Anda di halaman 1dari 3

Secara etimologi, pluralisme berarti kemajemukan.

Dari sini dapat saya asumsikan bahwa pluralisme


merupakan sikap keberagamaan yang humanis, terbuka, dan toleran.

Pluraralisme adalah sebuah pengakuan atas keberagaman dan keberadaan agama-agama dengan
tetap memegang prinsip dan cara pandang satu agama terhadap agama yang lain dalam arti positif
(walau ada anggapan distorsi pada agama lain) disertai keyakinan akan kebenaran agamanya di atas
agama yang lain dengan menafikan pemaksaan (konfersi) keyakinan kepada penganut keyakinan lain
apalagi menggunakan kekerasan, baik secara struktural maupun kultural.

Dapat saya tarik kesimpulan bahwa pluralisme adalah sikap menghadapi keberagaman yang
humanis, terbuka dan toleran

I can conclude that pluralism is an attitude to face diversity that is humanist, open and tolerant

Pluralisme atau kebhinnekaan itu anugerah. Pluralisme ini harus kita jaga untuk mewujudkan
tatanan kehidupan berbangsa yang kuat dan berperadaban, yang mutamaddin

Sumber: https://nu.or.id/warta/said-aqil-pluralisme-itu-anugerah-5Xtt0

Pluralism or diversity is a gift. We must maintain this pluralism in order to realize a strong and
civilized nation’s life order, which is mutamaddin

Kita tidak menganggap semua agama benar. Pluralisme yang kita maksud adalah mengarah ke
persoalan sosial, namun kita juga harus mengakui bahwa semua agama ini mempunyai keinginan
yang baik, mereka juga mempunyai cita-cita yang baik,

Sumber: https://nu.or.id/warta/said-aqil-pluralisme-itu-anugerah-5Xtt0

We don’t think all religions are true. Pluralism we mean is leading to social problems, but we also
have to admit that all these religions have good intentions, they also have good ideals,

Dengan mengusung nilai-nilai moderatisme (tawassuth wal i’tidal), kesetaraan (al-musawah) dan
toleran (tasamuh) secara konsistem, NU telah dan (semoga) terus berperan aktif dalam upaya
membangun perdamaian dengan meminimalisasi serta meredam peluang konflik pemeluk agama.
Adapun kekerasan demi kekerasan yang banyak terjadi di republik ini hampir semuanya tidak
melibatkan warga nahdliyin. NU antikekerasan. NU lebih mendahulukan tabayun, dialog atau debat
untuk mewujudkan kedamaian di kalangan intern atau antarumat beragama

Sumber: https://nu.or.id/opini/nu-dan-revitalisasi-pluralisme-agama-Kbic2

By carrying out the values of moderateism (tawassuth wal i’tidal), equality (al-musawah) and
tolerance (tasamuh) consistently, NU has and (hopefully) continues to play an active role in efforts to
build peace by minimizing and reducing opportunities for conflict between religious adherents.
Almost all of the violence after violence that occurs in this republic does not involve nahdliyin
citizens. NU nonviolence. NU prioritizes tabayun, dialogue or debate to create peace among internal
or inter-religious people

Source: https://nu.or.id/opini/nu-dan-revitalization-pluralisme-agama-Kbic2

DALAM obituarinya, orang menyebut dia sebagai bapak pluralisme karena berani dan konsisten
membela kelompok minoritas, seperti keturunan Cina dan kaum muslim Ahmadiyah. Itulah warisan
tak ternilai dari Abdurrahman Wahid, yang biasa disapa Gus Dur, kepada republik ini.

IN his obituary, people called him the father of pluralism because he was brave and consistently
defended minority groups, such as those of Chinese descent and the Ahmadiyya Muslim community.
That is the priceless legacy of Abdurrahman Wahid, who is usually called Gus Dur, to this republic.

Di masa kepresidenan Gus Dur, Konghucu diakui sebagai agama dan Imlek menjadi hari libur
nasional. Dialah presiden dan ulama pertama yang meminta maaf atas kekerasan antikomunis pada
1965. Dia pula yang mengembalikan nama Papua, yang selama Orde Baru disebut sebagai Irian Jaya,
dan tak melarang pengibaran bendera Bintang Kejora milik rakyat Papua

During Gus Dur’s presidency, Confucianism was recognized as a religion and Chinese New Year
became a national holiday. He was the first president and cleric to apologize for the anti-communist
violence in 1965. He was also the one who restored the name Papua, which during the New Order
was referred to as Irian Jaya, and did not forbid the raising of the Papuan people’s Morning Star flag.

Dampak negatif pluralisme agama di Indonesia, antara lain penghancuran tempat-tempat ibadah,
rasisme dan permasalahan ekonomi. Sedangkan dampak postif dari pluralisme agama di Indonesia
adalah menumbuhkan rasa empati dan toleransi serta sebagai kontrol sosial, adanya kerjasama yang
akan saling menguatkan, menambah khasanah budaya, menumbuhkan sikap toleransi antarsiswa
didik,

The negative impacts of religious pluralism in Indonesia include the destruction of places of worship,
racism and economic problems. While the positive impact of religious pluralism in Indonesia is
fostering a sense of empathy and tolerance as well as social control, the existence of cooperation
that will strengthen each other, increase cultural treasures, foster tolerance among students,

Anda mungkin juga menyukai