Erigular Verbal
Erigular Verbal
Pada pagi hari di SMP Aryanthara, terjadi kerusuhan didalam kelas 8B. Sekelompok pembully telah
membuat kerusuhan kesekian kalinya. Mario, si ketua genk dengan sengaja menyenggol Ameera
hingga dagangannya terjatuh.
Brakk!
Mario: "Aduh maaf ya gasengaja." (Membalik keranjang dagangan Ameera hingga dagangannya
berceceran)
Mario: "Ambilin dagangannya woy jangan diem aja!." (Menyuruh Riko dan Liam)
Alena: "Ini apaan ribut-ribut? Kalian nggak ada capek-capeknya buat kerusuhan?."
David: (Memasuki ruang kelas) "Ameera? Kamu nggak papa?." Memegang pundak Ameera.
Mario: (Mengambil uang dikeranjang dagangan Ameera) "Widihh... Ada uang nih, mayan buat
tambahan ngopi nanti."
Mario: "Ya kan itu uang jajan, bukan uang buat ngopi."
Alena: "Kalau kalian kaya gini terus, aku bakal laporin ke Pak Vendy!."
Mario: "Mau berapa kali kamu bilang ke Pak Vendy? Lagian Pak Vendy juga nggak akan percaya
sama kalian."
Tanpa mereka sadari, sedari tadi Meyra merekam semua perbuatan Mario, Riko, dan Liam kepada
Ameera.
Meyra: "Aku dari tadi ngerekam perbuatan kalian loh, masa iya Pak Vendy masih nggak percaya?."
Mario: "Yang bener? Nggak usah ngebohongin kita, kita nggak selevel sama kebohongan kalian."
Meyra: "Nggak percaya? Nih!." (Menunjukkan video rekaman perbuatan Mario, Riko, dan Liam
kepada Ameera)
Alena: "Nah sekarang udah ada bukti, tinggal ngelaporin ke Pak Vendy deh."
Mario: "Laporin aja nggak papa. Kita tinggal bilang kalau kita lagi latihan drama. Hahaha..."
Ameera: "Ya aku tinggal bilang yang sebenernya. Udah berkali-kali aku kalian giniin. Aku udah
capek!."
Mario: "Nggak ada apa-apa Pak, kita lagi latihan drama." (Senyum palsu)
Alena: "Jangan percaya sama Mario Pak. Mario, Riko, dan Liam mengacak-ngacak dagangan
Ameera, dan mereka juga mengambil uang dagangan Ameera."
Pak Vendy: "Masa sih? Palingan mereka memang mau latihan drama."
Meyra: "Enggak Pak. Ini saya tadi sempat merekam perbuatan mereka." (Menunjukkan rekaman)
Pak Vendy: "Astaghfirullah! Kalian ya bener-bener! Ameera kamu nggak papa kan nak?."
Alena: "Ini sudah kesekian kalinya Ameera dibully dan dipalak sama mereka Pak. Tapi kenapa Pak
Vendy baru kali ini percaya dengan laporan pembullyan ini?."
Pak Vendy: "Maafkan Bapak ya. Pak Vendy nggak percaya sama laporan kalian karena Mario
adalah anak dari kepala sekolah. Nggak mungkin anak kepala sekolah berbuat seperti itu dengan
temannya."
Alena: "Mentang-mentang dia anak kepala sekolah jadi seenaknya ngebully Ameera."
Mario, Riko, dan Liam memalingkan pandangan dan tidak mendengarkan percakapan Pak Vendy.
Pak Vendy: "Kenapa?! Kamu ini ya, mentang-mentang anak dari kepala sekolah jadi seenaknya
ngebully teman kamu! Riko dan Liam juga ngapain ikut-ikutan?."
Liam: "Saya juga minta maaf Pak. Saya cuma ikut-ikutan Bu."
Riko: "Saya juga minta maaf Pak. Saya dipaksa sama Mario."
Mario: "Dipaksa apaan sih? Orang aku nggak pernah maksa kamu."
Riko: "Halah kamu maksa aku biar ada temennya kalau dihukum."
Mario: "Lagian kan aku anak kepala sekolah, nggak akan dihukum."
Pak Vendy: "Sudah cukup! Saya nggak butuh perdebatan dan permintaan maaf kalian! Yang butuh
permintaan maaf itu Ameera. Saya mau kalian meminta maaf kepada Ameera dan mengganti uang
dagangan milik Ameera. Lima kali lipat!."
Pak Vendy: "Pakai nanya kamu ya!." Meninggalkan Mario, Riko, dan Liam.
Ameera: "Makasih ya temen-temen udah mau ngebantuin aku. Tanpa kalian, mungkin sampai
kenaikan kelas aku bakal terus dibully."
Alena: "Udah gitu dia ngemanfaatin pangkat ayahnya supaya bisa seenaknya ngebully Ameera."
Akhirnya, setelah berkali-kali Mario, Riko, dan Liam membully Ameera, mereka dihukum juga.
Dengan ketegasan Alena, kesabaran Ameera, kebaikan Meyra, dan keceriaan Kinara lah yang
mengalahkan sifat buruk para pembully tersebut.
Setinggi apapun pangkat orang tua kalian, jika kalian memanfaatkannya untuk membully orang
lain, maka pangkat itu akan turun serendah-rendahnya. Janganlah sesekali membully orang lain.
Dan bagi kalian yang dibully, jangan takut untuk melawan. Melawan pembully lebih mudah dari
pada memendam rasa sakit.