Makalah Kelompok Iii - Konsep Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Makalah Kelompok Iii - Konsep Pancasila Sebagai Ideologi Negara
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
PUTRI FATIMAH AZZAHRA K021221003
LATIFAH QALBIAH TAHIR K021221006
LICIA CANDI PHIE K021221018
NURUL AMATULLAH ZAHRANI K021221022
ASTRI LUTFIAH K021221029
KURNIATI K021221038
MONIQ VALERIENA ATMOJO K021221044
A. KHUSNUL NADIRA K021221053
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul Konsep Pancasila sebagai Ideologi
Negara Indonesia ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila Kelas A,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
perbaikan tugas selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB 1....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB 2....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Ideologi dan Dimensinya...........................................................................................................2
2.2 Makna Ideologi bagi Bangsa Indonesia...................................................................................3
2.3 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lainnya....................................................5
2.4 Realita Pancasila sebagai Ideologi Negara...............................................................................9
2.5 Masalah Penerapan Pancasila sebagai Ideologi Negara.......................................................10
2.6 Solusi Penyimpangan Pancasila sebagai Ideologi Negara.....................................................14
BAB 3..................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................17
3.2 Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seluruh negara-negara didunia pasti memiliki suatu landasan atau dasar yang yang
dikenal dengan ideologi. Ideologi dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan,
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematik yang menyangkut bidang politik (termasuk di
dalamnya bidang pertahanan keamanan), social, budaya, keagamaan. Pancasila sebagai
ideologi negara Indonesia mengandung nilai-nilai kebangsaan, yaitu cara berpikir dan cara
kerja perjuangan bangsa. Diterimanya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar
negara, membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan
landasan pokok, landasan fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan negara.
Pengakuan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengharuskan kita sebagai bangsa
untuk mentransformasikan nilai-nilai Pancasila itu kedalam sikap dan perilaku nyata baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu kepada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam hal ini dirumuskan sebagai berikut :
1.1.1. Apa pengertian dari ideologi dan dimensinya?
1.1.2. Bagaimana makna ideologi bagi bangsa Indonesia?
1.1.3. Bagaimana perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lain?
1.1.4. Bagaimana realita, masalah dan solusi implementasi pancasila sebagai ideologi
negara?
1.3 Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
adalah :
1.3.1. Mengetahui definisi dari ideologi dan dimensinya
1.3.2. Mengetahui makna ideologi bagi bangsa Indonesia
1.3.3. Mengetahui perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lainnya
1.3.4. Mengetahui realita, masalah dan solusi implementasi pancasila sebagai
ideologi negara
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Ideologi Liberalisme
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan feodal,
dimana sistem sosial ekonomi dikuasai oleh kaum aristokratis feodal. Liberalisme atau
liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan nilai politik yang didasarkan pada
pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai utama dalam kehidupan politik. Secara
etimologi, liberalisme berakar pada kata latin liber yang artinya bebas. Adapun beberapa
ciri ideologi liberal adalah kebebasan intelektual penuh pada setiap anggota masyarakat
dan keterbatasan aturan pemerintah yang bersifat mengikat. Hal ini mengharuskan para
individu harus lebih bertanggungjawab atas setiap tindakan yang dilakukan. Ada empat
ciri pokok dari doktrin liberalisme klasik menurut Ludwig von Mises (tokoh Liberalisme
abad ke-20), yaitu kesejahteraan material, kecenderungan rasionalistik, kebaikan bagi
lebih banyak orang, dan kepemilikan pribadi atau property. Berpangkal dari dasar
ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas, sehingga
menurut paham liberalisme, manusia sebagai manusia pribadi yang utuh dan lengkap dan
terlepas dari manusia lainnya. Dalam definisi inilah masyarakat akan menyimpan potensi
konflik yang akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya. Namun atas dasar kepentingan
bersama, negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu. Beberapa
negara yang menganut sistem liberal adalah Amerika Serikat, Argentina, Zimbabwe,
Australia, Jerman, dan Spanyol.
2. Ideologi Konservatif
Ideologi konservatisme lahir sebagai reaksi atas paham liberal yang menganggap
liberalisme sebagai paham yang terlalu individualistis. Paham konservatif menganggap
bahwa masyarakat atau kelompok masyarakat sebagai unsur yang paling banyak
menciptakan kebahagiaan. Ideologi ini lahir dengan gagasan: (1) Masyarakat yang terbaik
adalah masyarakat yang tertata; (2) Untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil
diperlukan adanya pemerintahan dengan kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggung
jawab; (3) Menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam masyarakat untuk
membantu pihak yang lemah.
3. Ideologi Sosialisme – Komunisme
Sosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri yang muncul pada awal abad ke-
19 (Sosialis Utopia). Sosialisme didasarkan pada pandangan kemanusiaan yang
berkeyakinan bahwa perubahan dapat dilakukan dengan cara damai dan demokratis.
Ideologi ini lahir melalui paham religius Kristiani yang mengungkapkan gagasan kunci
pelepasan diri dari kelekatan duniawi sebagai suatu hal yang dapat menghancurkan
keselarasan alami atau harmoni antara alam dan manusia. Sosialisme bertumpu pada ide
keadilan dan solidaritas sosial yang jika ditelusuri akar historisnya sudah ada sejak abad
pertengahan. Ideologi ini merupakan ideologi politik yang mengkampanyekan transisi
masyarakat secara damai dan evolusioner, dari kapitalisme menuju sosialisme dengan
proses politik yang dianggap mapan. Ideologi sosialisme berbagi akar-akar ideologis
dengan ideologi komunisme namun tidak mengadopsi semangat militan, penggunaan
kekerasan, maupun pandangan totaliternya. Pada awalnya, ideologi ini dikenal dengan
nama revisionisme namun karena pengejawantahannya yang tidak lagi menggunakan
jalan revolusi untuk membentuk masyarakat yang sosialis, maka ideologi ini mengalami
sedikit modifikasi menjadi sosialisme. Komunisme merupakan paham yang menekankan
kepemilikan bersama atas alat-alat produksi yang memiliki tujuan terwujudnya
masyarakat yang makmur. Paham ini memandang bahwa setiap individu memiliki
kedudukan yang sama dan menganggap bahwa perubahan atas sistem kapitalisme harus
dicapai dengan cara-cara revolusi. Sebagai ideologi, komunisme mulai diterapkan saat
meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917, namun kiprah dan
pengaruhnya masih terasa hingga saat ini berkat daya tarik ajaran ideologisnya untuk
membebaskan manusia dari belenggu penindasan dan untuk mewujudkan masyarakat
tanpa kelas. Dengan kata lain, cita-cita keadilan dan kesamaan memuncak. Dalam
mewujudkan masyarakat komunis, digunakan beberapa prinsip pelaksanaan yang
merupakan ciri-ciri pokok, yaitu sistem totaliter, sistem pemerintahan kediktatoran satu
parta, sistem ekonomi negara, dan sistem sentralisme demokratis.
4. Ideologi Fasisme
Kata fasisme (fascism) berasal dari kata Italia fascio yang berarti ikatan, dalam artian
ikatan kelompok atau ikatan kolektif seperti bangsa. Fasisme didefinisikan sebagai
sebuah filsafat politik yang mengagungkan bangsa dan ras di atas individu, yang berjuang
untuk mewujudkan pemerintahan otokrasi dan tersentral dengan dikepelai oleh seorang
diktator. Sistem pemerintahan yang dianut oleh ideologi fasisme ini dilakukan dengan
mekanisme pengaturan sosial dan ekonomi yang keras terkontrol, dan memakai cara-cara
kekerasan untuk menekan lawan politiknya. Ideologi ini merupakan pengorganisasian
pemerintah dan masyarakat secara totaliter oleh kediktatoran suatu parta dengan bercorak
nasionalist, racialist, militarist, dan imperialist. Ideologi ini merupakan tipe nasionalisme
yang romantis dengan segala kemegahan upacara dan simbol-simbol yang mendukungnya
untuk mencapai kebesaran negara. Fasisme pernah diterapkan di Jerman, Jepanh, Italia,
dan Spanyol.
2.4 Realita Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila telah ditetapkan sebagai ideologi negara sejak lama dan nilai-nilainya juga
telah diterapkan oleh sebagian rakyat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada
realitanya, kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia belum sepenuhnya sejalan
dengan nilai Pancasila. Hal ini tercermin dari berbagai kasus yang masih seringkali kita
dapatkan di Indonesia seperti rasisme dan diskriminasi, radikalisme, KKN (korupsi, kolusi,
dan nepotisme), kemiskinan yang berakibat kesenjangan sosial, serta tindakan lainnya yang
bertentangan dengan Pancasila. Padahal nilai-nilai Pancasila sangat penting diterapkan
sebagai pandangan hidup bangsa sehingga dapat menjadi landasan dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia serta pedoman bagi tata kehidupan bermasyarakat. Oleh karena
itu, untuk menghadapi realita pada zaman sekarang yaitu derasnya arus globalisasi, peran
Pancasila sebagai ideologi terbuka yang tetap relevan di masa modern namun juga tetap
mempertahankan jati dirinya sangat penting bagi bangsa Indonesia.
Realita situasi di Indonesia telah banyak berkembang sejak penetapan Pancasila
sebagai ideologi bangsa. Keberadaan Pancasila kini seakan hanya sebagai formalitas yang
sekedar ada tanpa benar-benar diimplementasikan. Penerapan Pancasila pada realitanya
masih jauh dari yang seharusnya diamalkan bangsa Indonesia. Masih banyaknya kasus akibat
SARA (suku, ras, agama, dan antargolongan), pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia), dan
gerakan separatisme merupakan kenyataan yang sedang terjadi saat ini. Perkembangan situasi
yang semakin modern ini juga mengundang berbagai ancaman, baik dari dalam negeri
maupun dari luar. Ancaman ini dapat dilihat dari berbagai macam aspek misalnya aspek
politik yaitu banyaknya kasus penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi oleh oknum pejabat
pemerintahan, aspek ekonomi yaitu masih tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia yang
tidak mencerminkan kesejahteraan sosial merata, aspek sosial budaya yaitu maraknya kasus
kekerasan pada perempuan dan anak, serta pertahanan keamanan yaitu kasus-kasus aksi teror
bersenjata. (Chairunissa & Dewi, 2021)
Salah satu realita implementasi Pancasila yang sangat relevan terjadi di kehidupan
sehari-hari yaitu terkait perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi di era digital ini tentu
membawa berbagai dampak positif dan negatif. Teknologi telah membantu kita dalam
mengakses informasi dan komunikasi serta mengerjakan berbagai macam hal dengan lebih
mudah. Di sisi lain, penggunaan teknologi yang kurang bijak dapat menciptakan berbagai
hambatan dalam mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sepenuhnya
berpedoman pada nilai Pancasila. Penggunaan teknologi yang melanggar nilai-nilai Pancasila
sangat marak ditemukan dalam berbagai platform media sosial seperti menyebarkan
kebencian dan berita hoax, mengunggah hal-hal yang tidak pantas / tidak senonoh,
mencontohkan perilaku yang tidak patut ditiru, dan masih banyak perilaku lainnya yang
semakin lama semakin melunturkan nilai Pancasila yang dianut bangsa Indonesia.
Masuknya ideologi asing seperti radikalisme, ekstremisme, hedonisme, dan
konsumerisme melalui media sosial juga seakan perlahan dapat menggeser posisi Pancasila
sebagai ideologi yang seharusnya diterapkan seluruh rakyat Indonesia. Arus globalisasi juga
menyebabkan kecenderungan politisasi identitas yang berbasis SARA (Lembaga Ketahanan
Nasional RI, 2020). Politisasi identitas ini merupakan tindakan memanfaatkan identitas
melalui pendekatan ekstrim untuk mendapat dukungan dari “sesama”, baik dalam hal ras,
etnis, agama, dan lainnya dalam proses akuisisi kapital politik oleh suatu pihak demi
memperoleh kekuasaan. Hal ini dapat mengakibatkan konflik di masyarakat ketika terjadi
pertentangan antar identitas yang tidak dapat diatasi (Frenki, 2021). Oleh sebab itu,
pemahaman dan penanaman nilai Pancasila dalam setiap individu rakyat Indonesia sangat
penting demi mempertahankan jati diri Indonesia yang tetap memegang dan mengamalkan
nilai Pancasila di tengah derasnya arus globalisasi.
2.5 Masalah Penerapan Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia dan berisi lima sila, yang masing-
masing sila-nya terdapat nilai penting di dalamnya. Hukum Indonesia didasarkan pada
Pancasila, karena Pancasila juga digunakan sebagai dasar hukum di Indonesia. Hal ini juga
telah disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia bahwa kedudukan pacasila adalah sebagai
dasar negara. namun dalam penerapan Pancasila seringkali terdapat beberapa permasalahan
dan penyimpangan dalam penerapan Pancasila sebagai dasar negara, terlebih pada masa awal
kemerdekaannya. Pada masa awal kemerdekaan terdapat kekacauan dalam kondisi politik
dan keamanan Indonesia, juga kondisi sosial budaya yang masih dalam tahap peralihan.
Beberapa masalah inilah yang memicu adanya beberapa Gerakan yang bertujuan mengganti
Pancasila sebagai dasar negara dengan ideologi lain. Hal Inilah yang menjadi permasalahan
penerapan Pancasila pada masa awal kemerdekaan, adapula tiga periode yang ditetapkan
pada awal kemerdekaan dalam penerapan Pancasila yaitu:
1. Periode 1945-1950
Permasalahan yang di alami pada periode ini dalam penerapan Pancasila sebagai
dasar negara yaitu terdapat beberapa upaya yang dilakukan beberapa kelompok untuk
menggantikan pancasila sebagai dasar negara dan pandngan hidup bangsa Indonesia
yang dapat dilihat dari munculnnya beberapa Gerakan pemberontakan. Pada periode
ini terdapat dua pemberontakan besar yaitu:
a) Pemberontakan partai komunis Indonesia (PKI)
Pemberontakan partai komunis indonesia yang dipimpin oleh muso ini terjadi di
Madiun pada 18 September 1948. Pemberontakan PKI ini bertujuan untuk
mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis. Dan akhirnya
pemberontakan ini berhasil di lumpuhkan.
b) Pemberontakan Darus Islam/Tentara islam Indonesia
Pada periode ini juga terjadi pemberontakan seperti pada periode sebelumnya, pada
periode ini juga terdapat dua pemberontakan yaitu pemberontakan Republik Maluku
dan pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta. Pemberontakan Republik maluku
selatan atau biasa kita sebut sebagai RMS. Pemberontakan RMS iyang di pimpin oleh
Cristian Robert Steven Soumokil ini memiliki tujuan untuk membentuk negara sendiri
yang mencangkup wilayah pulau seram, buru, dan ambon. Kemudian pemberontakan
Perjuangan Rakyat Semesta di sumatera dan Sulawesi pada 1957-1958 yang di
pimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual. Pemberontakan ini
bertujuan untuk mengoreksi pemerinta pusat di bawah pimpinan soekarno sebgai
presiden.
3. Periode 1956-1965
Bahkan sampai detik ini penyimpangan akan nilai dasar Pancasila masih saja selalu
terjadi di sekiatar kita. Yang dimana penerapan akan nilai nilai Pancasila terkadang masih
tidak sesuai dengan hal yang seharusnya terkandung dalam nilai nilai Pancasila. Masih
banyak masyarakat yang tidak sepenuhnya dapat memaknai akan dampak-dampak dari
penyimpangan nilai-nilai dasar Pancasila. Ketidaksesuaian nilai yang terkandung pada
Pancasila dengan realita di kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini menjadi alasan
munculnya banyak konflik dan penyimpangan yang terjadi di bangsa Indonesia, hal ini dapat
dilihat dari sairing berjalannya waktu, nilai nilai Pancasila mulai perlahan luntur dalam
masyarakat Indonesia. Berikut bentuk-bentuk penyimpangan dalam setiap nilai dasar dalam
Pancasila.
1. Penyimpangan terhadap sila pertama Pancasila
Sila pertama Pancasila yang berbunyi “ketuhanan yang maha esa” dalam pesan
tersiratnya mengharuskan kita sebagai bangsa indosnesia yang menjadikan Pancasila
sebagai pandangan hidup untuk memiliki agama, menjalankan perintah agama
masing-masing dan menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat beragama. Adapun
bentuk penyimpangan pada sila pertama ini pernah terjadi saat adanya perilaku
radikal mengatasnamakan agama untuk melakukan aksi pembunuhan yang tidak
mencerminkan nilai ketuhanan dalam sila pertama ini. Layaknya pada kasus bom
bunuh diri yang serentak terjadi di 3 gereja di kota Surabaya, pada tahun 2018. Sudah
jelas pada kasus ini sangat tidak mencermikan perilaku toleransi dan juga sebgai umat
beragama yang harus menjalankan perintah agama masing masing.
2. Penyimpangan terhadap sila ke-dua Pancasila
Sila ke-dua Pancasila berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab” yang artinya
dalam pengamalannya kita harus menerapkan perilaku menghargai derajat dan
kedudukanorang lain, saling mencintai, dan mampu rukun dan harmonis dalam
kehidupan bermasyarakat. Penyimpangan pada sila ini merupakan penyimpangan
yang cukup marak terjadi di sekitar kita, seperti oknum-oknum di pemerintahan yang
selalu memanfaatkan posisinya untuk berlaku seenaknya pada masyarakat dan
memandang mereka berada di strata/level yang lebih rendah disbanding para oknum.
3. Penyimpangan terhadap sila ke-tiga Pancasila
Sila ke-empat berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan” pada sial ini menyatakan bahwa semua warga berhak
memilih wakilnya dan semuanya memiliki kedudukan yang sama, dan semua berhak
bersuara. Bentuk penyimpangan pada sila ini adalah dengan tidak ikut serta dalam
pemilihan umum atau biasa kita sebut “golput” dimana seseorang tidak melakukan
partisipsi saat pemilihan umum. Indonesia sebagai negara demokrasi sehingga
pemilihan suara menjadi salah satu hal yang penting bagi bangs aini karena dari
pemilihan inilah yang akan menentukan bagaimana masa depan negara ini dengan
pemimpin pemimpin negara kedepannya.
5. Penyimpangan terhadap sila ke-lima Pancasila
Sila ke-lima berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. penyimpangan
pada sila ini juga merupakan salah satu yang cukup sering kita temui di sekitar kita.
Bunyi sila ke-lima ini sudah cukup jelas untuk menetapkan dan memberikan keadilan
yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satu bentuk penyimpanyan pada sila
ini yang pernah terjadi yaitu seseorang yang mencuri kakao seharga 2000 rupiah dan
pencurian satu buah semangka, dan tersangka tersebut ditahan oleh polisi selama 2
bulan, dan terancam dipidana selama 5 tahun. Sedangkan ini sangat berbading terbalik
dengan kasus pejabat yang memakan uang negara yang jumlahnya sangat banyak
sekali sampai bermilyaran, tetapi tidak segera diselidiki, dan hanya mendapatkan
penahanan selama 1-2 tahun. Dari kasus ino sangat tidak mencerminakan nilai nilai
dasar keadilan.
2. Solusi Penyimpangan terhadap sila kedua Pancasila “Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab”
Dalam sila ke-2 mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan aktifitas
sehari-hari tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut mampu
memberikan dasar kepada kita sebagai manusia agar senantiasa memanusiakan orang
lain dalam kehidupan. Jadi sila kedua ini menghendaki warga negara untuk
menghormati kedudukan setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-
masing, setiap manusia berhak mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur.
Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa
menghormati harkat dan martabat orang lain sebagai pribadi dan anggota masyarakat.
Berikut ini solusi pemecahan masalah pada sila ke-2.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama
manusia.
Saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
3. Solusi Penyimpangan terhadap sila ketiga Pancasila “Persatuan Indonesia”
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang didalamnya terkandung lima sila
yang mempunyai nilai-nilai penting disetiap silanya. Pancasila juga dijadikan sebagai
dasar hukum di Indonesia sehingga hukum di Indonesia berpatok pada pancasila. Sila
ketiga berbunyi ‘persatuan inonesia’ yang mengandung arti kesatuan dan persatuan
rakyat Indonesia untuk membina rasa nasionalisme dan mengutamakan persatuan
seluruh Indnesia, menghargai agama, suku, budaya dan ras, serta rela berkorban untuk
negara dan bangsa. Berikut solusi penyimpanan terhadap sila ketiga pancasila.
Memiliki pemahaman yang baik mengenai Sila Ketiga dari Pancasila.
Memiliki pengertian bahwa bangsa Indonesia terdiri atas multietnis,
multiagama dan memiliki perbedaan lainnya, sehingga penting dalam
menanamkan sikap sebagai bangsa Indonesia yang memiliki persatuan.
Tidak mudah terpancing dengan berita dan pesan yang mengandung content
yang berisikan unsur mengenai suku, agama, ras dan antar golongan (SARA)
yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, baik melalui
aplikasi jejaring sosial dan juga praktek interaksi pergaulan sosial setiap hari.
4. Solusi Penyimpangan terhadap sila keempat Pancasila “Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”
Sila tersebut disimbolkan dengan kepala banteng. Kepala banteng dipilih menjadi
simbol sila keempat Pancasila karena banteng menggambarkan manusia yang berjiwa
sosial. Simbol pada tiap sila berfungsi untuk memperkuat makna yang dikandungnya.
Hubungan makna sila keempat Pancasila dengan simbolnya adalah masyarakat
Indonesia harus mengutamakan musyawarah untuk menyelesaikan permasalahan atau
saat membicarakan suatu hal. Solusi terhadap sila keempat sebagai berikut.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
Musyawarah untuk mencapai muafakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
5. Solusi Penyimpangan terhadap sila kelima Pancasila “keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”
Nilai yang terkandung dalam sila kelima Pancasila adalah nilai keadilan. Bangsa
Indonesia ingin agar seluruh masyarakatnya hidup adil atau mendapat keadilan yang
merata dalam berbagai bidang. Bagi rakyat Indonesia keadilan adalah hal yang sangat
penting, dalam sila kelima menjelaskan keadilan sosial merupakan keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materill maupun spiritual.
Masyarakat Indonesia mendapatkan perlakuan adil dalam berbagai bidang antara lain
bidang ekonomi, hukum, politik, pendidikan, kebudayaan dan sosial. Solusi
Penyimpangan terhadap sila kelima sebagai berikut.
Rasa hormat menghormati antar manusia, keberanian membela kebenaran dan
keadilan dengan tetap pada perlindungan hukum, toleransi dan gotong royong,
yang hakikatnya manusia sebagai makhluk yang berbudaya serta harus adil.
Memberikan keadilan secara merata kepada seluruh rakyat Indonesia tanpa
pandang bulu.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ideologi dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan
yang menyeluruh dan sistematik yang menyangkut bidang politik (termasuk di dalamnya
bidang pertahanan keamanan), social, budaya, keagamaan. Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia mengandung nilai-nilai kebangsaan, yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan
bangsa. Suatu ideologi perlu mengandung dimensi penting dalam dirinya agar dapat
dipelihara relevansinnya yang tinggi atau kuat terhadap perkembangan aspirasi masyarakat
dan tuntutan perubahan zaman, yang pada kualitasnya dapat dilihat melalui empat dimensi
yaitu dimensi realitas, idealitas, normalitas dan fleksibilitas, dimana keempat dimensi
tersebut saling berkaitan, saling mengisi, dan saling memperkuat untuk menjadikan suatu
ideologi tersebut.
3.2 Saran
Menyadari penulis jauh dari kata sempurna. Tentu kedepannya penulis akan lebih
fokus, memperbaiki dan dapat menjelaskan makalah di atas dengan mengacu pada sumber-
sumber yang lebih jelas dan dapat dipertanggung jawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah di atas yang di mana bisa berupa kritik dan saran terhadap kesalahan penulisan
ataupun kesimpulan yang telah kami buat.
DAFTAR PUSTAKA
Adlani, N. (2021, Agustus Selasa). Permasalahan saat Penerapan Pancasila sebagai Dasar
Negara pada Awal Kemerdekaan, Materi PPKn Kelas 9. Retrieved from
https://adjar.grid.id/read/542828980/permasalahan-saat-penerapan-pancasila-sebagai-
dasar-negara-pada-awal-kemerdekaan-materi-ppkn-kelas-9?page=all
Chairunissa, & Dinie A. Dewi. (2021). SUDAHKAH PANCASILA TERIMPLEMENTASI
DENGAN BENAR? Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No. 2, 316-321.
Charda S. (2022). Pendidikan Kewargenagaraan Untuk Pendidikan Tinggi. Depok: Rajawali
Pers.
Fathani , A. T., & Eko Priyo Purnomo. (2020). Implementasi Nilai Pancasila dalam Menekan
Radikalisme Agama. Vol 13, No 2, 240-248. Diakses 15 Oktober 2022, dari
https://www.academia.edu/download/77245207/pdf.pdf
Frenki. (2021). Analisis Politisasi Identitas dalam Kontestasi Politik pada Pemilihan Umum
di Indonesia. AS-SIYASI: Journal of Constitutional Law, Vol 1, No 1 , 30-49.
Lembaga Ketahanan Nasional RI. (2020). Pancasila di Tengah Era Globalisasi.
https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/844-pancasila-di-tengah-
era-globalisasi
Lestari, P., Sunarto, & Hadi Cahyono. (2020). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sila
Kelima Dalam Pembelajaran. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, Vol 7, No 2,
130-143. Diakses 15 Oktober 2022, dari
https://eprints.umpo.ac.id/6444/1/6.%20JURNAL%20Implementasi%20Nilai-nilai
%20Pancasila%20pada%20Sila%20Kelima%20dalam%20Pembelajaran.pdf
Ningsih, Indrayani Silvia. (2021). Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi
Negara. Diakses 15 Oktober 2022, dari https://osf.io/fm5sj/download
Novitasari, H. B. (2021, September). Penyimpangan Nilai-Nilai Dasar Pancasila pada
Kehidupan Bermasyarakat. Jurnal Pancasila dan Bela Negara, Vol.1 No. 2, hal. 8-14.
doi: https://doi.org/10.31315/jpbn.v1i2.5695.g4089
osf.io. (2021). Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara. Diakses 16 Oktober
2022 dari https://osf.io/fb764
Prasetyo, D. E. (2020). Filsafat Hukum Pancasila (Kajian Filsafat, Hukum, dan Politik). Vol
1, No 2, 15-72. Tebet, Jakarta Selatan: Kreasi Cendekia Pustaka (KCP). Diakses 15
Oktober 2022, dari https://m5.gs/OFIJS3
Pusdatin. (2021). Contoh Pengamalan Pancasila Sila Ke-4 di Rumah Lingkungan Keluarga.
Diakses 15 Oktober 2022, dari https://bpip.go.id/berita/991/540/contoh-pengamalan-
pancasila-sila-ke-4-di-rumah-lingkungan-keluarga.html#:~:text=Tidak%20boleh
%20memaksakan%20kehendak%20kepada,yang%20dicapai%20sebagai%20hasil
%20musyawarah
Surajiyo. (2020). Keunggulan dan Ketangguhan Ideologi Pancasila. Jurnal IKRA-ITH
Humaniora. 4 (3). 145 – 155.
Wibowo, Arif Prasetyo. (2020). “Upaya Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan Dalam Mentransformasikan Nilai-Nilai Pancasila Pada Kader”.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Vol 5, No 1, 33-41.
Diakses 15 Oktober 2022, dari
https://journal2.um.ac.id/index.php/jppk/article/download/12673/6096