Anda di halaman 1dari 5

Pembullyan Merugikanmu

Pada pagi hari di SMP Aryanthara, terjadi kerusuhan didalam kelas 8B. Sekelompok pembully telah
membuat kerusuhan kesekian kalinya. Mario, si ketua genk dengan sengaja menyenggol Ameera
hingga dagangannya terjatuh.

Brakk!

Mario: "Aduh maaf ya gasengaja." (Membalik keranjang dagangan Ameera hingga dagangannya
berceceran)

Riko: "Hahaha. Kasian banget dagangannya berceceran." (Tertawa terbahak-bahak)

Mario: "Ambilin dagangannya woy jangan diem aja!." (Menyuruh Riko dan Liam)

Ameera: "Kalian jangan gitu dong! Jangan ambilin dagangan aku!."

Alena: "Ini apaan ribut-ribut? Kalian nggak ada capek-capeknya buat kerusuhan?."

Liam: "Udah diem, kita nggak ada urusan sama kamu."

(Riko dan Liam asik memakan jajan dari dagangan Ameera)

David: (Memasuki ruang kelas) "Ameera? Kamu nggak papa?." Memegang pundak Ameera.

Ameera: "Nggak papa kok."

David: "Aku bantu beresin ya." Membereskan dagangan Ameera.

Ameera: "Eh nggak usah." Membantu David membereskan.

Mario: (Mengambil uang dikeranjang dagangan Ameera) "Widihh... Ada uang nih, mayan buat
tambahan ngopi nanti."

Ameera: "Rio! Jangan diambil juga dong uangnya!."

David: "Mario, balikin nggak?!."

Riko: "Halah banyak omong kalian!."

Alena: "Balikin uang Ameera!."


David: "Kalian pada punya orang tua kan? Tiap hari dikasih uang jajan masa harus ngambil uang
Ameera juga?."

Mario: "Ya kan itu uang jajan, bukan uang buat ngopi."

Alena: "Kalau kalian kaya gini terus, aku bakal laporin ke Pak Vendy!."

Mario: "Mau berapa kali kamu bilang ke Pak Vendy? Lagian Pak Vendy juga nggak akan percaya
sama kalian."

Mario, Riko, dan Liam: "Hahahah..."

Tanpa mereka sadari, sedari tadi Meyra merekam semua perbuatan Mario, Riko, dan Liam kepada
Ameera.

Kinara: "Apa iya Pak Vendy nggak percaya?."

Meyra: "Aku dari tadi ngerekam perbuatan kalian loh, masa iya Pak Vendy masih nggak percaya?."

Mario: "Yang bener? Nggak usah ngebohongin kita, kita nggak selevel sama kebohongan kalian."

Mario, Riko, Liam: "Hahahaha...." (Tertawa terbahak-bahak)

Meyra: "Nggak percaya? Nih!." (Menunjukkan video rekaman perbuatan Mario, Riko, dan Liam
kepada Ameera)

Liam: "Aduh gimana ini?."

Riko: "Gawat kita bakal dihukum!."

Mario: "Diem kalian semua! Cemen!."

Alena: "Nah sekarang udah ada bukti, tinggal ngelaporin ke Pak Vendy deh."

Mario: "Laporin aja nggak papa. Kita tinggal bilang kalau kita lagi latihan drama. Hahaha..."

Ameera: "Ya aku tinggal bilang yang sebenernya. Udah berkali-kali aku kalian giniin. Aku udah
capek!."

Alena: "Udah-udah ayo kita laporin Pak Vendy."


Tidak usah repot-repot mereka menghampiri Pak Vendy. Pak Vendy sudah memasuki kelas dengan
wajah bingungnya.

Pak Vendy: "Ada apa ini? Kenapa ribut-ribut?."

Mario: "Nggak ada apa-apa Pak, kita lagi latihan drama." (Senyum palsu)

Alena: "Jangan percaya sama Mario Pak. Mario, Riko, dan Liam mengacak-ngacak dagangan
Ameera, dan mereka juga mengambil uang dagangan Ameera."

Pak Vendy: "Masa sih? Palingan mereka memang mau latihan drama."

Meyra: "Enggak Pak. Ini saya tadi sempat merekam perbuatan mereka." (Menunjukkan rekaman)

Pak Vendy: "Astaghfirullah! Kalian ya bener-bener! Ameera kamu nggak papa kan nak?."

Ameera: "Nggak papa Pak."

Alena: "Ini sudah kesekian kalinya Ameera dibully dan dipalak sama mereka Pak. Tapi kenapa Pak
Vendy baru kali ini percaya dengan laporan pembullyan ini?."

Pak Vendy: "Maafkan Bapak ya. Pak Vendy nggak percaya sama laporan kalian karena Mario
adalah anak dari kepala sekolah. Nggak mungkin anak kepala sekolah berbuat seperti itu dengan
temannya."

Ameera: "Anak dari kepala sekolah?!."

Alena: "Mentang-mentang dia anak kepala sekolah jadi seenaknya ngebully Ameera."

Mario, Riko, dan Liam memalingkan pandangan dan tidak mendengarkan percakapan Pak Vendy.

Pak Vendy: "Mario!."

Mario: "Eh iya Pak? Kenapa ya?."

Pak Vendy: "Kenapa?! Kamu ini ya, mentang-mentang anak dari kepala sekolah jadi seenaknya
ngebully teman kamu! Riko dan Liam juga ngapain ikut-ikutan?."

Mario: "Saya minta maaf Pak."

Liam: "Saya juga minta maaf Pak. Saya cuma ikut-ikutan Bu."
Riko: "Saya juga minta maaf Pak. Saya dipaksa sama Mario."

Mario: "Dipaksa apaan sih? Orang aku nggak pernah maksa kamu."

Riko: "Halah kamu maksa aku biar ada temennya kalau dihukum."

Mario: "Lagian kan aku anak kepala sekolah, nggak akan dihukum."

Pak Vendy: "Sudah cukup! Saya nggak butuh perdebatan dan permintaan maaf kalian! Yang butuh
permintaan maaf itu Ameera. Saya mau kalian meminta maaf kepada Ameera dan mengganti uang
dagangan milik Ameera. Lima kali lipat!."

Riko: "Lima kali lipat? Nggak kebanyakan Pak?."

Pak Vendy: "Nawar ya kamu!."

Riko: "Baik Pak."

Pak Vendy: "Sekarang kalian ikut Bapak ke BK!."

Mario: "Mau ngapain lagi Pak?."

Pak Vendy: "Pakai nanya kamu ya!." Meninggalkan Mario, Riko, dan Liam.

Pak Vendy, Mario, Riko, dan Liam menuju ruang BK.

Ameera: "Makasih ya temen-temen udah mau ngebantuin aku. Tanpa kalian, mungkin sampai
kenaikan kelas aku bakal terus dibully."

Alena, Kinara, dan Meyra: "Sama-sama cantik."

Meyra: "Eh ini berapaan?" (Menunjuk dagangan Ameera)

Kinara: "Kamu nanya?."

Ameera: "Itu seribuan."

Meyra: "Yaudah aku ini dua ya."

Alena: "Aku juga dong."

Kinara: "Aku borong boleh kan Ameera?."

Ameera: "Yang bener?."


Alena: "Heh kalian percaya nggak sih kalau Mario anaknya kepala sekolah?."

Meyra: "Percaya nggak percaya sih."

Alena: "Udah gitu dia ngemanfaatin pangkat ayahnya supaya bisa seenaknya ngebully Ameera."

Kinara: "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."

Ameera: "Heh nggak boleh gitu."

Akhirnya, setelah berkali-kali Mario, Riko, dan Liam membully Ameera, mereka dihukum juga.
Dengan ketegasan Alena, kesabaran Ameera, kebaikan Meyra, dan keceriaan Kinara lah yang
mengalahkan sifat buruk para pembully tersebut.

Setinggi apapun pangkat orang tua kalian, jika kalian memanfaatkannya untuk membully orang
lain, maka pangkat itu akan turun serendah-rendahnya. Janganlah sesekali membully orang lain.
Dan bagi kalian yang dibully, jangan takut untuk melawan. Melawan pembully lebih mudah dari
pada memendam rasa sakit.

Anda mungkin juga menyukai