Anda di halaman 1dari 2

PEMASYARAKATAN PADA MASA KOLONIAL JEPANG

DISUSUN OLEH:

ACHMAD ALDI AL FARUQ (4791)


ADE FAHMI SYAHPUTRA MANIK (4792)
ALDY RIZQAN (4797)
MICHAEL PARDOMUAN (4835)
RISARD CHANDRA NAHAMAU (4839)
MANAJEMEN PEMASYARAKATAN B

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
2023
PEMASYARAKATAN PADA MASA KOLONIAL JEPANG

Pada periode ini menurut teori perlakuan narapidana harus berdasarkan reformasi/
rehabilitasi namun dalam kenyataannya lebih merupakan eksploitasi atas manusia. Para
terpidana dimanfaatkan tenaganya untuk kepentingan Jepang. Dalam teori para ahli
kepenjaraan Jepang perlu adanya perbaikan menurut umur dan keadaan terpidana. Namun
pada kenyataannya perlakuan terhadap narapidana bangsa Indonesia selama periode
pendudukan tentara Jepang merupakan lembaran sejarah yang hitam dari sejarah kepenjaraan
di Indonesia, hal ini tidak jauh berbeda dengan keadaan sebelumnya (penjajahan Belanda).

Penjajah Jepang mengeluarkan maklumat yang memuat ketentuan pidana dan


memberlakukannya di seluruh Indonesia. Namun sepanjang sejarah pendudukan Jepang di
Indonesia tidak pernah mencabut berlakunya Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-
Indie 1951. Jadi selama Jepang berkuasa di Indonesia kembali berlaku Dualisme Hukum
Pidana, khususnya terkait kepenjaraan. Jenis pidana yang diterapkan pada masa kolonial
Jepang, yaitu penjara, romusha dan hukuman pancung untuk terpidana mati.

Pada masa kolonial Jepang para terpidana dimanfaatkan tenaganya untuk kepentingan
Jepang. Hal ini dilakukan untuk eksploitasi atas manusia. Dalam sejarah nasional Indonesia
VI, setelah ekonomi menurun diubah system tujuan pidana menjadi ekonomi perang.
Hukuman disiplin yang diterapkan colonial Jepang adalah masih menerapkan peraturan
kepenjaraan jaman Belanda (Gestichen Reglement), yaitu tutupan sunyi.

Pada masa kolonial Jepang tidak ada dilakukan pembangunan untuk mendirikan
penjara. Kolonial Jepang menggunakan bangunan lama masa peninggalan jaman Belanda.
Kemudian penjagaan di penjara-penjara yang pada awalnya dipegang oleh militer kemudian
diganti oleh tenaga pegawai sipil. Kantor pusat kepenjaraan di Jakarta disebut “Gyokey
Kacho”. Untuk didaerah karesidenan dipimpin oleh seorang Jepang yang disebut dengan
“Tosei Keimukantotukan”.

Anda mungkin juga menyukai