Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN MAGANG

“METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

LAPIS PERMUKAAN PERKERASAN JALAN”

RUDY SATRIANSYAH SALAM


P3A1 19 052

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK SIPIL

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022

1
LEMBAR PENGESAHAN MAGANG

Nama proyek : “Pekerjaan Preservasi Batas Sulteng-Asera-Belalo\Lasolo Dan

Duplikasi Jembatan Sungai Anggomate”

Pekerjaan: Pekerjaan lapis permukaan perkerasan jalan Pelaksanaan

Magang:

1. Pelaksana : Rudy Satriansyah Salam


2. Waktu Pelaksanaan : 120 hari

Menyetujui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Aloysius Angela Prima Mangiri, ST ., MT Eko Prasetyo

Mengetahui,

Koordinator Program Studi D-III Teknik Sipil

Muh. Handi Adityawan, ST., M.Eng

NIP. 199211062022031010

ii
CURICULUM VITAE

A. DATA PRIBADI
Nama : Rudy Satriansyah Salam

Tempat, Tgl Lahir : Kendari, 09 Maret 2001

Alamat : Desa Ambololi, Kec. Konda, Kab. Konawe Selatan

No. Hp : 082191392746

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Mahasiswa

EMAIL :Rudysatriansyah2001@gmail.com

B. PENDIDIKAN FORMAL
SD : SD NEGERI 02 MANDONGA

SMP : MTsN 1 KONAWE SELATAN

SMK : SMKS KESEHATAN KENDARI

C. PENGALAMAN KERJA
- Magang Kerja Pelaksanaan proyek Pekerjaan Preservasi Jalan Batas
Sulteng-Asera-Belalo/Lasolo Dan Duplikasi Jembatan Sungai Anggomate

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Kendari, Desember 2022

Hormat saya,

Rudy Satriansyah Salam


iii
KATA PENGANTAR

Segala puji saya panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga Laporan magang ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Laporan magang ini merupakan salah satu kewajiban yang harus diselesaikan penulis
sebagai mahasiswa Jurusan D3 Teknik Sipil Universitas Halu Oleo Kendari untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Teknik. Dengan dilaksanakannya magang ini maka
diharapkan mahasiswa dapat memperoleh wawasan yang baru tentang segala
sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan teknik sipil.

Dalam penulisan Laporan magang ini penulis menyadari perlunya bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:

1. Secara khusus penulis menghanturkan rasa terima kasih dan penghargaan yang
teramat tulus kepada keluarga besar penulis terutama orang tua dan Saudara saya
beserta keluarga besar, yang senantiasa memberikan motivasi, materil dengan ikhlas dan
penuh kasih sayang.
2. Bapak Dr. Eng, Sudarsono, ST., M.Eng selaku Direktur Program Pendidikan
Vokasi Universitas Halu Oleo.
3. Bapak Muh. Handi Adityawan, ST., M.Eng selaku koordinator program studi D3
Teknik Sipil Program Pendidikan Vokasi Universitas Halu Oleo, yang telah
membantu dan mempermudah dalam penyusunan laporan magang ini.

4. Aloysius Angela Prima Mangiri, ST., MT selaku pembimbing yang sangat


membantu proses penyusunan laporan magang ini dan yang selalu memberi
pembelajaran.

5. Seluruh dosen dan staf Jurusan D3 Teknik Sipil yang telah mendidik dan
membantu penulis selama masa perkuliahan semoga dapat menjadi amalan di
akhirat kelak.

6. Terima kasih kepada keluarga besar Vokasi dan Teknik Angkatan 2019 terkhusus
untuk D3 Teknik Sipil 2019 (BEDROCK 19) yang memberi banyak warna
selama perjalanan menempu perkuliahan, yang sama-sama berjuang dari tahun
iv
2019 sampai sekarang, terima kasih buat suka dukanya selama mengerjakan
laporan, mengerjakan tugas, kuliah lapangan, selama perkuliahan.

7. Terima Kasih Buat senior-senior yang selalu memberi bimbingan selama saya
menjalani studi dan juga buat para adik junior yang selalu memberi semangat.

Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih belum sempurna dan
masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan
magang ini, Saya berharap semoga laporan magang ini bisa bermanfaat bagi pembaca
umumnya, mahasiswa teknik dan khususnya bagi penyusun untuk menambah
pengetahuan.

Kendari, 2022

Penulis

v
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap Universitas baik negeri maupun swasta memiliki metode serta
ketentuan kurikulum pembelajaran yang berbeda - beda sesuai dengan tujuan
serta visi misi Universitas tersebut. Khususnya di Program Pendidikan
Vokasi, program studi D-III Teknik Sipil menyediakan mata kuliah magang
untuk mahasiswa semester 6 guna menunjang aspek keahlian profesi.

Magang Kerja adalah bentuk perkuliahan melalui kegiatan bekerja


secara langsung di dunia kerja. Magang Kerja ini merupakan suatu kegiatan
praktik bagi mahasiswa dengan tujuan mendapatkan pengalaman dari
kegiatan tersebut, yang nantinya dapat digunakan untuk pengembangan
profesi.

Dengan adanya magang mahasiswa/i diharapkan mampu terjun


langsung kedalam dunia kerja yang nyata, sehingga dalam penyelesaian
studinya kelak mahasiswa/i dapat menjadi tenaga kerja yang profesional dan
siap pakai seperti yang diharapkan.

Lapis permukaan (surface) adalah lapisan yang bersentuhan langsung


dengan beban roda kendaraan yang berfungsi menahan akibat beban roda
kendaraan. Oleh karena itu digunakan 3 lapis permukaan (surface) yaitu AC-
Base, AC-BC, dan AC-WC guna menjaga agar umur jalan tepat pada
waktunya.

Dengan adanya magang kerja yang dilakukan penulis yang mengambil


obyek penelitian lapis permukaan perkerasan jalan atau lapis penutup agar
dapat mengetahui bagaiamna metode pelaksanaan ynag terjadi dilapangan
dan mendapat lebih banyak pengalaman kerja yang menunjang keberhasilan
penulis dalam menyelesaikan masa studi.

Rekonstruksi jalan ini pelaksanaan fisiknya di lakukan oleh PT. Aneka


Laksana Cipta Prima sebagai kontraktor (Pelaksanan) sedangkan Perencanaan
(Konsultan Perencana) sekaligus Pengawas Pekerjaan (Konsultan Pengawas)
6
di lakukan oleh PT. Mandiri Mandiri Konsultama, Jo CV Annisha Mitrayasa.

Maksud dan Tujuan Magang


Tujuan magang di Program Pendidikan Vokasi adalah untuk
mempersiapkan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan
mahasiswa guna memasuki dunia kerja. Adapun tujuan pelaksanaan magang
adalah:

1. Mengetahui metode pelaksanaan pekerjaan lapis permukaan perkerasan


jalan, pada proyek Preservasi Jalan Batas Sulteng-Asera-Belalo/Lasolo
Dan Duplikasi Jembatan Sungai Anggomate
2. Untuk mengetahui apakah metode pelaksanaan pekerjaan di lapangan telah
sesuai dengan metode bina marga 2018.

Manfaat Magang
Adapun manfaat magang kerja ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Mahasiswa
1. Sebagai sarana latihan dan penerapan ilmu yang didapat di
perkuliahan.
2. Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan
pengalaman di dunia kerja di bidang konstruksi.
b. Bagi Instansi Magang dan Instansi Pendidikan
Terciptanya hubungan yang baik dan adanya pertukaran informasi
antara PT. Aneka Laksana Cipta Prima, PT. Mandiri Mandiri Konsultama
dengan Program Pendidikan Vokasi Universitas Halu Oleo khususnya
Program Studi D-III Teknik Sipil kedepan nya.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

A. Jalan
a. Pengertian Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi seluruh
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di atas permukaan air serta di bawah permukaan
tanah dan atau air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel
(Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Berdasarkan UU RI No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan
Angkutan Jalan yang diundangkan setelah UU No 38 mendefinisikan
jalan adalah seluruh bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu lintas umum, yang
berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah, di bawah
permukaaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
rel dan jalan kabel.

Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang di
buat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis
konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas
orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat
ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).

b. Klasifikasi Jalan

Jalan Raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi


yaitu: menurut fungsi jalan, klasifikasi menurut kelas jalan, kalsifikasi
menurut medan jalan dan klasifikasi menurut wewenang pembina jalan
(Bina Marga 1997). Sedangkan Berdasarkan Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota, suatu ruas jalan dapat diklasifikasikan
berdasarkan segi peninjauannya, yaitu berdasarkan segi pelayanan, segi
pengawasan dan pendanaan serta berdasarkan fungsinya.
8
1. Klasifikasi Jalan Menurut Fungsinya

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.34


tahun 2006 tentang jalan, klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi
menjadi empat jalan, yaitu:

 Jalan Arteri adalah jalan yang berfungsi untuk melayani


angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-
rata tinggi, antara kota yang penting atau antara pusat produksi
dan pusat-pusat eksport, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
berdaya guna.
 Jalan Kolektor adalah jalan yang berfungsi untuk melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan perjalanan jarak
sedang, kecepatan rata-rata sedang, jumlah jalan masuk dibatas
dan melayani daerah-daerah di sekitarnya.
 Jalan Penghubung atau Jalan lokal adalah jalan yang berfungsi
untuk melayani keperluan aktivitas daerah yang sempit dan juga
dipakai sebagai jalan penghubung antar jalan-jalan dari yang lama
atau yang berlainan.
 Jalan Lingkungan adalah jalan yang berfungsi untuk melayani
angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan
rata-rata rendah serta bahaya untuk kendaraan-kendaraan kecil.
2. Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan


jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam Muatan
Sumbu Terberat (MST) dalam satuan ton.

Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan

MUATAN SUMBU
FUNGSI KELAS TERBERAT/MST
(TON)

9
I >10
Arteri II 10
III A 8

III A
Kolektor 8
III B

Sumber: (Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,


Ditjen Bina Marga, 1997).
3. Klasifiksi Jalan Menurut Medan

Medan jalan dapat diklasifikasikan berdasrkan kondisi sebagian


besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus
mempertimbangkan keseragaman kondisi medan menurut rencana
trase jalan dengan mengabaikan perubahan - perubahan pada bagian
kecil dari segmen rencana jalan tersebut.

Tabel 2.2 Klasifikasi Jalan Menurut Medan

Kemiringan Medan
No Jenis Medan Notasi
(%)

1 Datar D <3

2 Berbukit B 3 - 25

3 Pegunungan G > 25

Sumber: (Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,


Ditjen Bina Marga, 1997).

4. Klasifikasi Jalan Menurut Wewenang Pembinaan (Pengawasan dan


Pendanaan)

10
Jalan Umum menurut Pengawasan dan Pendanaan
dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota dan jalan desa.

 Jalan Nasional adalah jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibu kota
provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol.
 Jalan Provinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan primer
yang menghubung ibukota provinsi dengan ibu kota kabupaten
atau kota, atau antar ibu kota kabupaten atau kota dan jalan
strategis provinsi.
 Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan
primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi,
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukot kecamatan
lokal, antar pusat kegiatan lokal serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten dan jalan
strategis kabupaten.
 Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pemukiman yang berada di dalam kota.
 Jalan Desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan
antar permukiman di dalam desa serta jalan lingkungan.

B. Jenis – Jenis Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara
lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi untuk
memberikan pelayanan kepada sarana transportasi. Perkerasan jalan
adalah gabungan antara bahan pengikat dan agregat. Fungsi perkerasan
jalan adalah agar dapat memikul beban yang disebabkan oleh
pergerakan lalu lintas.
Menurut Silvia Sukirman dalam bukunya Perkerasan Lentur Jalan
Raya (1999: 4) berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi jalan dapat
dibedakan atas 3, yaitu:
a. Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) adalah
perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat,
11
lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan
beban lalu lintas ke tanah dasar.
b. Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) adalah perkerasan
yang menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Plat beton
dengan atau tanpa tulangan diletakan diatas tanah dasar dengan
atau tanpa pondasi. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh
plat beton.
c. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement) adalah
perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur
dapat berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku, atau
perkerasan kaku diatas perkerasan lentur.

2.2 Spesifikasi Lapis Pondasi Dan Lapis Permukaan Sesuai Spesifikasi Bina
Marga 2018

A. Lapis Pondasi
Pekerjaan ini meliputi pemasukan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan material di atas permukaan
yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detail yang
ditunjukkan dalam Gambar rencana (shop drawing), serta memelihara
lapis fondasi agregrat atau lapis drainase yang telah selesai sesuai
dengan yang disyaratkan. Pemrosesan meliputi, pemecahan,
pengayakan, pemisahan, pencampuran dan kegiatan lainnya yang perlu
untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan dari
Spesifikasi:

a. Material

Bahan Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drainase harus


dipilih dari sumber yang disetujui. Terdapat tiga jenis yang berbeda
dari Lapis Fondasi Agregat yaitu Kelas A, Kelas B dan Kelas S.
Pada umumnya Lapis Fondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis
Fondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis
Fondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis Fondasi Bawah. Lapis
Fondasi Agregat Kelas S digunakan untuk bahu jalan tanpa
penutup.

12
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus
terdiri dari partikel atau pecahan batu yang keras dan awet yang
memenuhi persyaratan dalam Tabel 2.3. Bahan yang pecah bila
berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainnya yang
memenuhi persyaratan dalam Tabel 2.4.

Table 2.3 Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Persen Berat Yang Lolos Lapis Fondasi


Ukuran Ayakan Agregat
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2” 50 100
1½” 37,5 100 88 - 95 100
1” 25,0 79 – 85 70 - 85 77 - 89
¾” 19,0
½” 12,5
3/8” 9,50 44 – 58 30 - 65 41 - 66
No.4 4,75 29 – 44 25 - 55 26 - 54
No.8 2,36
No.10 2,0 17 – 30 15 - 40 15 - 42
No.16 1,18
No.40 0,425 7 – 17 8 - 20 7 - 26
No.200 0,075 2–8 2 -8 4 - 16
Sumber : (Bina Marga 2018)

Tabel 2.4 Sifat – sifat Bahan Lapis Pondasi

Lapis Pondasi Agregat


Sifat-Sifat
Kelas A Kelas B Kelas C
Abrasi dari Agregat Kasar
0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 %
(SNI 2417:2008)
Butiran pecah, tertahan
ayakan No.4 95/901) 55/502) 55/502)
(SNI7619:2012)
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 – 25 0 - 35 0 - 35

13
Indek Plastisitas
0–6 4 - 10 4 - 15
(SNI 1966:2008)
Hasil kali Indek Plastisitas
dengan. % Lolos maks.25 - -
Ayakan No.200
Gumpalan Lempung dan
Butiran-butiran Mudah
0-5% 0-5% 0-5%
Pecah (SNI 4141:2015)
CBR rendaman (SNI
min.90 % min.60 % min.50 %
1744:2012)
Sumber: (Bina Marga 2018)

Seluruh Lapis Fondasi Agregat harus bebas dari bahan organik


dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak
dikehendaki dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan
gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan
dalam Tabel 2.3 dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam
tabel 2.4.
Pencampuran bahan untuk memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu
atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan pemasok
mekanis (mechanical feeder) yang telah dikalibrasi untuk
memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen
campuran dengan proporsi yang benar. Dalam keadaan apapun
tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan.
b. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Kondisi Cuaca

Dalam suatu pelaksanaan pekerjaan cuaca menjadi salah


satu hal penting yang harus diperhatikan, Karena cuaca dapat
mempengaruhi kualitas pekerjaan khususnya pada pekerjaan
lapis pondasi agregat. Lapis Fondasi Agregat tidak boleh
ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan sewaktu turun hujan,
dan pemadatan tidak boleh dilakukan segera setelah hujan atau
bila kadar air bahan jadi tidak berada dalam rentang yang
14
ditentukan.

2. Pekerjaan Penghamparan

Pada pekerjaan penghamparan hal – hal yang perlu


diperhatika, antara lain

a. Kadar air lapis fondasi agregat berada dalam rentang yang


disyaratkan dan tersebar merata dalam bahan.
b. Takaran lapis agregat harus merata agar menghasilkan
tebal padat yang diperlukan dan dalam toleransi yang
disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis,
maka lapisan lapisan tersebut harus diusahakan memiliki
tebalnya yang sama.

c. Lapis Agregat dihampar dan dibentuk menggunakan salah


satu metode yang disetujui agar tidak meyebabkan
segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Apabila
terdapat bahan yang bersegresi, maka bahan tersebut perlu
diperbaiki bahkan dibuan dan diganti dengan bahan yang
bergradasi baik.
d. Lapisan agregat yang dihampar memiliki tebal padat
maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali
menggunakan peralatan khusus yang disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan.

3. Pekerjaan Pemadatan

Pada pekerjaan pemadatan hal – hal yang perlu


diperhatika, antara lain:

 Kepadatan lapis fondasi agregat paling sedikit 100 % dari


kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti
yang ditentukan oleh SNI 1743:2008, metode D untuk lapis
fondasi agregat. Pemadatannya menggunakan mesin gilas
berpenggetar (vibratory roller) sekitar 10 ton, dan harus
dilaksanakan sampai seluruh permukaan telah mengalami

15
penggilasan sebanyak enam lintasan dengan penggetar yang
diaktifkan atau sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan.
 Menggunakan mesin gilas beroda karet untuk pemadatan
akhir, bila mesin gilas statis beroda baja dianggap
mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari
lapis fondasi agregat.

 Kepadatan kering maksimum yang ditentukan oleh SNI


1743:2008 metode D adalah, pemdatn dilakukan hanya bila
kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di bawah
kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum.
4. Pengujian

Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu


bahan harus dilaksanakan untuk mengendalikan
ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi pekerjaan.
Spesifikasi pengujian, antara lain:

 Pengujian untuk bahan pembangunan, pelebaran atau


penambahan lajur jalan meliputi lima (5) pengujian gradasi
partikel untuk lapis fondasi agregat.
 Untuk penentuan kepadatan kering maksimum
menggunakan SNI 1743:2008, metode D.
 Kepadatan dan kadar air bahan Lapis Fondasi Agregat yang
dipadatkan harus secara rutin diperiksa, mengunakan SNI
2828:2011 dan/atau Light Weight Deflectometer (LWD)
yang diuji sesuai dengan Pd 03-2016-B yang dilengkapi
dengan korelasi hubungan lendutan dengan kepadatan,
bilamana disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
5. Pengukuran dan Pembayaran

Lapis Fondasi Agregat dan Lapis Drainase harus diukur


sebagai jumlah meter kubik dari bahan yang sudah dipadatkan,
lengkap di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
didasarkan atas penampang melintang yang ditunjukkan pada
16
Gambar, menggunakan prosedur pengukuran standar ilmu ukur
tanah, bila tebal yang diperlukan merata, dan pada penampang
melintang yang disetujui Pengawas Pekerjaan bila tebal yang
diperlukan tidak merata, dan panjangnya diukur secara
mendatar sepanjang sumbu jalan.
Tabel 2.5 Faktor Pembayaran Harga Satuan untuk
Ketebalan Kurang atau Diperbaiki

Kekurangan Tebal Faktor Pembayaran


(cm) (% Harga Satuan)
0,0 – 1,0 100 %
> 1,0 – 2,0 90 % atau diperbaiki
> 2,0 – 3,0 80 % atau diperbaiki
> 3,0 Harus diperbaiki
Sumber : (Bina Marga 2018)

Tabel 2.6 Faktor Pembayaran Harga Satuan untuk Kepadatan


Kurang atau Diperbaiki

Faktor Pembayaran
Kepadatan
(% Harga Satuan)
> 100 % 100 %
99 – < 100 % 90 % atau diperbaiki
98 – < 99 % 80 % atau diperbaiki
97 – < 98 % 70 % atau diperbaiki
< 97 % Harus diperbaiki
Sumber : (Bina Marga 2018)

B. Lapis Permukaan
a. Bitumen Lapis Resap Pengikat (Bituminous Prime Coat) dan Lapis
Perekat (Bituminous Tack Coat)

Material pengering/penyerap harus berupa pasir atau abu batu yang


bersih dan kering, bebas dari material yang bersifat kohesif, serta tidak
mengandung bahan organik. Material bitumen lapis resap pegikat harus
sesuai dengan Gambar dan memenuhi salah satu persyaratan di bawah
ini:
17
- Medium-curing cut back asphalt : AASHTO M 82

- Medium setting emulsion asphalt : AASHTO M 140 dan/atau M


208

- Slow setting emulsion asphalt: AASHTO M 140 dan/atau M 208


2).

Penggunaan lapis resap pengikat adalah 0,4 sampai 1,3 liter per
meter persegi untuk Lapis Pondasi Agregat tanpa bahan pengikat.

b. Lapis Perekat (Bituminous Tack Coat)

Material bitumen Lapis Pengikat (Bituminous Tack Coat) harus


sesuai dengan Gambar dan memenuhi persyaratan Spesifikasi di bawah
ini :

1) Rapid-Curing cut back asphalt : AASHTO M 81

2) Rapid-setting emulsion asphalt :AASHTO M 140 dan/atau M 208

3) Bila menggunakan rapid-curing (cut back asphalt), kualitasnya


adalah RC-250.

Lapis Perekat yang digunakan haarus sesuai dengan jenis


permukaan yang akan menerima pelaburan dan jenis bahan aspal yang
akan dipakai.

Tabel 2.7. Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi (PMCQS-1h dan


PMQS-1h)

No Sifat Metoda Pengujian Satuan Nilai

Pengujian pada Aspal Emulsi


Viskositas Saybolt
1 SNI 03-6721-2002 detik 15 - 90
Furol pada 25oC
Stabilitas
2 Penyimpanan dalam AASHTO T59-15 % berat Maks.1
24 jam

18
Tertahan saringan
3 SNI 3643:2012 % berat Maks.0,3
No.20
Kadar residu dengan
4 SNI 03-3642-1994 % berat Min.62*
Destilasi

Pengujian pada Residu Hasil Penguapan

5 Penetrasi pada 25°C SNI 2456:2011 0,1 mm 40 - 90


6 Titik Lembek SNI 2434:2011 °C Min.57
Kadar polimer padat AASHTO T302-
7 % berat Min.2,5
untuk LMCQS-1h 15
Sumber: (Bina Marga 2018)

19
BAB III

MANAJEMEN PROYEK

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang

3.1 Waktu Pelaksanaan Magang


Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan dalam kurung waktu
kurang lebih 3 bulan terhitung mulai tanggal 01 September 2022
sampai dengan 01 Desember 022 , kegiatan magang kerja ini dilakukan
pada proyek Pekerjaan Preservasi Jalan Batas Sulteng-Asera-
Belalo/Lasolo Dan Duplikasi Jembatan Sungai Anggomate di Konawe
Utara, Sulawesi Tenggara.Rekonstruksi Jalan Seropati dan Laute Kota
Kendari.

3.2 Lokasi Proyek


Lokasi proyek ini berada di desa tetewatu, kecamatan wiwirano,
kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Adapun gambar lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar Lokasi Proyek


(Sumber : Google Earth)

20
3.3 Gambaran Umum Proyek

Adapun gambaran umum proyek adalah sebagai berikut :

Gambar Lokasi Proyek


(Sumber: Dokumentasi Lapangan, 2022)
3.4 Data Umum Proyek

Nama Proyek : Pekerjaan Preservasi Jalan Batas Sulteng-Asera-


Belalo/Lasolo Dan Duplikasi Jembatan Sungai Anggomate

Lokasi : Sulawesi Tenggara / Kab. Konawe Utara

Nilai Kontrak : Rp. 63.047.628.000,-

Sumber Dana : Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara


(APBN)
Tahun Anggaran : 2022
Mulai Tanggal : 15 Februari 2022

Selesai Tanggal : 31 Desember 2022

Kontraktor : PT. Aneka Laksana Cipta Prima

21
Konsultan : PT. Mitra Mandiri Konsultama, Jo CV. Annisha
Mitrayasa

3.5 Latar Belakang Pekerjaan

Jalan merupakan prasarana utama dalam kelangsungan lancarnya roda


perekonomian di suatu daerah. Perkembangan wilayah di suatu darah
sekarang ini masih banyak memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
untuk menunjang kegiatan perekonomian, pemerintahan, pengembangan
wilayah dan lain-lain.

Seiring dengan bertambahnya kendaraan, serta kemajuan dibidang


industry dan perdagangan, serta distribusi barang dan jasa menyebabkan
meningkatnya volime lalu lintas. Terkadang peningkatan volume lalu lintas
ini tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jalan yang memadai. Dalam
hal meningkatkan pelayanan transportasi terhadap masyarakat, Dinas
pekerjan Umum Bina Marga melakukan perencanaan peningkatan kualitas
jalan. Salah satunya adalah proyek Pekerjaan Preservasi Jalan Batas
Sulteng-Asera- Belalo/Lasolo Dan Duplikasi Jembatan Sungai Anggomate,
karena kondisi jalan mengalami kerusakan pada beberapa tempat karena jalan
yang berlubang dan tergenang air saat hujan, serta intensitas pengguna jalan
yang padat dan sering dilewati kendaraan berat. Hal ini mengakibatkan jalan
sulit dilewati dan waktu tepuh perjalanan semakin lama.

Diharapkan dengan adanya pekerjaan ini dapat membantu meningkatkan


pelayanan dan dapat memperlancar pembaruan fasilitas jalan dari sarana
transportasi bagi masyarakat dan perindustrian yang ada, serta dapat
meningkatakan aksesbilitas bagi semua sarana yang melaluinya.

22
BAB IV

HASIL PELAKSANAAN MAGANG

1. 1. Pekerjaan Lapis Pondasi


A. Pekerjaan Lapis Pondasi Kelas A
a. Penumpukan material kelas A

Gambar Penumpukan Material Kelas A


Sumber : Dokumentasi Lapangan
Material yang di angkut dari stockpile dibawa ke lokasi dan ditumpuk dengan jarak yang
ditentukan pelaksana agar pada saat penghamparan ketebalan yang diinginkan bisa dengan mudah di
dapat, Salain itu dengan jarak tumpukan yang benar dapat memudahkan operator Motor Grader untuk
melakukan penghamparan material.
b. Penghamparan Material kelas A

Gambar Penghamparan Material Kelas A


Sumber : Dokumentasi Lapangan
Penghamparan Material dilakukan menggunakan Motor Grader. Operator Menghampar
material gembur dengan ketebalan yang telah di sesuaikan agar ketika pemadatan ketebalan yang di
inginkan bisa dicapai dalam hal ini ketebalan pada Lapis Pondasi kelas A yaitu 15 Cm yang
dimana memiliki nilai toleransi ketebalan +1 cm dan -1 cm.
Pemadatan Material Kelas A
Proses pemadatan awal dilakukan tanpa getaran (Vibro Kosong) menggunakan
Vibrator dan disiram menggunakan Water Tank untuk menjaga kadar air pada lapis pondasi kelas A
kemudian dilakukan Pemadatan menggunakan getaran pada Vibration Roller. Jumlah Passing
23
Vibrator Roller untuk Pemadatan Lapis Pondasi Kelas A yaitu 8 lintasan.

Gambar Pemadatan Material Kelas A


Sumber : Dokumentasi Lapangan

Penyiraman Material Kelas A

24
Gambar Penyiraman Material Kelas A
Sumber : Dokumentasi Lapangan
Setelah pemadatan merata, lapis pondasi di siram air secara merata dengan menggunakan
watertank dengan kapasitas 5000 liter. Fungsi penyiraman ini untuk pemadatan, karena dengan
adanya penyiraman air ini rongga-rongga antar agregat akan terpadatkan dengan sendiriya dan saling
mengunci sehingga tidak ada rongga udara di dalamnya dan penyiraman ini juga berfungsi untuk
menjaka agregat tidak mengalami pemisahan butiran.

Pekerjaan Lapis Permukaan


Pekerjaan lapis permukaan AC-BC
Pekerjaan penyiraman Premecoat

25
Gambar Pekerjaan Preme Coat
Sumber : Dokumentasi lapangan

Pekerjaan penyiraman preme coat berfungsi sebagai perekat antara lapis permukaan
aspal AC-BC dengan lapis fondasi atas (LPA)

b. Penghamparan Material Aspal AC-BC

26
Gambar Penghamparan Material Aspal AC-BC
Sumber : Dokumentasi Lapangan
Material aspal AC-BC diangkut dengan menggunakan dump truck dari lokasi AMP menuju
lokasi pekerjaan kemudian Penghamparan material aspal AC-BC menggunakan finisher berjalan
sesuai marking yang telah dibuat. Perataan hotmix menggunakan asphalt finisher dibantu oleh
tenaga harian (leker). untuk meratakan secara manual dan mengambil Sisa hotmix untuk dimasukkan
kembali ke paver.

c. Pemadatan Material Aspal AC-BC

27
Gambar Pemadatan Material Aspal AC-BC
Sumber : Dokumentasi Lapangan

Setelah dilakukan penghamparan material aspal AC-BC dengan Finisher, selanjutnya dilakukan
pemadatan dengan menggunakan Tandem Roller agar dapat mendapatkan kepadatan sesuai
spesifikasi yang di inginkan.

Pekerjaan Lapis Permukaan Aspal AC-WC


Tahapan Pekerjaan Lapis Permukaan Aspal AC-WC

• Pekerjaan Penyiraman Tack Coat


Pekerjaan penyiraman tack coat berfungsi sebagai perekat
antara lapis permukaan aspal AC-BC dengan aspal AC-WC.

• Penghamparan Material Aspal AC-WC


Material aspal AC-WC diangkut dengan menggunakan dump
28
truck dari lokasi AMP menuju lokasi pekerjaan kemudian
Penghamparan material aspal AC-WC menggunakan finisher
berjalan sesuai marking yang telah dibuat dengan ketebalan gembur
5,2-5,7 cm. Perataan hotmix menggunakan asphalt
finisher dibantu oleh tenaga harian (leker) untuk meratakan secara
manual dan mengambil sisa hotmix untuk dimasukkan kembali ke
paver.

Gambar Penghamparan Material Aspal AC-WC


Sumber : Dokumentasi Lapangan

4
5
• Pemadatan Material Aspal AC-WC
1) Pemadatan Awal

29
Gambar Pemadatan Awal Material Aspal AC-WC
Sumber : Dokumentasi Lapangan

Setelah dilakukan penghamparan material aspal AC-WC


dengan Finisher, selanjutnya dilakukan pemadatan awal dengan
menggunakan Tandem Roller sebanyak 2 lintasan atau 1 passing
(1 passing sama dengan 2 lintasan) agar mendapatkan kepadatan
sesuai spesifikasi yang di inginkan.

2) Pemadatan Akhir
30
Setelah dilakukan pemadatan antara material aspal AC-WC kemudian
dilanjutkan dengan pemadatan akhir menggunakan Pneumatic Tire Roller
dengan jumlah 12 passing atau 24 lintasan.

Gambar Pemadatan Akhir Material Aspal AC-WC


Sumber : Dokumentasi Lapangan

BAB V

PENUTUP
31
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan pekerjaan lapis permukaan perkerasan
jalan pada proyek pembangunan jalan lingkar kota Kendari, maka kesimpulan
yang dihasilkan sebagai berikut :

1. Metode pelaksanaan pekerjaan lapis permukaan perkerasan jalan yang di


laksanakan oleh pihak kontraktor pelaksana terdiri dari beberapa bagian
meliputi : penyiapan material lapis permukaan perkerasan jalan,
pengangkutan bahan material, pengukuran suhu, penghamparan,
pemadatan dan penggilasan. , dan pengujian ketebalan (Core Drill).
2. Hasil evaluasi metode pelaksanaan pekerjaan lapis permukaan
perkerasan jalan dengan perbandingan metode pelaksanaan di lapangan
dengan spesifikasi umum 2018 revisi 2 divisi 6 perkerasan aspal,
pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak kontraktor pelaksana untuk
tahapan pekerjaan telah memenuhi syarat spesifikasi umum Bina Marga
tebal nominal minimum campuran beraspal, yang menyebutkan bahwa
syarat ketebalan pada lapis antara yakni 6 cm dan lapis aus setebal 4 cm,
sudah sesuai dengan kondisi lapangan yang dibuktikan dengan melakukan
pengujian core drill.

Saran
Dalam kesempatan ini penyusun ingin berikan saran khususnya untuk
diri pribadi dan untuk teman-teman yang sedang magang atau pun yang akan
magang, ketika magang sebaikanya kita belajar dengan sungguh-sungguh dan
tunjukan kepada perusahan bahwa kita mampu menarapkan ilmu yang
didapat dibangku perkuliahan sesuai dengan kebutuhan perusahan, disamping
itu juga dapat membawa nama baik almamater kampus.

DAFTAR PUSTAKA

Crhistiady. 2011. Perkerasan Lentur Jalan Raya.

Clarkson H.Oglesby. 1999. Pengertian Jalan Raya.


32
Direktorat Jendral Bina Marga, Departement Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
(2018). “Spesifikasi Umum”. Divisi 6.

Direktorat Jendral Bina Marga, Departement Pekerjaan Umum Republik Indonesia.


1997. Tata Cara Geometrik Jalan Antar Kota.

Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung : NOVA.

Sukirman, Silvia. 1994. Pengertian Jalan Raya. Bandung : NOVA.


Sukirman, Silvia. 1992. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung : NOVA

SNI 03-1737-1989 tata cara pelaksanaan lapis aspal beton untuk jalan raya Gradasi
bahan pengisi filler.

Trigonometriconsultant.com

33
L

34
35
36
37
38
39
40

Anda mungkin juga menyukai