Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS PENGELOLAAN SAMPAH PADA MASYARAKAT DESA

DISANAH KECAMATAN SRESEH KABUPATEN SAMPANG


Analysis Of Waste Management In The Village Of Disanah, District Of Sreseh
Sampang, Madura

1 2 3 4,
Muchammad Zamzami Elamin , Kartika Nuril Ilmi , Tsimaratut Tahrirah , Yudhi Ahmad Zarnuzi Yanuar
5 6 7 8
Citra Suci , Dwi Ragil Rahmawati , Rizky Kusumawardhani , Dimas Mahendra Dwi P. , Rizqi Azizir
9 10 11
Rohmawati ,Pandhu Aji Bhagaskoro , Ismi Fuatjia Nasifa
Ilmu Kesehatan Masyarakat (FKM-UNAIR)
Ilmu Informasi dan Perpustakaan (FISIP-UNAIR)
Akuntansi (FEB-UNAIR)
Ilmu dan Teknologi Lingkungan (FST-UNAIR)
Psikologi (FPSI-UNAIR)
Keperawatan (FKP-UNAIR)
zamzami.elamin@gmail.com

Abstrak: Sampah merupakan suatu hal yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Semua yang
beraktivitas pasti akan menghasilkan sampah dan begitu juga yang terjadi di Desa Disanah Kecamatan
Sreseh Kabupaten Sampah. Permasalahan dari penelitian ini adalah proses pengelolaan sampah yang
dilakukan belum masuk dalam kategori yang baik dan benar dikarenakan proses pengelolaan dilakukan
dengan pembuangan yang tidak pada tempatnya dan dengan proses pembakaran. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah yang ada di Desa Disanah Kecamatan Sreseh
Kabupaten Sampang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan rancang
bangun observasional deskriptif. Teknik penelitian yang dilakukan dengan cara survei lapangan, focus
group discussion yang melibatkan partisipan, wawancara terbuka, dan studi literatur. Partisipan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah perwakilan dari Badan Lingkungan Hidup, kepala desa, badan
perwakilan desa, karang taruna, dan organisasi yang ada di desa. Hasil penelitian menyatakan bahwa
pengelolaan sampah di Desa tersebut masih kurang baik hal ini dikarenakan tidak adanya lahan untuk
pembangunan tempat penampungan sementara, fasilitas sarana dan prasarana yang masih belum baik,
dan tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah akan pentingnya pengelolaan sampah dengan baik
dan benar. Saran yang bisa diberikan adalah dengan melakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah
yang baik dan benar, jadwal rutin gotong royong bersih desa dan memasukkan anggaran untuk
pembebasan lahan yang akan digunakan untuk tempat penampungan sementara.
Kata kunci: Lingkungan, sampah, pengelolaan sampah

Abstract: Waste is something that is always present in our daily lives. All the activities will inevitably result
in the waste and so is going on in the village of Disanah, District of Sreseh, Sampang. The problem of this
research is the process of waste management, which can’t be categorised as good because the process is
done by discharge management is not in the appropriate place and dispose it using the combustion
process. The purpose of this study was to determine the existing waste management system in the village
of Disanah, District of Sreseh, Sampang. The method used on this research is a qualitative study design
with observational descriptive. It conducted by field surveys, focus group discussions with participants, open
interviews, and literature study. Participants used in this study is representative of the Environment Agency,
the village head, village councils, youth clubs and organizations in the village. The study states that waste
management still in the unfavorable category, this is due to many factors: the lack of land for the
construction of temporary shelters, facilities and infrastructures are not good enough and the level of public
awareness is still low about the importance to manage waste properly. The advice can be given is to
socialize, to schedule regular cleanup to clean the village and create a budget for land acquisition, which will
be used for temporary shelter.
Keywords: Environment, waste, waste management

PENDAHULUAN tanggung jawab masyarakat. Peran masyarakat


sangat penting dalam menjaga lingkungan, sebab
Lingkungan adalah tempat hidup semua masyarakat dituntut mampu menyelesaikan
makhluk yang ada di bumi, khususnya manusia. permasalahan menyangkut lingkungan hidupnya.
Menurut Hendrik L. Blum, 1974 dalam Slamet, Salah satu permasalahan lingkungan hidup adalah
2016 menyatakan bahwa lingkungan adalah faktor tentang kebersihan. Kebersihan adalah sebuah
terbesar dalam mempengaruhi derajat kesehatan, cerminan setiap individu dalam menjaga
sehingga menjaga lingkungan merupakan kesehatan. Kebersihan merupakan suatu keadaan
368
Muchammad Zamzami Elamin, et al, Analisis Pengelolaansampah 369

yang bebas dari segala kotoran, dan lain-lain yang proses pembuangan akhir (Sahil, 2016). Belum
dapat merugikan segala aspek yang menyangkut adanya perencanaan dalam pengolahan sampah
setiap kegiatan dan perilaku masyarakat. Untuk mengakibatkan kurang maksimalnya sistem
mewujudkan kebersihan lingkungan, dibutuhkan pengolahan sampah. Selain itu, belum adanya
kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya tempat pengolahan sampah menjadi
menjaga kebersihan. permasalahan yang mendasari hal tersebut
Sampah adalah suatu benda atau bahan (Nilam, 2016).
yang sudah tidak digunakan lagi oleh manusia Beberapa faktor yang mempengaruhi
sehingga dibuang. Stigma masyarakat terkait pengolahan sampah yang dianggap sebagai
sampah adalah semua sampah itu menjijikkan, penghambat sistem adalah penyebaran dan
kotor, dan lain-lain sehingga harus dibakar atau kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan
dibuang sebagaimana mestinya (Mulasari, 2012). karakteristik lingkungan fisik, sikap, perilaku serta
Segala aktivitas masyarakat selalu menimbulkan budaya yang ada di masyarakat (Sahil, 2016).
sampah. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
jawab pemerintah daerah akan tetapi juga dari Republik Indonesia nomor 3 tahun 2013, tempat
seluruh masyarakat untuk mengolah sampah agar penampungan sementara (TPS) adalah tempat
tidak berdampak negatif bagi lingkungan sekitar dimana sebelum sampah diangkut untuk dilakukan
(Hardiatmi, 2011). pendauran ulang, pengolahan dan tempat
Permasalahan sampah meliputi 3 bagian pengolahan sampah terpadu. Tempat pengolahan
yaitu pada bagian hilir, proses dan hulu. Pada sampah terpadu (TPST) adalah tempat
bagian hilir, pembuangan sampah yang terus pelaksanaan kegiatan pengumpulan, pemilahan,
meningkat. Pada bagian proses, keterbatasaan penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan
sumber daya baik dari masyarakat maupun dan pemrosesan akhir.
pemerintah. Pada bagian hulu, berupa kurang Menurut EPA (Environmental Protecion
optimalnya sistem yang diterapkan pada Agency) 1998 mengatakan bahwa, illegal dumping
pemrosesan akhir (Mulasari, 2016). Sebagian / tempat penampungan ilegal adalah suatu tempat
besar masyarakat menganggap membakar yang secara sengaja dilakukan pembuangan
sampah merupakan bagian dari pengolahan sampah di daerah tersebut untuk menghindari
sampah. akan tetapi, hal seperti itu bisa biaya dan waktu serta upaya yang diperlukan
menyebabkan pencemaran bagi lingkungan dan membuang sampah ke tempat yang legal. Lahan
mengganggu kesehatan. Sikap seperti ini ada yang dimanfaatkan bervariasi seperti bangunan
kemungkinan dipengaruhi oleh pengetahuan dan yang tidak beroperasi lagi, lahan kosong, jalan
kematangan usia (Mulasari,2012). raya atau gang-gang sepanjang jalan pedesaan.
Membangun kesadaran masyarakat tidak Hal ini dikarenakan penerangan dan aksesibilitas
semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kerja yang buruk sehingga rentan digunakan untuk
sama dari semua pihak, baik masyarakat, tempat pembuangan sampah ilegal. Faktor yang
pemerintah maupun pihak ketiga sebagai menyebabkan hal ini terjadi adalah jumlah
pendukung. Diperlukan waktu yang cukup lama penduduk, karakteristik fisik (tidak tersedianya
untuk membangun kesadaran itu. Diperlukan pula lahan), rendahnya alternatif pengelolaan sampah
contoh dan teladan yang positif serta konsistensi (daur ulang), dan kebijakan pemerintah. Tempat
dari pihak pengambil kebijakan di suatu wilayah penampungan sementara (TPS) ilegal
tertentu. Kegiatan sosialisasi secara langsung menandakan rendahnya perilaku masyarakat
tentang pengelolaan sampah dapat mendorong sekitar dalam menerapkan pola hidup bersih dan
partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan sehat. Dampak berupa pemandangan yang tidak
persampahan (Rizal, 2011). enak, ketidaknyamanan ketika bernafas
Desa Disanah merupakan salah satu desa di dikarenakan bau yang relatif tidak sedap, dan
Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang yang estetika, serta mencemari lingkungan serta
masih termasuk desa tertinggal karena adanya terganggunya kondisi perairan (Asti, 2014).
keterbatasan akses transportasi yang masih Adapun tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
dalam proses pembangunan. Permasalahan ini mengetahui pola pengelolaan sampah Desa
tentu mempengaruhi kegiatan di Desa Disanah itu Disanah serta dapat memberikan solusi terbaik
sendiri, terutama dalam hal kebersihan yaitu dalam memecahkan masalah pengelolaan
sulitnya pengadaan pengelolaan sampah karena sampah yang ada dengan studi literatur demi
terkendala alat transportasi serta truk pengangkut berkembangnya sistim pengelolaan sampah Desa
sampah yang tidak bisa masuk di Desa itu. Selain Disanah.
transportasi, kesadaran masyarakat juga
mempengaruhi kondisi kebersihan lingkungan di METODE PENELITIAN
desa tersebut. Kedua hal ini sangat berpengaruh
terhadap perilaku membuang sampah Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari –
sembarangan dan membakar sampah. Februari 2017 dan berlokasi di Desa Disanah
Pengolahan sampah melibatkan Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang. Jenis
pemanfaatan dan penggunaan sarana dan penelitian ini adalah kualitatif dengan rancang
prasarana antara lain menempatkan sampah pada bangun observasional deskriptif. Teknik penelitian
wadah yang sudah tersedia, proses pengumpulan yang dilakukan dengan cara survei lapangan,
sampah, pemindahan, dan pengangkutan focus group discussion (FGD) yang melibatkan
sampah, serta pengolahan sampah hingga pada partisipan, wawancara terbuka, dan studi literatur.
370 Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10 , No.4, Oktober 2018: 368-375

Kualitatif dikarenakan untuk mengetahui informasi Desa Disanah sebesar 896 orang pada tahun
terkait penanganan sampah yang ada 2015. Kepadatan penduduk Desa Disanah
dilingkungan Desa Disanah. Observasional/survei sebesar 85,09 orang/km2 yang terpusat pada
lapangan dilakukan untuk melihat kondisi nyata wilayah tertentu. Sedangkan wilayah yang lain
yang ada dilapangan sehingga diketahui secara dimanfaatkan sebagai tambak ikan atau tambak
benar apa yang sedang terjadi. Focus group garam.
discussion (FGD) dilakukan dengan beberapa Hasil observasi menunjukkan bahwa produk
perangkat desa, organisasi yang ada di desa dan utama warga Desa Disanah adalah garam, udang,
karang taruna. Focus group discussion yang dan ikan bandeng adanya tambak garam dan
dilakukan memiliki topik tentang pengelolaan tambak ikan seluas 1.003 Ha. Beberapa tambak di
sampah yang ada di Desa Disanah. Wawancara sekitar wilayah pemukiman dimanfaatkan menjadi
terbuka dilakukan dengan kepala desa Disanah tempat pembuangan sampah. Hal ini menjadi
Kecamatan Sreseh dan staff Badan Lingkungan salah satu masalah lingkungan di Desa Disanah
Hidup (BLH) Kabupaten Sampang. Populasi dari karena tidak adanya pengelolahan sampah
penelitian ini mengambil dari organisasi (karang menyebabkan sampah ditimbun di tambak dan
taruna dan pemuda disanah) yang ada di desa lahan kosong.
dan perangkat desa yang diwakili oleh Badan Berdasarkan Gambar 1 ada beberapa
Perwakilan Desa (BPD). langkah dalam pengelolaan sampah yaitu
pemilahan (dilakukan dengan cara manual seperti
HASIL DAN PEMBAHASAN membedakan sampah organik dan anorganik),
pewadahan (aktivitas yang dilakukan dengan cara
Berdasarkan data pada katalog Kecamatan menampung sampah sementara di wadah/tempat
Sreseh dalam Angka 2016, Desa Disanah sumber sampah), dan pengolahan di sumber,
memiliki luas wilayah sebesar 10,53 km2. Jarak pengumpulan ada dua proses yaitu pemindahan,
kantor kecamatan dengan Desa Disanah sejauh pemilahan, dan pengolahan kemudian dilakukan
11 km yang dapat ditempuh melalui jalur darat pengangkutan ke pembuangan akhir. Namun
menggunakan sepeda motor selama kurang lebih masyarakat Desa Disanah belum melakukan hal
30 menit dan jalur sungai menggunakan perahu tersebut.
selama kurang lebih 90 menit. Jumlah penduduk

Gambar 1. Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

Berdasarkan hasil Observasi, diperoleh Menurut data penelitian dari Karim, 2016
informasi bahwa warga desa tidak memiliki tempat bahwa tingkat pendidikan warga Desa Disanah
sampah untuk melakukan proses pewadahan ditunjukkan dengan sebesar 123 orang tidak
sehingga warga terbiasa membuang sampah bersekolah, sebesar 240 orang lulusan taman
sembarangan dan membakarnya di sekitar rumah. kanak-kanak (TK), 167 orang lulusan sekolah
Hal ini menyebabkan sulitnya pengaplikasian dasar (SD/MI), 205 orang lulusan sekolah
pemilahan sampah. Karena tidak adanya tempat menengah pertama (SMP/SLTP), 185 orang
pembuangan sampah sementara, maka warga lulusan sekolah menengah atas (SMA/SLTA), dan
membuang sampah rumah tangga yang berskala 20 orang lulusan perguruan tinggi. Tingkat
besar di lahan kosong atau tambak yang pendidikan ini akan mempengaruhi pola pikir
dimanfaatkan menjadi tempat pembuangan akhir. masyarakat dan cara mengelola sampah. Warga
Minim dan mahalnya lahan menyebabkan Desa dengan pendidikan rendah hanya mengetahui
Disanah tidak memiliki tempat untuk pembuangan cara mengelola sampah dengan dibakar tanpa
akhir. Susahnya akses keluar masuk desa adanya pengolahan lebih lanjut.
membuat warga kesulitan membawa sampah ke Persebaran warga terpusat pada satu
tempat pembuangan akhir. Kesadaran masyarakat wilayah sehingga menyebabkan sampah
akan kebersihan lingkungan masih kurang berserakan di wilayah tersebut. Ada 3 tempat
sehingga permasalahan sampah tersebut masih yang dimanfaatkan untuk tempat pembuangan
dipandang wajar. sampah ilegal yaitu di daerah awal masuk
Muchammad Zamzami Elamin, et al, Analisis Pengelolaansampah 371

pemukiman melalui jalur darat terdapat kolam sampah dibuang di tempat penampungan
dibagian kanan jalan dan dua yang lain berada sementara (TPS) sebelum akhirnya dibuang ke
dijalan menuju ke tambak yang dipenuhi sampah tempat pembuangan akhir (TPA). Tiap desa atau
baik organik maupun anorganik. Penumpukan kelurahan hendaknya memiliki TPS untuk
sampah yang berada di beberapa titik di Desa menampung seluruh sampah warganya agar
Disanah tanpa adanya pengelolaan lebih lanjut mudah untuk dibawah ke TPA, namun di Desa
menyebabkan berkurangnya keindahan alam Disanah tidak terdapat TPS. Hal ini dikarenakan
Desa Disanah. Selain itu, kondisi tersebut juga tidak tersedianya lahan dan tidak ada transportasi
menimbulkan ketidaknyamanan karena bau untuk membawa sampah ke TPA sehingga warga
kurang sedap yang muncul dari tumpukan sampah cenderung membuang sampah pada lahan
tersebut. kosong dan membakarnya.
Masalah kesehatan disebabkan oleh Lingkungan Desa Disanah juga terlihat kotor
penumpukan sampah yang menjadi sarang bagi karena banyak sampah yang berserakan dan
vektor dan rodent. Salah satu masalah kesehatan terdapat kotoran hewan di sepanjang jalan desa.
yang terjadi adalah penyakit diare dan penyakit Hal ini sangat mengganggu orang yang lewat.
kulit pada musim hujan. Penyakit tersebut berawal Selain itu ada beberapa penjual makanan yang
dari genangan air di tumpukan sampah kemudian memiliki hewan peliharaan dan makanan yang
menjadi sarang bagi vektor dan rodent sehingga dijualnya tidak ditutup sehingga ada peluang untuk
menyebabkan seseorang terkena penyakit. terkontaminasi dari debu atau kotoran dari hewan.
Mayoritas rumah tangga tidak memiliki tempat Tidak hanya itu, penjual makanan juga tidak
sampah dan membuang sampah disekitar rumah. menjaga kebersihan. Banyak dari mereka yang
Pada saat tertentu, warga perempuan yang membuang bungkus makanan di sekitar tempat
berperan sebagai ibu rumah tangga jualan karena tidak ada tempat sampah dan tidak
membersihkan sampah disekitar rumahnya cuci tangan saat melayani pembeli. Para penjual
dengan cara disapu. Setelah sampah terkumpul, ini sebenarnya mengetahui bahwa seharusnya
tindakan yang dilakukan adalah membakar membuang sampah pada tempatnya, namun
kumpulan sampah tersebut atau sebagian dari ketidaktersediaan tempat sampah membuat
warga membuang sampah tersebut di titik penjual ini terbiasa membuang sampah
penampungan sampah desa yang terletak di sembarangan. Warga Desa disana hanya
beberapa titik wilayah pemukiman desa. memahami bahwa membuang sampah harus
Menurut Ikhsandri (2014) mengatakan bahwa pada tempatnya namun tidak memahami bahwa
tindakan membakar sampah merupakan salah tempat pembuangan sampah harus dipisahkan.
satu teknik pengolahan sampah, akan tetapi Warga juga tidak mengetahui cara mengolah
pembakaran sampah dilakukan di lapangan yang sampah selain dibuang dan dibakar. Pemahaman
jauh dari pemukiman. Namun, pembakaran seperti warga mengenai pengelolaan sampah masih
ini susah dikendalikan karena terdapat asap, rendah, hal ini dikarenakan lokasi desa yang
angin kencang, debu, dan arang sampah yang terisolasi.
mana akan terbawa ke tempat sekitar sehingga Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
menimbulkan gangguan. Pembakaran yang paling menunjukkan bahwa warga Desa Disanah
baik yaitu dilakukan dengan insinerator agar tidak memiliki tingkat kesadaran yang rendah mengenai
menimbulkan gangguan akan tetapi memerlukan kebersihan lingkungan. Hal ini dilihat dari
biaya yang mahal. kebiasaan membuang sampah, kondisi lingkungan
Perilaku terhadap sampah tersebut sudah Desa Disanah dan pemahaman warga mengenai
menjadi budaya yang mengakar pada masyarakat. pengelolaan sampah serta keterbatasan fasilitas
Hal ini berdampak pada pola pikir (mindset) TPS untuk menampung sampah rumah tangga
masyarakat terkait sampah yang kurang sesuai. yang dihasilkan setiap harinya. Kesadaran warga
Misalnya tumpukan sampah yang tidak nyaman Desa Disanah terhadap kebersihan lingkungan
dipandang. Bagi masyarakat Desa Disanah, termasuk kesadaran heteronomous.
kondisi tersebut menjadi hal yang biasa dan tidak Heteronomous adalah suatu tingkat dimana
perlu diatasi. Sehingga tidak ada tindak lanjut kepatuhan atau kesadaran dikarenakan motivasi,
yang dilakukan untuk mengatasi masalah orientasi atau dasar yang beragam atau berubah-
penumpukan sampah tersebut. Bahkan ubah. Pada tingkat ini kepatuhan dan kesadaran
masyarakat Desa Disanah beranggapan bahwa masih rendah dikarenakan mudah berubah oleh
kerjabakti yang biasanya dilakukan untuk suasana atau keadaan sekitar.
membersihkan desa adalah kegiatan Pada masyarakat Desa Disanah masih
membersihkan jalan dari berbagai penghalang dalam tingkat heteronomus dikarenakan motivasi
seperti ranting pohon. Budaya masyarakat yang atau dorongan untuk menjaga kebersihan
kurang tepat tersebut perlu diubah. lingkungan masih mengikuti yang lain atau
Hasil observasi menunjukkan bahwa warga kelompok mayoritas namun sikap terhadap
Desa Disanah tidak memiliki tempat sampah kebersihan lingkungan warga Desa Disanah
pribadi yang digunakan untuk membuang sampah cukup baik hanya karena keterbatasan fasilitas
rumah tangga setiap harinya. Sampah rumah TPS, membuat warga tidak terbiasa membuang
tangga yang dihasilkan setiap hari oleh warga sampah pada tempatnya. Menurut salah satu
dikumpulkan dalam kantong plastik dan dibuang warga bahwa dulu ada iuran Rp. 1.000,- untuk
ke lahan dekat tambak sebagai pembuangan pengelolaan sampah namun iuran tersebut
terakhirnya. Menurut UU No. 18 tahun 2008, berhenti karena tidak ada tempat penampungan
372 Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10 , No.4, Oktober 2018: 368-375

sampah dan sampah hanya dibakar, tidak dibawa masalah sampah di Desa Disanah Kecamatan
ke TPA. Oleh karena itu warga tidak lagi Sreseh Kabupaten Sampang. Pertama adalah
membayar iuran tersebut karena dapat membakar terkait lahan yang akan digunakan untuk tempat
sampah itu sendiri, tanpa ada orang lain yang penampungan sementara (TPS) dari sampah
melakukan. Warga cenderung mengikuti yang lain yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Disanah.
dalam mengelola sampah sehingga seluruh warga Hal ini menjadi bahan diskusi awal dikarenakan
terbiasa membakar sampah rumah tangga. memang tidak adanya lahan yang kosong untuk
Sampah tersebut biasanya dibakar di lahan tempat tersebut. Menurut kepala desa Disanah
kosong dekat rumah jika sudah menumpuk mengatakan bahwa perlunya penanganan
banyak. sampah yang paling utama adalah pengadaan
Menurut Yuliyani (2013), sikap terhadap lahan untuk tempat penampungan sementara
kebersihan lingkungan adalah sikap seseorang (TPS) di desa. Hal ini menjadi yang utama karena
berdasarkan cara pandang atau pemahannya beliau beranggapan bahwa lahan tersebut
terhadap kebersihan lingkungan. Orang yang nantinya akan dijadikan bangunan permanen
bersikap positif terhadap kebersihan lingkungan ketika sudah berdiri tempat penampungan
akan memandang kebersihan sebagai suatu hal sementaranya.
yang berguna untuk diusahakan dan dilindungi. Menurut Nurlela, 2017 mengatakan bahwa
Orang yang bersikap negatif pada objek tersebut tempat pengolahan sampah sangat perlu
akan memandang objek itu sebagai sesuatu yang diadakan karena memiliki dampak positif yang
tidak berguna dan tidak bermanfaat serta tidak lebih banyak dari pada dampak negatinya. Tidak
perlu diadakan dan dilindungi. Berdasarkan adanya lahan desa yang kosong dan akan
penelitian tersebut, warga Desa Disanah memiliki digunakan untuk TPS tersebut sehingga
sikap positif terhadap kebersihan lingkungan memerlukan pembelian lahan yang mulanya milik
karena masih memiliki upaya untuk membakar warga. Pihak desa belum mampu untuk membeli
sampah tersebut walaupun pemahaman untuk lahan tersebut dikarenakan perencanaan alokasi
mengelola sampah dengan cara lain masih belum dana desa (ADD) pada tahun tersebut tidak
benar. digunakan untuk hal tersebut. Sehingga pihak
Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan desa meminta bantuan untuk pengadaaan tong
mengenai permasalahan kebersihan lingkungan sampah kepada badan lingkungan hidup (BLH)
Desa Disanah, penulis menyusun sebuah program Kabupaten Sampang. Hal ini sesuai dengan
untuk diberikan kepada warga Desa Disanah. penelitian dari Triastantra, 2016 mengatakan
Program tersebut akan meningkatkan kesadaran bahwa kendala yang ada ketika berkeinginan
warga Desa Disanah mengenai kebersihan untuk melakukan pengelolaan sampah adalah
lingkungan dan mengetahui cara mengelola masalah lahan, terbatasnya anggaran yang akan
sampah yang lain selain dibakar. Penulis digunakan dan teknologi yang nantinya akan
memberikan program dengan cara mengadakan digunakan dalam proses pengelolaan sampah.
diskusi bersama atau focus group discussion Menyikapi hal tersebut, staff badan
(FGD) untuk membahas permasalahan sampah di lingkungan hidup (BLH) memberikan tanggapan
Desa Disanah dan merumuskan solusi yang tepat. dengan respon yang baik. Pihak badan lingkungan
FGD ini dihadiri oleh beberapa perangkat desa, hidup (BLH) mengatakan bahwa pembebasan
karang taruna, dan organisasi remaja Disanah. lahan yang nantinya akan digunakan sebagai
Karang taruna dan organisasi remaja masih tempat penampungan sementara (TPS) bukanlah
memiliki semangat yang tinggi untuk memperbaiki ranah dari badan lingkungan hidup (BLH). Akan
desa. Diskusi ini menghasilkan beberapa solusi tetapi, ranah dari pihak desa yang harusnya
yakni mengajukan pembangunan TPS dan diangkat ke kecamatan kemudian diangkat ke
penyediaan tempat sampah kepada Badan kabupaten dikarenakan menyangkut tentang
Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Sampang alokasi anggaran dana desa. Sehingga
karena faktor utama dari permasalahan sampah di menyarankan permasalahan ini dibawa keranah
Desa Disanah adalah fasilitas TPS dan yang lebih tinggi yaitu ketika acara musyawarah
transportasi untuk mengangkut sampah ke TPA. pembangunan desa (MUSREMBANGDES).
Solusi lainnya adalah mengalokasikan ADD Perlunya pembebasan lahan digunakan untuk
(Alokasi Dana Desa) untuk membuat TPS dan tempat penampungan sementara (TPS) adalah
tempat sampah untuk tiap rumah. Penulis juga langkah awal dari desa untuk menjadikan
memberikan solusi untuk gotong royong masyarakat Desa Disanah bisa menerapkan salah
membersihkan lingkungan Desa Disanah sebagai satu aspek dari perilaku hidup bersih dan sehat
langkah awal untuk meningkatkan kesadaran (PHBS). Selain itu, tidak bisanya pihak badan
warga terhadap kebersihan lingkungan. Kegiatan lingkungan hidup (BLH) memberikan pengadaan
gotong royong ini dapat dilaksanakan satu bulan berupa tong sampah pada tahun tersebut
dua kali dan dikoordinasikan oleh karang taruna dikarenakan rencana alokasi anggaran dari BLH
dan organisasi remaja Disanah serta perangkat sudah terbentuk pada tahun sebelumnya tetapi
desa agar menjadi kegiatan rutin yang dilakukan akan memasukkan pada rencana anggaran dari
di Desa Disanah. BLH di tahun depan. Pada tahun ini, BLH hanya
Wawancara terbuka dilakukan dengan pihak bisa membantu dengan cara pemberian alat
pemerintah Kabupaten Sampang yang diwakili kebersihan.
oleh staff Badan Lingkungan Hidup (BLH). Topik Kedua adalah terkait pengelolaan dari
pembicaraannya adalah tentang penanganan sampah tersebut ketika sudah berdirinya tempat
Muchammad Zamzami Elamin, et al, Analisis Pengelolaansampah 373

penampungan sementara (TPS) di Desa Disanah. penyadaran yang utama adalah pengetahuan
Hal ini sesuai dengan penelitian dari Triastantra, seseorang akan hal tersebut. Ketika seseorang
2016 mengatakan bahwa fasilitas yang tidak sudah mengetahuinya, maka tidak menuntut
memadai menjadikan sampah tersebut tidak bisa kemungkinan untuk melakukannya.
dikelola dengan baik. Pihak badan lingkungan Perlunya sosialisasi dari pihak
hidup (BLH) hanya bisa memberikan masukan pemerintah/badan lingkungan hidup (BLH)
terkait hal tersebut dikarenakan juga dikarenakan tingkat kepercayaan masyarakat
permasalahan akses menuju ke desa yang tidak akan hal itu masih dirasa bisa memberikan
bisa dijangkau oleh mobil. Pihak bahan lingkungan dampak positif. Ketika sosialisasi dilakukan oleh
hidup (BLH) memberikan masukan berupa masyarakat sendiri, maka tingkat kepercayaan
penarikan iuran yang nantinya akan meminta masyarakat masih dibawah 50% dikarenakan
tolong orang untuk mengantarkan sampah yang pemateri tersebut bukan dari orang
sudah terkumpul ke tempat pembuangan pemerintahan/badan lingkungan hidup (BLH). Hal
sementara yang sudah disediakan oleh pihak BLH ini sesuai dengan penelitian dari Fajar, 2014
dan bisa dibawa oleh truk pengambil sampah. mengatakan bahwa memang tidak mudah
Masukan kedua adalah dikarenakan merubah suatu perilaku atau kebiasaan dari
memang akses yang tidak mudah untuk masyarakat sehingga usaha yang dilakukan harus
dijangkau, pemusnahan sampah dilakukan secara terus menerus (continue) dan dalam waktu
dengan cara pembuangan ke lahan kosong yang yang lama.
sudah dapat izin dari pemilik lahan yang nantinya Keempat adalah terkait pengolahan sampah
bisa digunakan sebagai pondasi berdirinya suatu yang bisa dimanfaatkan. Melakukan upaya
bangunan. Sampah tersebut bisa menjadi pemanfaatan sampah yang bisa digunakan
tambahan urug untuk suatu bangunan. Masukan sebagai bahan daur ulang adalah salah satu
ketiga adalah pemusnahan sampah dengan cara upaya untuk mengurangi sampah. Pada tahun ini
dibakar. Hal ini dilakukan sebagai opsi terakhir sudah tidak lagi malu untuk membuat bahan
karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa akses produk jadi yang berasal dari daur ulang sampah
jalan ke desa sedang dalam pembangunan. Akan yang masih bisa digunakan dan layak. Dari pihak
tetapi, pembakaran tidak boleh dilakukan badan lingkungan hidup (BLH) memberikan
disembarang tempat dan diusahakan yang jauh masukan berupa adanya pelatihan keterampilan
dari pemukiman sehingga tidak mengakibatkan untuk warga dalam melakukan pengolahan
timbulnya masalah kesehatan baru yang sampah. akan tetapi hal tersebut tidak mudah
diakibatkan oleh pembakaran sampah tersebut. dilakukan karena tidak semua orang mau
Ketiga adalah terkait penyadaran masyarakat berkecimpung dalam dunia persampahan. Apalagi
yang nantinya akan mengelola dan membuang membuat kerajinan dari bahan bekas yang sudah
sampah pada tempatnya/tempat penampungan tidak layak untuk digunakan.
sementara (TPS) yang disediakan. Merubah pola Adanya pelatihan ini merupakan upaya yang
pikir (mindset) dari masyarakat tidaklah mudah membutuhkan dorongan dan support yang luar
dikarenakan ada hal-hal yang dianggap mistis, biasa terutama dari dirinya sendiri. Ketika ada
sudah membudaya, dan lain-lain sehingga keinginan maka semuanya pasti bisa. Kemudian
perlunya pengaruh yang kuat dari pihak luar. akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar
Ketika terjadi pengaruh dari dalam sendiri (internal yang mana bisa memperkuat keyakinan atau
desa) maka bisa jadi perubahan pola pikir (stigma) malah melemahkan keyakinan. Kegiatan
tersebut berjalan tidak lebih dari satu minggu. pengadaan alat kebersihan dan tong sampah
Masyarakat beranggapan bahwa itu sudah dilakukan pada tahun pertama dikarenakan hal ini
menjadi kebiasaan dan orang tersebut pun tidak merupakan salah satu sarana dan prasarana
melakukan hal yang sama dengan apa yang untuk melakukan dan menjaga kebersihan.
dikatakan sehingga kebiasaan tersebut kembali Dilakukan pengadaan lagi pada tahun ketiga dan
seperti semula. Masukan yang diberikan dari kelima untuk revitalisasi alat kebersihan dan tong
pihak badan lingkungan hidup (BLH) nantinya sampah yang dianggap sudah tidak layak untuk
akan diadakan sosialisai tentang pengolahan dipakai.
sampah yang baik dan benar dikarenakan tingkat

Tabel 1.
Perencanaan Pengelolaan sampah
Tahun ke -
Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Sosialisasi tentang pengolahan sampah yang baik dan benar x x x x x x
Pengadaan alat kebersihan dan tong sampah x - x - X -
Jadwal rutin bersih desa x - - - - -
Mengalokasikan anggaran dana desa untuk pembangunan TPS - x x - - -
Pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) - - - x x -
Pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) - - - - x x
Pelatihan pengelolaan sampah menjadi barang yang berguna dan
- - - - - x
bermanfaat
374 Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol.10 , No.4, Oktober 2018: 368-375

Kegiatan jadwal rutin bersih desa dilakukan Masyarakat volume 9 nomor 2 (2014) 122-130.
pada tahun pertama harapannnya bisa ISSN: 1858-1196/ id.portalgaruda.org
berlangsung selamanya. Kegiatan jadwal rutin Badan Pusat Statistik. 2016. Kecamatan Sreseh
desa ini bisa dilakukan selama satu bulan sekali. dalam Angka 2016. Sampang : BPS Kabupaten
Setelah pengadaan alat kebersihan dan tong Sampang.
sampah maka harus dilakukan tindakan yang Environmental Protection Agency. (1998). I United
States
sebagaimana mestinya. Mengalokasikan
Fajar W. A., Dewi P. (2014). Sosialisasi Bahaya
anggaran dana desa untuk pembangunan TPS Membuang Sampah Sembarangan dan
dilakukan pada tahun kedua dan ketiga Menentukan Lokasi TPA di Dusun Deles Desa
harapannya bisa terealisasi dan bisa turun pada Jagonayan Kecamatan Ngablak. Jurnal Inovasi
tahun tersebut sehingga pada tahun berikutnya dan Kewirausahaan volume 3 nomor 1 (2014):
bisa dilakukan pembangunan tempat 21-27. ISSN: 2089-3086
penampungan sementara (TPS) desa Disanah. Hardiatmi S. (2011) Pendukung Keberhasilan
Pembangunan Tempat Penampungan Pengelolaan Sampah Kota. INNOFARM. Jurnal
Sementara (TPS) dilakukan pada tahun Inovasi Pertanian, 10 (1): 50-66
keempat dan kelima harapannya sudah bisa Ikhsandri. (2014). Kajian Infrastuktur Pengolahan
Sampah di Kawasan Berkembang Jakabaring
beroprasi dengan maksimal pada tahun kelima Kelurahan 15 Ulu Kota Palembang. Jurnal
dan seterusnya. Pembangunan tempat Teknik Sipil dan Lingkungan Volume 2 nomor 1,
pengolahan sampah terpadu (TPST) dilakukan Maret 2014. ISSN: 2355-374X
pada tahun kelima dan keenam setelah Karim, Abd. 2016. Tradisi Pa’kupak Di Desa Disanah
berdirinya TPS dikarenakan hal ini yang Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang
menunjang pengelolaan sampah menjadi Madura. Skripsi Surabaya: Universitas Islam
barang yang berguna dan bermanfaat. Terjadi Negeri Sunan Ampel
proses pemilahan ketika sampah akan dibuang Mulasari A., Heru H. A., & Muhadjir N. (2016)
Analisis Situasi Permasalahan Sampah Kota
ke TPS.
Yogyakarta dan Kebijakan
Pelatihan pengelolaan sampah menjadi Penanggulangannya. Jurnal Kesehatan
barang yang berguna dan bermanfaat dilakukan Masyarakat volume 11 nomor 2.
pada tahun keenam karena sudah ada wadah dx.doi.org/10.15294/kemas.vllil.3521
yang menampung untuk mengolah sampah Mulasari, S. A. (2012). Hubungan tingkat
menjadi barang yang berguna dan bermanfaat. pengetahuan dan sikap terhadap perilaku
masyarakat dalam mengelola sampah di dusun
padukuhan desa sidokarto kecamatan godean
KESIMPULAN DAN SARAN kabupaten sleman yogyakarta. Jurnal Kesmas
volume 6 nomor 3: 204-211
Sistem pengelolaan sampah yang dimiliki
Nilam S.P. (2016). Analisis Pengelolaan Sampah
Desa Disanah masih belum baik. Hal ini bisa Padat di Kecamatan Banuhampu Kabupaten
ditinjau dari perilaku warga yang terbiasa Agam. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
membuang sampah tidak pada volume 10 nomor 2: 157-165. E-ISSN 2442-
tempatnya/sembarangan yaitu seperti pada 6725/jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/
lahan kosong, tambak, selokan dan di sekitaran Nurlela. (2017). Dampak Keberadaan Tempat
jalan. Selain itu, pemahaman akan pentingnya Pengolahan Sampah 3R(Reduce, Reuse dan
pengelolaan sampah juga kurang baik. Recycle)Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial
Pengelolaan yang dilakukan hanya sebatas Ekonomi Masyarakat diKelurahan Bambu Apus
Kecamatan Pamulang KotaTangerang Selatan.
pembuangan yang tidak pada tempatnya dan
Skripsi. Jakarta Universitas Islam Negeri (UIN)
pembakaran. Hal tersebut diakibatkan karena Syarif Hidayatullah
tidak adanya fasilitas sarana dan prasarana Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik
yang mendukung seperti tempat sampah di tiap Indonesia nomor 3 tahun 2013 tentang
rumah, tempat penampungan sementara (TPS) Penyelenggaraan prasarana dan sarana
dan lain-lain. Masalah utama dalam hal persampahan dalam penanganan sampah
pengelolaan sampah di Desa Disanah adalah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
lahan untuk pembangunan tempat rumah tangga
penampungan sementara (TPS) serta akses Rizal M. (2011). Analisis Pengelolaan Persampahan
menuju ke Desa yang masih dalam tahap Perkotaan (Studi kasus pada kelurahan Boya
Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala).
pembangunan. Hal lain yang menunjang Jurnal Sipil Mesin Arsitektur Elektro (SMARTek)
terjadinya pembuangan sampah tidak pada volume 9 nomor 2: 155-172
tempatnya juga dipengaruhi oleh tingkat Sahil J et al. (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya
kesadaran warga akan kebersihan lingkungan Penanggulangan Sampah di Kelurahan Dufa-
masih kurang baik. Dufa Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi volume 4
nomor 2. ISSN: 2301-4678/ media.neliti.com
Slamet R. A. L. (2016). Ilmu Kesehatan Masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta: Andi
Asti M. S. Dan Sulistyawati. (2014). Keberadaan TPS Standar Nasional Indonesia 19-2454-2002 tentang
Legal dan TPS Ilegal di Kecamatan Godean Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan
Kabupaten Sleman. Jurnal Kesehatan Sampah Perkotaan.
Muchammad Zamzami Elamin, et al, Analisis Pengelolaansampah 375

TriasTriastantra M. (2016). Pengelolaan Sampah Yuliyani D. R. 2013. Kesadaran Masyarakat dan


Pasar Sebagai Upaya Pengendalian Aparat Kelurahan Dalam Menjaga Kebersihan
Pencemaran Lingkungan Berdasarkan Lingkungan: Studi Deskriptif di Sekitar Tempat
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Pembuangan Sementara, Kelurahan
Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Sangkapura, Kecamatan Kiaracondong,
(Studi Kasus di Pasar Giwangan Kota Bandung. Skripsi. Bandung, Universitas
Yogyakarta). Diakses dari http://e- Pendidikan Indonesia. Diakses dari
journal.uajy.ac.id/10661/1/jurnal.pdf http://repository.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai