Anda di halaman 1dari 16

JURNAL REPORT

Kelas : B1 Pagi ( Teknik Sipil )


Kelompok :
1. FARHAN AZWANI 2307210075
2. RIZKY RAMADHAN 2307210089
3. AHMAD BUKHARI PRASTIO 2307210054
4. MUHAMMAD ILHAM NANDA RAHMADI 2307210067
5. DIMAS HARI MADANI 230721 0066
6. RAGEL PRABOWO 2307210059
7. M. AKBAR 2307210051
8. ALPIN FERDINAN FAHMI 2307210213
9. RAJA MALIKI AKBAR MATONDANG 2307210053

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SUMATERA UTARA 2024
1. PANCASILA

Pancasila adalah lima nilai fundamental yang diidealisasikan sebagai konsepsi


tentang dasar (falsafah) negara, pandangan hidup dan ideologi kenegaraan bangsa
Indonesia. Kelima nilai dasar itu adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Setiap bangsa harus memiliki suatu konsepsi bersama menyangkut nilai-nilai dan
haluan dasar bagi keberlangsungan, keutuhan dan kejayaan bangsa yang bersangkutan.
Seorang cencekiawan Amerika Serikat, John Gardner, mengingatkan, “Tidak ada bangsa
yang dapat mencapai kebesaran jika bangsa itu tidak percaya kepada sesuatu, dan jika
sesuatu yang dipercayainya itu tidak memiliki dimensidimensi moral guna menopang
peradaban besar.”

Setiap bangsa memiliki konsepsi dan cita-citanya masing-masing sesuai dengan


kondisi, tantangan dan karakteristik bangsa yang bersangkutan. Dalam pandangan
Soekarno, “Tidak ada dua bangsa yang cara berjoangnya sama. Tiap-tiap bangsa
mempunyai cara berjoang sendiri, mempunyai karakteristik sendiri. Oleh karena pada
hakekatnya bangsa sebagai individu mampunyai keperibadian sendiri. Keperibadiaan
yang terwujud dalam pelbagai hal, dalam kebudayaannya, dalam perekonomiannya,
dalam wataknya dan lain-lain sebagainya” (Soekarno, 1958, I: 3).

Oleh karena itu, cara bangsa Indonesia merumuskan konsepsi (cita) nasionalnya
tidak begitu saja mengekor ideologi-ideologi dominan yang ada. Dalam pidatonya di
PBB, Bung Karno menyangkal pendapat seorang filosof Inggris, Bertrand Russel, yang
membagi dunia ke dalam dua poros pengikut konsepsi Declaration of American
Independence dan Manifesto Komunis. “Maafkan, Lord Russell. Saya kira tuan
melupakan adanya lebih daripada seribu juta rakyat, rakyat Asia dan Afrika, dan mungkin
pula rakyat-rakyat Amerika Latin, yang tidak menganut ajaran Manifesto Komunis
ataupun Declaration of Independence.” Selanjutnya dia katakan bahwa Indonesia tidak
dipimpin oleh kedua paham itu; tidak mengikuti konsep liberal maupun komunis. “Dari
pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri tumbuhlah sesuatu yang lain,
sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuatu yang jauh lebih cocok.” Lantas dia simpulkan,
“Sesuatu itu kami namakan Pancasila.”

Pancasila sebagai Cita Negara dan Cita Hukum Dalam menyusun konsepsi
mengenai dasar kenegaraan dan kebangsaan Indonesia itu, Soekarno mengingatkan
bahwa kita “harus dapat meletakkan negara itu atas suatu meja statis yang dapat
mempersatukan segenap elemen di dalam bangsa itu, tetapi juga harus mempunyai
tuntunan dinamis ke arah mana kita gerakkan rakyat, bangsa dan negara ini;... kita
memerlukan satu dasar yang bisa menjadi dasar statis dan yang bisa menjadi Leitstar
dinamis”.1 Lebih lanjut ia katakan, “Kalau kita mencari satu dasar yang statis yang dapat
mengumpulkan semua, dan jikalau kita mencari suatu Leitstar dinamis yang dapat
menjadi arah perjalanan, kita harus menggali sedalam-dalamnya di dalam jiwa
masyarakat kita sendiri…. Kalau kita mau memasukkan elemen-elemen yang tidak ada di
dalam jiwa Indonesia, tak mungkin dijadikan dasar untuk duduk di atasnya.”
Selengkapnya, dia katakan:

Nah, oleh karena bangsa atau rakyat adalah satu jiwa, maka kita pada waktu
kita memikirkan dasar statis atau dasar dinamis bagi bangsa tidak boleh mencari hal-hal
di luar jiwa rakyat itu sendiri. Kalau kita mencari hal-hal di luar jiwa rakyat itu sendiri,
kandas. Ya bisa menghikmati satu dua, seratus dua ratus orang, tetapi tidak bisa
menghikmati sebagai jiwa tersendiri. Kita harus tinggal di dalam lingkungan dan
lingkaran jiwa kita sendiri. Itulah kepribadian. Tiap-tiap bangsa mempunyai kepribadian
sendiri, sebagai bangsa. Tidak bisa opleggen dari luar. Itu harus laten telah hidup di
dalam jiwa rakyat itu sendiri.

Dalam perjalanannya, sejarah konseptualisi Pancasila melintasi rangkaian panjang fase


“pembibitan”, fase “perumusan”, dan fase “pengesahan”. Fase “pembibitan” setidaknya
dimulai pada 1920-an dalam bentuk rintisan-rintisan gagasan untuk mencari sintesis
antarideologi dan gerakan seiring dengan proses “penemuan” Indonesia sebagai kode
kebangsaan bersama (civic nationalism). Fase “perumusan” dimulai pada masa
persidangan pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK), 29
Mei-1 Juni 1945, dengan Pidato Soekarno (1 Juni) sebagai mahkotanya yang
memunculkan istilah Panca Sila. Rumusan Pancasila dari Pidato Soekarno itu lantas
digodok dalam pertemuan Chuo Sangi In yang membentuk “Panitia Sembilan”, yang
melahirkan rumusan baru Pancasila dalam versi Piagam Jakarta, pada 22 Juni. Fase
“pengesahan” dimulai pada 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang melahirkan rumusan final, yang mengikat secara
konstitusional dalam kehidupan bernegara.

B. LIBERALISME

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik


yangdidasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalismemerupakan salah satu contoh ideologi pragmatis karena ajaran-ajaran yang
terkandungdalam ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci,
melainkandirumuskan secara umum.

Sejarah munculnya Liberalisme

Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan. Ketikaitu
masyarakat ditandai dua garis besar yaitu kaum aristokrat dan para petani. Kaumaristokrat
diperkenankan untuk memiliki tanah, golongan feodal ini pula yang menguasai proses
politik dan ekonomi, sedangkan para petani berkedudukan sebagai penggarap tanahyang
dimiliki oleh patronnya, yang harus membayar pajak dan menyumbangkan tenaga bagi
sang patron.

Kegiatan itu dimonopoli oleh kaum aristokrat. Maksudnya, pemilikan tanah olehkaum
bangsawan, hak-hak istimewa gereja, peranan politik raja dan kaum bangsawan,
dankekuasaan gilde-gilde dalam ekonomi merupakan bentuk-bentuk dominasi
yangmelembaga atas individu. Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan pedagang
danindustri, melainkan diciptakan oleh golongan intelektual yang digerakkan oleh
keresahanilmiah dan artistik umum pada zaman itu.

Prinsip-prinsip Liberalisme

 Mementingkan Individu (the emphasis on the individual)


 Memperlakukan pemikiran orang lain secara sama (treat the other ‘s reason
 equality)
 Percaya persamaan dasar semua manusia (hold the basic equality of all human)
 Kebebasan berbicara (free of speackers)
 Pemerintah dilakukan dengan persetujuan yang diperintah (government by
thecontent of the people or the governed)
 Pemerintah berdasarkan hukum (the rule of law)
 Negara adalah alat (the state is instrument)
 Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara (the
separationand distribution of state institution)
 Percaya terhadap tuhan sebagi pencipta (truth in god as the creator)
 Menolak dogmatis (refuse dogmatism)

Macam-macam Liberalisme

Ada dua macam Liberalisme, yakni Liberalisme Klasik dan Liberallisme Modern.Liberalisme
Klasik timbul pada awal abad ke 16. Sedangkan Liberalisme Modern mulaimuncul sejak
abad ke-20. Namun, bukan berarti setelah ada Liberalisme Modern,Liberalisme Klasik akan
hilang begitu saja atau tergantikan oleh Liberalisme Modern,karena hingga kini, nilai-nilai
dari Liberalisme Klasik itu masih ada.

a.Liberalisme klasik
Prinsip-prinsip dari liberalisme klasik terletak pada pemikiran Jhon Locke,
Hobbes, AdamSmith, dan Spencer yang menyatakan bahwa keberadaan individu dan
kebebasannyasangatlah diagungkan. Dan setiap individu memiliki kebebasan berpikir
masing-masing yang akan menghasilkan paham baru. Ada dua paham yang menyangkut
terhadapliberalisme klasik, yakni paham Demokrasi Politik dan Kapitalisme Ekonomi.

b.Liberalisme modern
Prinsip-prinsip liberalisme modern terletak pada pokok pikiran Keynes
(TokohLiberalisme Modern/Tokoh Abad Ke-20). Paham liberalisme modern (baru)
merupakanantitesa yang mengoreksi prinsip-prinsip fundamental liberalisme klasik
(lama)sebagaimana diuraikan Spencer yang sebagian besar pijakan gagasan-
gagasannyadidasarkan pada pemikiran Adam Smith (1723-1790).

2. ISLAM DAN PANCASILA


Islam adalah sebuah agama, sementara itu Pancasila adalah merupakan filsafat hidup
dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, dalam negara Pancasila, Islam bisa hidup
dan berkembang, bahkan sangat diperlukan. Demikian pula, konsep Pancasila akan menjadi
semakin jelas ketika masyarakatnya menjalankan agamanya masing-masing.

Mendasarkan pada konsep Pancasila, negara berkepentingan menjadikan rakyatnya


beragama. Itulah sebabnya sekalipun negara ini bukan berdasarkan agama, tetapi
menghendaki agar rakyatnya menjalankan agamanya masing-masing. Kualitas kebangsaan
ini akan diukur di antaranya dari seberapa tinggi kualitas keberagamaannya. Sebagai bangsa
yang menyatakan diri menganut Pancasila, maka seharusnya selalu berusaha menjalankan
agama sebaik-baiknya.
Atas dasar pandangan tersebut maka antara Pancasila dan Islam tidak perlu dihadap-
hadapkan, dan apalagi diposisikan sebagai dua hal yang kontras atau antagonistik. Justru
yang seharusnya dibangun adalah Pancasila memerlukan Islam, dan demikian pula agama-
agama lainnya seperti Hindu, Budha, Kristen, Katholik dan lainnya. Berbagai jenis agama
tersebut itu, dengan menganut falsafah Pancasila dalam berbangsa dan bernegara, maka
memiliki keleluasaan untuk tumbuh dan berkembang. Berbagai jenis agama diakui dan
dipersialahkan kepada umatnya menjalankan ajarannya masing-masing sebaik-baiknya.

Ketika negara memberikan peluang kepada semua agama untuk hidup dan
berkembang maka sebenarnya juga tidak berseberangan dengan keyakinan Islam. Agama
yang diturunkan di jazirah Arab dan atau yang dibawa oleh Nabi Muhammad menyatakan
tidak ada paksaan di dalam beragama. Maka artinya, seseorang menjadi penganut Yahudi,
Nasrani, Budha, Hindu, dan atau lainnya adalah dipersilahkan oleh Islam. Dalam al Qur'an
disebutkan secara jelas dengan kalimat bahwa : 'la ikraha fiddien" dan juga 'lakum diinukum
waliyadien'.

Namun demikian, Islam memang merupakan agama dakwah. Umatnya diperintahkan


untuk menyeru atau mengajak kepada Islam. Akan tetapi, ajakan itu tidak boleh dilakukan
dengan cara memaksa. Seruan, berdakwah, atau ajakan, hendaknya dilakukan dengan cara
terbaik, bil hikmah, atau dengan cara lembut dan bijak. Keyakinan tentang sebuah kebaikan
atau kebenaran, maka harus dsampaikan dengan cara yang terbaik, benar, dan bijak pula.

Bahkan dalam berdakwah atau menyeru kepada orang lain, selain agar disampaikan
dengan cara lembut, bijak atau arif itu, maka juga dianjurkan supaya dijalankan melalui
contoh atau uswah hasanah. Islam dipandang sebagai jalan menuju kebaikan, kemuliaan,
keselamatan, dan kebahagiaan. Mengajak ke jalan yang demikian itu seharusnya dilakukan
dengan pendekatan ketauladanan atau melalui contoh. Seseorang yang menyeru kepada
kebaikan, sementara dirinya sendiri tidak menjalankannya, maka juga mendapatkan teguran
keras.
Selain tidak ada paksaan dalam beragama, Islam mengenalkan konsep yang disebut dengan
hidayah, atau petunjuk. Hidayah itu hanya datang dari Tuhan. Sesama manusia, bahkan
seorang nabi sekalipun, hanya berperan sebagai pembawa atau pemberi peringatan. Bahwa
seseorang menjadi muslim atau menolaknya, sebenarnya bukan menjadi urusan atau
wewenang sesama manusia. Tugas seorang muslim atau bahkan mubaligh hanyalah sekedar
menyampaikan atau memmberi peringatan belaka.

Pemahaman yang demikian itu, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
menganut falsafah Pancasila, adalah amat tepat. Pancasila memberikan peluang seluas-
luasnya kepada rakyatnya menentukan keyakinannya masing-masing. Semuanya dihormati
dan dihargai serta diberi peluang untuk menjalankan keyakinan atau agamanya itu. Namun
hal yang sama sekali tidak diperbolehkan adalah memaksa, dan apalagi, satu sama lain saling
merendahkan dan bermusuhan. Hal lainnya lagi yang tidak dibolehkan di negeri ini,

Islam Dan Pancasila Sebagai Landasan Ideologi

Diskursus Islam dan Pancasila sebagai sebuah ideologi di indonesia menarik untuk dikaji,
untuk itu dalam bagian ini akan diulas serta dianalisis sila-sila Pancasila dalam kaitan
dengan Islam melalui ayat-ayat Quran. Quran digunakan sebagai pisau analisis dalam
tulisan ini karena ia adalah sumber acuan tertinggi dalam ranah hukum Islam. Ideologi
Islam selalu mengacu kepada hukum tertingginya yang digunakan pula sebagai Grun-
dnorm dalam konsep hukum Islam. Mengkaitkan keduanya dengan membedah sila serta
ayat memiliki tujuan untuk melihat titik taut selain itu juga dikaji apakah terdapat
benturan filosofis diantara kedua- nya.

Walau tulisan ini tidak berfokus pada sisi sejarah, melainkan pada sisi nilai filosofis akan
tetapi sudut pandang sejarah juga masih digunakan untuk melihat kerangka fikir ideologis
pembentuk ideologi negara Pancasila.
1. Sila Ketuhanan yang Maha Esa Sila

ini merupakan sila pertama dalam urutan sila Pancasila (Yudi, 2010). Perdebatan sila

Pancasila yang memuat nilai Ketuhanan ini menjadi me-ngemuka ketika muncul
pertanyaan mendasar siapakah yang dimaksud dengan Ketuhanan Yang Maha Esa? Secara
historis kultural, Bangsa Indonesia telah mengenal konsep Tuhan melalui be- ragam cara.
Sejak masa penyembahan roh, arwah, dewa-dewa yang mengacu kepada konsep politheis
me hingga pengakuan toggal atas Tuhan (mono- theisme). Jiwa dan semangat religiusitas
manusia Indonesia sejak dahulu yang mengakui Tuhan dalam beragam keyakinan menolak
faham ketiadaan Tuhan (ateisme) dalam kehidupan manusia (Adian, 2009). Ketiadaan Tuhan
mengandung makna bahwa manusia tak membutuhkan kekuatan di luar dirinya. Manusia
berbuat dan berkehendak atas kehendak dirinya semata dan menolak eksistensi dan peran

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Nilai kemanusiaan dalam sila kedua Pancasila menunjukkan sebuah kesadaran sikap
penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan tanpa me- mandang suku, agama, bangsa dan
negara. Kema- nusiaan melampaui batas negara, ia adalah sikap untuk dengan sadar
menghargai nilai-nilai kema nusiaan. Nilai kemanusiaan menolak sikap chau- vinisme yang
mementingkan kebenaran dirinya dibandingkan manusia yang lain. Penghargaan atas
manusia ini menuntut sikap perilaku manusia yang adil. Adil terhadap dirinya, adil terhadap
manusia lainnya, karena adil adalah sifat Tuhan.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengilhami sila-sila berikutnya, dengan demikian
dapat dikata- kan bahwa nilai Tauhid Islam mewarnai sila-sila dalam Pancasila. Dalam
konteks kemanusiaan yang adil juga beradab, maka Islam juga turut memasuk kan nilai-nilai
dasarnyanya yaitu sifat adil yang merupakan sifat utama Allah Swt yang wajib ditela- dani
oleh manusia. Sifat beradab merupakan lawan dari sifat zalim, dan sifat adil serta beradab
terdapat secara tegas di dalam Quran Surah an-Nahl [16]:90: "Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) berlaku

adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
berbuat keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu agar
kamu dapat mengambil pengajaran".
3. Sila Persatuan Indonesia

Persatuan Indonesia mengandung makna sebuah persatuan berbagai ragam bahasa, budaya,
suku, dan beragam kehidupan manusia Indonesia. Inilah semangat nasionalisme Indonesia
yang bera- gam. Penghargaan atas keberagaman dalam persa- tuan dalam Islam tergambar
jelas dalam firman Allah Swt:

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan,
kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal" (Qs. al-Hujuurat [49]:13)Ayat tersebut di atas menggambarkan bagai- mana
Tuhan menciptakan manusia dalam beragambudaya (multikultur). Bangsa Indonesia
diciptakan Nya dalam beragam suku, dan tentunya setiap suku dibekaliNya dengan alat
komunikasi berupa bahasa kaumnya. Beragamnya suku bangsa dari manusia ciptaan Tuhan
ini menyadarkan kita bahwa kita hidup bersama dengan manusia lainnya yang beragam
suku bangsa. Menyatunya berbagai ragam suku bangsa dalam bingkai Indonesia ini adalah
akibat terjadinya penjajahan yang telah menyeng-sarakan manusia Indonesia.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan


Permusyawaratan Perwakilan

kemaslahatan umat, dengan demikian menjadi logis bahwa Islam mengutamakan


musyawarah dan kerjasama konstruktif untuk mencapai suntu tujuan yang diharapkan.
Kerjasama dan sikap saling meno- long begitu utama dalam Islam sehingga Rasulullah Saw
dalam menghadapi berbagai peperangan perlu mengundang para sahabat untuk
bermusyawarah. Rasulullah adalah orang yang suka bermusyawarah dengan para sahabatnya,
bahkan beliau adalah orang yang paling banyak bermusyawarah dengan sahabat. Beliau
bermusyawarah dengan mereka di perang badar, bermusyawarah dengan mereka di perang
uhud, bermusyawarah dengan mereka di perang khandak, beliau mengalah dan mengambil
pendapat para pemuda untuk membiasakan mereka. bermusyawarah dan berani
menyampaikan pendapat dengan bebas sebagaimana di perang uhud. Beliau bermusyawarah
dengan para sahabatnya di perang khandak, beliau pernah berniat hendak melakukan
perdamaian dengan suku ghatafan dengan imbalan sepertiga hasil buah madinah agar mereka
tidak berkomplot dengan Quraisy. (Hasyimi, 2009) Kata "mereka" dalam ayat musyawarah
ter- sebut di atas dapat ditafsirkan bahwa musyawarah dapat dilakukan dengan sesama kaum
muslim, - maupun dengan kaum non muslim.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan sosial berkait dengan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh rakyat yang
Indonesia, dan Islam telah mencanangkan bentuk masyarakat yang berkeadilan. Allah Swt
berfirman dalam Qs. Az-Dzariyat [51]:19:"Dan pada harta-harta mereka, ada hak untuk orang
miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.

Berdasarkan ayat tersebut di atas maka harta. harus beredar secara adil kepada
masyarakat secara adil. Harta yang Allah Swt turunkan kepada setiap hambaNya juga
dititpkan harta bagi orang miskin. Harta yang dititpkan menjadi hak orang miskin, sehingga
dalam penguasaan harta tidak dikenal pe nguasaan harta secara mutlak. Harta yang didistri-
busikan oleh manusia adalah harta milik manusia lainnya. Konsep pemusatan harta hanya di
tangan golongan tertentu tidak dapat diterima, karena akan menimbulkan ketimpangan
ekonomi yang menja dikan jurang pemisah antara kaya dan miskin se makin lebar. Keadilan
sosial adalah tujuan tercip tanya keadilan dalam Islam, Islam menolak konsep kapitalisme
yang memusatkan harta hanya di tangan para pemilik modal. Islam adalah agama adil, karena
keadilan adalah sifat Tuhan dan berbuat akan men dekatkan diri setiap hamba kepada Tuhan .

3. KOMUNISME

Komunisme adalah sebuah ideologi. Penganut paham ini berasal dari Manifest der
Kommunistischen yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifesto politik
yang pertama kali diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis
pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi kesejahteraan yang
kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling berpengaruh dalam dunia politik.

Komunisme pada awal kelahiran adalah sebuah koreksi terhadap paham kapitalisme di awal
abad ke-19, dalam suasana yang menganggap bahwa kaum buruh dan pekerja tani hanyalah
bagian dari produksi dan yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Akan tetapi,
dalam perkembangan selanjutnya, muncul beberapa faksi internal dalam komunisme antara
penganut komunis teori dan komunis revolusioner yang masing-masing mempunyai teori dan
cara perjuangan yang berbeda dalam pencapaian masyarakat sosialis untuk menuju dengan
apa yang disebutnya sebagai masyarakat utopia.

Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan komunis internasional. Komunisme atau


Marxisme adalah ideologi dasar yang umumnya digunakan oleh partai komunis di seluruh
dunia. sedangkan komunis internasional merupakan racikan ideologi ini berasal dari
pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut "Marxisme-Leninisme".

Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari pengambil alihan alat-alat produksi
melalui peran Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh
atau yang lebih dikenal dengan proletar (lihat: The Holy Family [1]), namun pengorganisasian
Buruh hanya dapat berhasil dengan melalui perjuangan partai. Partai membutuhkan peran
Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika
dicetuskan oleh Politbiro.

Komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan sistem partai komunis sebagai alat


pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang kepemilikan akumulasi modal pada
individu. pada prinsipnya semua adalah direpresentasikan sebagai milik rakyat dan oleh
karena itu, seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat
secara merata, Komunisme memperkenalkan penggunaan sistem demokrasi keterwakilan
yang dilakukan oleh elit-elit partai komunis oleh karena itu sangat membatasi langsung
demokrasi pada rakyat yang bukan merupakan anggota partai komunis karenanya dalam
paham komunisme tidak dikenal hak perorangan sebagaimana terdapat pada paham
liberalisme.

Secara umum komunisme berlandasan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme
Historis oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama
dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama
dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari
pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata
(kebenaran materi).

1. Islam di antara Kapitalisme dan Komunisme


Pilihan Islam sebagai ideologi Partai Masyumi adalah sejalan dengan latar
pembentukan Masyumi itu sendiri, sebagaimana telah diuraikan di muka. Cita Islam sebagai
ideologi Masyumi tampak dari rumusan tujuan pertaima kali yang diputuskan Kongres Umat
Islarn pertama di Yogyakarta, 7-8 November 1945, yainr: "Pasal tr. tl.l Menegakkan
kedaulatan Republik Indonesia dan Agama Islam. [2.] Melaksanakan cita-cita Islam dalam
urusan kenegaraan.

Tujuan Masyumi tersebut tampak didasari oleh pemikiran bahwa di dalam Islam tidak
ada pemisahan antara urusan agama dengan urusan politik (negara).ar Dengan demikian,
"menegakkan Islaln tak dapat dilepaskan dari menegakkan masyarakat, menegakkan lrcgara,
menegakkan kemerdekaan. "a2 Pemisahan antara agama dengan politik mungkin tepat bagi
agana-agama lain di luar Islam, terutama pada agama Kristen (Katolik) yang mengenal
teori'caesero-papismc'.43 Bagi ldshammad Isa Anshary, salah satu tokoh penting di Masyumi,
pemikiran politik sekuler ini merupakan warisan 'czltural imperialism" yangdibawa oleh agen
imperialis, yaiur kelornpok "aliran kafr" (yang menolak kebenaran dan kenyataan agama),
"diran netral' yaitu kelompok paham nasionalisme (yang tidak mempedulikan agama) dan
'aliran munafik' (yang lebih berbahaya daripada "aliran kafir';.

Terhadap l<edra ideologi di luar Islam iu, sjafruddin hawiraregara sanpailah kepada
kesimpulan bahwa sebenarnya 'kapialisme dan komunisme adalah identik".56 Keidentikan itu
antara lain karena komunisme pun sebenarnya merupalcan jenis lain kapialisme, seperti yang
taryak di Uni Soviet.t selain inr, kapitalisine dankomunisme berasal dari arau sangat
dip€ngaruhi oleh orangorang Yahudi. sjafruddin mencontobkan bahwa Karl Marx adalah
seorang kenrrunan Yahudi, di mana ayahnya seorang rabbi Qrcrdeta Yahudi), sehingga
*agama komunisme' direduksi me4iadi sebagai bennrk pembahanran agama Yahudi.58
Pendapat Sjafruddin ini tennr saja tidak begitu mengejutkan, tetapi kesirnpulannya yang
menyederhanakan sedemikian rupa atrara Iftrl Marx yang keurrunan Yahdi
dryanpemikirannya yang l(ffiudian dilcnal sebagai tvlarxisme/ Komunisme adalah sau.l
persoalan tersendiri. Tampaknya pendapatnya ini banyak dipengaruhi oleh sinrasi Perang
Arablsrael setelah berdirinya negara Israel pada bulan Mei 1948, di mana baik Amerika
Serikat sebagai 'agen utama kapialisme' dan uni soviet sebagai 'agen utama komunisme'
sama-sama menyokong terbntuknya ncgara Israel.

2. Sosialisme-Reli gitu dan Sos ialisnu-Mamian


Pada masa revolusi, cara pandang yang negatif terhadap kapitalisme banyak dianlt
sejumlah pemimpin Indonesia karena kapitalisme diangap sebigai penjelmaan dari peqiajahan
Belanda. Aspek negatif kapitalisme dapat dilihat dari pandangan mereka yang berdasarkan
lffitik Marxis-l"eninis.67 Hal ini berakibat pada anggapan pihak luar negeri terhadap rakyat
dan pemerintah Indonesia yang dianggap terpengaruh Moskow ftomunisme), sekalipun
bagian terbesar rakyat Indonesia adalah Muslim. pada gilirannya anggapan ini berlanlut pad.a
pemahamanbatwa "semangat Islam di Indonesia sangat suka dengan paham-paham
komunisme dan sosialisme.'d padahal, *...bagi or-ang Amerika dan Philipina, komunisme dan
sosialisme itu dipandang setali tiga uang. ...anggapan mereka itu memang tidak salah, apabila
sosialiime itu diartikan sebagai sosialisme yang dianjurkan oleh Karl Marx.

Masyumi sebagai partai yang mengklaim berideologi Islam menolak asumsi keliru
tersebut. sjafruddin Prawiranegara, sebagai fungsionaris Dpp Masyumi, merasa perlu untuk
meluruskan kekeliruan asumsi-asumsi yang mengatakan bahwa rakyat Indonesia yang
mayoritas adalah Muslim telah dipengaruhi oleh komunisme. Pandangan keliru itu
tampaknya lebih disebabkan oleh karena pemerintahan Indonesia di bawah tauinet Amir
Sjarifuddin, serta parlemen (KNIP) sebagian besar didominasi Sayap Kiri dari Partai Sosialis.

Secara singkat, sosialisme-religius dalam revolusi nasional tidak mendasarkan Xepada


materialisme-hiitoris yang dianut sosialisme-marxian, ,"tupi disandarkan repaoa kewajiban
manusia terhadap sesama manusia, dan manusia tirhadap Tirhannya. Konsekuensi logis dari
pandangan sosialisrne-religius ini adalatrbahwa '...sosialisasi atau nasionalisasi" 'berbagai alat
produksi dalam mati bukan merupakan tujual yang teralfiir melainkan hanya untuk
mewujudkan keadilan sosial atau kemakmuran Adapun sosialisme-marxian, unhrk melakukan
sosialisasi dan nasionaiisasi alat dipergunakan cara kekerasan dengan ..membasmi suatu
kelas’’

Komunisme internasional

Komunisme internasional sebagai teori ideologi mulai diterapkan setelahmeletusnya Revolusi


Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai
sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005, negara yang masih
menganut paham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.
Komunisme internasional adalah teori yang dicetuskan oleh Karl Marx.

Maoisme
Ideologi komunisme di Tiongkok agak lain daripada dengan Marxisme-Leninisme yang
diadopsi bekas Uni Soviet. Mao Zedong menyatukan berbagai filsafat kuno dari Tiongkok
dengan Marxisme yang kemudian ia sebut sebagai Maoisme. Perbedaan mendasar dari
komunisme Tiongkok dengan komunisme di negara lainnya adalah bahwa komunisme di
Tiongkok lebih mementingkan peran petani daripada buruh. Ini disebabkan karena kondisi
Tiongkok yang khusus di mana buruh dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari
kapitalisme.

Perkembangan komunisme pasca-Uni Soviet

Banyak orang yang mengira komunisme "mati" setelah Revolusi 1989 yang berakhir pada
bubarnya Uni Soviet dua tahun kemudian, yang diawali dengan keputusan Presiden Mikhail
Gorbachev. Namun demikian, setelah runtuhnya Uni Soviet dan pecahnya Yugoslavia,
terdapat beberapa negara yang masih dipimpin oleh pemerintahan Marxis–
Leninis dengan partai tunggal. Di antaranya adalah Kuba, Laos, Vietnam, dan Tiongkok.

Contoh Negara Komunis


Negara yang memegang ideologi komunisme saat ini terhitung sedikit. Berikut beberapa
negara yang menjalankan ideologi komunisme dalam menjalankan pemerintahannya:

1. Republik Rakyat Tiongkok


2. Vietnam
3. Laos
4. Korea Utara
5. Kuba
6. Eritrea
Negara Indonesia sendiri sangat melarang keras paham komunisme karena sangat
bertentangan dengan ideologi demokrasi pancasila yang mengedepankan hak-hak
kemanusiaan baik individu maupun kelompok.

Dalam Buku Ajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (Panduan Kuliah di Perguruan
Tinggi) (2021) karangan Zulfikar Putra dan H. Farid Wajdi, ideologi komunisme memiliki
lima ciri, yakni: Komunisme mengajarkan tentang teori perjuangan kelas Artinya penganut
komunisme akan memperjuangkan kelas atau kelompoknya. Contoh kaum proletariat yang
melawan kaum kapitalis atau tuan tanah. Kepemilikan barang menjadi milik bersama Salah
satu ciri yang paling dikenal dari komunisme adalah kepemilikan barangnya secara komunal
atau umum. Penganut komunisme tidak membiarkan seseorang memiliki hak milik pribadi
atau menguasai barangnya. Kepentingan kelompok lebih penting Dalam paham komunisme,
kepentingan individu tidaklah penting karena mereka lebih mengutamakan kepentingan
bersama, yakni negara atau kelompoknya. Revolusinya menjalar ke seluruh dunia Salah satu
doktrin komunis ialah the pemanent atau continuous revolution (revolusi secara terus
menerus). Revolusi dari paham ini menjalar ke seluruh dunia, sehingga sering disebut go
international.

Sistem ekonomi komunis


Dalam jurnal Paradigma Idiologi Sistem Ekonomi Dunia (2018) karya Nurhadi,
dituliskan jika sistem ekonomi komunis adalah sistem perekonomian yang menjadikan
pemerintah sebagai pengatur seluruh sumber aktivitas perekonomian. Paham komunisme
tidak memperbolehkan individu atau suatu kelompok memiliki kekayaan pribadi, sehingga
kehidupan ekonominya bergantung kepada pemerintah. Seluruh industri perekonomian kecil
hingga yang besar, dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah.
Seluruh perintah perekonomian di negara penganut komunisme dibuat oleh pemerintah
pusat. Sistem ekonomi ini bersifat totaliter dan pemerintah yang menentukan segalanya,
mulai dari lokasi penempatan kerja hingga apa yang harus dikonsumsi. Selain itu, dalam
sistem ekonomi komunis, tidak ada hak milik pribadi, orang tidak diperbolehkan memilih
pekerjaannya, seluruh perusahaan merupakan milik negara atau tidak ada perusahaan swasta,
dan harganya juga dikendalikan langsung oleh pemerintah atau negara.
DAFTAR PUSTAKA

surajiyo. (2020). Keunggulan Dan Ketangguhan Ideologi Pancasila. Jurnal IKRA-ITH Humaniora, 4(3), 145–
155.

Dwi Putro, W. (2019). Pancasila Di Era Paska Ideologi. Veritas et Justitia, 5(1), 1–19.

Alpin N, (2018). Pengertian Komunisme dan Liberalisme. Hadi Nugroho, 8(2), 118.

Adams, Ian. 2004. Ideologi Politik Mutakhir (Political Ideology Today), Penerjemah Ali Noerzaman.
Yogyakarta : Penerbit Qalam.

Anda mungkin juga menyukai