau
terhadap produk dan jasa perusahaan selama periode waktu yang lama bisa
menghasilkan anuitas yang jauh lebih besar dari pada pembelian individual.
Dalam banyak industri pendapat atau opini positif dari teman dan keluarga jauh lebih
Pelanggan yang puas dan loyal terhadap sebuah perusahaan cenderung lebih jarang
menawar harga untuk setiap pembelian individualnya. Ini Karena faktor kepercayaan
2.1.4. Mengukur Tingkat Kepuasan
tersedianya umpan balik yang segera, berarti dan obyektif. Dengan hasil pengukuran
dengan standar kerja dan memutuskan apa yang harus dilakukan untuk melakukan
2) Pengukuran biasa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan standar prestasi
yang harus dicapai, yang mengarahkan mereka menuju mutu yang semakin baik dan
pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau yang memberi pelayanan.
4) Pengukuran memberitahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu dan
kepuasan pelanggan bagaimana harus melakukannya, informasi ini juga biasa datang
dari pelanggan.
yang lebih tinggi. Pasien akan merasa sangat tidak puas apabila hasil pelayanan yang
diberikan oleh perawat didapatkan pasien jauh dibawah harapannya, jika hasil
pelayanan yang diberikan oleh perawat belum memenuhi harapan pasien maka pasien
akan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diterima pasien. Pelayanan akan
cukup memuaskan jika pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah memenuhi
akan merasa sangat puas apabila pelayanan yang diberikan oleh perawat melebihi apa
kesempatan yang luas kepada para pelangganya untuk menyampaikan keluhan dan
saran. Misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan
b. Ghost shopping
Penelitian survey dapat melalui pos, telepon dan wawancara langsung. Responden
derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik perusahaan dalam masing-masing
elemen. Melalui survey perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan
Tingkat kepuasan dapat diukur dengan beberapa metode diatas. Data yang diperoleh
dari hasil pengukuran tiap-tiap metode mempunyai hasil yang berbeda. Pada penelitian
yang menggunakan metode survei kepuasan pelanggan, data/ informasi yang diperoleh
menggunakan metode ini lebih fokus pada apa yang ingin diteliti sehingga hasilnyapun
2.1.6. Manfaat Pengukuran Kepuasan
Manfaat dari pengukuran kepuasan pasien menurut Astuti (2014) adalah sebagai
berikut:
1) Menjadi tahu kekurangan setiap tingkat kelemahan penyelenggaraan pelayanan.
2)Menjadi tahu kinerja penyelenggaraan pelayanan yang sudah dijalankan oleh unit
pelayanan.
3) Dapat dijadikan bahan penentuan kebijakan yang harus diambil dan usaha yang
harus dilakukan.
6)Untuk masyrakat bisa mengetahui gambaran mengenai kinerja pelayanan unit yang
berkaintan
Kuesioner ini terdiri dari 30 butir pernyataan yang mengacu pada kualitas
pelayananterdiri dari 5 dimensi yaitu kehandalan (reliability), jaminan (assuranc
e), bukti fisik (tangibles) ,empati (empathy), daya tanggap (responsiveness).
a. Responden
Responden yang dapat mengisi instrumen survey kepuasaan pasien adalah individu
yang memiliki sifat yang sama walaupun prosentase kesamaan itu sedikit, atau
dengan kata lain seluruh individu yang akan dijadikan sebagai obyek penelitian
Kolonodale. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono,2014). Sampel yang diambil penelitian ini secara acak
dengan metode Accidental sampling yaitu dilakukan pada responden yang datang ke
RSUD Kolonodale sebanyak 100 orang dari bulan November – Desember 2022.
b. Dimensi pertanyaan
Survey kepuasaan pasien terdiri dari 30 dimensi pertanyaan yang terdiri dari unsur-
unsur, yaitu;
METODE SURVEY
penelitian pengamatan (survey) yang mencoba mencari gambaran variabel tanpa melakukan
intervensi kepada target penelitian (Setiadi, 2007). Desain yang digunakan adalah potong lintang
(cross-sectional), yaitu peneliti hanya melakukan observasi dan pengukuran variabel dalam suatu
saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat waktu bersamaan, namun
mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan
tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Saryono & Anggraeni, 2012). Adapun definisi
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuesioner ini
diadopsi dan dimodifikasi dari kuesioner pelayanan publik dengan berpedoman pada Keputusan
Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah dan dan Importance-
terdiri dari 5 dimensi yaitu kehandalan (reliability), jaminan (assurance), bukti fisik (tangibles) ,emp
ati (empathy), daya tanggap (responsiveness).
Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan
penyunting /pengecekan dan perbaikan isian kuesioner terlebih dahulu. Coding merupakan peneliti
Total skor yang diperoleh terendah 1,00 dan tertinggi 4,00, semakin tinggi skor maka semakin
tinggi kepuasan pasien pada kualitas pelayanan. Skor 1,00 - 1,75 pasien merasa kualitas pelayanan sangat
tidak baik, skor 1,76 – 2,100 pasien merasa kualitas pelayanan kurang baik, skor 2,51 – 3,25 pasien
merasa kualitas pelayanan baik dan skor 3,26 – 4,00 pasien merasa kualitas pelayanan sangat baik.
Survey ini telah dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember tahun
2022 dengan melibatkan 100 responden dengan pengambilan responden secara Accidental
Sampling yaitu sampel yang ditemui pada saat penyebaran kuesioner. Adapun hasil survey yang
umur, pendidikan, lama bekerja, profesi dan, adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
1 Umur 17 s.d 35 48 48
36 s.d 55 42 42
> 55 10 10
SLTP 12 12
SLTA 40 40
Diploma 11 11
S1 19 19
S2 0 0
Perempuan 58 58
Pegawai Swasta 14 14
Wiraswasta/Usahawan 33 33
Pelajar/Mahasiswa 2 2
Lainya 36 36
Dari tabel 4.1 menunjukkan umur responden yang paling banyak adalah umur 17 s.d 35 tahun,
dengan frekwensi 48 (48 %) orang dan yang paling sedikit umur lebih dari 55 tahun dengan frekwensi 10
(10 %) orang. Tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah SLTA dengan frekwensi 40
(40%) orang, dan yang paling sedikit S2 dengan frekwensi 0 (0 %) orang. Jenis kelamin responden yang
paling banyak adalah perempuan dengan frekwensi 58( 58 %) orang dan laki-laki dengan frekwensi 42
(42%) orang. Untuk status pekerjaan responden yang paling banyak adalah lainya dengan frekwensi 36
(36 %) orang dan yang paling sedikit adalah Pelajar/Mahasiswa dengan frekwensi 2(2%) orang.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Dimensi Daya Tanggap terhadap Kepuasaan Pasien Pelayanan
di RSUD Kolonodale
1 Tidak baik 0 0
2 Kurang baik 2 2
3 Baik 12 12
4 Sangat baik 86 86
baik, 2 (2%) menyatakan pelayanan kurang baik, 12 (12%) menyatakan pelayanan baik
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Dimensi Kehandalan terhadap Kepuasaan Pasien Pelayanan
di RSUD Kolonodale
1 Tidak baik 0 0
2 Kurang baik 2 2
3 Baik 19 19
4 Sangat baik 79 79
Dari tabel 4.3 Menunjukkan bahwa dari 100 reponden menunjukkan bahwa keandalan
pelayanan di RSUD Kolonodale adalah 0 (0%) menyatakan pelayanan tidak baik, 2 (2%)
menyatakan pelayanan kurang baik, 19 (19%) menyatakan pelayanan baik dan 79 (79%)
di RSUD Kolonodale
1 Tidak baik 0 0
2 Kurang baik 2 2
3 Baik 27 27
4 Sangat baik 71 71
Dari tabel 4.4 Menunjukkan bahwa dari 100 reponden menunjukkan bahwa bukti fisik
pelayanan di RSUD Kolonodale adalah 0 (0%) menyatakan pelayanan tidak baik, 2 (2%)
menyatakan pelayanan kurang baik, 27 (27%) menyatakan pelayanan baik dan 71 (71%)
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Dimensi Jaminan terhadap Kepuasaan Pasien Pelayanan
di RSUD Kolonodale
1 Tidak baik 0 0
2 Kurang baik 1 1
3 Baik 30 30
4 Sangat baik 69 69
pelayanan di RSUD Kolonodale adalah 0 (0%) menyatakan pelayanan tidak baik, 1 (1%)
menyatakan pelayanan kurang baik, 30 (30%) menyatakan pelayanan baik dan 69 (69%)
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Dimensi Emphaty terhadap Kepuasaan Pasien Pelayanan
di RSUD Kolonodale
1 Tidak baik 0 0
2 Kurang baik 1 1
3 Baik 23 23
4 Sangat baik 76 76
Dari tabel 4.6 Menunjukkan bahwa dari 100 reponden menunjukkan bahwa daya tanggap
pelayanan rumah sakit adalah 0 (0%) menyatakan pelayanan tidak baik, 1 (1%)
menyatakan pelayanan kurang baik, 23 (23%) menyatakan pelayanan baik dan 76 (76%)
di RSUD Kolonodale
Persentase
NO Kepuasan Pasien Frekuensi
(%)
1 Tidak baik 0 0
2 Kurang baik 3 3
3 Baik 18 18
4 Sangat baik 79 79
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa 0 (0%) pasien merasa palayanan rumah
sakit tidak baik. 3 (3%) pasien merasa pelayanan ruma sakit kurang baik, 18 (18%) pasien marasa
bahwa pelayanan ruma sakit baik dan 79 (79%) pasien merasa pelayanan rumah sakit sangat baik.
Secara umum dapat dianalisis skor keseluruhan nilai kepuasaan pasien untuk 100
adalah NRR Per Unsur = Nilai per Unsur : Jumlah Kuesioner X 0.033 adalah 10319/100 X 0,033
= 3,405 (85,13%). Jika dinilai secara keseluruhan bahwa mutu pelayanan RSUD
Kolonodale adalah masuk kategori Sangat Baik mencapai standar indicator mutu
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa 0 (0%) pasien merasa palayanan rumah sakit
tidak baik, 3 (3%) pasien merasa pelayanan rumah sakit kurang baik, 18 (18%) pasien marasa bahwa
pelayanan ruma sakit baik dan 79 (79%) pasien merasa pelayanan rumah sakit sangat baik.
bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang–
kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil
Lebih lanjut Kotler dalam Tjiptono dan Diana (2014), menandaskan bahwa kepuasan
pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia
rasakan di bandingkan dengan harapannya. Demikian Dalam upaya mencapai tingkat kepuasan
pelanggan yang tinggi terhadap mutu pelayanan Perawatan diperlukan tentang pemahaman tentang
apa yang diinginkan oleh pelanggan dan mengembangkan komitmen setiap orang atau perawat yang
Sedangkan dalam Andriani, M. (2014). terdapat lima dimensi mutu pelayanan antara lain:
Responsives (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan ketersediaan untuk
melayani pelanggan dengan baik. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melakukan
pelayanan sesuai yang di janjikan dengan segera, akurat dan memuaskan. Emphaty (empati), yaitu
rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan, serta kemudahan untuk
di hubungi. Tagibles (bukti langsung), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan, dan sarana
komunikasi.
Kesenjangan terjadi apabila pelanggan mempersepsikan pelayanan yang diterima lebih tinggi
daripada desired service atau lebih rendah daripada adequate service kepentingan pelanggan
(Andriani, M.,2014).
Tjiptono, Fandy. (2014),menjelaskan bahwa mutu pelayanan kesehatan dapat di pandang dari
tiga aspek meliputi: Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan (health consumer), Bagi penyelenggara
pelayanan kesehatan (health provider), Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan (health
financing). Tindakan keperawatan dapat dianggap sebagai suatu intruksi untuk perawat yang merawat
pasien. Intruksi perawatan adalah suatu bentuk tindakan perawat yang menunjukkan perawatan dan
pengobatan yang khusus, dimana perawat mempunyai wewenang untuk melakukan perawatan pada
pasien tertentu. Perawatan dan pengobatan di rancang untuk membantu pasien mencapai satu atau
lebih dari satu tujuan perawatan, sehingga mengurangi masalah pasien hal ini dengan tujuan
meningkatkan kepuasan pasien, adapun tindakan keperawatan dalam meningkatkan kepuasan pasien
adalah tindakan yang aman bagi pasien, tindakan dalam memberikan pengobatan, tindakan perawat
haruslah didasari oleh pendidikan dan pengalaman sebelumnya tentang penyakit–penyakit yang
diderita oleh pasien yang tujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien atau masyarakat.
Hal ini sesuai dengan pengertian kepuasan pelanggan atau pasien menurut Wilton (2008)
dalam Murtiana, E. (2016), mengatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan
terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya atau norma kerja
5.1 Kesimpulan
1. Bahwa dari 100 reponden menunjukkan bahwa daya tanggap pelayanan rumah sakit
baik, 12 (12%) menyatakan pelayanan baik dan 86 (86%) menyatakan pelayanan rumah
2. Bahwa dari 100 reponden menunjukkan bahwa kehandalan pelayanan rumah sakit adalah
0 (0%) menyatakan pelayanan tidak baik, 2 (2%) menyatakan pelayanan kurang baik, 19
(19%) menyatakan pelayanan baik dan 79(79%) menyatakan pelayanan rumah sakit
sangat baik.
3. Bahwa dari 100 reponden menunjukkan bahwa bukti fisik pelayanan rumah sakit adalah
0 (0%) menyatakan pelayanan tidak baik, 2 (2%) menyatakan pelayanan kurang baik, 27
(27%) menyatakan pelayanan baik dan 71 (71%) menyatakan pelayanan rumah sakit
sangat baik.
4. Bahwa dari 100 reponden menunjukkan bahwa jaminan pelayanan rumah sakit adalah 0
(0%) menyatakan pelayanan tidak baik, 1 (1%) menyatakan pelayanan kurang baik, 30
(30%) menyatakan pelayanan baik dan 69 (69%) menyatakan pelayanan rumah sakit
sangat baik
5. Bahwa dari 100 reponden menunjukkan bahwa emphaty pelayanan rumah sakit adalah 0
(0%) menyatakan pelayanan tidak baik, 1 (1%) menyatakan pelayanan kurang baik, 23
(23% ) menyatakan pelayanan baik dan 76 (76%) menyatakan pelayanan rumah sakit
sangat baik.
rumah sakit kurang baik, 18 (18%) pasien marasa bahwa pelayanan rumah sakit baik, 79 (79%)
5.2 Saran
Berdasarkan temuan pada hasil penelitian, maka perlu disarankan sebagai berikut:
1. Perlunya peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien, agar mutu
pelayanan dari segala aspek yang ada di RSUD Kolonodale dapat meningkat, dan pelayanan
yang diberikan kepada pasien mengenai kepuasan menjadi optimal khususnya bagi pasien yang
2. Diharapkan perlunya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan kepada pasien, apabila ini terpenuhi sehingga kepuasan pasien dapat tercapai serta
melakukan survey kepuasan secara berkala terhadap mutu pelayanan dokter dan perawat agar
dapat diketahui tingkat kepuasan rata-rata pasien yang mendapatkan pelayanan perawatan.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Buchari Alma., (2016). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung. Alfabeta.
Gerson,R.F. (2014). Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta:PPM.
Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014.Jakarta : Kemenkes RI.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Ed. 4. Jakarta:
Salemba Medika
Pohan, Chairil. A. (2013). Manajemen Perpajakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Siswati Sri. (2013). Etika dan Hukum Kesehatan dalam perspektif undang-undang kesehatan.
Jakarta: PT Rajagrafindo persada.
Triwibowo, C. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.
Jakarta: Trans Info Media.
Ayuningtiyas, K. (2014). Tingkat Kepuasan Pasien pada Pelayanan Keperawatan
di Rumah Sakit. Diakses pada 10 Januari 2019 dari http://jurnal.poltekkes-
malang.ac.id/berkas/deef-83-90.pdf.
Murtiana, E. (2016). Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien BPJS di
RSUD Kota Kendari.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Haluoleo
Mumu, L.J. (2015). Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien Di
Poliklinik Penyakit Dalan RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado. Thesis. Universitas Sam
Ratulangi Manado, Manado.
Sayuti, E. (2015). Analisis tingkat kepuasan pasien di Rawat Inap di rumah sakit khusus jantung
sumatera barat tahun 2015. Skripsi: UNAND
Wendha, Paramitha, Rahayu, Ketut, dan Suasana. (2013). “Pengaruh Kualitas Layanan
Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Garuda Indonesia Di Denpasar”. Jurnal
Manajemen, Strategi Bisnis dan Kewirausahaan, Vol 7 No. 1.