Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PANCASILA

“KONSEP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


NEGARA INDONESIA”
DOSEN PENGAMPU : ANDI ILMI UTAMI IRWAN, S. Ip., M. Ip.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
PUTRI FATIMAH AZZAHRA K021221003
LATIFAH QALBIAH TAHIR K021221006
LICIA CANDI PHIE K021221018
NURUL AMATULLAH ZAHRANI K021221022
ASTRI LUTFIAH K021221029
KURNIATI K021221038
MONIQ VALERIENA ATMOJO K021221044
A. KHUSNUL NADIRA K021221053

Program Studi Ilmu Gizi


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul Konsep Pancasila sebagai Ideologi
Negara Indonesia ini dengan baik.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila Kelas A,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan
perbaikan tugas selanjutnya.

Senin, 17 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB 1....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB 2....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Ideologi dan Dimensinya...........................................................................................................2
2.2 Makna Ideologi bagi Bangsa Indonesia...................................................................................3
2.3 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lainnya....................................................5
2.4 Realita Pancasila sebagai Ideologi Negara...............................................................................9
2.5 Masalah Penerapan Pancasila sebagai Ideologi Negara.......................................................10
2.6 Solusi Penyimpangan Pancasila sebagai Ideologi Negara.....................................................14
BAB 3..................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................17
3.2 Saran...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seluruh negara-negara didunia pasti memiliki suatu landasan atau dasar yang yang
dikenal dengan ideologi. Ideologi dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan,
kepercayaan yang menyeluruh dan sistematik yang menyangkut bidang politik (termasuk di
dalamnya bidang pertahanan keamanan), social, budaya, keagamaan. Pancasila sebagai
ideologi negara Indonesia mengandung nilai-nilai kebangsaan, yaitu cara berpikir dan cara
kerja perjuangan bangsa. Diterimanya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar
negara, membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan
landasan pokok, landasan fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan negara.
Pengakuan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengharuskan kita sebagai bangsa
untuk mentransformasikan nilai-nilai Pancasila itu kedalam sikap dan perilaku nyata baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1.2 Rumusan Masalah
Mengacu kepada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam hal ini dirumuskan sebagai berikut :
1.1.1. Apa pengertian dari ideologi dan dimensinya?
1.1.2. Bagaimana makna ideologi bagi bangsa Indonesia?
1.1.3. Bagaimana perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lain?
1.1.4. Bagaimana realita, masalah dan solusi implementasi pancasila sebagai ideologi
negara?
1.3 Tujuan Penulisan
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
adalah :
1.3.1. Mengetahui definisi dari ideologi dan dimensinya
1.3.2. Mengetahui makna ideologi bagi bangsa Indonesia
1.3.3. Mengetahui perbandingan ideologi pancasila dengan ideologi lainnya
1.3.4. Mengetahui realita, masalah dan solusi implementasi pancasila sebagai
ideologi negara
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Ideologi dan Dimensinya


Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita, dan logos yang b6erarti ilmu. Kata idea berasal dari Bahasa Yunani eidos yang
berarti bentuk dan di samping itu ada kata idein yang berarti melihat. Oleh karena itu, secara
harfiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau dalam pengertian sehari-hari
idea disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah bersifat tetap itu
sekaligus merupakan dasar, pandangan, atau paham. Apabila menulusuri secara historis
istilah ideologi pertama kali dipakai dan dikemukakan oleh Destutt de Tracy (kebangsaan
Prancis) pada tahun 1796. Kemudian perhatian atas konsep ideologi menjadi berkembang lagi
antara lain karena pengaruh Karl Mark yang mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup
yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu dalam
bidang politik atau sosial ekonomi. Dengan demikian, ideologi merupakan keseluruhan ide
yang relatif, karena mencerminkan kekuasaan lapisan. (Ujang Charda S, 2022)
Purpowardoyo menyebutkan bahwa ideologi yaitu dapat dirumuskan sebagai
kompleks pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau
masyarakat untuk memahami jagat rayat dan bumi seisinya, serta menentukan sikap dasar
untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap
apa yang dilihat benar serta yang dinilai baik dan tidak baik. Sedangkan menurut pendapat
Harol H. Titus defenisi dari ideologi adalah suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok
cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial yang sering
dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang dijalankan oleh
sekelompok atau lapisan masyarakat. (Indryani Silvia Ningsih, 2021).
Dari beberapa pengertian ideologi di atas, maka secara umum pengertian ideologi
dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh
dan sistematik yang menyangkut bidang politik (termasuk di dalamnya bidang pertahanan
keamanan), social, budaya, keagamaan.
Suatu ideologi perlu mengandung dimensi penting dalam dirinya agar dapat dipelihara
relevansinnya yang tinggi atau kuat terhadap perkembangan aspirasi masyarakat dan tuntutan
perubahan zaman, yang pada kualitasnya dapat dilihat melalui empat dimensi yang saling
berkaitan, saling mengisi, dan saling memperkuat untuk menjadikan suatu ideologi tersebut
tahan uji dari masa ke masa (Arif Prasetyo Wibowo, 2020). Keempat dimensi itu, yaitu:
 Dimensi realitas atau realita
Menurut dimensi ini Ideologi mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalam dirinya bersumber dari nilai-nilai yang riil hidup di dalam
masyarakat, terutama pada waktu ideologi tersebut lahir, sehingga mereka betul-betul
merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik bersama. Dengan
begitu nilai-nilai dasar ideologi itu tertanam dan berakar di dalam masyarakatnya.
 Dimensi idealism atau idealitas
Yaitu suatu ideologi yang perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai
bidang kekhidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Melalui idealisme atau
cita-cita yang terkandung dalam ideologi yang dihayati, suatu masyarakat atau bangsa
mengetahuai kearah mana mereka ingin membangun kehidupan bersama.
 Dimensi normalitas
Artinya ideologi mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikuti masyarakat, berupa
norma-norma atau aturan-aturan yang harus dipatuhi yang sifatnya positif.
 Dimensi fleksibilitas/dimensi pengembangan
Dimensi ini hanya mungkin dimiliki secara wajar dan sehat oleh suatu ideologi yang
demokratis. Karena ideologi yang terbuka atau demokratis justru menemukan,
meletakkan atau bahkan mempertaruhkan relevansi atau kekuatanya pada keberhasilan
merangsang masyarakatnya untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru tentang
nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya. Pada dimensi ini juga ideologi
seyogyanya dapat mengikuti spirit perkembangan zaman, sesuai tuntunan perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2.2 Makna Ideologi bagi Bangsa Indonesia
Ideologi adalah suatu landasan bagi terbentuknya suatu negara. Ideologi menjadi satu
hal penting dalam sebuah Negara yang tak terlepas baik dari negara maju maupun negara
berkembang. Tanpa adanya ideologi, sebuah negara tidak mempunyai dasar untuk
membentuk suatu sistem dalam pemerintahannya serta masyarakat juga tidak memiliki
pandangan hidup dalam bernegara. Di dalam ideologi terdapat dasar pikiran yang dicita-
citakan dan gagasan tentang kehidupan yang layak juga baik bagi manusia. Oleh karena itu,
ideologi menjadi salah satu kristalisasi dari nilai-nilai dan norma yang dimiliki pada suatu
bangsa. Ideologi sendiri memberikan suatu identitas bagi sebuah negara, yang menjadi
inspirasi dalam keinginan serta cita-cita tujuan bangsa.
Ideologi adalah suatu pedoman hidup yang telah dirangkai untuk mempersatukan
seluruh unsur bangsa sebagai bentuk langkah yang strategis dalam mencapai cita-cita bangsa,
khususnya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia tentunya mempunyai nilai-nilai yang tumbuh serta berkembang di dalam
kehidupan masyarakat, yang di mana digunakan pula sebagai pedoman dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pancasila pada hakikatnya adalah hasil olah pikir dari segala nilai
yang ada di Indonesia untuk menguatkan nilai-nilai moral dan norma dalam berbagai bentuk
langkah strategis guna menghadapi derasnya kemajuan zaman.
Bangsa Indonesia memiliki ideologi yang berkarakter berbeda dari ideologi-ideologi
yang dianut oleh negara-negara lain, yaitu ideologi liberal dan komunis. Karena ideologi
Bangsa Indonesia itu berasal dari nilai-nilai masyarakat yang telah mengakar, tumbuh serta
berkembang pada lingkungan masyarakat dan juga dipengaruhi oleh keadaan bangsa
Indonesia yang majemuk atau plural. Dari aspek historis ideologi bangsa Indonesia, yaitu
Pancasila tertulis di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945.
Pancasila lahir sebagai dasar ideologi Bangsa Indonesia karena Indonesia sendiri juga
merupakan bangsa dengan berbagai macam suku bangsa memerlukan suatu dasar untuk
mempersatukan suku-suku bangsa yang ada di dalamnya. Di mana Pancasila dan sila-silanya
bukan hanya sekedar simbol persatuan saja, melainkan jati diri dari bangsa Indonesia. Selain
itu, Pancasila yang juga sebagai norma dasar melibatkan segala peraturan perundang-
undangan nasional tersebut harus dijiwai dan didasari oleh Pancasila.
Sehingga, makna ideologi Pancasila bagi Bangsa Indonesia adalah sebagai pedoman,
pandangan, cita-cita, keyakinan serta nilai bangsa Indonesia yang perlu diwujudkan di dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan juga bernegara yang menjadi bukti pengaplikasian
jati diri bangsa Indonesia.
Ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka yang berarti ideologi yang mampu
mengikuti dan menyesuaikan arus perkembangan zaman, dinamis, sistem pemikiran yang
terbuka, serta hasil kesepakatan masyarakat. Itulah mengapa Pancasila dijadikan sebagai
dasar negara dalam segala aspek dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai
ideologi yang terbuka ini mencerminkan adanya keterbukaan pemikiran yang dapat menerima
segala iklim perubahan yang terjadi. Dengan melalui pemikiran yang terbuka dan juga sikap
toleransi yang tinggi, bangsa Indonesia tidak dapat mudah terpecah belah yang disebabkan
oleh beberapa oknum dengan berbagai kepentingan tertentu.
Pancasila sebagai Ideologi terbuka mempunyai tiga nilai-nilai tersendiri seperti:
 Nilai-nilai dasar yang telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang berisika
identitas, tujuan serta cita-cita bangsa Indonesia.
 Nilai instrumental yang menjelaskan penjabaran lebih lanjut agar menjadi norma yang
sesuai dengan perubahan zaman dan juga memberikan arahan di dalam pelaksanaan
nilai-nilai Pancasila.
 Nilai praktis yang menjadi implementasi dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan ideologi terbuka, dapat muncul gagasan atau ide yang berkembang serta
melibatkan berbagai elemen masyarakat. Hal ini dapat membuka peluang lahirnya
pemahaman Pancasila yang subtansial, efektif dan solutif pada konteksnya. Yang di mana
tidak terlepas dari kehadiran dan kodrat manusia sebagai makhluk yang berpikir, yang
berkegiatan untuk mengetahui, mengenal, dan juga berefleksi. Dengan menjadi ideologi
terbuka, Pancasila didorong untuk dapat bersifat aktual, dinamis, antisipatif, dapat
menyesuaikan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan juga sebagai semangat aspirasi
rakyat. Adapun empat hal yang menjadi dasar Pancasila adalah ideologi terbuka, yaitu:
 Dinamika masyarakat Indonesia yang berkembang cukup cepat ternyata dapat
mendorong Pancasila sebagai guiding of moral value pada setiap individu masyarakat.
Dengan hal itu, Pancasila dapat menyesuaikan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan sekitar.
 Merosotnya ideologi tertutup seperti komunisme, marxisme, dan leninisme.
 Pembelajaran dari masa lalu bangsa atas keberadaan ideologi komunisme yang dapat
mengganggu Pancasila menjadi semacam dogma yang kaku. Oleh karena itu, Pancasila
hanya digunakan sebagai narasi konseptual atau senjata konseptual saja untuk
menyerang lawan-lawan politik dan tidak dihargai sebagai asumsi yang disepakati
bersama.
 Tekad dari bangsa Indonesia dalam menjadikan Pancasila sebagai prinsip-prinsip dasar
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga, Pancasila sebagai ideologi terbuka dalam
penerapannya dapat ditinjau pada pola pikir dari tata nilai yang ada sesuai dengan era
modern saat sekarang ini.
Oleh karena itu, Pancasila adalah ideologi terbuka dikarenakan Pancasila di dalam
setiap penerapannya selalu menyesuaikan dengan perkembangan zaman apalagi di zaman
modern ini.
2.3 Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lainnya
Pada prinsipnya, terdapat tiga arti utama dari kata ideologi, yakni ideologi sebagai
kesadaran palsu, ideologi dalam arti netral, dan ideologi dalam arti keyakinan yang tidak
ilmiah. Dalam sistem penerapan ideologi di Indonesia menekankan pada ideologi dalam arti
netral yang mencakup sistem berpikir dan tata nilai dari suatu kelompok. Wujud ideologi
dalam arti netral dapat ditemukan pada ideologi negara dan/atau bangsa, termasuk Pancasila
sebagai ideologi negara Republik Indonesia. Dibandingkan dengan bentuk ideologi lain,
Pancasila memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
 Pancasila memuat nilai-nilai yang universal atau menyeluruh.
 Pancasila sesuai dengan Hak Asasi Manusia.
 Pancasila sesuai dengan kodrat manusia.
 Pancasila menampung dan memberikan wadah bagi sesama golongan.
 Pancasila merupakan ideologi terbuka

Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai landasan ideologinya, menjadi sorot


utama bahwa Indonesia adalah negara yang menganut paham ideologi demokratis (ideologi
terbuka). Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung arti bahwa nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila bersifat tetap, namun dapat dikembangkan secara dinamis sesuai
dinamika perkembangan spirit zaman yang mengandung nilai dasar, nilai instrumental, dan
nilai praksis. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila dapat menerima pengaruh nilai-nilai dari
luar sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang berlaku. Ideologi Pancasila
memandang manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan makhluk lain untuk
keberlangsungan hidupnya.
Pancasila merupakan tatanan nilai yang dikristalisasi dari nilai-nilai budaya bangsa
Indonesia yang kemudian tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bermasyarakat di
Indonesia. Setiap sila dalam Pancasila memberikan pemahaman nilai-nilai dasar yang perlu
ditanamkan dalam diri setiap individu, yakni nilai spiritual, nilai kemanusiaan (satu derajat),
nilai persatuan, nilai kerakyatan (kedaulatan berada ditangan rakyat), dan nilai keadilan.
Dalam ketetapan MPR No. 18, dinyatakan bahwa Pancasila memerlukan adanya
pengamalan/pelaksanaan nilai-nilai yang terkandung secara konsisten dalam kehidupan
berbangsa-bernegara. Sebagai ideologi negara, Pancasila memiliki fungsi sebagai sarana
pemersatu masyarakat majemuk dan sebagai dasar rujukan penyelesaian konflik kehidupan di
Indonesia. Adapun wujud pengimplementasian Pancasila sebagai ideologi negara adalah
sebagai cita-cita negara dan nilai integratif bangsa, sebagaimana dalam ketetapan MPR No. 7
Tahun 2001 yang menyatakan tentang visi Indonesia yang terdiri dari visi ideal, visi antara,
dan visi lima tahunan.
Ketangguhan Pancasila berkontestasi dengan ideologi-ideologi besar maupun alternatif
kaena kebulatan dan keutuhannya yang mengagumkan serta dukungan dari jajaran penjaga
ideologi Pancasila yang formal maupun informal yang tidak pernah mengenal kata menyerah
dalam memperjuangkan penegakan keluhuran nilai-nilai Pancasila dalam hidup berbangsa
dan bernegara. Untuk menjaga ketangguhan tersebut, diperlukan adanya penguatan dan
radikalisasi ideologi Pancasila yang tidak hanya ditujukan kepada para kader pemimpin
dibidang pemerintahan, namun juga pemimpin ormas, partai politik, organisasi serikat buruh,
pimpinan instansi dan lain-lain. Disamping itu, diperlukan adanya upaya untuk lebih
menggalakkan ideologi Pancasila di wilayah perbatasan atau titik-titik terluar batas wilayah
NKRI.
Disamping ideologi Pancasila, ada pula beberapa ideologi yang menjadi pegangan bagi
negara lain, diantaranya ideologi liberalisme, ideologi sosialisme – komunisme, ideologi
kapitalisme, dan lain-lain.

1. Ideologi Liberalisme
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan feodal,
dimana sistem sosial ekonomi dikuasai oleh kaum aristokratis feodal. Liberalisme atau
liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan nilai politik yang didasarkan pada
pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai utama dalam kehidupan politik. Secara
etimologi, liberalisme berakar pada kata latin liber yang artinya bebas. Adapun beberapa
ciri ideologi liberal adalah kebebasan intelektual penuh pada setiap anggota masyarakat
dan keterbatasan aturan pemerintah yang bersifat mengikat. Hal ini mengharuskan para
individu harus lebih bertanggungjawab atas setiap tindakan yang dilakukan. Ada empat
ciri pokok dari doktrin liberalisme klasik menurut Ludwig von Mises (tokoh Liberalisme
abad ke-20), yaitu kesejahteraan material, kecenderungan rasionalistik, kebaikan bagi
lebih banyak orang, dan kepemilikan pribadi atau property. Berpangkal dari dasar
ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas, sehingga
menurut paham liberalisme, manusia sebagai manusia pribadi yang utuh dan lengkap dan
terlepas dari manusia lainnya. Dalam definisi inilah masyarakat akan menyimpan potensi
konflik yang akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya. Namun atas dasar kepentingan
bersama, negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu. Beberapa
negara yang menganut sistem liberal adalah Amerika Serikat, Argentina, Zimbabwe,
Australia, Jerman, dan Spanyol.
2. Ideologi Konservatif
Ideologi konservatisme lahir sebagai reaksi atas paham liberal yang menganggap
liberalisme sebagai paham yang terlalu individualistis. Paham konservatif menganggap
bahwa masyarakat atau kelompok masyarakat sebagai unsur yang paling banyak
menciptakan kebahagiaan. Ideologi ini lahir dengan gagasan: (1) Masyarakat yang terbaik
adalah masyarakat yang tertata; (2) Untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil
diperlukan adanya pemerintahan dengan kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggung
jawab; (3) Menekankan tanggung jawab pada pihak penguasa dalam masyarakat untuk
membantu pihak yang lemah.
3. Ideologi Sosialisme – Komunisme
Sosialisme merupakan reaksi terhadap revolusi industri yang muncul pada awal abad ke-
19 (Sosialis Utopia). Sosialisme didasarkan pada pandangan kemanusiaan yang
berkeyakinan bahwa perubahan dapat dilakukan dengan cara damai dan demokratis.
Ideologi ini lahir melalui paham religius Kristiani yang mengungkapkan gagasan kunci
pelepasan diri dari kelekatan duniawi sebagai suatu hal yang dapat menghancurkan
keselarasan alami atau harmoni antara alam dan manusia. Sosialisme bertumpu pada ide
keadilan dan solidaritas sosial yang jika ditelusuri akar historisnya sudah ada sejak abad
pertengahan. Ideologi ini merupakan ideologi politik yang mengkampanyekan transisi
masyarakat secara damai dan evolusioner, dari kapitalisme menuju sosialisme dengan
proses politik yang dianggap mapan. Ideologi sosialisme berbagi akar-akar ideologis
dengan ideologi komunisme namun tidak mengadopsi semangat militan, penggunaan
kekerasan, maupun pandangan totaliternya. Pada awalnya, ideologi ini dikenal dengan
nama revisionisme namun karena pengejawantahannya yang tidak lagi menggunakan
jalan revolusi untuk membentuk masyarakat yang sosialis, maka ideologi ini mengalami
sedikit modifikasi menjadi sosialisme. Komunisme merupakan paham yang menekankan
kepemilikan bersama atas alat-alat produksi yang memiliki tujuan terwujudnya
masyarakat yang makmur. Paham ini memandang bahwa setiap individu memiliki
kedudukan yang sama dan menganggap bahwa perubahan atas sistem kapitalisme harus
dicapai dengan cara-cara revolusi. Sebagai ideologi, komunisme mulai diterapkan saat
meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917, namun kiprah dan
pengaruhnya masih terasa hingga saat ini berkat daya tarik ajaran ideologisnya untuk
membebaskan manusia dari belenggu penindasan dan untuk mewujudkan masyarakat
tanpa kelas. Dengan kata lain, cita-cita keadilan dan kesamaan memuncak. Dalam
mewujudkan masyarakat komunis, digunakan beberapa prinsip pelaksanaan yang
merupakan ciri-ciri pokok, yaitu sistem totaliter, sistem pemerintahan kediktatoran satu
parta, sistem ekonomi negara, dan sistem sentralisme demokratis.
4. Ideologi Fasisme
Kata fasisme (fascism) berasal dari kata Italia fascio yang berarti ikatan, dalam artian
ikatan kelompok atau ikatan kolektif seperti bangsa. Fasisme didefinisikan sebagai
sebuah filsafat politik yang mengagungkan bangsa dan ras di atas individu, yang berjuang
untuk mewujudkan pemerintahan otokrasi dan tersentral dengan dikepelai oleh seorang
diktator. Sistem pemerintahan yang dianut oleh ideologi fasisme ini dilakukan dengan
mekanisme pengaturan sosial dan ekonomi yang keras terkontrol, dan memakai cara-cara
kekerasan untuk menekan lawan politiknya. Ideologi ini merupakan pengorganisasian
pemerintah dan masyarakat secara totaliter oleh kediktatoran suatu parta dengan bercorak
nasionalist, racialist, militarist, dan imperialist. Ideologi ini merupakan tipe nasionalisme
yang romantis dengan segala kemegahan upacara dan simbol-simbol yang mendukungnya
untuk mencapai kebesaran negara. Fasisme pernah diterapkan di Jerman, Jepanh, Italia,
dan Spanyol.
2.4 Realita Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila telah ditetapkan sebagai ideologi negara sejak lama dan nilai-nilainya juga
telah diterapkan oleh sebagian rakyat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada
realitanya, kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia belum sepenuhnya sejalan
dengan nilai Pancasila. Hal ini tercermin dari berbagai kasus yang masih seringkali kita
dapatkan di Indonesia seperti rasisme dan diskriminasi, radikalisme, KKN (korupsi, kolusi,
dan nepotisme), kemiskinan yang berakibat kesenjangan sosial, serta tindakan lainnya yang
bertentangan dengan Pancasila. Padahal nilai-nilai Pancasila sangat penting diterapkan
sebagai pandangan hidup bangsa sehingga dapat menjadi landasan dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Indonesia serta pedoman bagi tata kehidupan bermasyarakat. Oleh karena
itu, untuk menghadapi realita pada zaman sekarang yaitu derasnya arus globalisasi, peran
Pancasila sebagai ideologi terbuka yang tetap relevan di masa modern namun juga tetap
mempertahankan jati dirinya sangat penting bagi bangsa Indonesia.
Realita situasi di Indonesia telah banyak berkembang sejak penetapan Pancasila
sebagai ideologi bangsa. Keberadaan Pancasila kini seakan hanya sebagai formalitas yang
sekedar ada tanpa benar-benar diimplementasikan. Penerapan Pancasila pada realitanya
masih jauh dari yang seharusnya diamalkan bangsa Indonesia. Masih banyaknya kasus akibat
SARA (suku, ras, agama, dan antargolongan), pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia), dan
gerakan separatisme merupakan kenyataan yang sedang terjadi saat ini. Perkembangan situasi
yang semakin modern ini juga mengundang berbagai ancaman, baik dari dalam negeri
maupun dari luar. Ancaman ini dapat dilihat dari berbagai macam aspek misalnya aspek
politik yaitu banyaknya kasus penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi oleh oknum pejabat
pemerintahan, aspek ekonomi yaitu masih tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia yang
tidak mencerminkan kesejahteraan sosial merata, aspek sosial budaya yaitu maraknya kasus
kekerasan pada perempuan dan anak, serta pertahanan keamanan yaitu kasus-kasus aksi teror
bersenjata. (Chairunissa & Dewi, 2021)
Salah satu realita implementasi Pancasila yang sangat relevan terjadi di kehidupan
sehari-hari yaitu terkait perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi di era digital ini tentu
membawa berbagai dampak positif dan negatif. Teknologi telah membantu kita dalam
mengakses informasi dan komunikasi serta mengerjakan berbagai macam hal dengan lebih
mudah. Di sisi lain, penggunaan teknologi yang kurang bijak dapat menciptakan berbagai
hambatan dalam mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sepenuhnya
berpedoman pada nilai Pancasila. Penggunaan teknologi yang melanggar nilai-nilai Pancasila
sangat marak ditemukan dalam berbagai platform media sosial seperti menyebarkan
kebencian dan berita hoax, mengunggah hal-hal yang tidak pantas / tidak senonoh,
mencontohkan perilaku yang tidak patut ditiru, dan masih banyak perilaku lainnya yang
semakin lama semakin melunturkan nilai Pancasila yang dianut bangsa Indonesia.
Masuknya ideologi asing seperti radikalisme, ekstremisme, hedonisme, dan
konsumerisme melalui media sosial juga seakan perlahan dapat menggeser posisi Pancasila
sebagai ideologi yang seharusnya diterapkan seluruh rakyat Indonesia. Arus globalisasi juga
menyebabkan kecenderungan politisasi identitas yang berbasis SARA (Lembaga Ketahanan
Nasional RI, 2020). Politisasi identitas ini merupakan tindakan memanfaatkan identitas
melalui pendekatan ekstrim untuk mendapat dukungan dari “sesama”, baik dalam hal ras,
etnis, agama, dan lainnya dalam proses akuisisi kapital politik oleh suatu pihak demi
memperoleh kekuasaan. Hal ini dapat mengakibatkan konflik di masyarakat ketika terjadi
pertentangan antar identitas yang tidak dapat diatasi (Frenki, 2021). Oleh sebab itu,
pemahaman dan penanaman nilai Pancasila dalam setiap individu rakyat Indonesia sangat
penting demi mempertahankan jati diri Indonesia yang tetap memegang dan mengamalkan
nilai Pancasila di tengah derasnya arus globalisasi.
2.5 Masalah Penerapan Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia dan berisi lima sila, yang masing-
masing sila-nya terdapat nilai penting di dalamnya. Hukum Indonesia didasarkan pada
Pancasila, karena Pancasila juga digunakan sebagai dasar hukum di Indonesia. Hal ini juga
telah disepakati oleh seluruh bangsa Indonesia bahwa kedudukan pacasila adalah sebagai
dasar negara. namun dalam penerapan Pancasila seringkali terdapat beberapa permasalahan
dan penyimpangan dalam penerapan Pancasila sebagai dasar negara, terlebih pada masa awal
kemerdekaannya. Pada masa awal kemerdekaan terdapat kekacauan dalam kondisi politik
dan keamanan Indonesia, juga kondisi sosial budaya yang masih dalam tahap peralihan.
Beberapa masalah inilah yang memicu adanya beberapa Gerakan yang bertujuan mengganti
Pancasila sebagai dasar negara dengan ideologi lain. Hal Inilah yang menjadi permasalahan
penerapan Pancasila pada masa awal kemerdekaan, adapula tiga periode yang ditetapkan
pada awal kemerdekaan dalam penerapan Pancasila yaitu:
1. Periode 1945-1950
Permasalahan yang di alami pada periode ini dalam penerapan Pancasila sebagai
dasar negara yaitu terdapat beberapa upaya yang dilakukan beberapa kelompok untuk
menggantikan pancasila sebagai dasar negara dan pandngan hidup bangsa Indonesia
yang dapat dilihat dari munculnnya beberapa Gerakan pemberontakan. Pada periode
ini terdapat dua pemberontakan besar yaitu:
a) Pemberontakan partai komunis Indonesia (PKI)

Pemberontakan partai komunis indonesia yang dipimpin oleh muso ini terjadi di
Madiun pada 18 September 1948. Pemberontakan PKI ini bertujuan untuk
mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis. Dan akhirnya
pemberontakan ini berhasil di lumpuhkan.
b) Pemberontakan Darus Islam/Tentara islam Indonesia

Terbentuknya Negara islam Indonesia (NII) oleh kartosuwiryo pada 17 agustus


1949 menjadi awal mula terjadinya pemberontakan DI/TII ini yang juga
bertujuan untuk mengganti ideologi Pancasila dengan syariat islam. Meski
memerlukan waktu yang lama bagi pemerintah Indonesia untuk mengatasi
pemberentokan ini namun akhirnya katosuryo dan para pengikutnya dapat
tertangkap pada 4 juni 1962.
2. Periode 1950-1959

Pada periode ini juga terjadi pemberontakan seperti pada periode sebelumnya, pada
periode ini juga terdapat dua pemberontakan yaitu pemberontakan Republik Maluku
dan pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta. Pemberontakan Republik maluku
selatan atau biasa kita sebut sebagai RMS. Pemberontakan RMS iyang di pimpin oleh
Cristian Robert Steven Soumokil ini memiliki tujuan untuk membentuk negara sendiri
yang mencangkup wilayah pulau seram, buru, dan ambon. Kemudian pemberontakan
Perjuangan Rakyat Semesta di sumatera dan Sulawesi pada 1957-1958 yang di
pimpin oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual. Pemberontakan ini
bertujuan untuk mengoreksi pemerinta pusat di bawah pimpinan soekarno sebgai
presiden.
3. Periode 1956-1965

Pada periode ini terdapat penyimpangan penyimpangan Pancasila di dalam konstitusi,


sehingga soekarno menjadi otoriter. Di periode ini muncul dikenal dengan istilah
periode demokrasi terpimpin, yang dimana demokrasi berada pada kekuasaan pribadi
soekarno. Jadi soekarno diangkat sebagai presiden seumur hidup dan menggabungkan
nasioanalis, agama, dan komunis/nasakom yang ternyata tidak cocok untuk Indonesia.

Bahkan sampai detik ini penyimpangan akan nilai dasar Pancasila masih saja selalu
terjadi di sekiatar kita. Yang dimana penerapan akan nilai nilai Pancasila terkadang masih
tidak sesuai dengan hal yang seharusnya terkandung dalam nilai nilai Pancasila. Masih
banyak masyarakat yang tidak sepenuhnya dapat memaknai akan dampak-dampak dari
penyimpangan nilai-nilai dasar Pancasila. Ketidaksesuaian nilai yang terkandung pada
Pancasila dengan realita di kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini menjadi alasan
munculnya banyak konflik dan penyimpangan yang terjadi di bangsa Indonesia, hal ini dapat
dilihat dari sairing berjalannya waktu, nilai nilai Pancasila mulai perlahan luntur dalam
masyarakat Indonesia. Berikut bentuk-bentuk penyimpangan dalam setiap nilai dasar dalam
Pancasila.
1. Penyimpangan terhadap sila pertama Pancasila

Sila pertama Pancasila yang berbunyi “ketuhanan yang maha esa” dalam pesan
tersiratnya mengharuskan kita sebagai bangsa indosnesia yang menjadikan Pancasila
sebagai pandangan hidup untuk memiliki agama, menjalankan perintah agama
masing-masing dan menjunjung tinggi sikap toleransi antar umat beragama. Adapun
bentuk penyimpangan pada sila pertama ini pernah terjadi saat adanya perilaku
radikal mengatasnamakan agama untuk melakukan aksi pembunuhan yang tidak
mencerminkan nilai ketuhanan dalam sila pertama ini. Layaknya pada kasus bom
bunuh diri yang serentak terjadi di 3 gereja di kota Surabaya, pada tahun 2018. Sudah
jelas pada kasus ini sangat tidak mencermikan perilaku toleransi dan juga sebgai umat
beragama yang harus menjalankan perintah agama masing masing.
2. Penyimpangan terhadap sila ke-dua Pancasila

Sila ke-dua Pancasila berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab” yang artinya
dalam pengamalannya kita harus menerapkan perilaku menghargai derajat dan
kedudukanorang lain, saling mencintai, dan mampu rukun dan harmonis dalam
kehidupan bermasyarakat. Penyimpangan pada sila ini merupakan penyimpangan
yang cukup marak terjadi di sekitar kita, seperti oknum-oknum di pemerintahan yang
selalu memanfaatkan posisinya untuk berlaku seenaknya pada masyarakat dan
memandang mereka berada di strata/level yang lebih rendah disbanding para oknum.
3. Penyimpangan terhadap sila ke-tiga Pancasila

Sila ke-tiga Pancasila yang berbunyi “persatuan Indonesia”, menekankan wujud


perilaku persatuan sesame bangsa Indonesia seperti saling membantu, gotong royong,
dll. Adapun bentuk penyimpangan pada sila ke-tiga ini adalah terjadinya peristiwa
OPM(Gerakan Papua Merdeka) yang sudah ada sejak tahun 1965 dan bertujuan untuk
meninggalkan dan memisahkan diri menjadi bagian negara di republic Indonesia
selain itu perilaku diskriminatif juga merupakan perilaku yang sangat tidak
mencerminkan nilai persatuan ini.
4. Penyimpangan terhadap sila ke-empat Pancasila

Sila ke-empat berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan” pada sial ini menyatakan bahwa semua warga berhak
memilih wakilnya dan semuanya memiliki kedudukan yang sama, dan semua berhak
bersuara. Bentuk penyimpangan pada sila ini adalah dengan tidak ikut serta dalam
pemilihan umum atau biasa kita sebut “golput” dimana seseorang tidak melakukan
partisipsi saat pemilihan umum. Indonesia sebagai negara demokrasi sehingga
pemilihan suara menjadi salah satu hal yang penting bagi bangs aini karena dari
pemilihan inilah yang akan menentukan bagaimana masa depan negara ini dengan
pemimpin pemimpin negara kedepannya.
5. Penyimpangan terhadap sila ke-lima Pancasila

Sila ke-lima berbunyi “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. penyimpangan
pada sila ini juga merupakan salah satu yang cukup sering kita temui di sekitar kita.
Bunyi sila ke-lima ini sudah cukup jelas untuk menetapkan dan memberikan keadilan
yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Salah satu bentuk penyimpanyan pada sila
ini yang pernah terjadi yaitu seseorang yang mencuri kakao seharga 2000 rupiah dan
pencurian satu buah semangka, dan tersangka tersebut ditahan oleh polisi selama 2
bulan, dan terancam dipidana selama 5 tahun. Sedangkan ini sangat berbading terbalik
dengan kasus pejabat yang memakan uang negara yang jumlahnya sangat banyak
sekali sampai bermilyaran, tetapi tidak segera diselidiki, dan hanya mendapatkan
penahanan selama 1-2 tahun. Dari kasus ino sangat tidak mencerminakan nilai nilai
dasar keadilan.

2.6 Solusi Penyimpangan Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pancasila adalah landasan utama setiap kegiatan pemerintahan maupun landasan
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Sebagai ideologi, nilai-nilai Pancasila
sudah menjadi budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini, nilai-nilai
luhur Pancasila diindikasikan mulai dilupakan masyarakat Indonesia. Juga dalam
kenyataannya, banyak penyimpangan yang terjadi di dalam masyarakat. Dari sekian banyak
penyimpangan nilai sila yang dilakukan menandakan bahwa tidak relevannya bangsa
Indonesia dengan nilai pancasila. Oleh sebab itu maka seharusnya masyarakat di Indonesia
terutama Pemerintah harus berusaha untuk memahami nilai-nilai pancasila dan
menerapkannya dalam tindakan dan perbuatannya. Jika bangsa Indonesia mampu memahami
secara komprehensif (luas, menyeluruh, teliti dan meliputi banyak hal) nilai-nilai Pancasila
kemungkinan besar tidak akan terjadi bahkan tidak mungkin ada kasus-kasus yang
menyimpang nilai-nilai Pancasila karena Pancasila sendiri adalah pemersatu bagsa Indonesia.
Berikut solusi untuk memecahkan masalah dan upaya menyelesaikan masalah tersebut.
1. Solusi Penyimpangan terhadap sila pertama Pancasila “Ketuhanan yang Maha Esa”
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki arti bahwa kita sebagai bangsa Indonesia
mengakui adanya Tuhan yang menciptakan semesta beserta isinya. Nilai-nilai yang
terkandung dalam sila ke-1 mencakup nilai-nilai agama untuk mengatur hubungan
negara dan agama. Berikut ini solusi pemecahan masalah pada sila ke-1.
 Menanamkan sikap saling menghormati antar pemeluk agama yang berbeda.
 Membangun kerukunan antar pemeluk agama baik yang seagama maupun
bukan.
 Menanamkan toleransi beragama dalam menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
 Tidak boleh memaksakan suatu agama atau kepercayaan tertentu terhadap
orang lain.
 Menghilangkan sikap diskriminasi di dalam kehidupan bermasyarakat.
 Menghayati dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila
utamanya sila “Ketuhanan yang Maha Esa”.

2. Solusi Penyimpangan terhadap sila kedua Pancasila “Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab”
Dalam sila ke-2 mengandung nilai yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia sehari-hari. Hal itu karena seorang manusia dalam melakukan aktifitas
sehari-hari tidak lepas dari manusia lain. Sehingga sila ke-dua tersebut mampu
memberikan dasar kepada kita sebagai manusia agar senantiasa memanusiakan orang
lain dalam kehidupan. Jadi sila kedua ini menghendaki warga negara untuk
menghormati kedudukan setiap manusia dengan kelebihan dan kekurangan masing-
masing, setiap manusia berhak mempunyai kehidupan yang layak dan bertindak jujur.
Makna dari sila ini diharapkan dapat mendorong seseorang untuk senantiasa
menghormati harkat dan martabat orang lain sebagai pribadi dan anggota masyarakat.
Berikut ini solusi pemecahan masalah pada sila ke-2.
 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antar sesama
manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tenggang rasa.
 Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
3. Solusi Penyimpangan terhadap sila ketiga Pancasila “Persatuan Indonesia”
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang didalamnya terkandung lima sila
yang mempunyai nilai-nilai penting disetiap silanya. Pancasila juga dijadikan sebagai
dasar hukum di Indonesia sehingga hukum di Indonesia berpatok pada pancasila. Sila
ketiga berbunyi ‘persatuan inonesia’ yang mengandung arti kesatuan dan persatuan
rakyat Indonesia untuk membina rasa nasionalisme dan mengutamakan persatuan
seluruh Indnesia, menghargai agama, suku, budaya dan ras, serta rela berkorban untuk
negara dan bangsa. Berikut solusi penyimpanan terhadap sila ketiga pancasila.
 Memiliki pemahaman yang baik mengenai Sila Ketiga dari Pancasila.
 Memiliki pengertian bahwa bangsa Indonesia terdiri atas multietnis,
multiagama dan memiliki perbedaan lainnya, sehingga penting dalam
menanamkan sikap sebagai bangsa Indonesia yang memiliki persatuan.
 Tidak mudah terpancing dengan berita dan pesan yang mengandung content
yang berisikan unsur mengenai suku, agama, ras dan antar golongan (SARA)
yang dapat merusak persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, baik melalui
aplikasi jejaring sosial dan juga praktek interaksi pergaulan sosial setiap hari.
4. Solusi Penyimpangan terhadap sila keempat Pancasila “Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”
Sila tersebut disimbolkan dengan kepala banteng. Kepala banteng dipilih menjadi
simbol sila keempat Pancasila karena banteng menggambarkan manusia yang berjiwa
sosial. Simbol pada tiap sila berfungsi untuk memperkuat makna yang dikandungnya.
Hubungan makna sila keempat Pancasila dengan simbolnya adalah masyarakat
Indonesia harus mengutamakan musyawarah untuk menyelesaikan permasalahan atau
saat membicarakan suatu hal. Solusi terhadap sila keempat sebagai berikut.
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Musyawarah untuk mencapai muafakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai
hasil musyawarah.
5. Solusi Penyimpangan terhadap sila kelima Pancasila “keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia”
Nilai yang terkandung dalam sila kelima Pancasila adalah nilai keadilan. Bangsa
Indonesia ingin agar seluruh masyarakatnya hidup adil atau mendapat keadilan yang
merata dalam berbagai bidang. Bagi rakyat Indonesia keadilan adalah hal yang sangat
penting, dalam sila kelima menjelaskan keadilan sosial merupakan keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materill maupun spiritual.
Masyarakat Indonesia mendapatkan perlakuan adil dalam berbagai bidang antara lain
bidang ekonomi, hukum, politik, pendidikan, kebudayaan dan sosial. Solusi
Penyimpangan terhadap sila kelima sebagai berikut.
 Rasa hormat menghormati antar manusia, keberanian membela kebenaran dan
keadilan dengan tetap pada perlindungan hukum, toleransi dan gotong royong,
yang hakikatnya manusia sebagai makhluk yang berbudaya serta harus adil.
 Memberikan keadilan secara merata kepada seluruh rakyat Indonesia tanpa
pandang bulu.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ideologi dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan
yang menyeluruh dan sistematik yang menyangkut bidang politik (termasuk di dalamnya
bidang pertahanan keamanan), social, budaya, keagamaan. Pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia mengandung nilai-nilai kebangsaan, yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan
bangsa. Suatu ideologi perlu mengandung dimensi penting dalam dirinya agar dapat
dipelihara relevansinnya yang tinggi atau kuat terhadap perkembangan aspirasi masyarakat
dan tuntutan perubahan zaman, yang pada kualitasnya dapat dilihat melalui empat dimensi
yaitu dimensi realitas, idealitas, normalitas dan fleksibilitas, dimana keempat dimensi
tersebut saling berkaitan, saling mengisi, dan saling memperkuat untuk menjadikan suatu
ideologi tersebut.

3.2 Saran
Menyadari penulis jauh dari kata sempurna. Tentu kedepannya penulis akan lebih
fokus, memperbaiki dan dapat menjelaskan makalah di atas dengan mengacu pada sumber-
sumber yang lebih jelas dan dapat dipertanggung jawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah di atas yang di mana bisa berupa kritik dan saran terhadap kesalahan penulisan
ataupun kesimpulan yang telah kami buat.
DAFTAR PUSTAKA

Adlani, N. (2021, Agustus Selasa). Permasalahan saat Penerapan Pancasila sebagai Dasar
Negara pada Awal Kemerdekaan, Materi PPKn Kelas 9. Retrieved from
https://adjar.grid.id/read/542828980/permasalahan-saat-penerapan-pancasila-sebagai-
dasar-negara-pada-awal-kemerdekaan-materi-ppkn-kelas-9?page=all
Chairunissa, & Dinie A. Dewi. (2021). SUDAHKAH PANCASILA TERIMPLEMENTASI
DENGAN BENAR? Jurnal Kewarganegaraan Vol. 5 No. 2, 316-321.
Charda S. (2022). Pendidikan Kewargenagaraan Untuk Pendidikan Tinggi. Depok: Rajawali
Pers.
Fathani , A. T., & Eko Priyo Purnomo. (2020). Implementasi Nilai Pancasila dalam Menekan
Radikalisme Agama. Vol 13, No 2, 240-248. Diakses 15 Oktober 2022, dari
https://www.academia.edu/download/77245207/pdf.pdf
Frenki. (2021). Analisis Politisasi Identitas dalam Kontestasi Politik pada Pemilihan Umum
di Indonesia. AS-SIYASI: Journal of Constitutional Law, Vol 1, No 1 , 30-49.
Lembaga Ketahanan Nasional RI. (2020). Pancasila di Tengah Era Globalisasi.
https://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/844-pancasila-di-tengah-
era-globalisasi
Lestari, P., Sunarto, & Hadi Cahyono. (2020). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sila
Kelima Dalam Pembelajaran. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, Vol 7, No 2,
130-143. Diakses 15 Oktober 2022, dari
https://eprints.umpo.ac.id/6444/1/6.%20JURNAL%20Implementasi%20Nilai-nilai
%20Pancasila%20pada%20Sila%20Kelima%20dalam%20Pembelajaran.pdf
Ningsih, Indrayani Silvia. (2021). Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara Dan Ideologi
Negara. Diakses 15 Oktober 2022, dari https://osf.io/fm5sj/download
Novitasari, H. B. (2021, September). Penyimpangan Nilai-Nilai Dasar Pancasila pada
Kehidupan Bermasyarakat. Jurnal Pancasila dan Bela Negara, Vol.1 No. 2, hal. 8-14.
doi: https://doi.org/10.31315/jpbn.v1i2.5695.g4089
osf.io. (2021). Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara. Diakses 16 Oktober
2022 dari https://osf.io/fb764
Prasetyo, D. E. (2020). Filsafat Hukum Pancasila (Kajian Filsafat, Hukum, dan Politik). Vol
1, No 2, 15-72. Tebet, Jakarta Selatan: Kreasi Cendekia Pustaka (KCP). Diakses 15
Oktober 2022, dari https://m5.gs/OFIJS3
Pusdatin. (2021). Contoh Pengamalan Pancasila Sila Ke-4 di Rumah Lingkungan Keluarga.
Diakses 15 Oktober 2022, dari https://bpip.go.id/berita/991/540/contoh-pengamalan-
pancasila-sila-ke-4-di-rumah-lingkungan-keluarga.html#:~:text=Tidak%20boleh
%20memaksakan%20kehendak%20kepada,yang%20dicapai%20sebagai%20hasil
%20musyawarah
Surajiyo. (2020). Keunggulan dan Ketangguhan Ideologi Pancasila. Jurnal IKRA-ITH
Humaniora. 4 (3). 145 – 155.
Wibowo, Arif Prasetyo. (2020). “Upaya Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan Dalam Mentransformasikan Nilai-Nilai Pancasila Pada Kader”.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, Vol 5, No 1, 33-41.
Diakses 15 Oktober 2022, dari
https://journal2.um.ac.id/index.php/jppk/article/download/12673/6096

Anda mungkin juga menyukai