Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL


Praktek Kerja Lapangan (PKL) tidak lepas dari tujuan sekolah kejuruan
dan merupakan program dari Depdikbud yaitu mendidik siswa/siswi agar mampu
untuk mandiri dari tanggung jawab. Dengan adanya PKL ini siswa/siswi di tuntut
untuk meningkatkan ketrampilan serta mengembangkan sikap professional guna
memasyarakatkan diri pada suasana yang lebih luas untuk memperoleh umpan
balik serta memperbaiki dan mengembangkan suasana pendidikan dengan
lapangan yang sebenarnya. Dengan adanya program ini maka dianjurkan untuk
setiap sekolah kejuruan di samping sebagai program juga sebagai persyaratan
untuk dapat mengikuti ujian Praktek Kejuruan yang akan di selenggarakan.
Praktek Kerja Lapangan merupakan kegiatan atau aktivitas siswa yang
dilakukan diperusahaan atau instansi pemerintah yang memiliki hubungan erat
dengan pengembangan atau penerapan ilmu yang telah diperoleh dibangku SMK.
Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) tersebut diharapkan dapat
menjembatani pertukaran informasi antara pihak sekolah dan pihak perusahaan.
Selain itu, dengan adanya praktek kerja lapangan sangat berperan bagi siswa yaitu
untuk memperluas dan menambah wawasan serta pengalaman siswa sehingga
siswa dapat belajar menerapkan disiplin ilmu yang didapatkan pada dunia kerja
dan membantu meningkatkan kemampuan aplikatif siswa sebagai modal dalam
memasuki dunia kerja.
1.2 Dasar Pelaksanaan PKL
Dasar pelaksanaan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang diadakan oleh
pihak sekolah SMK Brantas Karangkates ini merupakan salah satu syarat untuk
menunjang kelulusan peserta didik. Adapun dasarnya adalah :
Sesuai dengan program pemerintah yang dituangkan dalam GBHN 1983 bahwa
pendidikan pada sekolah kejuruan didirikan untuk menciptakan tenaga yang
terampil sesuai dengan kemampuan didalam bidangnya.
Sesuai dengan kurikulum 1984, bahwa pendidikan disekolah kejuruan akan di
kembangkan secara mantap untuk menjadikan kader yang berguna.

SMK BRANTAS KARANGKATES 1


Adanya saling membutuhkan/ketergantungan antara satu dengan yang lainnya
khususnya dunia usaha.
Kegiatan PKL diarahkan untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan kejuruan
menengah khususnya di bidang listrik instalasi merupakan satu pengetahuan
dalam mengembangkan kegiatan usaha untuk mencapai efisiensi.
Dalam merealisasi pemerintah khususnya di bidang mekanik dibutuhkan tenaga
kerja di bidang mesin agar pengolahan di segala bidang. Lapangan usaha
dapat mencapai hasil yang efisiensi dan proaktifitas yang memuaskan.
1.3 Tujuan pelaksanaan PKL
Tujuan pelaksanaan PKL (Praktek Kerja Lapangan), ini memiliki beberapa
tujuan yang dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dan siswi di
SMK Brantas Karangkates pada khususnya. Tujuanya adalah
Guru menumbuhkan, mengembangkan dan memantapkan proposional yang kami
perlukan untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan bidang serta
kemampuan kami.
Memberikan kesempatan pada kami untuk langsung memasyarakatkan pada
suasana akan keadaan yang sebenarnya sebagai pekerja/karyawan yang
mandiri terutama yang berkenaan dengan disiplin kerja.
Untuk meningkatkan, memperluas dan memantapkan ketrampilan yang berbentuk
kemampuan kami sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai
dengan program studi yang kami pilih.
Meningkatkan, memperluas dan memantapkan penerapan apa yang baru dari
lapangan kerja ke sekolah/sebaliknya.
Sebagai jalan untuk memberikan peluang masuk penempatan dan kerja sama yang
baik.
Supaya kami dapat semua aspek usaha yang potensial dalam lapangan kerja antara
lain :
Struktur organisasi usaha
Jenjang karier
Asosiasi usaha
Untuk memperoleh masukan dan umpan balik guna memperoleh dn
mengembangkan kesulitan/kesesuaian pendidikan kejuruan.

SMK BRANTAS KARANGKATES 2


1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan pada laporan PKL (Praktek Kerja Lapangan) ini
adalah sebagai berikut :
1. Metode kepustakaan
Metode kepustakaan ini merupakan metode dimana kami harus mencari
pada buku dengan cara membaca buku-buku manual dan buku-buku kerja yang
terdapat di perpustakaan yang bersangkutan dengan permasalahannya.
2. Metode Observasi
Metode Observasi yaitu merupakan metode yang kami laksanakan
dengan cara melakukan pengamatan secara langsung, mengetahui lokasi,
informasi, kondisi serta situasi terkait kerja langsung dalam mengerjakan
pekerjaan tersebut.
3. Metode Interview
Metode Interview yaitu metode di mana kami harus mengajukan
pertanyaan antara pembimbing lapangan maupun karyawan yang terdapat PT.
Anindo Bertahannuts Perkasa.

1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pelaksanaan PKL ini dilaksanakan pada tanggal 21 April 2021 - 21
Oktober 2020 di CV DARRU Tehnik Abadi, Sananwetan, Kab. Blitar,
sedangkan jam kerja siswa PKL adalah pukul 07:30- 17.00 wib.

1.6 Pelaksanaan PKL


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan oleh siswa/siswi SMK
Brantas Karangkates Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik, adapun
dilaksanakan oleh:

GUSTINA ANISATUL NIS: 7504/1039.009


KOLIFAH

SMK BRANTAS KARANGKATES 3


BAB II
COMPANY PROFILE DU/DI

2.1 Riwayat CV DARRU TEHNIK ABADI

1. Nama Pimpinan : Bapak Jarwanto


Nama Karyawan CV : - Choirul Hanafi
Alfian Debi
Richard Septa Aldino
M.Khoirul Arifin
Hanna Surya T.P
3. Nama CV : CV DARRU TEHNIK ABADI
4. Alamat CV : Jl. Brigjen Katamso No. 111 Kel.Gedog
Kec.Sananwetan
Blitar
5. Telp : 081249526492
6. Alamat Email : cv.darrutehknikabadi@gmail.com
7. Tahun Berdiri : 30 September 2001
8. Status : Swasta

SMK BRANTAS KARANGKATES 4


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pendahuluan

Pembahasan dalam bab ini adalah Pengenalan Penerangan Jalan


Umum dengan penjelasan secara umum, pengertian, fungsi, dasar
perencanaan , penataan letak lampu, peralatan dan komponen

3.1.1 Pengenalan Penerangan Jalan Umum

Penerangan Jalan Umum/PJU merupakan aspek penting dalam penataan


suatu daerah/kota. PJU memiliki peranan sebagai pedoman navigasi pengguna
jalan di malam hari, meningkatkan keamanan dan keselamatan pengguna jalan,
menambah unsur estetika, dan juga dapat memberikan nilai tambah ekonomi
bagi suatu daerah. Namun sayangnya banyak Pemerintah Daerah yang masih
mengalami kendala dalam menyediakan fasilitas publik yang sangat penting ini
terutama dalam hal perencanaan sistem PJU yang efisien energi.

Tidak sedikit Pemerintah Daerah mengalami kesulitan dalam


pembiayaan untuk pengelolaan operasonal PJU yang dimilikinya dikarenakan
tingginya biaya energi yang harus dibayarkan kepada perusahaan penyedia
tenaga listrik PJU, apalagi untuk ekspansi pembangunan PJU yang baru.
Kondisi ini menyebabkan masyarakat tidak dapat menikmati layanan
pencahayaan di jalan umum pada malam hari dengan optimal, karenanya
efisiensi energi PJU adalah keharusan.

PJU yang efisien energi diawali dari perencanaan dan desain dari sistem
PJU itu sendiri. Jika rencana dan desain awal PJU gagal menghasilkan desain
yang efisien energi, maka bisa dipastikan bahwa PJU yang tidak efisien energi
yang akan diperoleh jika rencana tersebut direalisasikan. Sebelum melangkah
pada desain teknis, perencanaan harus dimulai dari analisa kebutuhan. Salah satu
prinsip dari efisiensi adalah alokasikan sumber daya yang terbatas hanya

SMK BRANTAS KARANGKATES 5


untuk keperluan yang dibutuhkan, karenanya analisa kebutuhan menjadi
dasar dari perencanaan pemasangan PJU baru.

3.1.2 Fungsi Penerangan Jalan Umum

a. Menghasilkan kekontrasan antara obyek dan permukaan


jalan.

b. Meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna


jalan, khususnya pada malam hari.

c. Mendukung keamanan lingkungan dari tindak kriminalitas.

d. Menjaga kualitas jarak pandang pengguna jalan.

e. Memberikan keindahan lingkungan jalan.

f. Sebagai alat bantu navigasi pengguna jalan.

3.1.3 Dasar Perencanaan Penerangan Jalan Umum

1. Perencanaan penerangan jalan umum terkait dengan hal-hal berikut ini


:

a. Volume lalu-lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang


bersinggungan seperti : pejalan kaki, pengayuh sepeda, dan lain –
lain.

b. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay-out) jalan dan


persimpangan jalan.

c. Geometri jalan, seperti alinyemen horisontal, alinyemen vertikal,


dan lain – lain.

d. Beberapa hal yang mempengaruhi pantulan cahaya lampu


penerangan.

e. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu menurut data


fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik.

SMK BRANTAS KARANGKATES 6


f. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan
lain-lain, agar perencanaan sistem lampu penerangan efektif
dan ekonomis.

g. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan


pengembangan daerah sekitarnya.

h. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.

Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam


perencanaan penerangan jalan antara lain sebagai berikut :

Lebar ruang jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan;

Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan)


tajam.

Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat


parkir, dan lain – lain.

Terdapat pepohonan di sekitar jalan.

Jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk


pemasangan lampu dibagian tengah jalan.

Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah


(terowongan).

Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak


berinterferensi dengan jalannya.

Pemilihan Jenis dan Kualitas Lampu Penerangan Jalan Pemilihan jenis


dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan pada :

Nilai efesiensi dari lampu tersebut.

Pencahayaan yang dibutuhkan dari daerah tersebut.

Lokasi didirikannya penerangan jalan umum.

Kekontrasan permukaan jalan dan objek sekitar.

Umur rencana lampu yang digunakan.

SMK BRANTAS KARANGKATES 7


3.1.4 Sistem Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan sedemikian


rupa sehingga dapat memberikan :

Kemerataan pencahayaan

Keselamatan dan keamanan bagi pengguna jalan

Pencahayaan yang lebih tinggi diarea tikungan atau


persimpangan, dibandingkan pada bagian jalan yang lurus

Arah dan petunjuk yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan
kaki

Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan sesuai


ketentuan pada tabel 5.

Pada sistem penempatan parsial, lampu penerangan jalan harus


memberikan adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara, sehingga
elek kesilauan dan ketidaknyamanan penglihatan dapat diminimalisir..

Tabel 3.1 Sistem Penempatan Parsial Lampu Penerangan

Perencanaan dan penempatan lampu penerangan jalan dapat dilihat


pada gambar berikut ini.

SMK BRANTAS KARANGKATES 8


Gambar 3.1 Perencanaan dan Penempatan Lampu Penerangan Jalan

3.1.5 Penataan Letak Lampu Penerangan Jalan Umum

Penataan atau pengaturan letak lampu penerangan jalan


diatur seperti pada tabel berikut.

Di daerah – daerah atau kondisi dimana median sangat lebar


(>10meter) atau pada jalan dimana jumlah jalur sangat banyak (>
4 lajur setiap arah) perlu pertimbangan dengan pemilihan
penempatan lampu penerangan jalan kombinasi dari cara – cara
tersebut diatas dan pada kondisi seperti ini, pemilihan
penempatan lampu penerangan jalan direncanakan sendiri –
sendiri untuk setiap arus lalu lintas.

SMK BRANTAS KARANGKATES 9


Tabel 3.2 Penataan atau Pengaturan Letak Lampu

Gambar 3.2

Penempatan Lampu Pju Kiri/Kanan Jalan di Jalan Dua Arah

SMK BRANTAS KARANGKATES 10


Gambar 3.3

Penempatan Lampu Pju di kanan dan Kiri Jalan Secara Berseling Jalan Dua Arah

Gambar 3.4

Penempatan Lampu Pju di Kanan dan Kiri Jalan Secara Berhadapan di


jalan Dua Arah

SMK BRANTAS KARANGKATES 11


Gambar 3.5

Penempatan Lampu Pju di Median Jalan di Jalan Dua Arah

3.1.6 Peralatan dan Komponen Yang Digunakan Pada Penerangan Jalan


Umum

A. Tiang Lampu

Tiang merupakan komponen yang digunakan untuk menopang lampu.


Ada beberapa jenis tiang yang digunakan untuk lampu jalan yaitu tiang besi
dan tiang oktagonal.

Berdasarkan jenis lengannya (stang ornament), tiang lampu jalan dapat


dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :
Tiang lampu dengan lengan tunggal
Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau kanan
jalan. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan tunggal
seperti ini diilustrasikan pada gambar berikut.

SMK BRANTAS KARANGKATES 12


Gambar 3.6

Gambar 3.6
Tipikal Tiang Lampu Lengan Tunggal

2. Tiang lampu dengan lengan ganda


Tiang lampu ini khususnya diletakkan pada bagian tengah atau
median jalan. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu lengan ganda
seperti diilustrasikan pada gambar.

Gambar3.7
Tipikal Tiang Lampu Lengan Ganda

3. Tiang lampu tegak tanpa lengan


Tiang lampu ini terutama diperlkan untuk menopang lampu
menara, yang pada umumnya ditempatkan di persimpangan –
persimpangan jalan ataupun tempat – tempat yang luas seperti taman,
jenis tiang lampu ini sangat tinggi sehingga sistem penggantian atau
perbaikan lampu dilakukan di bawah dengan menurunkan dan
menaikan lampu tersebut menggunakan kabel suspensi.

SMK BRANTAS KARANGKATES 13


Gambar 3. 8

Tipikal Tiang Lampu Tegak Tanpa Lengan

3.2 Grounding Atau Pentanahan

3.2.1 Sistem Pentanahan


Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding system adalah sistem
pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai
sumber tenaga, dari lonjakan listrik utamanya petir. Sistem pentanahan
digambarkan sebagai hubungan antara suatu peralatan atau sirkit listrik dengan
bumi.
Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari suatu sistem
tenaga listrik , pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk suatu
peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan
perhatian yang serius , karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan dasar
yang digunakan untuk suatu system proteksi. Tidak jarang orang umum/ awam
maupun seorang teknisi masih ada kekurangan dalam mengprediksikan nilai dari
suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat dominan untuk diperhatikan dari
suatu sistem pentanahan adalah hambatan sistem suatu sistem pentanahan
tersebut.Sampai dengan saat ini orang mengukur hambatan pentanahan hanya

SMK BRANTAS KARANGKATES 14


dengan menggunakan earth tester yang prinsipnya mengalirkan arus searah ke
dalam system pentanahan, sedang kenyataan yang terjadi suatu system pentanahan
tersebut tidak pernah dialiri arus searah. Karena biasanya berupa sinusoidal (AC)
atau bahkan berupa impuls (petir) dengan frekuensi tingginya atau berbentuk arus
berubah waktu yang sangat tidak menentu bentuknya.

Menurut Anggoro (2002)1 perilaku tahanan system pentanahan sangat tergantung


pada frekuensi (dasar dan harmonisanya) dari arus yang mengalir ke system
pentanahan tersebut. Dalam suatu pentanahan baik penangkal petir atau
pentanahan netral sistem tenaga adalah berapa besar impedansi system pentanahan
tersebut.
Besar impedansi pentanahan tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik
faktor internal atau eksternal. Yang dimaksud dengan fator internal meliputi :

a. Dimensi konduktor pentanahan (diameter atau panjangnya).


b. Resistivitas relative tanah.
c. Konfigurasi system pentanahan.

Yang dimaksud dengan faktor eksternal meliputi :


a. Bentuk arusnya (pulsa, sinusoidal, searah).
b. Frekuensi yang mengalir ke dalam system pentanahan

Untuk mengetahui nilai-nilai hambatan jenis tanah yang akurat harus dilakukan
pengukuran secara langsung pada lokasi yang digunakan untuk system pentanahan
karena struktur tanah yang sesungguhnya tidak sesederhana yang diperkirakan,
untuk setiap lokasi yang berbeda mempunyai hambatan jenis tanah yang tidak
sama (Hutauruk, 1991)

5.Tujuan utama pentanahan adalah menciptakan jalur yang low- impedance


(tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient
voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge

SMK BRANTAS KARANGKATES 15


adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage. Sistem
pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut.
Menurut IEEE Std 142™-2007 4, tujuan system pentanahan adalah: a. Membatasi
besarnya tegangan terhadap bumi agar berada dalam batasan yang diperbolehkan

b. Menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat memberikan deteksi terjadinya
hubungan yang tidak dikehendaki antara konduktor system dan bumi. Deteksi ini
akan mengakibatkan beroperasinya peralatan otomatis yang memutuskan suplai
tegangan dari konduktor tersebut.

5 komponen yang berpengaruh pada kinerja sistem grounding:

Konduktor Elektroda Grounding

Biasanya dibuat dari tembaga atau baja berikat tembaga, konduktor elektroda
grounding harus cukup besar untuk menahan arus gangguan maksimum yang
tersedia selama waktu pembersihan maksimum.

2. Koneksi Grounding

Sering diabaikan, koneksi grounding digunakan untuk mengikat elemen-elemen


sistem elektroda bersama-sama. Koneksi yang dilas secara eksotermik
memberikan ikatan molekul yang tidak akan pernah kendur atau terkorosi.
Konektor mekanis, seperti jenis crimp, baut, dan irisan, bergantung pada kontak
permukaan titik-ke-titik fisik untuk menjaga integritas koneksi listrik.

SMK BRANTAS KARANGKATES 16


Gambar 3.9
Klem tanah yang dipasang. 2 ″ x 0,022 ″ strip tembaga diperlakukan dengan
pelumas anti oksidasi berbasis tembaga kemudian dijepit ke tongkat ground 8
copper yang dilapisi tembaga yang bersih.

3. Elektroda Grounding

Elektroda grounding menyediakan koneksi fisik ke tanah dan merupakan


instrumen yang digunakan untuk membuang arus ke dalamnya. Ada dua jenis
elektroda utama:

Elektroda ‘Natural’ adalah intrinsik untuk fasilitas dan termasuk pipa air
bawah tanah logam, rangka logam bangunan (jika secara efektif di-
ground), dan tulangan pada pondasi beton.
Elektroda ‘Buatan’ dipasang secara khusus untuk meningkatkan kinerja sistem
tanah dan termasuk jerat kawat, pelat logam, konduktor tembaga yang
terkubur dan batang atau pipa yang digerakkan ke tanah. Batang tanah
adalah elektroda yang paling banyak digunakan.

SMK BRANTAS KARANGKATES 17


Gambar 3.10
grounding Electrode (tongkat grounding atau ground rod)

4. Elektroda Untuk Ketahanan Tanah

Jumlah permukaan tongkat grounding atau arde (ground rod) dan penggantian
tongkat adalah faktor pengendali. Penggandaan diameter mengurangi resistensi
hanya 10% dan tidak hemat biaya.

5. Tanah

Resistivitas tanah, diukur dalam ohm-sentimeter atau ohm-meter, memainkan


peran penting dalam menentukan kinerja keseluruhan sistem grounding dan harus
diketahui sebelum sistem grounding yang tepat dapat direkayasa.

Mengukur resistivitas tanah memungkinkan insinyur desain untuk menemukan


area dengan tanah yang paling konduktif dan untuk menentukan kedalaman tanah
konduktif sehingga elektroda dapat ditempatkan dengan tepat.

Sistem grounding akan membawa arus yang sedikit atau tidak ada untuk jangka
waktu yang lama sampai terjadi gangguan atau sambaran petir atau transien lainnya

SMK BRANTAS KARANGKATES 18


membutuhkan disipasi. Pada saat itu, komponen sistem grounding akan
diharapkan berkinerja seperti baru sambil melakukan banyak arus.

Sebagian besar sistem grounding disembunyikan di bawah tingkat, membuat


inspeksi komponen grounding menjadi sulit atau tidak mungkin. Lingkungan
bawah tanah sangat keras. Pemilihan awal komponen yang digunakan dalam
sistem grounding sangat penting untuk efektivitas jangka panjangnya.

3.2.2 Nilai Tahanan Menurut PUIL

Grounding adalah penghubung bagian-bagian peralatan listrik yang pada keadaan


normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan antara bagian-
bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian-bagian ini dengan tanah
sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi, baik
kondisi normal maupun saat terjadinya gangguan (trouble).
Kontinuitas penyaluran tenaga listrik sangat tergantung dari keandalan sistem
groundingnya. Sebuah bangunan gedung agar terhindar dari bahaya sambaran petir
dibutuhkan nilai tahanan grounding <5 ohm (PUIL 2000), sedangkan untuk
grounding peralatan-peralatan elekronika dibutuhkan nilai tahanan grounding <3 ohm
bahkan beberapa perangkat membutuhkan nilai tahanan grounding <1 ohm. Untuk
mendapatkan nilai tahanan grounding yang sekecil mungkin sangat sulit, karena nilai
tahanan grounding dipengaruhi beberapa factor seperti : jenis tanah, jenis sistem
grounding, suhu dan kelembaban, kandungan elektrolit tanah dan
lainlain.
Untuk mengetahui bagaimana nilai yang baik untuk pembumian kita harus
menggunakan alat ukur yang bernama earth tester, alat ini khusus untuk mengukur
sistem pentanahan. cara untuk menggunakan earth tester sebagai berikut :

SMK BRANTAS KARANGKATES 19


Gambar 3.11 Alat Ukur Earth Tester

Pertama tama kita Periksa kondisi kabel grounding BC yang akan diukur. Bila
kotor bersihkan dahulu permukaan kabel tersebut dengan lap bersih / kertas
amplas, agar jepitan kabel probe dapat menyentuh langsung bagian permukaan
tembaga yang sudah bersih dan untuk mencegah terjadinya kesalahan pembacaan
pada alat ukur.
Periksa kondisi dan perlengkapan penunjang alat ukur digital earth resistance
digital.
Earth Tester mempunyai tiga kabel diantaranya adalah kebel merah, kuning dan
hijau.
Silahkan hubungkan kabel ke Earth Tester dengan warna yang sudah di tentukan
pada alat ukur.
Hubungkan kabel merah setra kuning ke tanah dengan masing-masing jarak kurag
lebih 5-10 meter dari pentanahan atau grounding.
Hubungkan juga kabel hijau ke grounding yang sudah terpasang.
Lakukan pengukuran grounding (tahanan pentanahan) dengan memutar knob alat
ukur pada poisisi 200 ohm atau 2000 ohm tergantung dari kondisi tanah pada area
setempat yang akan diukur.
Kemudian tekan tombol tester untuk mengetahui resistansi grounding biasanya
berwarna kuning/merah dan pada displai alat ukur akan muncul nilai tahanan
pentanahan.

SMK BRANTAS KARANGKATES 20


Dan finish nilai resistansi grounding sudah di ketahui. lihat angka yang di tunjuk
oleh jarum tester

Untuk dapat memperkecil nilai tahanan grounding dapat dilakukan dengan


penambahan zat aditip pada tanah. Zat aditip tersebut dapat berupa garam,
bentonit, air, serbuk besi dan lain-lain. Namun zat aditif tersebut memiliki
keterbatasan umur. Zat aditif tidak dapat berfungsi dengan baik pada waktu yang
cukup lama. Sebuah sistem grounding harus dievaluasi setiap 6 bulan untuk
mengetahui kelayakan operasi sistem grounding untuk dapat dilanjutkan
(PUIL,2000) akibat penurunan kualitas tahanan grounding.

3.2.3 Karakteristik Sistem Pentanahan yang Efektif


Karakteristik sistem pentanahan yang efektif antara lain adalah :
a. Terencana dengan baik, semua koneksi yang terdapat pada sistem harus
merupakan koneksi yang sudah direncanakan sebelumnya dengan kaidah- kaidah
tertentu.
b. Verifikasi secara visual dapat dilakukan.
c. Menghindarkan gangguan yang terjadi pada arus listrik dari perangkat.
d. Semua komponen metal harus ditahan/diikat oleh sistem pentanahan, dengan
tujuan untuk

meminimalkan arus listrik melalui material yang bersifat konduktif pada potensial
listrik yang sama.
Adapun syarat – syarat sistem pentanahan yaitu :
Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan untuk suatu
keperluan pemakaian
Elektroda yang ditanam dalam tanah harus :

Bahan Konduktor yang baik


Tahan Korosi
Cukup Kuat

SMK BRANTAS KARANGKATES 21


Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah sekelilingnya.
Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.
Biaya pemasangan serendah mungkin.

Dalam system pentanahan semakin kecil nilai tahanan maka semakin baik
terutama untuk pengamanan personal dan peralatan, beberapa patoakan standart
yang telah disepakati adalah bahwa saluran tranmisi substasion harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga nilai tahanan pentanahan tidak melebihi
1Ω untuk digunakan pada aplikasi data dan maksimum harga tahanan yang
diijinkan 5Ω pada gedung. Kisi- kisi pentanahan tergantung pada kerja ganda dan
pasak yang terhubung. Dari segi besarnya nilai tahanan bahan yang dipakai pasak
tidak mengurangi besar tahanan pentanahan sistem namun mempunyai fungsi
tersendiri yang penting. Bahannya sendiri mempunyai harga impedansi awal
beberapa kali lebih tinggi daripada harga tahanannya terhadap tanah pada
frekuensi rendah. Bahan pentanahan dimaksudkan untuk mengontrol dalam batas
aman sesuai peralatan yang digunakan, sedangkan pasak adalah batang sederhana,
hal ini penyebab utama jatuhnya tahanan tanah dalam gradient tegangan yang
tinggi pada permukaan pasak. Sebagai akibat dari sifat ini maka pasak harus
ditempatkan didekat atau sekitar bangunan stasion. Dalam saluran tegangan tinggi
(132 kV) tahanan maksimalnya 15 ohm masih dapat ditoleransi dan dalam saluran
distribusi (33-0,4 kV) dipilih tahanan 25 ohm.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menurunkan nilai tahanan


pentanahan antara lain dengan :
a. Sistem batang pararel
b. Sistem pasak tanam dalam dengan beberapa pasak dan diperlakukan
terhadap kondisi kimiawi tanah.
c. Dengan menggunakan pelat tanam, penghantar tanam, dan beton rangka baja
yang secara listrik terhubung.

3.2.4 Sifat dan jenis – jenis tanah

SMK BRANTAS KARANGKATES 22


Tahanan jenis tanah(ρ)
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang
hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding lurus
dengan besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan tergantung
pada beberapa faktor :

Sifat geologi tanah


Komposisi zat kimia dalam tanah
Kandungan air tanah
Temperatur tanah
Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.

3.2.5 Sifat geologi tanah


Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah. Bahan dasar dari
pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai
tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai insulator.

Table 3.3 menunjukkan harga-harga ( ρ ) dari berbagai jenis tanah.

3.2.6 Macam – Macam Elektroda


Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem
pentanahan yaitu :

1. Elektroda Batang

SMK BRANTAS KARANGKATES 23


Elektroda Pelat
Elektroda Pita

Elektroda – elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun multiple dan
juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.

1. Elektroda Batang (Rod)


Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di tanam vertikal di
dalam tanah. Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau galvanised
steel. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic
couple yang dapat menyebabkan korosi.
Ukuran Elektroda :
diameter 5/8 ” - 3/4 ”
Panjang 4 feet – 8 feet

Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk
pemakaian pentanahan yang lain.

Gambar 3.12 Elektroda Batang

2. Elektroda pita

SMK BRANTAS KARANGKATES 24


Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga kawat
BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam ± 2 feet. Elektroda
pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai tahanan jenis rendah
pada permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami kekeringan.
Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis
tanah makin tinggi dengan kedalaman

Gambar 3.13 Elektroda Pita

3. Elektroda Pelat
Elektroda pelat ialah elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) atau
dari kawat kasa. Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam. Elektroda ini
digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan yang kecil dan sulit diperoleh
dengan menggunakan jenis-jenis elektroda yang lain.

Gambar 3.14 Elektroda pelat

SMK BRANTAS KARANGKATES 25


4. Ground Load
Ground load adalah elektroda tembaga berbentuk bulat pejal yang memanjang
pada ujungnya lancip. Ground load terdri cincin terminal dan tembaga telanjang
berbentuk berbentuk lancip.

3.2.7 Jenis – Jenis Pentanahan ( Sistem Grounding )


Dalam pemasangannya, sistim gorunding tersebut terbagi pada beberapa type
tergantung dari kebutuhan dan tingkat keamanan yang dibutuhkan serta regulasi
yang berlaku pada suatu wilayah yang kadang-kadang menetapkan type jenis
pentanahan yang hanya boleh digunakan pada daerah tersebut oleh pejabat
berwenang. Ketika akan mendesain suatu sistim instalasi, hal pertama yang perlu
dilakukan adalah menentukan type pentanahan apa yang akan digunakan untuk
instalasi tersebut.
Terdapat beberapa type pentanahan yang digunakan berdasarkan standar IEEE
yang menjadi acuan terhadap sistim pentanahan pada suatu instalasi, sbb :

1. TN-S (Terre Neutral - Separate)


Pada sebuah sistem TN-S, bagian netral sumber energi listrik terhubung dengan
bumi pada satu titik saja, sehingga bagian netral pada sebuah instalasi konsumen
terhubung langsung dengan netral sumber listrik. Type ini cocok pada instalasi
yang dekat dengan sumber energi listrik, seperti pada konsumen besar yang
memiliki satu atau lebih HV/LV transformer untuk kebutuhan sendiri dan
instalsai/perlatan nya berdekatan dengan sumber energi tersebut (transformer).

Gambar 3.15 Pembumian sistem TN-S

SMK BRANTAS KARANGKATES 26


2. TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate)
Sebuah sistem TN-C-S, memiliki saluran netral dari peralatan distribusi utama
(sumber listrik) terhubung dengan bumi dan pembumian pada jarak tertentu
disepanjang saluran netral yang menuju konsumen, biasanya disebut sebagai
Protective Multiple Earthing (PME). Dengan sistim ini konduktor netral dapat
berfungsi untuk mengembalikan arus gangguan pentanahan yang mungkin timbul
disisi konsumen (instlasi) kembali kesumber listrik. Pada sistim ini, instalasi
peralatan pada konsumen tinggal menghubungkan pentanahannya pada terminal
(saluran) yang telah disediakan oleh sumber listrik.

Gambar 3.16 Pembumian sistem TN-C-S

3. Pembumian Sistem TN-C


Sistem tenaga listrik TN mempunyai satu titik yang dibumikan langsung, BKT
instalasi dihubungkan ke titik tersebut oleh penghantar proteksi. Di mana fungsi
netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar tunggal di seluruh sistem.

SMK BRANTAS KARANGKATES 27


Gambar 3.17 Pembumian sistem TN-C

Keterangan gambar:
= Penghantar fase (setrum)
N= Penghantar netral (nol)

Gnd = Penghantar proteksi (ground) N-Gnd = Gabungan


penghantar netral dan penghantar proteksi.

4.TT (Double Terre)


Pada sistem TT, bagian netral sumber listrik tidak terhubung langsung dengan
pembumian netral pada sisi konsumen (instalasi peralatan). Pada sistim TT,
konsumen harus menyediakan koneksi mereka sendiri ke bumi, yaitu dengan
memasang elektroda bumi yang cocok untuk instalasi tersebut .

Gambar 3.18 Pembumian sistem TT

3.2.8 Faktor Penyebab Tegangan Permukaan Tanah


Pengaruh uap lembab dalam tanah
kandungan uap lembab dalam tanah merupakan faktor penentu nilai tegangan tanah.
Variasi dari perubahan uap lembab akan membuat perbedaan yang menonjol dalam

SMK BRANTAS KARANGKATES 28


efektifitas hubungan elektroda pentanahan dengan tanah. Hal ini jelas telihat pada
kandungan uap lembab di bawah 20%. Nilai di atas 20% resistivitas tanah tidak
banyak terpengaruh, tetapi di bawah 20% resistivitas tanah meningkat drastic
dengan penurunan kandungan uap lembab. Berkaitan dengan kandungan uap
lembab, tes bidang menunjukkan bahwa dengan lapisan permukaan tanah 10 kali
akan lebih baik ditahan oleh batas dasar.
Elektroda yang dipasang dengan dasar batu biasanya memberikan kualitas
pentanahan yang baik, hal ini disebabkan dasar-dasar batu sering tidak dapat
tembus air dan menyimpan uap lembab sehingga memberikan kandungan uap
lembab yang tinggi.

Pengaruh tahanan jenis


tahanan tanah merupakan kunci utama yang menentukan tahanan elektroda dan
pada kedalaman berapa elektroda harus ditanam agar diperoleh tahanan yang
rendah. Tahanan tanah bervariasi di berbagai tempat dan cenderung berubah
menurut cuaca. Tahanan tanah ditentukan juga oleh kandungan elektrolit di
dalamnya, kandungan air, mineral- mineral dan garam-garam. Tanah yang kering
biasanya mempunyai tahanan yang tinggi, namun demikian tanah yang basah juga
dapat mempunyai tahanan yang tinggi apabila tidak mengandung garam-garam
yang dapat larut.
Tahanan tanah berkaitan langsung dengan kandungan air dan suhu, dengan
demikian dapat diasumsikan bahwa tahanan suatu sistem pentanahan akan
berubah sesuai dengan perubahan iklim setiap tahunnya. Untuk memperoleh
kestabilan resistansi pentanahan, elektroda pentanahan dipasang pada kedalaman
optimal mencapai tingkat kandungan air yang tetap.

Pengaruh temperatur
Temperatur akan berpengaruh langsung terhadap resistivitas tanah dengan
demikian akan
berpengaruh juga terhadap performa tegangan permukaan tanah. Pada musim
dingin struktur fisik tanah menjadi sangat keras, dan tanah membeku pada
kedalaman tertentu.

SMK BRANTAS KARANGKATES 29


Air di dalam tanah membeku pada suhu di bawah 0 0C dan hal ini
menyebabkan peningkatan yang besar dalam koefisien temperatur resistivitas
tanah. Koefisien ini negatif, dan pada saat temperature menurun, resistivitas naik
dan resistansi hubung tanah tinggi.
Pengaruh temperatur terhadap resistivitas tanah dijelaskan dalam tabel 2.1
sebagai berikut:
NO Temperatur ( oC ) Resistivitas ( ohm )
1 -5 70.000
2 0 30.000
3 0 10.000
4 10 8000
5 20 7000
6 30 6000
7 40 5000
8 50 4000
Tabel 3.4 Efek temperature terhadap resistivitas tanah

NO Deskripsi Tanah Tahanan jenis tanah


(ohm-
1 Mengandung kerikil tinggi, campuan 60.000-100.000
kerikil dan pasir kerapatan rendah dan

2 Mengandung kerikil dan tandus, campuan 100.000-250.000


kerikil dan pasir kerapatan rendah dan

3 Berkerikil dan liat, tandus, campuran 20.000-40.000


tanah liat dan pasir

4 Pasir berlumpur, campuran pasir dan 10.000-50.000


lumpur
5 Pasir liat, campuran pasir dan tanah liat, 5000-20.000
Tandus
6 Pasir halus berlumpur dan liat 3000-8000
mengandung plastic berkonsetrasi rendah

7 Pasir halus atau tanah lumpur, lumpur 8000-30.000


elastic

SMK BRANTAS KARANGKATES 30


8 Tanah liat berkerikil, liat berpasir, liat 2500-6000**
berlumpur, tidak liat

9 Liat aborganik dengan kandungan plastic 1000-5.500**


tinggi

Tabel 3.5 Resistivitas berbagai jenis tanah

3.2.9 Perubahan resistivitas tanah


Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa resistivitas tanah sangat
tergantung dengan material
pendukung tanah, temperatur dan kelembaban. Daerah dengan struktur
tanah berpasir, berbatu dan
cenderung berstruktur tanah padas mempunyai resistivitas yang tinggi.
Disinyalir kondisi tanah yang demikian diakibatkan kerusakan yang terjadi
di permukaan tanah
berkurangnya tumbuhan-tumbuhan yang dapat mengikat air mengakibatkan
kondisi tanah tandus dan
berkurang kelembabannya.

Korosi
Komponen sistem pentanahan dipasang di atas dan di bawah permukaan tanah,
keduanya menghadapi karakteristik lingkungan yang berlainan. Bagian yang berada
di atas permukaan tanah, asap dan partikel debu dari proses industri serta partikel
terlarut yang terkadung dalam air hujan akan mengakibatkan korosi pada konduktor.
Bagian di bawah tanah, kondisi tanah basah yang mengandung materi alamiah,
bahan- bahan kimia yang terkontaminasi didalamnya juga dapat mengakibatkan
korosi. Secara umum terdapat dua penyebab terjadinya korosi yaitu:

1. Korosi bimetal (bimetallic corrosion)


Penyambungan logam yang tidak sejenis dan terdapat cairan konduktiv listrik
ringan adalah situasi yang sangat banyak terjadi di bawah tanah. Logam yang

SMK BRANTAS KARANGKATES 31


mempunyai sifat lebih rentan akan lebih cepat mengalami korosi. Tabel 3
memperlihatkan klasifikasi logam berdasarkan daya tahan terhadap korosi.
Jika logam terletak pada tanah dengan kandungan elektrolit tinggi, logam dengan
daya tahan lebih tinggi bersifat katodik sedangkan logam yang lebih rentan
bersifat anodik. Logam yang bersifat anodik akan terkorosi. Metode untuk
mencegah terjadinya korosi galvanis dengan menerapkan aturan daerah (areas
rule). Area logam anodik (khususnya untuk baja) dibagi dengan area logam
katodik (khusus untuk tembaga). Perbandingan antara anodik dan katodik
menurun, resiko kecepatan korosi naik dengan tajam.

Tabel 3.6 Efek karakteristik tanah dan cuaca terhadap korosi

Masalah lain yang mungkin terjadi adalah sambungan antara logam yang berbeda
seperti tembaga dan aluminium atau tembaga dengan baja dimana sambungannya
tidak dilindungi dan mudah terpengaruh oleh kelembaban resiko terjadinya korosi
sangat tinggi.

2. Korosi kimia (chemical corrosion)

Berdasarkan skala pH, kondisi tanah dapat dibedakan menjadi kondisi asam,
basa dan netral. Korosi kimia akan terjadi pada tanah asam ataupun basa.

SMK BRANTAS KARANGKATES 32


Kecepatan korosi akan dipengaruhi oleh daya tahan logam, jika logam bersifat
rentan maka akan lebih cepat terkorosi. Sebagai pedoman, material yang berada di
sekeliling elektroda sebaiknya relatif netral.

3.3 Panel Star Delta

3.3.1 Motor Star Delta


Seperti namanya, secara garis besar starter Star-Delta bekerja dengan dua
tahap Awalnya motor berjalan dengan rangkaian belitan Star (Y) Setelah beberapa
saat, motor melepas rangkaian belita Star dan beroperasi dengan belitan Delta.
Jenis control Star-Delta cocok digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan arus
starting lebih rendah ketimbang saat menggunakan starter DOL.
Rangkaian utama star delta tersebut terdiri dari komponen komponen sebagai
berikut:

3 kontaktor magnet.
1 buah MCB 3 fasa.
1 buah motor induksi 3 fasa.
1 thermal overload relay
1 push button off
2 push button on
1 breaker
2 terminal kabel

3.3.2 Cara Kerja Kontrol Star Delta

Dalam operasinya, kontaktor utama K3 dan kontaktor bintang K1 awalnya


akan energized kemudian setelah beberapa waktu kontaktor bintang akan de-
energized digantikan oleh kontaktor delta K2. Kontrol kapan aktifnya kontaktor-
kontaktor ini diatur oleh timer K1T yang waktunya bisa diatur. Hubungan bintang
dan delta akan diproteksi dari potensi aktif pada saat yang bersamaan dengan
menggunakan interlok anak kontak masing-masing terhadap lawannya

SMK BRANTAS KARANGKATES 33


Hubungan bintang delta atau star-delta ini memang cukup digemari sebagai
pilihan aplikasi yang membutuhkan konsumsi arus yang kecil beberapa saat awal
motor dihidupkan namun memiliki suatu kelemahan yang membuatnya kurang
menjadi pilihan setelah adanya pengembangan reduced voltage starter yang leibh
lebih baik seperti soft starter. Satu-satunya alasan pemilihan jenis starter ini adalah
biaya yang lebih murah dibandingkan reduced voltage starter lainnya.
Umumnya motor listrik memiliki nilai arus starting yang menakjubkan
besarnya sekitar empat hingga tujuh kali dari nilai ratingnya. Rangkaian
pengurangan tegangan adalah salah satu cara untuk mengatasi masalah motor
dapat bekerja tanpa trip dini.
Kenapa arus starting star-delta bisa lebih kecil dari DOL?
Arus starting motor listrik biasanya adalah sekitar empat hingga tujuh kali
lebih besar dari arus nominalnya. Kenapa? Karena motor listrik membutuhkan
torsi awal yang besar agar dapat melawan inersianya dan inersia bebannya dari
keadaan diam. Torsi adalah proporsional dengan kuadrat fluks. Fluks adalah
perbandingan tegangan dan frekuensi. Tegangan memiliki hubungan sebanding
dengan arus. Pada akhirnya, torsi besar berarti akan membutuhkan konsumsi arus
yang besar juga. Nah, berikut adalah pembuktian singkat mengapa arus starting
star-delta lebih kecil daripada saat DOL.
Satu dari beberapa hal yang perlu diingat sebelum memutuskan untuk
memilih starter star-delta adalah pastikan bahwa pengurangan torsi karena
rangkaian star saat starting masih memungkinkan beban bisa diputar oleh motor
listrik. Kontrol ini kurang ekonomis untuk beban yang membutuhkan torsi awal
besar dari 40% karena kita harus menggunakan frame size yang lebih besar dari
seharusnya.

3.3.3 Rangkaian Starting Motor Star-Delta


Untuk mengurangi besarnya arus start motor yang mendekati 7x arus nominal
maka dapat dengan menggunakan metode start Star-Delta. Dengan metode ini motor
awalnya diset pada asutan Star, setelah motor mencapai kecepatan 80% kecepatan
maksimal, sambungan diubah ke sambungan Delta. Dengan cara ini maka torsi dapat
dipertahankan sedangkan lonjakan arus start dapat ditekan.

SMK BRANTAS KARANGKATES 34


Gambar 3.19
Rangkaian starting motor star delta

3.3.4 Prinsip Kerja Rangkaian


Fungsi dari rangkaian Star-Delta sendiri adalah untuk mengurangi arus
start yaitu saat pertama kali motor di hidupkan Star delta adalah sebuah sistem
starting motor yang paling banyak dipergunakan untuk starting motor listrik.
Dengan menggunakan star delta starter Lonjakan arus listrik yang terlalu tinggi
bisa dihindarkan. cara kerjanya adalah saat start awal motor tidak dikenakan
tegangan penuh hanya 0.58 dengan cara dihubung bintang/ star. Setelah motor
berputar dan arus sudah mulai turun dengan menggunakan timer arus dipindahkan
menjadi segitiga/ delta sehingga tegangan dan arus yang mengalir ke motor
penuh. Current Transformator (CT)
Pengukuran atau pendeteksian arus listrik merupakan salah satu dari
parameter utama yang diperlukan dalam kelistrikan. Misalkan untuk pengukuran
arus yang besar, pengukuran daya dan sebagai parameter proteksi.
Current Transformer atau CT adalah salah satu type trafo instrumentasi yang
menghasilkan arus di sekunder dimana besarnya sesuai dengan ratio dan arus
primernya. Ada 2 standart yang paling banyak diikuti pada CT yaitu : IEC 60044-
1 (BSEN 60044-1) & IEEE C57.13 (ANSI), meskipun ada juga standart Australia
dan Canada.
CT umumnya terdiri dari sebuah inti besi yang dililiti oleh konduktor
beberapa ratus kali. Output dari skunder biasanya adalah 1 atau 5 ampere, ini

SMK BRANTAS KARANGKATES 35


ditunjukan dengan ratio yang dimiliki oleh CT tersebut. Misal 100:1, berarti
sekunder CT akan mengeluarkan output 1 ampere jika sisi primer dilalui arus 100
Ampere. Jika 400:5, berarti sekunder CT akan mengeluarkan output 5 ampere jika
sisi primer dilalui arus 400 Ampere. Dari kedua macam output tersebut yang
paling banyak ditemui, dipergunakan dan lebih murah adalah yang 5 ampere.
Pada CT tertulis class dan burden, dimana masing masing mewakili parameter yang
dimiliki oleh CT tersebut. Class menunjukan tingkat akurasi CT, misalnya class 1.0
berarti CT tersebut mempunyai tingkat kesalahan 1%. Burden menunjukkan
kemampuan CT untuk menerima sampai batas impedansi tertentu. CT standart IEC
menyebutkan burden 1.5 VA (volt ampere), 3 VA, 5 VA dst. Burden ini berhubungan
dengan penentuan besar kabel dan jarak pengukuran (lihat table).
Aplikasi CT selain disambungkan dengan alat meter seperti ampere meter,
KW meter Cos Phi meter dll, sering juga dihubungkan dengan alat proteksi arus,
dengan mempergunakan bermacam ratio CT didapatkan proteksi arus dengan
beragam range ampere hanya dengan satu unit proteksi arus. Yang perlu
dipersiapkan adalah unit proteksi arus dengan range dibawah 5 ampere dan CT
dengan ratio XXX:5. Misal unit proteksi mempunyai range 0,5 ~ 5 Amp, dengan
mempergunakan CT dengan ratio 1000:5 maka range proteksi arus yang bisa
dijangkau adalah 100 ~ 1000 Amp
Note : Terminal CT sebaiknya dihubung singkat jika tidak terhubung dengan
beban saat line primer dialiri arus. Ini mencegah pembebanan dengan impedansi
yang terlalu besat dan mengakibatkan percikan bunga api listrik.

SMK BRANTAS KARANGKATES 36


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pembelajaran di dunia kerja/PKL adalah suatu strategi yang member


peluang kepada siswa untuk mengalami proses belajar melalui bekerja
langsung pada pekerjaan sesungguhnya. Kami mendapat banyak manfaat, baik
itu dalam bidang pengalaman, pengetahuan, yang pastinya sangat bermanfaat
untuk menunjang karir kami kedepannya. Selain itu, dengan adanya Praktek
Kerja Lapangan ini kami bisa mengetahui seberapa jauh kemampuan kami.
Sehingga suatu saat jika kami memasuki dunia kerja tidak akan ragu
melakukannya karena sebelumnya sudah mempunyai pengalaman yang baik.

4.2 Kesan

Kami merasakan suasana kerja yang akrab dan bekerja sama antar karyawan
.

Kami terkesan dengan kejujuran , kedisiplinan , tanggung jawab , ketelitian ,


kekompakan , kekreaktifitasan , kebersamaan selama kami melaksanakan
di CV DARRU TEHNIK ABADI Staf / Karyawan di CV DARRU
TEHNIK ABADI sangat ramah .

4.3 Saran

Tingkatkan rasa kebersamaan antar pegawai .

Tingkatkan pelayanan yang diberikan kepada konsumen / pelanggan .

Tingkatkan keindahan dan kebersihan di sekitar kantor .

SMK BRANTAS KARANGKATES 37


IDENTITAS PESERTA PKL

1. Nama Peserta Didik : Gustina Anisatul Kolifah


2. No. Induk Peserta Didik : 7504/1039.009
3. Kelas : XII TITL 3
4. Bidang Keahlian : Teknologi dan Rekayasa
5. Program Keahlian : Teknik Ketenagalistrikan
6. Kompetensi Keahlian : Teknik Instalasi Tenaga Listrik
7. Jenis Kelamin : Perempuan
8. Tempat / Tanggal Lahir : Blitar, 01 Agustus 2003
9. Golongan Darrah :-
10. Alamat : Rt 01 Rw 04 Dsn.Sidomulyo
Ds.Sidomulyo
Kec.Selorejo Kab.Blitar Prov.Jawa Timur
11. No.Telepon/HP Peserta Didik : 071993315644
12. Catatan Kesehatan Peserta Didik :
a. Yang sedang diderita :-
b. Yang pernah diderita :-
13. Nama Orang Tua / Wali : Wiyono
14. Alamat Orang Tua / Wali : Rt 01 Rw 04 Dsn.Krantil
Ds.Sidomulyo Kec.Selorejo Kab.Blitar Prov.Jawa Timur
15. No.Telp / HP Orang Tua / Wali : 081217568648
Karangkates, 21 Oktober
2021

Peserta PKL,

SMK BRANTAS KARANGKATES 38


Gustina Anisatul Kolifah

IDENTITAS PESERTA PKL

1. Nama Peserta Didik : Lilis Lutvia Rahayu


2. No. Induk Peserta Didik : 6879
3. Kelas : XII TITL 2
4. Bidang Keahlian : Teknologi dan Rekayasa
5. Program Keahlian : Teknik Ketenagalistrikan
6. Kompetensi Keahlian : Teknik Instalasi Tenaga Listrik
7. Jenis Kelamin : Perempuan
8. Tempat / Tanggal Lahir : Malang, 14 Februari 2003
9. Golongan Darrah :-
10. Alamat : Rt 01 Rw 03 Ds.Bangelan Kec.Wonosari
Kab.Malang Prov.Jawa Timur
11. No.Telepon/HP Peserta Didik : 085607369407
12. Catatan Kesehatan Peserta Didik :
a. Yang sedang diderita :-
b. Yang pernah diderita :-
13. Nama Orang Tua / Wali : Tumiran
14. Alamat Orang Tua / Wali : : Rt 01 Rw 03 Ds.Bangelan
Kec.Wonosari Kab.Malang Prov.Jawa Timur
15. No.Telp / HP Orang Tua / Wali : 085330638579

Karangkates,15 Oktober 2020


Peserta PKL,

SMK BRANTAS KARANGKATES 39


Lilis Lutvia Rahayu

DAFTAR PUSTAKA

https://elektro14ung.blogspot.com/2017/11/pentanahan-sistem-tenaga-
listrik.html

http://kingbuster.blogspot.com/2015/09/laporan-praktek-m

https://www.plcdroid.com/2019/03/rangkaian-star-delta.html

https://id.wikibooks.org/wiki/Rekayasa_Lalu_Lintas/Penerangan_jalan

http://infopju.blogspot.com/2015/09/berbagai-jenis-lampu-yang-sering-
digunakan-sebagai-lampu-pju.html

https://www.hexamitra.co.id/penerangan-jalan-umum-tenaga-
surya.php?p=perangkat-komponen-pju-tenaga-su
SMK BRANTAS KARANGKATES
SMK BRANTAS KARANGKATES
SMK BRANTAS KARANGKATES 42
SMK BRANTAS KARANGKATES 43
SMK BRANTAS KARANGKATES 44
SMK BRANTAS KARANGKATES 45
SMK BRANTAS KARANGKATES 46
SMK BRANTAS KARANGKATES 47
PERAKITAN PANEL STAR DELTA

SMK BRANTAS KARANGKATES 48


SMK BRANTAS KARANGKATES 49
PERAKITAN PANEL PHB 3 FASA

SMK BRANTAS KARANGKATES 50


SMK BRANTAS KARANGKATES 51
SMK BRANTAS KARANGKATES 52

Anda mungkin juga menyukai