Terapi Modalitas dalam Keperawatan Jiwa: Terapi Lingkungan
Adelia Putri Megasiwi, 2106752962
Terapi lingkungan adalah suatu terapi di mana lingkungan fisik dan sosial dikelola atau diubah untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien. Terapi ini dibentuk untuk tujuan teraupetik. Diharapkan dengan lingkungan yang teraupetik ini, klien mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengubah perilaku dengan memfokuskan nilai teraupetik di setiap aktivitas dan interaksinya. Gagasan tentang lingkungan terapeutik muncul sebagai tanggapan terhadap dampak negatif rawat inap, yang meliputi berkurangnya kemampuan berpikir, pengadopsian nilai-nilai, pengaturan rumah sakit yang tidak sesuai, dan pasien kehilangan kontak dengan dunia luar. Agar klien berkembang menjadi orang yang bertanggung jawab, perawat harus memberi mereka kesempatan, dukungan, dan pengertian. Dengan bantuan perawatan lingkungan, pasien mendapatkan kemampuan baru seperti mengikuti aturan yang berlaku. Selain itu, mereka belajar mewujudkan harapan dari lingkungan yang telah disepakati bersama, menghadapi tekanan teman sebaya, dan berinteraksi dengan orang lain. Dengan memodifikasi lingkungan atau menggunakan lingkungan sebagai tempat klien menerima terapi, seperti di rumah sakit, diharapkan klien dapat mengembangkan keterampilan emosional dan sosial yang akan berguna dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan akhir dari terapi lingkungan ini adalah peningkatan kemampuan klien untuk bersosialisasi dan mengambil keputusan alhasil harga diri klien dapat meningkat. Terapi lingkungan mempunyai karakteristik-karakteristik umum seperti, 1. Distribusi Kekuatan Kapasitas pasien untuk membuat keputusan mandiri sangat penting untuk proses penyembuhan (otonomi). Akibatnya, setiap orang yang berpartisipasi di dalamnya—perawat, profesional kesehatan, dan pasien—diharapkan berkolaborasi dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan pasien, berbagi tanggung jawab, dan bekerja sama untuk membimbing pasien dalam membuat keputusan untuk proses penyembuhan mereka. 2. Komunikasi Terbuka Komunikasi terbuka adalah komunikasi dua arah di mana tidak ada pihak yang menyembunyikan apapun dan kedua belah pihak memahami pesan pihak lain. Layanan keperawatan menempatkan nilai tinggi pada komunikasi yang jujur dan terbuka antara perawat dan profesional kesehatan lainnya. Setiap informasi yang dikumpulkan tentang pasien dan keluarganya harus segera dibagikan sehingga keputusan hanya terfokus pada kesembuhan pasien. 3. Struktur Interaksi Interaksi terapeutik berbeda dari interaksi biasa karena membutuhkan strategi unik dan kerangka kerja yang tepat untuk mencapai tujuannya. Perawat yang bekerja langsung dengan pasien selama 24 jam sehari diharapkan dapat mendorong pasien untuk berinteraksi satu sama lain dan berbagi perasaan dan pengalaman dengan tetap menjaga sikap ramah, menggunakan kata-kata lembut, langsung tetapi tidak agresif, tetap tidak -defensif, penuh perhatian, peka terhadap kebutuhan pasien. Ini akan memudahkan klien untuk mendapatkan perhatian dan terapi yang mereka butuhkan. 4. Aktivitas Kerja Pasien rumah sakit jangka panjang sering mengalami kesepian, tidak berarti, pengucilan atau penolakan, kurangnya kemandirian atau ketergantungan, dan sedikit hubungan dengan dunia luar. Akibatnya, perawat diharapkan dapat menyibukkan pasien di waktu senggang mereka dengan mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan lingkungan yang sesuai dengan minat, bakat, dan tahap perkembangan mereka. Perawat dan pasien terlebih dahulu memutuskan aktivitas apa yang dapat dilakukan pasien sebagai pengisi sebelum memutuskan aktivitas yang direncanakan. Misalnya, membaca majalah, menggunakan buku pelajaran untuk siswa, siswa, dan mahasiswa, jalan pagi, menyulam, mengerjakan tugas sehari-hari, dan berbicara dengan pasien lain. 5. Peran Serta Keluarga dan Masyarakat dalam Proses Terapi Pengaruh terbesar dalam kehidupan pasien adalah keluarga. Karena pasien akan kembali ke keluarga setelah menerima perawatan di rumah sakit dan terlibat dengan masyarakat setempat, peran keluarga dalam pemulihan pasien juga sama pentingnya. Penting untuk menetapkan sesegera mungkin apakah keluarga pasien dan masyarakat siap untuk menerima kepulangannya. Solusi komprehensif yang harus diterapkan oleh perawat dan profesional kesehatan lainnya adalah keterlibatan keluarga dalam perawatan, pengobatan, dan perencanaan pemulangan pasien. Dengan memberikan penyuluhan dan membagikan pamflet tentang kesehatan jiwa, penyakit jiwa, dan pengobatannya, masyarakat dapat lebih siap. Hal ini membutuhkan kerjasama yang kuat. 6. Lingkungan yang Mendukung Suasana diatur sedemikian rupa untuk mendorong fase pertumbuhan dan perkembangan, dengan kamar anak-anak memiliki mainan yang sesuai dengan usia, kamar remaja memiliki banyak sumber informasi seperti majalah, buku, dan film, dan orang tua memiliki ruang yang sederhana, ringan, dan aman. Untuk menciptakan karakteristik-karakteristik yang diekspetasikan tersebut, dalam melakukan terapi lingkungan juga terdapat strategi-strategi yang bisa dilakukan di berbagai aspek. Dalam aspek fisik, dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan fisik yang aman dan nyamanbagi klien di semua ruangan, hal-hal yang bersifat pribadi dari klien harus tetap dijaga, struktur tatanan gedung juga harus disesuaikan dengan kondisi dan jenis penyakit klien, serta tingkat perkembangan klien. Dalam aspek intelektual, perawat harus memberikan stimulus eksternal yang positif, agar pasien dapat menerima kondisinya dan peran penyakitnya di dalamnya, perawat juga harus mampu meningkatkan kesadaran pasien akan dirinya sendiri. Dalam aspek sosial, perawat harus mampu mengembangkan pola interaksi yang positif, bukan hanya dengan klien. Untuk itu, perawat harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik dan harus dapat membangun hubungan interpersonal yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan pemulihan pasien. Selanjutnya, dalam aspek emosional, perawat harus mempunyai bekal dasar, yaitu sikap yang tulus, jujur/dapat dipercaya, tidak defensif, hangat, peka terhadap lingkungan, dan empati agar dapat membangun iklim emosional yang positif. Aspek terakhir, yaitu aspek spiritual, di aspek ini, perawat harus menyediakan sarana ibadah untuk pasien karena spiritual merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dielakkan pemenuhannya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perawat mempunyai peran yang penting dalam proses pemulihan pasien hingga perawat perlu memodifikasi sekian rupa terapi untuk memberikan pelayanan asuhan yang maksimal. Dalam terapi lingkungan, perawat mempunyai dua peran utama sebagai pengasuh (mothering care) dan manajer. Perawat sebagai mothering care bertugas untuk memenuhi kebutuhan pasien atas dasar identifikasi kebutuhan pasien sehingga pasien dapat berkembang untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam hal ini, perawat juga membantu pasien untuk mengenali batasan-batasan dan menuntun pasien untuk dapat bertanggung jawab atas risiko-risiko akibat perilakunya. Sedangkan, perawat sebagai manajer akan melakukan pengkajian untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi dan kebutuhan pasien. Manajer perawat harus dapat merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi semua aktivitas pasien mulai dari pengkajian hingga evaluasi. Untuk melaksanakan asuhan keperawatan terencana secara menyeluruh, perawat juga harus mampu memberikan instruksi yang ringkas dan tidak ambigu kepada pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
REFERENSI Yusuf, A. H., PK, R. F., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan: Keperawatan jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu