Anda di halaman 1dari 23

TUGAS RESUME BAB III PANCASILA

Kelas : B1 Pagi ( Teknik Sipil )


Kelompok :
1. FARHAN AZWANI 2307210075
2. RIZKY RAMADHAN 2307210089
3. AHMAD BUKHARI PRASTIO 2307210054
4. MUHAMMAD ILHAM NANDA RAHMADI 2307210067
5. DIMAS HARI MADANI 230721 0066
6. RAGEL PRABOWO 2307210059
7. M. AKBAR 2307210051
8. ALPIN FERDINAN FAHMI 2307210213
9. RAJA MALIKI AKBAR MATONDANG 2307210053

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL-FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2024
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal bahasa Yunani, yang sudah muncul sejak zaman Platon dan
Aristoleles (abad ke 5 dan ke 4 SM), yakni idealogia (ajaran mengenai idea). Istilah tersebut
merupakan gabungan dua kata, yakni idea dan logos. Kata idea berarti gagasan, konsep,
pengertian dasar, cita-cita, fenomena, dan kata logos berarti ilmu, akal. Maka secara
etimologis ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide, atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar. Kamus “The Webster’s New Collegiate Dictionary” menyebutkan bahwa
ideology is manner or content of thingking characteristic of an individual or class (terjemah:
ideologi adalah cara hidup atau muatan karakteristik berpikir sesorang atau kelompok).
Definisi tersebut menggambarkan semacam kekhasan atau karakteristik yang harus
dimunculkan dalam sebuah cara hidup. Oleh karenanya kekhasan ini menjadi patokan dalam
mengarungi kehidupan.

Ilmuan yang dikenal sebagai penemu istilah ideologi adalah Antoine Destutt de Tracy. Pada
tahun 1796, Tracy bercita-cita untuk membangun suatu sistem pengetahuan berdasarkan
satu gagasan pokok tertentu. Tracy menyebut ideologie sebagai science of ideas, the study
of origins, evolution and nature of ideas. Cita-cita ini merupakan suatu proyek yang
diharapkan mampu membawa perubahan institusional masyarakat Perancis kala itu. Tracy
memandang ideologi sebagai ilmu tentang pemikiran manusia yang mampu menjadi
petunjuk bagi kelangsungan hidup manusia ke depan. Tingkat keilmuan ideologi, menurut
Tracy, setara dengan biologi dan zoology. Ideologi dapat dimaknai sebagai “jalan pencerah”,
yang memberikan gambaran jalan untuk menuju pada kehidupan yang lebih maju di masa
yang akan datang, sebagai penunjuk ide-ide yang salah, serta sebagai sarana pengembangan
kehidupan sekuler sehingga menghasilkan kehidupan yang lebih baik. Namun, Tracy
mendapat cibiran dan pandangan sinis dari Napoleon terkait dengan konsep ideology ini.
Menurut Napoleon, ideologi sebagai suatu khayalan belaka (utopis), yang tidak mempunyai
arti praktis. Hal itu semacam impian yang tidak akan dapat ditemukan dalam kenyataan.
Hakikat Ideologi

Dalam sejarah di Indonesia, ideologi seringkali dianut karena manfaatnya.109 Akan tetapi
orang menganut dan mendukung suatu ideologi pada dasarnya juga karena keyakinan
bahwa ideologi itu benar. Ide-ide atau pengertian itu merupakan suatu sistem, suatu
perangkat yang menjadi suatu kesatuan, menjadi ideologi mengenai manusia dan seluruh
realitas. Setiap ideologi pada intinya pasti mempunyai citra manusia tertentu. Dengan kata
lain, setiap ideologi pasti mempunyai suatu citra dan gambaran: manusia itu apa, dan
bagaimana relasi-relasinya dengan alam semesta dengan sesama manusia dan dengan
Penciptanya. Dikatakan: mengenai manusia dan seluruh realitas, mengandung arti bahwa
manusia itu mempunyai posisi tertentu, mempunyai kedudukan, berarti mempunyai
hubungan atau relasi.

Ideologi dan Hukum

Apabila hukum adalah suatu sistem aturan berlaku yang mengatur hubungan sosial dan
diatur oleh sistem politik, maka tampak jelas bahwa hukum terhubung dengan ideologi.

Berdasarkan uraian di atas maka ideologi sangat diperlukan dalam suatu masyarakat yang
sedang dimodernisasikan. Dalam masyarakat tradisional terdapat semacam ideologi politik
yang tertulis, atau suatu sistem kepercayaan yang merupakan sebagian dari kepercayaan
agama dan adat. Indonesia merupakan negara majemuk yang dibentuk atas dasar kesadaran
bahwa masyarakat. Kemajemukan itu dinyatakan dalam UUD sebagai wujud dari legitimasi
dari rakyat.

Sejarah Perumusan Ideologi Pancasila

Nama Indonesia mulai dipakai untuk menyebut Kepulauan Hindia Belanda pada bulan Maret
1942 pada saat pemerintah Hindia Belanda menyerah pada bala tentara Jepang. Nama
Indonesia itu untuk pertama kalinya dahulu dipakai oleh orang Inggris bernama Logan pada
tahun 1850, kemudian pada tahun 1884 dipakai oleh Adolf Bastian seorang etnograf. Nama
Indonesia itu berasal dari bahasa Yunani Indos dan nesos atau dalam bahasa Sanskerta nusa
yang berarti pulau. Jepang berusaha mendapat legitimasi untuk kekuasaan atas Indonesia
yang mereka duduki. Tanggal 20 Maret 1942 dibentuklah pergerakan tiga A: Nippon Cahaya
Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Inilah ideologi yang hendak
dipaksakan orang Jepang pada bangsa Indonesia. Mereka menyanggupi akan memberikan
kesejahteraan dan kebahagiaan. Mereka segera menyadari bahwa tanpa Soekarno, M. Hatta
dan pemimpin Indonesia lainnya, mustahil akan dapat menguasai rakyat Indonesia. Maka
dalam bulan Juli 1942 Soekarno dipindahkan dari tempat pembuangannya ke tanah Jawa.

Pada tanggal 8 Maret 1943 Jepang melancarkan suatu pergerakan rakyat di Indonesia
yang disebut Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Tujuan Jepang ialah untuk membujuk kaum
nasionalis sekuler dan golongan intelektual agar mengerahkan tenaganya untuk membantu
Jepang. Empat tokoh Indonesia yang dianggap paling terkemuka, yang dikenal dengan nama
Empat Serangkai, yaitu Soekarno, M. Hatta, K.H. Mansyur, dan pemimpin Taman Siswa Ki
Hajar Dewantoro mendapat kepercayaan untuk memimpin gerakan itu. Tetapi ternyata
gerakan Tiga A dan Putera kurang memuaskan hasilnya.

Pada tanggal 1 Maret 1944 Putera dibubarkan, dan dibentuklah suatu organisasi yang
meliputi semua usaha tonarigumi (rukun tetangga) dan Jawa Hokokai. Di dalam Jawa
Hokokai ditonjolkan sifat berbakti. Pemimpin tertinggi adalah Gunseikan, sedangkan
Soekarno menjabat sebagai Komon (penasihat). Keadaan Jepang pada pertengahan tahun
1944 semakin buruk dan terus menerus menderita kekalahan perang dari sekutu. Hal ini
kemudian membawa perubahan baru bagi pemerintah Jepang di Tokyo dengan janji
kemerdekaan yang di umumkan Perdana Mentri Kaiso tanggal 7 september 1944 dalam
sidang istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai) ke 85. Janji tersebut kemudian diumumkan
oleh Jenderal Kumakhichi Haroda tanggal 1 Maret 1945 yang merencanakan pembentukan
Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Sebagai realisasi janji tersebut pada tanggal 29 April 1945 kepala pemerintahan Jepang
untuk Jawa (Gunseikan) membentuk BPUPKI dengan Anggota sebanyak 60 orang yang
merupakan wakill atau mencerminkan suku/golongan yang tersebar di wilaya Indonesia.
BPUPKI diketuai oleh DR Radjiman Wedyodiningrat sedangkan wakil ketua R.P Suroso dan
Penjabat yang mewakili pemerintahan Jepang “Tuan Hchibangase”. Dalam melaksanakan
tugasnya di bentuk beberapa panitia kecil, antara lain panitia sembilan dan panitia
perancang UUD. Inilah langkah awal dalam sejarah perumusan pancasila sebagai dasar
negara.

pada tanggal 18 Agustus 1945, dalam sidang PPKI merumuskan sebagai berikut:

a.Ketuhanan Yang Maha Esa

Sebagai hasil refleksi terhadap hidup manusia Indonesia sejak zaman kumo, khususnya
dalam hidup masyarakat desa, para pendiri negara kita sampai pada kesimpulan: manusia
Indonesia mengakui Tuhan yang satu adanya, entah dengan adanya, entah dengan sebutan
Tuhan, Widi, Widi, Wasa, Sang Hyang Hana, Gusti atau Allah. Adanya dunia dengan segala
isinya mendorong manusia ke dalam keyakinan: ada suatu realitas, yang tertinggi, yang
menjadi sumber adanya seluruh realitas di dunia sebagai sebab yang pertama, sebagai causa
prima. Bagaimana orang-orang menghayati keyakinannya, bagaimana mereka bertaqwa,
mengabdi kepada Tuhan, tergantung pada pribadi masing-masing. Maka di Indonesia ada
kebebasan beragama. Indonesia bukan negara “teokratis”, bukan negara agama yaitu negara
yang dalam penyelenggaraan kehidupan berpemerintahan berdasarkan kekuasaan (kratia)
Tuhan (Theos) menurut ajaran agama tertentu.

b. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Bangsa Indonesia mempunyai gambaran atau citra manusia sendiri. Setiap manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi budi dan karsa merdeka, dihargai dan
dihormati sesuai dengan martabatnya. Semua manusia adalah sama derajatnya sebagai
manusia. Semua manusia sama hak dan kewajibannya. Pada dasarnya manusia dibedakan
atas dasar ras, agama, adat atau keturunan atau jenis kelamin. Manusia adalah makhluk
rohani sekaligus makhluk jasmani, adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Hal ini
disebut untuk mempergunakan istilah Prof. Notonagoro: monodualitas. Setiap manusia
diharapkan mendapat apa yang menjadi haknya. Maka dirumuskan: “Kemanusiaan yang
adil”.124 Di sini kita menemukan dasar hak-hak asasi manusia dalam pandangan hidup
bangsa Indonesia. Disadari pula bahwa dunia dengan isinya itu merupakan obyek bagi
manusia.

c. Persatuan Indonesia
Ketika Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 tampil pada sidang paripurna BPUPKI atas
permintaan ketuanya, dr. Radjiman Wedyodiningrat, ia menegaskan:

“Saya mengerti apakah Paduka Tuan Ketua kehendaki Paduka Tuan minta dasar, minta
philosophisce grondslag... Dasar pertama yang baik dijadikan dasar buat negara Indonesia,
ialah dasar KEBANGSAAN. Kita mendirikan satu negara Kebangsaan Indonesia. Tetapi saya
minta kepada saudarasaudara, janganlah saudara-saudara salah faham, jikalau saya
katakan, bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar KEBANGSAAN. Itu bukan berarti
satu kebangsaan dalam arti yang sempit, tetapi saya menghendaki satu nationale staat.

Bangsa Indonesia, natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup
dengan “le désir d’ètre ensemble” di atas daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau
Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia
yang menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah tinggal di kesatuannya semua
pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke Irian!”.

Persatuan Indonesia atau kebangsaan Indonesia diilhami oleh kata-kata pujangga Empu
Tantular pada jaya-jayanya Majapahit dahulu, yang sekarang tercantum dalam lambang
negara; “Bhineka Tunggal Ika”: walaupun beraneka ragam adalah satu! Indonesia memang
terdiri atas bermacam-macam suku atau kelompok etnik: orang Jawa, Timor, Madura, Batak,
Aceh, Bali, Bugis dan seterusnya, masing-masing dengan bahasa daerah, adat, kesenian, dan
watak kebiasaan mereka masing-masing. Terdapat bermacam-macam agama dan
kepercayaan. Tetapi sukusuku atau kelompok-kelompok etnik, yang selama berabad-abad
telah mengalami nasib yang sama, bertekad hendak bersatu. Bersama-sama sudah
menderita dijajah oleh kaum kolonialis; hasrat keinginannya hanya satu; tetap bersatu.
Nasionalisme ini tidak boleh menjadi satu chauvinisme. Oleh karena itu sila II ini tidak boleh
lepas dari sila III. Artinya, sila Kebangsaan atau Persatuan Indonesia dijiwai oleh sila
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab; kebangsaan yang ingin berhubungan secara serasi
dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan


/perwakilan

Sejak dahulu, bahkan pada zaman Majapahit (1293-1517) orang mengenal adat kebiasaan
cara khusus mengadakan perundingan, yang disebut “musyawarah untuk mufakat”. Cara
melakukan segala sesuatu bersama di desa-desa Indonesia juga terungkap dalam prosedur,
yang ditempuh oleh para sesepuh dalam mengambil keputusan. Pada umumnya di
Nusantara orang mengenal musyawarah. Setiap anggota sidang dapat berbicara, setiap
orang berhak agar gagasannya didengarkan dan bahwa orang lain juga harus
memperhitungkannya. Setelah mengadakan pembicaraan, timbang-menimbang maka
akhirnya diambil keputusan. Dalam keputusan itu tak tercantumkan keinginan siapa saja dan
tak seorang pun boleh memaksakan kehendak pribadinya. Dalam musyawarah dan
memutuskan secara bersama- sama, kepala desa memegang pimpinan. Keputusan terakhir
disebut mufakat yaitu konsensus, kesepakatan bersama.128 Jadi keputusan mufakat adalah
langkah terakhir dari musyawarah yang berlangsung lama. Pada waktu mempertimbangkan
dan bersepakat kepala desa tidak dibenarkan bertindak selaku pembesar dalam arti selaku
orang yang mendikte, akan tetapi sebagai kepala sosial suatu keluarag besar, seorang bapak
bagi seluruh persekutuan. Cara berunding musyawarah untuk mufakat ini dilaksanakan
bukan hanya dalam rapat dan rembug desa, tetapi juga dalam forum sidang MPR, DPR pusat
sampai dengan DPRD tingkat II. Musyawarah untuk mufakat merupakan suatu bentuk dan
proses berunding yang tidak mengenal adanya usaha untuk saling menghantam atau saling
menjebak dengan akal muslihat supaya akhirnya dapat tampil sebagai pemenang yang
unggul dalam perdebatan. Musyawarah untuk mufakat merupakan suatu metode dengan
tukar pikiran, menyumbangkan gagasan-gagasan berusaha untuk bersama-sama dapat
menemukan kebenaran dan kebaikan.

e. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Di dekat kota Palembang ada sebuah batu dengan prasasti “Kedukan Bukit” . Menurut Prof.
Muhammad Yamin batu itu merupakan peninggalan Gründungsakt kerajaan Sriwijaya.
Tulisannya berbunyi: “Marwuat wanua Sriwijaya jaya siddhayatra subbiksa”. Oleh M. Yamin
diterjemahkan: “Mereka mendirikan negara Sriwijaya agar jaya sejahtera sentosa”. Jadi
negara Sriwijaya didirikan bukan untuk keagungan dinasti Syailendra, melainkan untuk
kesejahteraan rakyatnya.130 Kata siddhayatra adalah “sejahtera” dalam bahasa Indonesia.
Ideologi Pancasila jelas bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kesejahteraan rakyat.
Prof. Djojodiguno menulis:
“Kita ini rakyat yang terikat secara sosial dan tradisional; kita masing-masing bertindak atau
bertingkah laku seperti semua orang lain, tiap orang bersifat komunal.”

Rumusan inilah yang kemudian dijadikan dasar negara, hingga sekarang bahkan hingga akhir
perjalanan Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bertekad bahwa Pancasila sebagai dasar
negara tidak dapat dirubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR hasil pemilu.

Ideologi juga dapat dibagi menjadi dua tipe sesuai dengan sifat keterbukaannya terhadap
perubahan atau perkembangan kehidupan masyarakat. Dua tipe itu adalah tipe ideologi
tertutup dan ideology terbuka.:

A.Ideologi Tertutup

Ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-
tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak
boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus
dipatuhi. Kebenaran suatu ideology tertutup tidak boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai-
nilai atau prinsip-prinsip moral yang lain. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat
dirubah atau dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial. Karena itu ideologi ini tidak
mentolerir pandangan dunia atau nilai-nilai lain. Salah satu ciri khas suatu ideologi tertutup
adalah tidak hanya menentukan kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar saja, tetapi
juga menentukan hal-hal yang bersifat konkret operasional. Ideologi tertutup tidak mengakui
hak masing-masing orang untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri. Ideologi
tertutup menuntut ketaatan tanpa reserve

Contoh yang cukup representatif menggambarkan ideologi tertutup adalah

Komunis Marxisme-Leninisme. Ideologi yang dikembangkan dari pemikiran Karl Marx yang
dilanjutkan oleh Vladimir Ilianov Lenin ini berisi sistem berpikir mulai dari tataran nilai dan
prinsip dasar dan dikembangkan hingga praktis operasional dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ideologi MarxismeLeninisme meliputi ajaran dan
paham tentang (a) hakikat realitas alam berupa ajaran materialism dialektis dan ateisme; (b)
ajaran makna sejarah sebagai materialisme historis; (c) norma-norma rigid bagaimana
masyarakat harus ditata, bahkan tentang bagaimana individu harus hidup; dan (d) legitimasi
monopoli kekuasaan oleh sekelompok orang atas nama kaum proletary.

B.Ideologi Terbuka

Ideologi terbuka hanya berisi orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-
tujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan
nilai dan prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita yang akan
dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati secara demokratis.
Dengan sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya dapat ada dan mengada
dalam sistem yang demokratis.

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Sebagai ideologi, pancasila dapat dipahami secara epistemologis dan substantif. Secara
epistemologis, Pancasila merupakan belief-system yang terbuka, bersifat evolutif yang
senantiasa mengarahkan pada eksplisitasi nilai-nilai dalam sila-sila pancasila secara lebih
refleksif. Hasil penggalian nilai-nilai bangsa yang termuat dalam sila-sila Pancasila termuat
secara substantif dalam ideologi yang menjadi pandangan dasar dan arah cita-cita
perjuangan, kehidupan, dan usaha mempertahankan negara. Pancasila sebagai suatu
ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan
bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu
menyesuaikan dengan perkembangan jaman (memenuhi syarat-syarat dimensi fleksibilita).
Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar Pancasila namun
mengeksplisitkan wawasannya secara kongkrit, sehingga mempunyai kemampuan yang lebih
tajam untuk memecahkan masalah-masalah yang baru dan aktual. Akan tetapi, perlu diingat
bahwa Pancasila sebagai ideologi bersifat universal dan abstrak. Maksudnya adalah,
pengamalan dan penjabaran nilai-nilai sebagai tuntunan hidup yang terdapat dalam
Pancasila akan dapat ditemui ketika Pancasila sudah dijabarkan dalam perangkat konstitusi
atau peraturan perundang-undangan. Isi dari ideologi terbuka tidak bersifat operasional
langsung. Hal ini yang menjadikan Pancasila fleksible dan dapat terus digali nilai-nilai
perwujudannya oleh tiap generasi yang dinamis.

Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar yang bersifat tetap
dan tidak berubah, dan tidak langsung bersifat operasional, oleh karena itu setiap kali harus
dieksplisitikan. Eksplisitasi dilakukan dengan menghadapkannya pandangan hidup berbagai
masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi yang rasional terungkap makna
operasionalnya. Dengan demikian penjabaran ideologi dilaksanakan dengan interpretasi
yang kritis dan rasional. Sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka maka Pancasila
mempunyai dimensi sebagai berikut :

Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat
sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila:
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan, maka dimensi idealitas
Pancasila bersumber pada nilai-nilai filosofis, yakni filsafat Pancasila. Oleh karena itu dalam
setiap ideologi bersumber pandangan hidup nilainilai filosofis. Kadar dan kualitas idealism
yang terkandung dalam ideology Pancasila mampu memberikan harapan optimism serta
mampu menggugah motovasi yang dicita-citakan.

Dimensi normatif, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu
sistem norma, sebagaimana yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang memiliki
kedudukan tertinggi dalam tertib hukum Indonesia yang perlu penjabaran pada level
operasional.

Dimensi realistis, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus mampu mencerminkan
realitas masyatakat Indonesia itu sendiri.

Berdasarkan tiga hal di atas, maka ideologi Pancasila yang bersifat terbuka itu tidaklah
bersifat utopis atau yang berarti Pancasila hanyalah idea gagasan semata yang tidak
berimplikasi pada level praksis. Ideologi Pancasila juga bukan bersifat dogmatis semata,
karena doktrin hanya mengacu pada ketertutupan diri yang bersifat normative. Pancasila
juga bukan ideologi yang bersifat pragmatis belaka tanpa idealitas. Maka hakikat
keterbukaan ideologi Pancasila adalah nila-inilai dasar Pancasila yang bersifat tetap namun
pada tingkat penjabaran dan operasionalnya senantisa dinamis dan sesuai dengan zaman.

Terminologi Pancasila sebagai ideology terbuka sesungguhnya telah dikembangkan pada


masa orde baru. Namun dalam pelaksanaannya pada masa itu lebih menunjukkan Pancasila
sebagai ideology tertutup. Pancasila menjadi alat hegemoni yang secara apriori ditentukan
oleh elit kekuasaan untuk mengekang kebebasan dan melegitimasi kekuasaan. Kebenaran
Pancasila pada saat itu tidak hanya mencakup cita-cita dan nilai dasar, tetapi juga meliputi
kebijakan praktis operasional yang tidak dapat dipertanyakan, tetapi harus diterima dan
dipatuhi oleh masyarakat.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki perbedaan dengan sistem kapitalisme-
liberal maupun sosialisme-komunis. Pancasila mengakui dan melindungi baik hak-hak
individu maupun hak masyarakat baik di bidang ekonomi maupun politik. Dengan demikian
ideologi kita mengakui secara selaras baik kolektivisme maupun individualisme. Demokrasi
yang dikembangkan, bukan demokrasi politik semata seperti dalam ideologi liberal-kapitalis,
tetapi juga demokrasi ekonomi. Dalam sistem kapitalisme liberal dasar perekonomian bukan
usaha bersama dan kekeluargaan, namun kebebasan individual untuk berusaha. Sedangkan
dalam sistem etatisme, negara yang mendominasi perekonomian, bukan warga negara baik
sebagai individu maupun bersama-sama dengan warga negara lainnya. Pancasila tidak bisa
lagi ditempatkan sebagai ideologi yang dipakai untuk penyalahgunaan kekuasaan. Kalaupun
prinsip hegemoni hendak diberlakukan maka sudah selayaknya status konsesus untuk
kerelaan spontan juga perlu diberikan ruang yang cukup melalui pendidikan. Dengan ruang
seperti ini tidak ada lagi intervensi atas premis Pancasila, tetapi mendorong munculnya
artikulasi yang diperjuangkan sebagai subjek, kesadaran, keyakinan dan tindakan yang
dinampakkan.

IDEOLOGI BESAR DUNIA

Liberalisme
Liberalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya kebebasan individu dalam
segala bidang. Menurut paham ini, manusia adalah titik pusat, ukuran segala hal, atau dalam
istilah filsafat disebut antroposentris. Bahwa nilai-nilai manusia merupakan pusat untuk
berfungsinya alam semesta dan alam semesta menopang dan secara tahap demi tahap
mendukung nilai-nilai itu. Karena eksistensi individu, masyarakat dapat tersusun dan karena
individu pula negara dapat terbentuk. Oleh karena itu, masyarakat atau negara harus selalu
menghormati dan melindungi kebebasan kemerdekaan individu. Lahirnya liberalisme untuk
pertama kalinya muncul akibat dominasi kaum feodal dan kaum agama. Keadaan ini pada
akhirnya membuat kelompok cerdik pandai dan kaya, yang kemudian dikenal sebagai
kelompok bourjuis, melawan kelompok agama dan feodal dengan mendalihkan falsafah
kebebasan bahwa setiap manusia yang dilahirkan bebas dan sama (man are born free and
equal). Falsafah kebebasan semacam ini lalu berpengaruh dan mendominasi masayarakt
Eropa dan dunia pada umumnya, bahkan pada batas-batas tertentu berpengaruh bagi
masyarakat Indonesia. Setiap individu harus memiliki kebebasan kemerdekaan, seperti
dalam bidang politik, ekonomi, dan agama.

Praktik liberalisme dalam bidang politik (negara), menurut John Locke, Thomas Hobbes, dan
Jean Jaque Rousseau bahwa negara tidak lagi dipahami sebagai tanah atau kekayaan (land
and reich), sebagaimana tesis kaum feodal. Akan tetapi negara dipahami sebagai suatu
status hukum (legal society) dari suatu perjanjian masyarakat (social contract). Jadi negara
adalah hasil perjanjian bermasyarakat dari individuindividu yang bebas, sehingga hak-hak
orang atau hak asasi lebih tinggi kedudukannya ketimbang negara yang merupakan hasil
bentukan individu-individu yang bebas. Negara tidak mempunyai legitimasi untuk mengurus
segala-galanya. Inti paham liberal tentang negara adalah bahwa kekuasaan negara harus
seminimal mungkin, oleh karena itu dapat dilihat liberalism sangat membatasi peran dan
fungsi Negara. Pembatasan kekuasaan ini berangkat dari prinsip dasar bahwa semua orang
berkedudukan sama, tidak ada orang atau kelompok yang berhak memerintah pada yang
lain/kelompok lain.

Pada wilayah ekonomi, liberalisme klasik yang dimotori oleh Adam Smith menyandarkan
pemikiran ekonominya pada konsep determinisme alam. Dalam buku The Wealth of Nations,
Smith berasumsi bahwa kebebasan alamiah individu untuk berinteraksi dalam bidang
ekonomi, masing-masing memburu kebaikannya sendiri, dengan menawarkan barang dan
jasa kepada orang lain, akan mengarah pada alokasi sumber daya secara efesien dari sudut
pandang masyarakat. Untuk bekerjanya mekanisme pasar yang menguntungkan semua
pihak, diperlukan apa yang disebutnya kondisi “persaingan yang sempurna”

Sementara pada pemahan agama, liberalisme meminggirkan agama hanya berperan di


ruang privat. Agama dipinggirkan hanya menjadi urusan pribadi. Pemisahan antara agama
dan negara ini (sekularisme) ditandai dengan pemisahan gereja dan negara di masa itu.
Pemisahan agama dan negara sangat mungkin memunculkan sebuah sikap militan, Ketika
agama tersudut dari ruang publik menjadi ruang privat, ekspresi spiritual personal terputus
dari ruang publik, spiritual tanpa pertanggungjawaban sosial, politik tanpa jiwa.

Ciri ciri Liberalisme:

Mengutip kembali dari Dwi Siswanto (Jurnal Filsafat, Vol. 38, 2004: 271), disebutkannya ada
lima ciri liberalisme, yaitu: Bentuk pemerintahan demokrasi adalah yang terbaik. Masyarakat
memiliki kebebasan intelektual penuh. Pengaturan yang dilakukan pemerintah hanya
terbatas. Kekuasaan seseorang diartikan sebagai hal buruk dalam kehidupan. Kebahagiaan
individu adalah tujuan utama. Sementara itu, Heru Susanto membagi ciri-ciri liberalisme
dalam beberapa bidang, antara lain sebagai berikut: Bidang Politik: Munculnya
demokratisasi. Bidang Sosial: Kebebasan berpendapat, kesamaan kesempatan dalam usaha,
reformasi sosial, dan perasaan egaliter. Bidang Seni dan Budaya: Kebebasan dalam
berekspresi, seperti lukisan, drama, seni, musik, dan lain-lain. Bidang Ekonomi: Ekonomi
pasar yang demokratis.

Pengaruh Liberalisme di Asia Afrika

Penyebaran paham liberalisme begitu pesat, hingga ke benua Asia dan Afrika. Paham ini
kemudian memberikan pengaruh terhadap pergerakan masyarakat di kedua benua tersebut.

1. Bidang Ekonomi

Perkembangan liberalisme masuk ke dalam bidang ekonomi Asia-Afrika.

Pengaruh liberalisme dalam bidang ekonomi contohnya:


*Liberalisasi perdagangan meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Afrika.
*Perdagangan bebas membuat masyarakat Asia Afrika bebas melakukan perdagangan luar
negeri secara sekuler.

*Negara-negara Asia Afrika mulai mengembangkan produk industri masing-masing.


*Taraf kehidupan masyarakat Asia Afrika meningkat.

2. Bidang Politik

Selain ekonomi, liberalisme juga memengaruhi politik negara-negara Asia Afrika sebagai
berikut:
*Masyarakat Asia-Afrika dapat memilih pemimpin mereka sendiri.
*Negara-negara Asia Afrika bebas menentukan sistem politik dan sistem pemerintahan.
*Masyarakat memiliki hak untuk menyuarakan pendapat.
*Munculnya kebebasan dan kemerdekaan pers.

Komunisme

Cara pandang individualistik dan dominasi kelas tertentu ini mendapat pertentangan dalam
sejarah kenegaraan di Eropa dari kelompok sosialis-komunis yang dipelopori oleh Marx,
Engels, Lenin, yang beranggapan berdasarkan teori kelas bahwa negara secara hakiki
merupakan alat dari mereka yang ekonominya kuat untuk menindas yang lemah. Menurut
Marx, negara tidak mengabdi kepada kepentingan seluruh masyarakat, negara justru
melayani kepentingan kelas tertentu untuk mengamankan posisi dan statusnya. Dalam
masyarakat yang sungguh manusiawi, yang bebas dari penguasaan kelas, negara tidak
mempunyai fungsi lagi Pemikiran Marx ini di kolaborasi dengan pemikiran Lenin oleh Engels.
Engels menyusun sistem operasional dari pemikiran-pemikiran Marx, meliputi politik,
ekonomi, dan sosial. Cita-cita komunisme adalah kehidupan masyarakat tanpa kelas, yang
diharapkan menghadirkan atmosfir kedamaian, tanpa hak milik. Namun pada praktiknya,
kediktaktoran muncul untuk menguasai dan membentuk kehidupan yang tanpa kelas itu.
Pandangan Marx, tentang agama sebetulnya dipengaruhi oleh Ludwig Feuerbach. Marx
menulis, “Manusia yang membangun agama, bukan agama yang membuat manusia”, agama
adalah perealisasian hakikat manusia dalam angan-angan, tanda keterasingan dari dirinya
sendiri. Pertanyaan mendasar Marx mengenai hal ini, apakah yang membuat manusia
berada dalam keterasingan diri yang direalisasikan dalam angan-angan semata?. Marx lalu
memberikan gambaran bahwa kenyataannya, masyarakatlah yang menggiring pada pola
pikir demikian. Oleh karena itu, lanjut Marx kini harus diarahkan pada sikap materialistik,
yakni kritik surga menjadi kritik dunia, kritik agama menjadi kritik hukum, kritik teologi
menjadi kritik politik.

Di antara pertentangan yang sangat tajam antara liberalisme dan sosialismekomunisme, para
pendiri bangsa ini memberikan jalan alternatif untuk berada di antara dua titik ekstrim
tersebut. Dalam pidatonya, Mr. Soepomo menguraikan adanya cara pandang ketiga yang
disebut cara pandang integralistik, yakni melihat negara sebagai suatu kesatuan organik,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Hegel, Adam Muller dan Spinoza. Cara pandang
integralistik ini berbeda dengan cara pandang Rousseau dkk dan kolektivisme Rusia. Hatta
mengkritik cara pandang integralistik ini karena dinilai terdapat kemungkinan tumbuhnya
negara dengan kekuasaan absolut, sekalipun ada kemiripan dengan cara pandangan
Indonesia mengenai makro dan mikrokosmos. Hatta melengkapi cara pandang integralistik
tersebut dengan mengajukan usulan penghargaan terdapat hak-hak dasar manusia.
Kemudian hak-hak dasar itu muncul pada uraian UUD 45, yakni kemerdekaan berserikat,
berkumpul dan berpendapat.

Dalam bidang ekonomi, jelas Pancasila Ekonomi pancasila didefinisikan sebagai sistem
ekonomi yang dijiwai ideologi Pancasila yang merupakan usaha bersama yang berasaskan
kekeluargaan dan kegotong-royongan nasional. Sistem ekonomi Pancasila bersumber
langsung dari Pancasila sila kelima; Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan amanat
pasal 33 27, 31, 33 34. Ekonomi Pancasila merupakan sistem ekonomi integratif yang
mengandung pada dirinya ciri-ciri positif dari kedua sistem ekstrim.

Peranan unsur moralitas sangat kuat dalam konsep ekonomi Pancasila. Karena unsur moral
dapat menjadi salah satu pembimbing utama pemikian dan kegiatan ekonomi. Kalau
moralitas ekonomi Smith adalah kebebasan (liberalisme) dan ekonomi Marx adalah diktator
mayoritas (oleh kaum proletar). Moralitas Ekonomi Pancasila mencakup ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Pelaku-pelaku ekonomi inilah yang
secara agregatif menciptakan masyarakat yang berkeadilan sosial dan besifat sosialistik yaitu
adanya perhatian yang besar pada mereka yang tertinggal. Ditambah dengan semangat
nasionalistis dan kesungguhan dalam implementasi, Ekonomi pancasila akan mampu
menciutkan kesenjangan kayamiskin atau mampu mencapai tujuan pemerataan.

Sementara itu, hubungan antara Pancasila (Negara) dengan agama diletakkan dalam
kerangaka pembedaan (differentiation), bukan pemisahan (sekularisme). Pembadaan agama
dan negara dalam konteks ini diartikan masing-masing mempunyai batas otoritas, tetapi
terhubung dengan ranah kehidupan yang berbeda secara konseptual (tapi bisa saja
terhubung) dalam metode, bentuk pemikiran, wacana dan tindakan. Perihal tersebut disebut
“toleransi kembar” (twin tolerations), yakni situasi ketika institusi agama dan negara
menyadari batas otoritasnya masing-masing Agama menyediakan landasan moral untuk
menopang atau bahkan melawan kekuasaan; Agama tak perlu diintegrasikan ke dalam
negara (institusi), sebab rawan dengan politisasi agama. Agama justru harus terus
mengkontrol kecenderungan absolutisme dunia sekuler negara. Untuk itu, agama harus
melakukan proses obyektivikasi dan rasionalisasi agar bersifat universal. Institusi negara
bebas menjalankan kebijakan dalam batas konstitusi, sementara agama juga diberi
kebebasan penuh beribadah privat dalam batas keyakinan masing-masing. Agama bisa
mengembangkan nilai keagamaan di ruang publik melalui civil society atau bahkan political
society.

Ciri ciri komunisme:

*Menggunakan sistem partai komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan.


*Sangat menentang kepemilikan akumulasi modal atas individu.
*Seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara
merata.
*Menggunakan sistem demokrasi keterwakilan yang dilakukan oleh elit-elit partai komunis.
*Demokrasi rakyat yang bukan anggota partai komunis sangat dibatasi.
*Tidak dikenal hak perorangan.
*Tidak berdasarkan pada kepercayaan agama karena agama dianggap sebagai candu.
*Menganut sistem politik satu partai yaitu partai komunis, sehingga tidak mengenal adanya
partai oposisi.

Pengaruh Komunis di Asia Afrika

Pada tahun 50an komunis mulai berkembang semenjak Soviet perlahan-lahan dibawah
kepemimpinan Nikita Khr ushchev membantu pergerakan kemerdekaan bangsa-bangsa di
Afrika.Kebijakan ini lalu makin signifikan pada pemerintahan Leonid Brezhnev.

Untuk melawan pemerintahan kolonial di Afrika,mulai muncul berbagai pergerakan-


pergerakan di Afrika yang didukung oleh Soviet.Seperti WPE di Ethiopia,MPLA di Angola,
FRELIMO di Mozambik, ZAPU di Rhodesia, SWAPO di Namibia, dan ANC di Afrika Selatan.

Namun dari beberapa pergerakan ini,hanya beberapa yang sukses mendirikan pemerintahan
komunis di Afrika.Hanya Mozambik dan Angola yang kemudian menjadi negara komunis
setelah berhasil merebut kekuasaan dari pemerintahan yang lama,itupun pemerintahan ini
hanya bertahan hingga runtuhnya komunis pada awal 90an.Hanya beberapa diantara nya
yang masih ada hingga kini,seperti ANC di Afrika Selatan yang masih ada hingga kini dengan
anggota sekitar 130 ribu orang.

Dapat dikatakan komunisme tidak mencapai kesuksesan yang gemilang di tanah Afrika
mengingat kurang terstrukturnya komunis di Afrika secara pengorganisasian dan landasan
ideologi akan komunis yang masih lemah.

Pengertian Pancasila sebagai Ideologi


Pancasila sebagai ideologi berarti Pancasila merupakan landasan/ide/gagasan yang
fundamental dalam proses penyelenggaraan tata pemerintahan suatu negara, mengatur
bagaimana suatu sistem itu dijalankan.visi atau arah dari kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan,
nilai kemanusiaan, persatuan , kerakyatan serta nilai keadilan. visi atau arah dari kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi
ketuhanan, nilai kemanusiaan, persatuan , kerakyatan serta nilai keadilan. seluruh warga
negara Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan. seluruh warga
negara Indonesia menjadikan pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan.

Hubungan Pancasila sebagai Ideologi

Hubungan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam ideologi Pancasila itu menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan
bernegara. Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan
bernegara Indonesia adalah terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-
Kemanusiaan, yang ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan.

Makna Pancasila sebagai Ideologi:

1. Sebagai cita-cita negara


2. Sebagai nilai integratif bangsa dan negara

Fungsi Pancasila sebagai Ideologi:

1.mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan itu.


Fungsi ini sangatlah penting bagi bangsa Indonesia karena sebagai masyarakat majemuk
sering kali terancam perpecahan.

2.membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya. Pancasila memberi gambaran


cita-cita bangsa Indonesia sekaligus menjadi sumber motivasi dan tekad perjuangan
mencapai cita-cita, menggerakkan bangsa melaksanakan pembangunan nasional sebagai
pengamalan Pancasila.

3..memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa. Pancasila


memberi gambaran identitas bangsa Indonesia, sekaligus memberi dorongan bagi nation
and character building berdasarkan Pancasila.
4..menyoroti kenyataan yang ada dan mengkritisi upaya perwujudan cita-cita yang
terkandung dalam Pancasila. Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan kritik mengenai
keadaan Bangsa dan Negara.

Keunggulan dan Kelemahan Ideologi Pancasila

Keunggulan :

. Memiliki sikap-sikap positif yang dimiliki ideology-ideologi lain yang ada di dunia
· Membela rakyat · Peran serta negara tidak membuat rakyat menderita (seharusnya)
· Seluruh komponen masyarakat saling memiliki keterikatan
· Bersifat terbuka
· Memberi kebebasan kepada rakyat (dalam berpolitik dan beragama)
· Menjunjung tinggi hak asasi manusia tanpa menghilangkan hak orang lain, dll.

Kelemahan :

Kelemahan Terlalu ditinggi-tinggikan (berlebihan) Kelemahan Pancasila dibandingkan


ideology-ideologi lain sangatlah sulit untuk dicari. Karena Pancasila sendiri mengambil segala
hal-hal positif yang ada dalam setiap ideology yang ada. Untuk bangsa Indonesia Pancasila
memang sudah tepat apabila dijadikan sebagai ideology bangsa, hanya saja cara
pengamalan bangsa kita saat ini terhadap Pancasila sudah salah kaprah. Segala sesuatu yang
menjadi makna atau nilai Pancasila tersebut seakan-akan sudah tidak ada lagi. Dan pratek
untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila lama-kelamaan mulai memudar.

Faktor-faktor yang mendasari Pancasila dipilih sebagai Ideologi

1.Pancasila merupakan Ide ide para pahlawan bangsa

2.Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum

3.Pancasila merupakan aturan paling umum pada bangsa Indonesia


Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi, yaitu:

1. Dimensi Realita, artinya nilai-nilai dasar yang terkandungdalam ideologi itu secara riil berakar dan
hidup dalam masyarakatatau bangsanya, yaitu mencerminkan kenyataan hidup yang ada di dalam
masyarakat di mana ideologi itu muncul untuk pertama kalinya.

2. Dimensi Idealisme, artinya kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar itu mampu
memberikan harapan kepada berbagai kelompok dan masyarakat tentang masa depan yang lebih
baik.

3. Dimensi Fleksibilitas, atau dimensi pengembangan artinya kemampuan ideologi dalam


mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.

Dengan memandang pengertian ideologi sebagai sebuah ide atau gagasan, Franz Magnis-
Suseno menyatakan bahwa ideologi tertutup dan ideologi terbuka. Ideologi tertutup adalah
ideologi yang nilainya bersifat mutlak. Ideologi tertutup bersifat dogmatis dan apriori.
Dogmatis berarti memercayai suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan apriori berarti
berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan. Ideologi tertutup memiliki ciri-ciri yaitu :

1. Cita-cita sebuah kelompok, bukan cita-cita yang hidup di masyarakat.

2. Bersifat totaliter, menguasai semua bidang kehidupan masyarakat.

3. Tidak ada keanekaragaman, baik pandangan maupun budaya.

4. Rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada ideologi mutlak, konkret, nyata, keras, dan
total.

Ideologi terbuka adalah ideologi yang pemikirannya terbuka. Ciri-ciri ideologi


ini antara lain:

1.Merupakan kekayaan rohani, budaya, dan masyarakat.

2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi digali dari budaya masyarakat.

3. Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkannya.

4. Menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.


Perbedaan dari kedua ideologi ini adalah ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter, dan
tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang, artinya bahwa sistem ini
bersifat demokratis dan terbuka. Sedangkan ideologi tertutup bersifat otoriter (negara
berlaku sebagai penguasa) dan totaliter.

Pandangan para ahli mengenai makna dari pancasila sebagai ideologi

Beberapa negarawan juga mengungkapkan makna Pancasila sebagai ideologi negara


menurut pandangan mereka.

1.Seperti yang disampaikan oleh mantan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, bahwa
Pancasila adalah asas bersama yang mambu membuat semua kelompok masyarakat di
Indonesia ini bersatu dan menerima asas tersebut.

2.Selain itu, Adnan Buyung Nasution pada tahun 1995 ,mengemukakan bahwa telah terjadi
perubahan fungsi asli Pancasila. Walaupun mendapat julukan sebagai filsafat atau buah piker
yang mendalam, Pancasila sebenarnya dimaksudkan sebagai sarana demokrasi bagi seluruh
warga negara Indonesia. Dalam perkembangannya, Pancasila menjadi ideologi yang unik
hanya dimiliki oleh Indonesia, dan berbeda dari ideologi yang lainnya.

3.Negarawan Notonegoro mengungkapkan Pancasila sebagai filsafat. Pancasila adalah


ideologi yang kemperhensif, mencapuk semua aspek. Hal tersebut menggambarkan bahwa
Pancasila itu bersifat massif dan bisa diinterpretasikan dalam berbagai bentuk. Di masa
pemerintahan orde baru, bahkan Pancasila menjadi monopoli politik.

Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,


berbangsa, dan bernegara.

1.Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan ketatanegaraan.

Pancasila sebagai Ideologi dalam kehidupan ketatanegaraan Bangsa Indonesia sebagai suatu
kelompok manusia, maka ia membentuk ideide dasar dalam segala hal dalam aspek
kehidupan manusia yang dicitacitakan. Kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide dasar
tersebut secara ketatanegaraan disebut ideologi. Dan ini berupa seperangkat tata nilai yang
dicita-citakan akan direalisir dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
(Indonesia). Ideologi ini akan memberikan stabilitas arah sekaligus memberikan dinamika
gerak menuju yang dicita-citakan. Dan perkembangan tumbuhnya ideologi bangsa Indonesia
dimulai semenjak 18 Agustus 1945 adalah Pancasila. Negara di dalam cara pandang
Indonesia, tidak akan memiliki kepentingan sendiri (kepentingan pemerintah) terlepas atau
bahkan bertentangan kepentingan orang seorang rakyatnya.di dalam cara pandang
integralistik Indonesia, maka di dalam negara semua pihak mempunyai fungsi masing-
masing dalam suatu kesatuan yang utuh.

Negara Republik Indonesia lahir pada jam 10.00 tanggal 17 Agustus 1945 dan tidak ada
satupun warga negara Indonesia yang menyangkalnya. Menurut alenia II pembukaan UUD
1945 terjadinya negara Indonesia melalui rangkaian tahap-tahap yang berkesinambungan.
Rincian tahap-tahap itu sebagai berikut:

a. Perjuangan kemerdekaan Indonesia

b. Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan

c. Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.

Demikian pula negara Republik Indonesia dalam hal ini kepentingan umum bangsa Indonesia
secara ketatanegaraan adalah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila menurut alenia keempat pembukaan UUD 1945 adalah:

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (wilayah)

b. Memajaukan kesejahteraan umum

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa

d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi, kemerdekaan dan


keadilan sosial.

Anda mungkin juga menyukai