Anda di halaman 1dari 13

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454

Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK UNTUK MELATIHKAN


KETERAMPILAN ARGUMENTASI ILMIAH PESERTA DIDIK
PADA MATERI LAJU REAKSI

DEVELOPMENT OF STUDENT WORKSHEET TO TRAIN STUDENT’S SCIENTIFIC


ARGUMENTATION SKILL IN REACTION RATE

Aulia Nihayatul Muna dan *Rusmini

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

e-mail: rusmini@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan LKPD untuk melatihkan keterampilan argumentasi
ilmiah peserta didik pada sub materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi ditinjau dari validitas,
kepraktisan, dan keefektifan. Penelitian ini menggunakan metode 4-D. Validitas LKPD mendapatkan
kriteria sangat layak, ditinjau dari aspek isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafisan menunjukkan
persentase rata-rata sebesar 87,74%; 93,33%; 86,85%; dan 88,89%. Kepraktisan LKPD dinilai
berdasarkan respon peserta didik yang ditinjau dari aspek isi, kebahasaan, dan penyajian menunjukkan
persentase rata-rata sebesar 98,61%; 98,76%; dan 96,30% dengan kriteria sangat kuat, serta didukung
observasi aktivitas peserta didik yang relevan memiliki persentase rata-rata sebesar 90% dan aktivitas
yang tidak relevan sebesar 10%. Keefektifan LKPD mendapat kriteria sangat efektif. N-gain score tes
kognitif mendapatkan kategori interpretasi tinggi sebesar 51,85% dan interpretasi sedang sebesar 48,14%
dengan rata-rata n-gain score sebesar 0,77 yang didukung dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%,
sedangkan pada tes keterampilan argumentasi mendapatkan kategori interpretasi tinggi dengan persentase
88,89% dan interpretasi sedang sebesar 11,11% dengan rata-rata n-gain score sebesar 0,84. Hasil tersebut
didukung dengan uji wilcoxon pada kedua tes dan mendapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000
(Ha diterima) yang artinya terdapat pengaruh pada hasil tes kognitif dan keterampilan argumentasi ilmiah
peserta didik setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan LKPD yang dikembangkan.
Kata kunci: keterampilan argumentasi ilmiah, faktor-faktor laju reaksi, LKPD

Abstract
The research aims to determine the feasibility of Student Worksheet to train student’s scientific
argumentation skill on the sub material the factors that affect the reaction rates. The research use the 4-D
method. Validity of student worksheet’s get very valid criteria, reviewed by content, language,
presentation, and graphic aspects that show the average percentage of 87.74%; 93.33%; 86.85%; and
88.89%. Practicality of student worksheet was rated by the student response that reviewed by content,
language, and presentation that show the average percentage of 98.61%; 98.76%; and 96.30% with very
strong criteria and supported by observation of relevant student activities has an average percentage of
90% and irrelevant activities with 4.44% percentage. The effectiveness of student worksheet get very
effective criteria. N-gain score of cognitive test get high interpretation category with 51.85% percentage
and medium interpretation category with 48.14% and the average of n-gain score is 0.77 that supported
by classical completeness get a percentage of 100%, whereas on the argumentation skill test get high
interpretation category with 88.89% percentage and medium interpretation category with 11.11% and
the average of n-gain score is 0.84. These result are supported by wilcoxon test on the two test and get
Asymp. Sig. (2-tailed) score of 0.000 (Ha accepted) that means there is an influence on the result of
student’s cognitive and scientific argumentation skill test after learning using the student worksheet
developed.
Keywords: scientific argumentation skill, the reaction rate factors, student worksheet

159
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

PENDAHULUAN collaboration, creativity, communication) [4].


Ilmu kimia merupakan ilmu yang berisi Keterampilan berpikir kritis dibutuhkan untuk
konsep susunan, sifat, struktur, serta perubahan melatih kepekaan terhadap permasalahan di
materi. Didalam ilmu kimia itu sendiri, juga lingkungan sekitarnya. Sedangkan keterampilan
terdapat banyak materi pembelajaran yang komunikasi dibutuhkan peserta didik untuk dapat
diantaranya adalah materi laju reaksi. Materi laju mengutarakan proses dan hasil dari pemecahan
reaksi adalah materi yang memiliki banyak masalah tersebut sehingga dapat difahami dan
konsep sehingga peserta didik sulit memahaminya dapat memberi keyakinan pada orang lain. kedua
secara keseluruhan. Para peserta didik merasa keterampilan ini dapat dimiliki oleh peserta didik
kesulitan ketika materi laju reaksi hanya apabila dilatihkan keterampilan argumentasi [5].
dipaparkan dengan cara ceramah saja. Selain itu, Keterampilan argumentasi ilmiah
laju reaksi adalah materi yang pengaplikasiannya merupakan salah satu keterampilan yang berperan
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari penting dalam ilmu pengetahuan, yang pada
sehingga dibutuhkan pemahaman 3 level kenyataannya kurang diterapkan didalam program
representasi kimia. Diawali dengan dengan sains dan kegiatan dalam laboratorium [6].
memahami peristiwa/fenomena yang ditemui Kenyataan lain, bahwa pada sekolah yang belum
(makroskopis), selanjutnya konsep yang terbentuk menggunakan metode student centered, para
dihubungkan dengan konsep laju reaksi yang peserta didik kurang diajarkan untuk
sudah ada (sub mikroskopis dan simbolik). Proses berargumentasi ilmiah, karena pembelajaran
panjang tersebut membuat banyak peserta didik dipusatkan pada guru sehingga menekan
memiliki pemahaman yang kurang terhadap keterampilan peserta didik untuk mampu
materi ini [1]. berargumen. Padahal, dalam pelajaran kimia
terdapat banyak konsep dan jika para peserta didik
Para peserta didik akan lebih paham
tidak diukur pemahamannya, maka dikhawatirkan
apabila mereka ikut andil secara langsung dalam
akan terjadi miskonsepsi. Kemampuan
pembelajaran tersebut, misalnya dengan lebih
argumentasi berperan dalam melatih peserta didik
aktif dalam pembelajaran dan melakukan
untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya,
eksperimen baik secara langsung mupun tidak
sehingga pemahaman peserta didik dapat
langsung (melihat video praktikum). Oleh sebab
meningkat [7].
itu, materi laju reaksi sangat erat kaitannya
Argumentasi dimaknai sebagai suatu
dengan eksperimen yang menuntut peserta didik
pembuktian sebuah argumen yang didukung
untuk dapat mengumpulkan, menganalisis, dan
dengan data, penjelasan, atau sumber rujukan lain
menyampaikan hasil laporan ekperimennya. Hal
yang sesuai [8-10]. Terdapat beberapa alasan
tersebut juga sejalan dengan Permendikbud No
mengapa keterampilan argumentasi ilmiah sangat
81A tahun 2013 yang menyebutkan bahwa ketika
penting untuk dikuasai oleh peserta didik.
berargumentasi peserta didik diharapkan dapat
Pertama, pemahaman terhadap konsep, kualitas
menginterpretasikan hasil pengamatan, analisis,
belajar dan kemampuan menalar akan meningkat
dan kesimpulan yang didapatkan baik secara
karena didalam tahapan argumentasi, claim harus
tulisan, lisan, maupun melalui media lain [2, 3].
dikuatkan dengan dengan bukti yang harus dicari
Kurikulum 2013 yang saat ini digunakan
peserta didik secara individu [9,11,12]. Kedua,
lebih menekankan pembelajaran pada metode
keterampilan argumentasi dapat meningkatkan
student centered dan model pembelajaran
keterampilan berpikir agar lebih kritis dan logis,
kontekstual. Pembelajaran tersebut mengacu pada
karena pada keterampilan argumentasi peserta
keharusan untuk memiliki keterampilan abad 21
didik dituntut agar dapat menghubungkan antara
yang disebut dengan 4C yaitu mampu
konsep dan situasi sehingga didapat hubungan
mengembangkan pola pikir kritis dan pemecahan
fakta, prosedur, konsep, dan metode penyelesaian
masalah, kolaborasi, kreativitas, dan komunikasi
sehingga dapat menghilangkan miskonsepsi [13,
(critical thinking and problem solving,
160
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

14]. Ketiga, dapat meningkatnya kemampuan yang membutuhkan media petunjuk untuk
pemecahan masalah yang disebabkan pada proses mengarahkan jalannya praktikum. LKPD ini
penguasaan keterampilan argumentasi, peserta dirancang untuk dapat digunakan dalam
didik akan menyelesaikan sebuah permasalahan pembelajaran secara online maupun offline agar
melalui tahapan-tahapan. Keempat, peserta didik dapat memudahkan guru ketika mengajar.
dapat membangun aktifitas sosiokultural melalui Pengembangan LKPD ini bertujuan untuk
keterampilan berargumentasi dengan cara melatihkan argumentasi ilmiah peserta didik,
menginterpretasi, mendukung, ataupun sehingga dibuat dengan menyesuaikan tahapan
menyanggah terhadap suatu argumen. Kelima, dalam diagram argumentasi Toulmin [17, 18].
keterampilan argumentasi memiliki dampak Keterampilan berargumentasi ilmiah
positif tentang ide-ide dan proses ilmiah yang dapat dimiliki peserta didik jika dilakukan dalam
menyebabkan peserta didik percaya diri dan suatu pengkondisian tertentu, kemudian guru
mudah dalam menyampaikan gagasannya karena membimbing peserta didik bagaimana
didasari bukti dan penjelasan yang mendukung membangun dan mendukung konsep pengetahuan
[10, 14-16]. melalui sebuah argumen. LKPD bersifat fleksibel,
Argumentasi ilmiah menurut diagram yaitu dapat dibuat berdasarkan kebutuhan peserta
Toulmin terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu didik, serta karakteristik sebuah satuan pendidikan
Claim, Data, Warrant, Backing, Rebuttal, dan agar bisa menaikkan frekuensi aktivitas peserta
Qualifier [17, 18]. Claim merupakan tahapan didik yang relevan dengan dipandu dengan
peserta didik untuk membuat pernyataan atas kaidah-kaidah pendekatan yang menghasilkan
suatu fenomena alam dari pengamatan ilmiah sebuah peningkatan keterampilan peserta didik,
yang mendeskripsikan hubungan antara dua yang salah satunya adalah keterampilan
variabel atau lebih. Pada tahap data (evidence), berargumentasi ilmiah [20]. Dengan demikian,
peserta didik mengumpulkan suatu fakta agar LKPD ini dibutuhkan dalam proses pembelajaran
dapat mendukung claim yang dibuat. Pada tahap dengan materi laju reaksi.
warrant, peserta didik membuat suatu penjelasan Berdasarkan fakta dan uraian tersebut
untuk menghubungan data dengan claim. perlu dilaksanakan sebuah penelitian tentang
Tahapan backing adalah tahap peserta didik peningkatan hasil belajar dan keterampilan
mencari dukungan tambahan kepada warrant atas argumentasi ilmiah peserta didik setelah
claim yang dibuat dan berasal dari artikel maupun dilakukan pembelajaran menggunakan media
buku ajar. Pada tahap rebuttal, peserta didik dapat pembelajaran LKPD yang sedang dikembangkan.
menolak claim, data, atau warrant yang dianggap Penelitian ini memiliki tujuan untuk membuat
kurang sesuai. Tahapan terakhir adalah qualifier, LKPD yang layak untuk melatihkan keterampilan
yaitu tahap peserta didik untuk membuat argumentasi ilmiah peserta didik SMA Kelas XI
pernyataan pemantaban atas claim yang dibuat pada sub materi faktor-faktor yang mempengaruhi
dan claim yang universal dapat dibatasi dengan laju reaksi.
kata-kata seperti kadang-kadang, biasanya
kebanyakan, atau selalu [19, 9]. METODE
Dalam melatihkan suatu keterampilan Penelitian ini dikembangkan dengan
argumentasi dalam sebuah pembelajaran, sangat metode 4-D, yaitu penelitian yang ditemukan oleh
penting adanya sebuah media pembelajaran yang Thiagarajan, Semmel, dan Semmel [21] yang
sesuai, diantaranya yaitu Lembar Kerja Peserta berisi 4 tahapan penelitian yaitu define
Didik (LKPD). LKPD dinilai memiliki peran (pendefinisian), design (perancangan), develop
penting sebagai penunjang proses pembelajaran, (pengembangan), dan disseminate (penyebaran).
karena peserta didik dapat lebih mudah untuk Dalam penelitian ini, dibatasi pada tahap develop
memahami materi yang sedang diajarkan, (pengembangan) dan pada sub materi faktor-
terutama pada materi yang berbasis eksperimen faktor yang mempengaruhi laju reaksi untuk

161
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

melatihkan keterampilan argumentasi ilmiah Tabel 2. Interpretasi Kriteria Validasi


peserta didik. Persentase (%) Kriteria
Sasaran penelitian ini adalah LKPD kimia 0-20 Tidak valid
21-40 Kurang valid
dengan kompetensi dasar 3.6 dan 4.7 untuk
41-60 Cukup valid
melatihkan keterampilan argumentasi ilmiah 61-80 Valid
peserta didik. Kelayakan pengembangan LKPD 81-100 Sangat valid
ini ditinjau berdasarkan validitas, kepraktisan, dan [22]
keefektifan. LKPD dapat dinyatakan valid dan dapat
Data penelitian yang didapatkan dari diujicobakan dalam pembelajaran apabila
pengembangan LKPD ini didasarkan pada hasil memenuhi kriteria hasil persentase sebesar ≥61%.
telaah, validasi, dan data hasil uji coba. Instrumen Keefektifan LKPD dinilai dari
dalam penelitian ini yaitu lembar telaah, lembar peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan
validasi, angket respon, lembar observasi, lembar keterampilan argumentasi ilmiah peserta didik.
soal pretest dan posttest keterampilan argumentasi Data tersebut berasal dari data hasil pretest dan
ilmiah, serta lembar soal kognitif. Tahap uji coba posttest yang dianalisis secara deskriptif
dilakukan di kelas XI MIPA MAN 8 Jombang kuantitatif menggunakan analisis n-gain score, uji
pada semester genap tahun pelajaran 2020/2021. prasyarat serta uji hipotesis. Pada penelitian ini,
Subjek penelitian berjumlah 27 peserta didik. uji prasyarat dan uji hipotesis dilakukan
Penelitian dilakukan dari tanggal 15 Januari menggunakan program SPSS 23.
sampai 16 Februari 2021. Data pretest dan posttest tes kognitif yang
Validitas LKPD dinilai dari data hasil dihasilkan dihitung menggunakan rumus berikut:
telaah dan validasi. Proses telaah dilakukan
dengan pemberikan saran dan komentar oleh para
ahli pada LKPD yang dikembangkan oleh Nilai hasil belajar tes kognitif dapat
peneliti. Data hasil validasi berasal dari dosen dikatakan tuntas apabila sama atau lebih dari nilai
kimia dan guru kimia yang dianalisis secara Ketuntasan Belajar Minimum (KKM) di MAN 8
deskriptif kuantitatif dan berisi persentase Jombang yaitu ≥75.
indikator penilaian. Penilaian ini didasarkan pada Data skor tes kognitif dan kemampuan
skala Likert dalam Tabel 1 berikut: argumentasi ilmiah yang dihasilkan kemudian
Tabel 1. Skala Likert dianalisis menggunakan analisis n-gain score 〈g〉
Nilai Skala Penilaian sesuai dengan persamaan berikut:
1 Buruk sekali
2 Buruk
3 Sedang
4 Baik Keterangan:
5 Sangat baik 〈g〉 = gain score
[22] % 〈Sf〉 = persentase nilai posttest
Data yang dihasilkan dihitung % 〈Si〉 = persentase nilai pretest
persentasenya dengan rumus berikut: Hasil persentase yang dihasilkan
kemudian diinterpretasikan dengan kriteria dalam
Tabel 3 dibawah ini:
Skor kriteria = skor maksimal x ∑ aspek yang Tabel 3. Kriteria Interpretasi N-Gain Score
dinilai x ∑ responden Nilai Interpretasi
Hasil perhitungan persentase selanjutnya
〈g〉 0,7 Tinggi
diinterpretasikan dalam kriteria Tabel 2 berikut: Sedang
0,7 > 〈g〉 0,3
〈g〉 < 0,3 Rendah
[23]

162
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

Berdasarkan kriteria tersebut, LKPD dalam melatihkan kemampuan berargumentasi


dikatakan efektif apabila hasil tes kognitif dan ilmiah. Bentuk angket respon peserta didik dibuat
keterampilan argumentasi ilmiah peserta didik menggunakan checklist dengan pedoman skor
memperoleh n-gain score 0,4 [23]. dalam Tabel 5 berikut:
Analisis data dengan uji prasyarat Tabel 5. Skala Guttman
dilakukan dengan uji normalitas data pretest- Pertanyaan Jawaban Skor
posttest tes kognitif dan tes keterampilan Positif Ya 1
argumentasi ilmiah. Pada uji normalitas, Tidak 0
digunakan metode Shapiro-Wilk [24]. Negatif Ya 0
Tidak 1
Selanjutnya, dilakukan uji hipotesis berupa uji
[26]
Wilcoxon (Wilcoxon Sign Rank Test) yang
Rumus untuk menghitung persentase
merupakan salah satu uji non parametrik [25].
jawaban angket respon peserta didik yaitu:
Kepraktisan LKPD dinilai dari data hasil
lembar observasi dan respon peserta didik. Data
hasil observasi berasal dari 3 pengamat dan
digunakan pada proses pembelajaran untuk
Hasil persentase dari perhitungan
meninjau jumlah aktivitas peserta didik ketika
diinterpretasikan kedalam kategori pada Tabel 6
menggunakan LKPD selama 4 pertemuan.
berikut:
Lembar observasi aktivitas peserta didik diolah
Tabel 6. Interpretasi Kategori Respon Peserta
menjadi persentase aktifitas peserta didik yang
Didik
dapat dihitung menggunakan rumus dibawah ini:
Persentase (%) Kategori
0-20 Sangat lemah
21-40 Lemah
41-60 Cukup
Data hasil persentase dari setiap pengamat 61-80 Kuat
81-100 Sangat kuat
kemudian di rata-rata dengan rumus berikut:
[22]
Berdasarkan kategori tersebut, LKPD
dapat dikatakan praktis apabila respon peserta
Rata-rata =
didik ≥61% [22].
Hasil perhitungan persentase selanjutnya
diinterpretasikan kedalam kriteria pada Tabel 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut:
Hasil dari penelitian ini berupa data telaah
Tabel 4. Interpretasi Kriteria
LKPD, validasi LKPD, nilai pretest dan posttest
Persentase (%) Kriteria
tes kognitif dan tes keterampilan argumentasi
0-20 Tidak praktis
21-40 Kurang praktis ilmiah, data pengamatan aktivitas peserta didik,
41-60 Cukup praktis dan data respon peserta didik terhadap LKPD.
61-80 Praktis LKPD ini dikembangkan dengan metode 4D yang
81-100 Sangat praktis terdiri dari tahapan-tahapan berikut:
[22]
Tahap Define (Pendefinisian)
Pengamatan aktivitas peserta didik terdiri
Tahap define berisi analisis peserta didik,
dari 2 penilaian aktivitas, yakni aktivitas relevan
tugas, kebutuhan, kompetensi, dan analisis konsep
dan tidak relevan. Berdasarkan kriteria tersebut,
[21]. Analisis yang dilakukan pada tahap ini
LKPD dapat dinyatakan praktis jika aktivitas
didapatkan fakta bahwa pada kenyataannya
peserta didik yang relevan sebesar ≥61% [22].
keterampilan argumentasi ilmiah masih kurang
Hasil angket respon digunakan untuk
diterapkan pada program sains dan kegiatan
melihat respon peserta didik saat pembelajaran
didalam laboratorium [6]. Kenyataan lain bahwa
menggunakan LKPD yang sedang dikembangkan
163
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

pada sekolah yang belum menggunakan metode mencermati sebuah video percobaan dari youtube
student centered, para peserta didik kurang yang link-nya sudah disediakan dan tercantum
diajarkan untuk berargumentasi ilmiah, karena didalam LKPD. Peserta didik diminta untuk
pembelajaran dipusatkan pada guru sehingga mengumpulkan data dalam tabel hasil pengamatan
dapat menghambat keterampilan peserta didik (tahap argumentasi data) dan menganalisisnya
untuk mampu berargumen. Padahal, dalam sub serta menghubungkannya dengan claim yang telah
materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju dibuat (tahap argumentasi warrant). Setelah itu,
reaksi terdapat banyak konsep dan jika para peserta didik mencari data pendukung claim-nya
peserta didik tidak diukur pemahamannya, maka dari artikel/buku ajar yang link-nya telah
dikhawatirkan akan terjadi miskonsepsi. Oleh disediakan (tahap argumentasi backing). Tahap
sebab itu, peserta didik memerlukan media selanjutnya, peserta didik mengkomunikasikan
pembelajaran yang cocok untuk proses hasil diskusinya dengan kelompoknya dan
pembelajarannya, salah satunya berupa LKPD kelompok lain dapat menyanggah pernyataan
pada sub materi faktor-faktor yang mempengaruhi yang tidak benar mengenai claim yang diberikan
laju reaksi untuk melatihkan keterampilan (tahap argumentasi rebuttal). Tahap terakhir yaitu
argumentasi ilmiah peserta didik. tahap qualifier, yaitu tahap dimana peserta didik
membuat pernyataan pemantaban atas claim yang
Tahap Design (Perancangan)
dibuat dan claim yang universal dapat dibatasi
Tahap design ini menghasilkan rancangan
dengan kata-kata seperti kadang-kadang, biasanya
awal LKPD yang dikembangkan [21]. Dalam
kebanyakan, atau selalu [19, 9]. Berikut adalah
penelitian ini, LKPD yang dikembangkan terdiri
gambar tahapan argumentasi dalam LKPD:
dari 4 buah LKPD, dimana setiap LKPD akan
memuat 1 faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

a b

c d
a b
Gambar 1. Tampilan Cover LKPD
(a) Cover LKPD utama
(b) Cover LKPD dalam
Cover LKPD utama dan cover dalam e f
berisi judul materi, jenjang sekolah dan kelas, Gambar 2. Tampilan Tahapan-tahapan
serta nama anggota kelompok karena dalam Argumentasi dalam LKPD
penelitian ini dilakukan pembelajaran diskusi (a) Tahapan Claim
kelas. LKPD ini diawali dengan bacaan dan (b) Tahapan Data
gambar fenomena untuk peserta didik (c) Tahapan Warrant
mengumpulkan informasi didalamnya dan (d) Tahapan Backing
merumuskan sebuah claim (tahap argumentasi (e) Tahapan Rebuttal
claim) dan rumusan masalah. Peserta didik (f) Tahapan Qualifier
kemudian diminta membuktikan claim yang telah
dirumuskan melalui sebuah praktikum, dengan
164
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

Tahap Develop (Pengembangan) sejalan dengan keterampilan argumentasi ilmiah.


Tahap develop ini mencakup telaah, Toulmin’s Argument Pattern yang diterapkan
revisi, validasi, uji coba, dan analisis data [21]. dengan baik dapat dimanfaatkan untuk pedoman
Produk yang dihasilkan dari tahap ini adalah dalam melatihkan dan menganalisis keterampilan
LKPD yang sudah direvisi berdasarkan hasil argumentasi ilmiah peserta didik [27].
telaah dan melalui proses validasi. Hasil dari Validitas konstruk aspek kebahasaan
proses telaah LKPD akan dianalisis secara memperoleh nilai sebesar 93,33% dalam kategori
kuantitatif sehingga diperoleh saran-saran untuk sangat layak sesuai dengan kriterianya. Syarat
memperbaiki LKPD. Pada tahap ini juga akan LKPD yang baik yaitu penulisan EYD/bahasa
diperoleh kesimpulan kelayakan LKPD yang Indonesia baik dan benar, kalimat yang dipakai
dikembangkan dimana kelayakan tersebut ditinjau disusun dengan baik agar mudah dipahami dan
dari aspek validitas, kepraktisan, dan keefektifan. tidak terjadi miskonsepsi [28].
Validitas konstruk aspek penyajian
Validitas LKPD
memperoleh nilai sebesar 86,85% dalam kategori
Proses telaah LKPD berupa pemberikan
sangat layak. Hal tersebut mengindikasikan
saran dan komentar oleh para ahli pada LKPD
bahwa penyajian cover sudah sesuai dengan isi di
yang dikembangkan oleh peneliti. Pada proses
dalam LKPD, penyajian judul yang tercantum
telaah, terdapat beberapa kesalahan dalam
dalam LKPD sudah sesuai dengan pokok bahasan,
penulisan dan sudah dilakukan proses revisi.
penyajian fitur LKPD sudah sesuai dengan isi
Validitas LKPD ini ditinjau dari validitas
LKPD, petunjuk penggunaan yang disajikan
isi dan konstruk, dimana validitas konstruk
mudah untuk dipahami, penyajian kompetensi
meliputi aspek kebahasaan, penyajian, dan
dasar, IPK, dan tujuan pembelajaran di dalam
kegrafisan dengan menggunakan instrumen
LKPD sudah sesuai, penyajian fenomena dan
lembar validasi yang kemudian dianalisis dan
video dapat memberi daya tarik dan motivasi
dihasilkan persentase rata-rata dalam Tabel 7
untuk lebih mudah memahami materi, aktvitas
berikut:
yang disajikan dapat melatih keterampilan
Tabel 7. Hasil Validasi LKPD
argumentasi ilmiah dan mengukur pemahaman
Aspek yang Persentase
Kriteria peserta didik, penulisan daftar pustaka sudah
Dinilai Rata-rata(%)
Isi 87,74 Sangat layak sesuai dengan pedoman, dan penyajian LKPD
Kebahasaan 93,33 Sangat layak sudah menarik dan menyenangkan. Hal tersebut
Penyajian 86,85 Sangat layak didukung dengan pendapat ahli bahwa dalam
Kegrafisan 88,89 Sangat layak LKPD yang diberikan kepada peserta didik harus
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui terdapat judul, petunjuk pemakaian, kompetensi
bahwa seluruh aspek validitas yang dinilai dari dasar, informasi pendukung, dan sumber rujukan
LKPD yang dikembangkan berada pada kriteria yang sesuai agar dapat memberi fasilitas untuk
sangat layak, yang menunjukkan bahwa LKPD lebih memudahkan dalam penguasaan konsep
dapat digunakan dalam proses pembelajaran. [29].
Pada validitas isi memperoleh nilai Validitas konstruk aspek kegrafikan
sebesar 87,74% yang berarti bahwa LKPD dapat memperoleh nilai sebesar 88,89% yang berarti
dikatakan sangat layak. Hal tersebut menunjukkan bahwa LKPD dapat dikatakan sangat layak. Hal
bahwa kompetensi dasar dalam LKPD telah tersebut menunjukkan bahwa desain LKPD sudah
sejalan dengan kurikulum 2013, indikator dan menarik dan memudahkan peserta didik untuk
tujuan pembelajaran dalam LKPD telah sejalan belajar, pemilihan jenis font, ukuran dan warna
dengan dengan kompetensi dasar, kegiatan dalam yang digunakan dapat terbaca dengan mudah, dan
LKPD telah sejalan dengan tujuan pembelajaran, tata letak teks dan gambar sudah serasi.
fenomena yang diberikan sudah benar,
prosedurnya akurat dan dapat dilaksanakan,
terdapat rujukan dalam LKPD, serta LKPD telah
165
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

Kepraktisan LKPD
Kepraktisan LKPD dinilai dari angket
respon dan lembar aktivitas peserta didik. Angket
respon terdiri dari pertanyaan-pertanyaan dengan
metode checklist dan terdapat dua pilihan
jawaban, yakni ya dan tidak. Berikut adalah
persentasi data hasil respon peserta didik:
Tabel 8. Hasil Angket Respon Peserta Didik
Aspek yang Persentase
Kriteria
Ditinjau Rata-rata (%)
Isi 98,61 Sangat kuat
Kebahasaan 98,76 Sangat kuat
Penyajian 96,30 Sangat kuat
Berdasarkan data angket respon aspek isi
mendapat kriteria sangat kuat, hal tersebut Gambar 3. Persentase Hasil Pengamatan Aktivitas
mengindikasikan bahwa peserta didik paham Peserta Didik
terhadap tujuan pembelajaran dan fenomena Berdasarkan hasil tersebut, aktivitas
dalam LKPD, komponen argumentasi ilmiah peserta didik mendapat kriteria sangat praktis,
claim, data, warrant, backing, rebuttal dan dimana aktivitas yang relevan memiliki persentase
qualifier dapat membantu untuk mempermudah rata-rata sebesar 90%, dimana nilai tersebut lebih
memahami materi, serta LKPD yang besar daripada persentase rata-rata aktivitas yang
dikembangkan sudah dapat melatih peserta didik tidak relevan, yakni 10% selama proses
dalam berargumen. pembelajaran menggunakan LKPD yang
Berdasarkan hasil diatas, menunjukkan dikembangkan. Berdasarkan nilai persentase
bahwa LKPD sudah memenuhi kriteria tersebut, maka LKPD dapat dikatakan praktis
kepraktisan pada setiap aspeknya dan termasuk karena aktivitas peserta didik yang relevan
dalam kriteria respon yang sangat kuat sehingga sebesar ≥61% [22]. Aktivitas relevan dalam
LKPD ini dapat dinyatakan praktis untuk penelitian ini terdiri dari memperhatikan
dipraktikkan dalam proses pembelajaran. Dengan penjelasan guru, menjawab pertanyaan yang
hasil respon peserta didik yang baik pada LKPD diajukan, memberikan argumen terhadap
yang diberikan, maka dapat meningkatkan hasil fenomena atau argumen lain, membaca fenomena,
belajarnya, dimana hal tersebut sejalan dengan menjawab pertanyaan pada LKPD, merumuskan
pendapat ahli bahwa stimulus visual yang menarik masalah, merumuskan claim, menentukan
dan memiki warna yang mencolok dapat variabel percobaan, mempelajari prosedur
membangun dan memotivasi peserta didik dalam percobaan, menuliskan data, warrant, backing,
belajar, serta dapat menstimulus kerja otak agar rebuttal, dan qualifier. Sedangkan aktivitas yang
lebih efektif [30]. tidak relevan seperti: bergurau, mengganggu
Lembar observasi aktivitas peserta didik aktivitas pembelajaran, tidak fokus pada
berisi tentang pertanyaan-pertanyaan dalam pembelajaran, dan lain-lain.
sebuah tabel hasil pengamatan yang diisi dengan Keefektifan LKPD
metode checklist dan terdapat dua pilihan Keefektifan LKPD ditinjau dari nilai
jawaban, yakni ya dan tidak. Pada Gambar 3 pretest dan posttest tes ranah kognitif dan tes
berikut adalah persentase hasil pengamatan keterampilan argumentasi ilmiah peserta didik.
aktivitas peserta didik: Melalui tes ini, tingkat penguasaan materi peserta
didik terhadap sub materi faktor-faktor yang
mempengharuhi laju reaksi dan peningkatan
keterampilan argumentasi ilmiahnya dapat diukur.
Tes ini dilakukan secara online yang dibagikan
166
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

melalui whatsapp group dan serentak oleh peserta [23]. Oleh karena itu, LKPD ini sangat efektif
didik di rumah masing-masing secara individu. digunakan untuk melatihkan keterampilan
LKPD dapat dikatakan efektif apabila argumentasi ilmiah peserta didik, dikarenakan
hasil tes kognitif peserta didik tuntas secara terdapat peningkatan pada hasil belajar dan
klasikal dengan tiap individu mencapai nilai ≥75 kemampuan argumentasi ilmiah peserta didik
yang merupakan KKM (Kriteria Ketuntasan dengan menggunakan LKPD yang dikembangkan.
Minimum) di MAN 8 Jombang, serta apabila skor Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Toulmin
ranah kognitif dan keterampilan argumentasi bahwa penguasaan konsep dan keterampilan
ilmiah mendapat n-gain score 0,4 [23]. argumentasi ilmiah peserta didik dapat meningkat
Tes kognitif berjumlah 5 butir soal pilihan secara signifikan setelah diterapkan Toulmin’s
ganda dengan level berpikir minimal C4 yang Argument Pattern [31]. Penelitian ini sesuai
disesuaikan Indikator Pencapaian Kompetensi dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa
(IPK) dalam RPP. Hasil dari tes kognitif ini dengan melatihkan keterampilan argumentasi
dihasilkan rata-rata sebesar 85,92 dengan ilmiah pada peserta didik dapat meningkatkan
ketuntasan klasikal sebesar 100%. Hal tersebut penguasaan terhadap konsep, kualitas belajar, dan
mengindikasikan bahwa LKPD yang kemampuan menalar [9]. Penelitian lain juga
dikembangkan sangat efektif untuk digunakan menyatakan bahwa keterampilan argumentasi
dalam pembelajaran. Sedangkan pada tes ilmiah peserta didik dapat dilatihkan pada materi
keterampilan argumentasi ilmiah, terdiri dari 3 laju reaksi [1].
butir soal dan di setiap soalnya berisi tahapan- Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh
tahapan argumentasi. Pada Tabel 8 berikut adalah pemberian LKPD terhadap kemampuan kognitif
n-gain score yang didapatkan dari 27 peserta dan keterampilan argumentasi peserta didik,
didik yang mengikuti uji coba: diperkuat dengan dilakukan analisis statistik yang
Tabel 9. Hasil Perhitungan Tes diawali dengan uji prasyarat dan dilanjutkan
Rata- dengan uji hipotesis.
Persentase Uji prasyarat dalam penelitian ini berupa
Inter- rata N-
Jenis Tes N-Gain
pretasi Gain uji normalitas, dimana uji tersebut bertujuan untuk
Score (%)
Score menguji suatu data terdistribusi secara normal
51,85 Tinggi 0,77 atau tidak [32]. Pada uji ini, digunakan metode
Tes kognitif 48,14 Sedang
Shapiro-Wilk karena data pada penelitian
Tes 88,89 Tinggi 0,84 berjumlah > 50 data [24]. Syarat data terdistribusi
keterampilan 11,11 Sedang normal adalah jika nilai Sig. > 0,05 namun jika
argumentasi nilai Sig. < 0,05 maka data tidak terdistribusi
ilmiah
normal [32]. Pada Tabel 10 dan 11 berikut adalah
Berdasarkan Tabel 9, hasil dari tes ranah
hasil uji Shapiro-Wilk kedua tes tersebut:
kognitif peserta didik menyatakan bahwa n-gain
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Tes Kognitif
score berkategori interpretasi tinggi didapatkan
sebesar 51,85% dan interpretasi sedang sebesar Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
48,14% dengan rata-rata n-gain score peserta
Pretest .904 27 .017
didik sebesar 0,77. Sedangkan hasil dari tes Posttest .780 27 .000
keterampilan argumentasi ilmiah peserta didik Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Tes Keterampilan
menyatakan bahwa n-gain score berkategori Argumentasi Ilmiah
interpretasi tinggi didapatkan sebesar 88,89% dan
Shapiro-Wilk
interpretasi sedang sebesar 11,11% dengan rata- Statistic df Sig.
rata n-gain score peserta didik sebesar 0,84. Pretest .883 27 .006
Berdasarkan rata-rata n-gain score yang Posttest .922 27 .043
didapatkan, LKPD dapat dikatakan sangat efektif Berdasarkan Tabel 10 dan 11, hasil dari
karena n-gain score kedua tes memperoleh 0,4 data pretest maupun posttest dari tes kognitif
167
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

maupun tes keterampilan argumentasi ilmiah posttest yang mengalami peningkatan terdapat
menunjukkan data tidak berdistribusi normal 27 peserta didik.
karena nilai Sig. < 0.05 [32]. Karena hal tersebut, c. Berdasarkan data ties menunjukkan bahwa
analisis hasil tidak bisa dilanjutkan dengan uji tidak terdapat peserta didik yang mendapat
parametrik, sehingga dilaksanakan melalui uji non skor tetap dari pretest ke posttest.
parametrik yakni uji Wilcoxon Signed Rank Test. Pada Tabel 13 berikut adalah Uji
Tahap terakhir yaitu uji hipotesis (uji Wilcoxon untuk tes kognitif:
wilcoxon) yang digunakan untuk mengetahui Tabel 13. Test Statisticsa Tes Kognitif
adanya pengaruh pada pretest dan posttest tes Posttest-Pretest
ranah kognitif dan tes keterampilan argumentasi Z -4,594b
ilmiah peserta didik setelah pembelajaran Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
menggunakan LKPD yang dikembangkan. Dasar a. Wilcoxon Signed Ranks Test
pengambilan keputusan dari uji Wilcoxon adalah b. Based on Negative Ranks
apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05, maka Berdasarkan hasil tersebut, dapat
Ha diterima, namun apabila nilai Asymp. Sig (2- diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
tailed) > 0,05, maka Ha ditolak [32]. sebesar 0,000 dan nilai tersebut adalah < 0,05,
H0 = tidak terdapat pengaruh hasil antara pretest maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima
dan posttest setelah dilaksanakan (terdapat pengaruh pada tes kognitif peserta didik
pembelajaran menggunakan LKPD yang setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan
dikembangkan. LKPD yang sedang dikembangkan) [32].
Ha = terdapat pengaruh hasil antara pretest dan Pada Tabel 14 berikut adalah Uji
posttest setelah dilaksanakan pembelajaran Wilcoxon untuk tes argumentasi ilmiah:
menggunakan LKPD yang dikembangkan. Tabel 14. Test Statisticsa Tes Keterampilan
Pada Tabel 12 berikut adalah ranks Argumentasi Ilmiah
pretest dan posttest tes kognitif dan tes Posttest-Pretest
keterampilan argumentasi ilmiah: Z -4,544b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Tabel 12. Hasil Wilcoxon Signed Rank Test
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks b. Based on Negative Ranks
Mean Sum of
N Berdasarkan hasil tersebut, dapat
Rank Ranks
Posttest Negatif 0a ,00 ,00 diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
-pretest ranks sebesar 0,000 dan nilai tersebut adalah < 0,05,
Positif ranks 27b 14,00 378,00 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima
Ties 0c (terdapat pengaruh pada tes keterampilan
Total 27 argumentasi ilmiah peserta didik setelah
a. Skor posttest < skor pretest dilaksanakan pembelajaran menggunakan LKPD
b. Skor posttest > skor pretest yang sedang dikembangkan) [32].
c. Skor posttest = skor pretest
Berdasarkan hasil pengolahan data Tabel SIMPULAN
12, dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan Berdasarkan pembahasan data hasil
pembelajaran menggunakan LKPD yang penelitian, dapat disimpulkan bahwa LKPD yang
dikembangkan diperoleh hasil berikut: dikembangkan layak untuk digunakan dengan
a. Berdasarkan data negative ranks rincian berikut:
menunjukkan bahwa skor peserta didik dari
a. Validitas LKPD dinilai berdasarkan aspek isi,
pretest ke posttest tidak ada yang mengalami
kebahasaan, penyajian, dan kegrafisan
penurunan.
mendapatkan persentase rata-rata sebesar
b. Berdasarkan data positive ranks menunjukkan
87,74%; 93,33%; 86,85%; dan 88,89%
bahwa skor peserta didik dari pretest ke
dengan kriteria sangat layak.
168
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

b. Kepraktisan LKPD dinilai berdasarkan respon 4. Irvan, A., Admoko, S. 2020. Analisis
peserta didik dan pengamatan aktivitas Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa
peserta didik. Respon peserta didik ditinjau Berbasis Pola Toulmin’s Argument
dari aspek isi, kebahasaan, dan penyajian Pattern (TAP) Menggunakan Model
memperoleh persentase rata-rata sebesar Argument Driven Inquiry dan Diskusi
98,61%; 98,76%; dan 96,30% dengan kriteria pada Pembelajaran Fisika SMA. IPF:
sangat kuat. Aktivitas peserta didik mendapat Inovasi Pendidikan Fisika, Vol. 9, No. 3,
kriteria sangat praktis, dimana aktivitas yang pp. 318-324.
relevan memiliki persentase rata-rata sebesar 5. Roviati, E., Widodo, A. 2019. Kontribusi
90%, dan aktivitas yang tidak relevan sebesar Argumentasi Ilmiah dalam
10%. Pengembangan Keterampilan Berpikir
c. Keefektifan LKPD dinilai dari hasil pretest Kritis. Titian Ilmu: Jurnal Ilmiah Multi
dan posttest tes kognitif dan tes argumentasi Sciences, Vol. 11, No. 2, pp. 56-66.
ilmiah dan mendapat kriteria sangat efektif.
6. Kurniasari, I.S., Setyarsih, W. Penerapan
N-gain score tes ranah kognitif mendapatkan
Model Pembelajaran Argument Driven
kategori interpretasi tinggi dan sedang dengan
Inquiry (ADI) untuk Melatihkan
persentase 51,85% dan 48,14% dengan rata-
Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa
rata n-gain score sebesar 0,77 yang didukung
pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal
dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%,
Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF), Vol.
sedangkan pada tes keterampilan argumentasi
6, No. 3, pp. 171-174.
mendapatkan kategori interpretasi tinggi dan
7. Devy, H.C., Puspitawati, R.P., Yakub, P. 2020.
sedang dengan persentase 88,89% dan
11,11% dengan rata-rata n-gain score sebesar Validitas dan Efektivitas LKPD
0,84. Hasil tersebut juga didukung dengan uji Pendekatan Toulmin's Argument Pattern
untuk Melatih Keterampilan
wilcoxon pada kedua tes yang diujikan dan
mendapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) Argumentasi. Bioedu, Vol. 9, No. 1, pp.
80–87.
sebesar 0,000 (Ha diterima) yang artinya
terdapat pengaruh pada hasil tes kogntif dan 8. Putri, P.A.W., Rahayu, S., Fajaroh, F. 2020.
keterampilan argumentasi ilmiah peserta didik Efektivitas Argument-Driven Inquiry
setelah dilaksanakan pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan
menggunakan LKPD yang sedang Berargumentasi Ilmiah pada Materi Laju
dikembangkan. Reaksi. Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan, Vol. 5,
DAFTAR PUSTAKA No. 1, pp. 57-64.
1. Isti, S. 2018. Perbandingan Keterampilan 9. Viyanti, Cari, Sunarno, W., Prasetyo, Z.K.
Argumentasi Peserta didik Menggunakan 2016. Pemberdayaan Keterampilan
Model Guided Discovery Learning dan Argumentasi Mendorong Pemahaman
Direct Intruction pada Materi Laju Konsep Siswa. Jurnal Penelitian
Reaksi Kelas XI IPA di SMAN 8 Kota Pembelajaran Fisika, Vol. 7, No. 1, pp.
Jambi. UNJA journal, pp. 1-10. 43-48.
2. Kemdikbud. 2013. Permendikbud Tahun 2013 10. Rahayu, M., Kurniati, T., Yusup, I.W. 2018.
Nomor 81A. Jakarta: Kemdikbud. Keterampilan Argumentasi pada
3. Kyllonen, P.C. 2012. Measurement of 21st Pembelajaran Materi Sistem Respirasi
Century Skills Within the Common Core Manusia melalui Penerapan Model
State Standards. New Jersey: Pembelajaran Think Talk Write. Jurnal
Educational Testing Service. Bio Educatio, Vol. 3, No. 2, pp. 50-58.

169
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

11. Bricker, L. & Bell, P. 2008. International Journal of Science


Conceptualizations of Argumentation Education, Vol. 24, No. 11, pp. 1171-
from Science Studies and The Learning 1190.
Sciences and Their Implications for The 19. Erduran, S., Simon, S., Osborne, J. 2004.
Practices of Science Education. Science TAPping into Argumentation:
Education, Vol. 92, No. 3, pp. 473–498. Developments in the Application of
12. Erduran, S., Jimenez-Aleixandre, M. P. 2008. Toulmin’s Argument Pattern for
Argumentation in Science Education. Studying Science Discourse. Science
USA: Springer. Education, Vol. 88, No. 6, pp. 915-933.
13. Nurdiyanti, D., Permanasari, A., Mulyani, S., 20. Chong, V.D., Salleh, S.M., Aicheong, I.P.
Hernani. 2019. Penggunaan Pendekatan 2013. Using an Activity Worksheet to
Writing to Teach yang Dimodifikasi Remediate Students’ Alternative
untuk Meningkatkan Keterampilan Conceptions of Metallic Bonding.
Berargumentasi Calon Guru Kimia. American International Journal Of
Journal of Science Education and Contemporary Research, Vol. 3, No. 11,
Practice, Vol. 3, No. 2, pp. 17-25. pp. 39-52.
14. Cross, D., Taasoobshirazi, G., Hendricks, S., 21. Ibrahim. 2001. Pengembangan Perangkat
Hickey, D.T. 2008. Argumentation: a Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Strategy for Improving Achievement and 22. Riduwan. 2008. Skala Pengukuran Variabel-
Revealing Scientific Identities. variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
International Journal of Science
23. Hake, R.R. 1998. Interactive-engagement
Education, Vol. 30, No. 6, pp. 837-861.
Versus Traditional Methods: A six-
15. Venville, G.J., Dawson, V.M. 2010. The Thousand-Student Survey of Mechanics
Impact of a Classroom Intervention on Test Data for Introductory Physic
Grade 10 Students’ Argumentation Courses. American Journal of Physics,
Skills, Informing Reasoning, and Vol. 66, No. 1, pp. 66-74.
Conceptual Understanding of Science.
24. Razali, N.M., Wah, Y.B. 2011. Normalization
Journal of Research in Science
of the Kolmogorov–Smirnov and
Teaching, Vol. 47, No. 8, pp. 952-977.
Shapiro–Wilk tests of normality. Journal
16. Zohar, A. & Nemet, F. 2002. Fostering of Statistical Modeling and Analytics,
Student’s Knowledge and Vol. 2, No. (1), pp. 21–33.
Argumentation Skills Through
25. Rahmawati, F., Fatimah, V., Buraidah, N.L.,
Dilemmas in Human Genetics. Journal
Wa’fa, A.R.E., Faizah, S.N.,
of Research in Science Teaching, Vol.
Mukaromah, A. 2021. Efektivitas Video
39, No. 1, pp. 35-62.
Belajar dalam Pembelajaran Daring
17. Okumus, S., Unal, S. 2012. The Effect of Matematika Materi Transformasi pada
Argumentation Model on Student’s Siswa SMP. Jurnal THEOREMS (The
Achievement and Argumentation Skills Original Research of Mathematics),
in Science. Procedia-Social and Vol. 5, No. 2, pp. 202-211.
Behavioral Sciences, Vol. 46, pp. 457–
26. Riduwan dan Sunarto. 2017. Pengantar
461.
Statistika untuk Penelitian: Pendidikan,
18. Jime’nez-Aleixandre, M.P. & Pereiro- Sosial, Komunikasi, Ekonomi, dan
Munhoz, C. 2002. Knowledge Producers Bisnis. Bandung: Alfabeta.
or Knowledge Consumers?
27. Lazarou, D. 2009. Learning to TAP: An Effort
Argumentation and Decision Making
to Scaffold Students Argumentation in
About Environmental Management.
170
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol.10, No.2, pp.159‒171, May 2021

Science. Contermporary Education 30. Schunk, D.H. 2012. Learning Theories: An


Research Scientific Literacy and Social Educational Perspectives, 6th Edition.
Aspects of Science ESERA Conference. New York: Pearson Educational Inc.
28. Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja 31. Toulmin, S.E. 2003. The Uses of Argument.
Siswa. Makalah ini disampaikan dalam United Kingdom: Cambridge University
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat Press.
dengan judul “Pelatihan LKS Mata 32. Ghozali, I. 2016. Aplikasi Analisis
Pelajaran Kimia”. Multivariate dengan Program IBM SPSS
29. Azhar, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: 23 (8th ed). BPFE Universitas
PT. Rajagrafindo Persada. Diponegoro.

171

Anda mungkin juga menyukai