Anda di halaman 1dari 4

TEKS CERAMAH

NAMA : DESI ASRIANTI


NDH : 27
ANGKATAN : IV
KELOMPOK :3
ASAL INSTANSI : PUSKESMAS WALURAN

Sebelumnya, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sehingga
kita dapat berkumpul di sini dengan sehat wal afiat.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan kali ini ijinkanlah saya membawakan Tausiah dengan
judul “ Jujur itu Hebat”

Bapak-bapak dan ibu-ibu Yang dirahmati ALLAH

Jujur merupakan cerminan sejati seorang muslim. Rasulullah SAW adalah


orang yang terkenal dengan kejujurannya. Dalam kehidupan sehari-
harinya, beliau selalu mengedepankan kejujuran. Karena jujur adalah
akhlak yang sangat baik menurut pandangan Allah SWT.
Bila kita senantiasa memeliharan kejujuran dalam hidup kita, niscaya kita
akan menjadi bagian dari orang yang beruntung baik di dunia maupun di
akhirat.
Hadirin yang dirahmati ALLAH
Kita semua setuju bahwa jujur merupakan budi pekerti yang mulia. Dengan
kejujuran, seseorang perlahan akan menuju kebaikan. Apabila seseorang
telah jujur dan mampu menempatkan suatu kebaikan, maka ia terbimbing
menuju surga. Bukanlah Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Sesungguhnya kejujuran membimbing kearah kebaikan. Dan kebaikan itu
membimbingnya ke surga. Seseorang yang jujur, maka hingga di sisi Allah
ia akan menjadi orang yang jujur dan benar. Sedangkan sifat dusta
membimbing seseorang pada kejahatan. Lalu kejahatan itu menyeret ke
neraka. Seseorang yang biasa berdusta, maka hingga di sisi Allah kelak
tetap menjadi pendusta. (HR. Bukhari Muslim)

Para hadirin yang dirahmati Allah,


Orang yang suka berterus terang dan jujur dalam segala hal kehidupan ini,
maka ia termasuk memiliki sifat kenabian. Sebab tentu saja orang-orang
yang jujur ini suka sekali dengan kebenaran. Karena sukanya, maka ia
selalu memelihara akhlaknya dari dusta. Karena itu ia cenderung untuk
melakukan kebaikan dan menegakan kebenaran agama.

Dalam Surat Maryam ayat 41, Allah berfirman:


‫ان صِ ِّدي ًقا َن ِب ًّيا‬ ِ ‫َو ْاذ ُكرْ فِي ْال ِك َتا‬
َ ‫ب ِإب َْراهِي َم ۚ ِإ َّن ُه َك‬
Artinya:
Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran)
ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi
seorang Nabi. (QS: Maryam Ayat: 41)

Kemudian di bagian lain, yaitu ayat 54 diterangkan pula:


‫ان َرسُواًل َن ِب ًّيا‬
َ ‫صاد َِق ْال َوعْ ِد َو َك‬ ِ ‫َو ْاذ ُكرْ فِي ْال ِك َتا‬
َ ‫ب ِإسْ مَاعِ ي َل ۚ ِإ َّن ُه َك‬
َ ‫ان‬
Artinya:
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang
tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar
janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. (QS: Maryam Ayat: 54)
Para bapak, Ibu dan saudara sekalian,
Kejujuran itu dekat dengan kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang
disenangi Allah. Jika Allah senang, maka pastilah Dia akan mengasihi. Dan
hambaNya yang jujur, maka kelak di hari Kiamat akan disediakan tempat
yang menyenangkan, yaitu surga.

Sesungguhnya kejujuran dan sikap terus terang akan membawa diri


seseorang menuju ke jalan kemerdekaan jiwa. Jiwa yang merdeka bebas
tanpa ikatan. Sebab orang yang selalu jujur, maka ia tidak merasa cemas
dan takut kepada siapapun. Apa yang dilihatnya akan dikatakan apa
adanya. Tiada tersembunyi dan terselipi kebohongan sedikit pun.
Orang yang senantiasa jujur, maka ia pun jujur terhadap dirinya sendiri,
kejujuran pada diri sendiri dapat mengantarkan dirinya pada suatu
kemajua. Di mana, karena jujur, akhirnya ia mengakui kekurangan dan
kelemahan yang dimiliki. Jika seseorang menyadari kekuarangan dan
kelemahannya, pasti ia tidak mempunyai sifat sombong. Dengan demikian
tentu akan terus belajar dan berusaha untuk meningkatkan diri dan
memperbaiki kelemahan yang dimiliki.

Kejujuran adalah tanda bukti keimanan. Orang mukmin pasti jujur. Jika
tidak jujur berarti keimanannya sedang di serang penyakit munafikin.
Sebagimana kita ketahui, munafikin itu orang bermuka dua, diluar berkata
iya, didalam berkata tidak.

Suatu hari salah satu sahabat nabi bertanya padanya; “Apakah mungkin
orang itu pelit?”. Dan Rasul menjawab; “ Mungkin saja”. Sahabat nabi
bertanya lagi : “ Apakah mungkin orang mukmin pengecut?” Nabi
menjawab lagi; “ Mungkin saja”. Tapi ketika sahabat nabi bertanya ;”
Apakah mungkin seorang mukmin berbohong?” Nabi menjawab ; “ tidak “
( HR Imam Malik dalam kitab Almuwathaa)
Teman-Teman Yang Berbahagia!!!

Apa yang bisa pelajari dari hadist tersebut? Hadits tersebut mengajarkan
kita untuk berkata jujur, karena orang mukmin tidak mungkin berbohong,
karena kejujuran adalah semua pangkal perbuatan baik manusia. Tidak
ada perbuatan dan ucapan kecuali kejujuran. Oleh sebab itu Allah
menyuruh orang-orang mukmin agar selalu berkata benar dan berlaku
jujur. Ini diperintahkan oleh Allah melalui firmannya dalam Al-Qur`an surat
Al-Ahzab Ayat 70.

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah


dan Katakanlah Perkataan yang jujur dan benar”.

Bapak2 dan ibu2 yang DIRAHMATI ALLAH


Sekali lagi saya katakan bahwa orang yang jujur tidak akan takut kepada
siapapun juga. Jika ia harus menghadapi bahaya dari perkataannya yang
jujur, maka ia tidak akan khawatir. Bahkan ia tak segan-segan mengatakan
apa adanya. Tetapi terhadap diri dan hatinya sendiri ia sangat takut.
Ketakutan itu ialah jangan-jangan ia memungkiri suara hatinya sendiri. Di
mana suara hati mengemukakan kebenaran.
Oleh karena itu sebagai seorang muslim, hendaknya kita senantiasa
bersikap jujur, di mana dan kapan saja. Dalam pergaulan sehari-hari,
kejujuran perlu diterapkan. Marilah kita tunjukan kepada masyarakat
bahwa seorang muslim selalu memiliki akhlak mulia.
Billahit tawfiq wal hidayat, wassalamu’alaikum warahmatulahi
wabarakatuhu.

Anda mungkin juga menyukai