1
PENDAHULUAN (audible) dan yang kelihatan (visible)
Pembelajaran bahasa dan sastra yang memanfaatkan sejumlah otot dan
Indonesia pada prinsipnya bertujuan jaringan otot tubuh manusia demi
untuk siswa terampil berbahasa, yaitu maksud dan tujuan gagasan-gagasan
terampil menyimak, terampil berbicara, atau ide-ide yang dikombinasikan.
terampil membaca dan terampil menulis. Dengan demikian, berbicara itu lebih
Penekanan pada aspek keterampilan daripada hanya sekedar mengucapkan
berbahasa ini menandakan betapa bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara
pentingnya bahasa sebagai alat adalah suatu alat untuk
komunikasi, baik secara lisan maupun mengkomunikasikan gagasan-gagasan
tulisan. Setiap pengajaran bahasa dan yang disusun serta dikembangkan
sastra Indonesia, tujuannya tidak sesuai dengan kebutuhan pendengar
terlepas dari keempat keterampilan atau penyimak.
berbahasa tersebut. Namun, dari setiap Pembelajaran bahasa Indonesia
materi ada beberapa keterampilan yang selama ini lebih menekankan pada teori
sangat ditekankan agar dikuasai oleh sebagai dasar dalam memulai
siswa, salah satunya adalah kemampuan pembelajaran, karena dalam proses
berbicara. belajar, hal yang paling mendasar adalah
Menurut Tarigan (2008: 1) kita harus tahu terlebih dahulu teori
berbicara merupakan satu dari empat sehingga dalam praktiknya sudah ada
kemampuan bahasa pokok, dan bekal pengalaman atau pengetahuan
merupakan satu bagian atau komponen tentang apa yang akan dilakukan. Praktik
dari komunikasi lisan. Adapun pembelajaran selama ini lebih
kemampuan bahasa pokok atau menekankan pada aspek pengetahuan
keterampilan berbahasa dalam kurikulum daripada keterampilan. Walaupun hal ini
di sekolah mencakup empat bagian, tidak sesuai lagi dengan paradigma baru
yaitu; keterampilan pendidikan sekarang bahwa
menyimak/mendengarkan (listening pembelajaran lebih ditekankan pada
skills), keterampilan berbicara (speaking prakteknya. Pada dasarnya memang
skills), keterampilan membaca (reading anak akan belajar lebih baik melalui
skills), dan keterampilan menulis (writing kegiatan mengalami sendiri dalam
skills). Tujuan dari materi pembelajaran lingkungan yang alamiah. Belajar akan
berbicara adalah agar siswa mampu lebih bermakna jika anak “mengalami”
mengucapkan kata-kata secara lisan. apa yang dipelajarinya, bukan
Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan “mengetahuinya”. Namun kita harus
(2008: 16) yang menyatakan bahwa menyadari bahwa suatu pengetahuan
berbicara merupakan suatu sistem tanpa menguasai terlebih dahulu teori
tanda-tanda yang dapat didengar akan mengalami kebingungan. Dengan
2
kata lain, praktek tanpa ada teori adalah memperoleh hasil yang jelek, sebaliknya
pincang. Teori diibaratkan sebagai acuan isi pembicaraan yang biasa-biasa saja
kompas sehingga kita sudah ada bekal tetapi karena dibawakan secara baik
pengetahuan ke mana arah dan tujuan akan menghasilkan sambutan
yang akan dicapai. Sebagai contohnya, pendengar yang baik pula.
berdasarkan standar kompetensi 2. Seseorang dapat berbicara
Mengungkapkan pikiran, pendapat, dengan baik adalah seseorang yang
perasaan, fakta secara lisan dengan memiliki kemampuan dasar tentang
menanggapi suatu persoalan, teori-teori berbicara. Semakin tinggi
menceritakan hasil pengamatan, atau seseorang menguasai teori-teori
berwawancara dan kompetensi dasar 2.1 berbicara semakin baik pula ia dalam
menanggapi suatu persoalan atau keterampilan berbicara. Prakteknya
peristiwa dan memberi saran bahwa seseorang yang memiliki
pemecahannya dengan memperhatikan kemampuan yang rendah dalam
pilihan kata dan santun berbahasa berbicara cenderung cara berbicaranya
dengan materi pembelajaran tidak terarah, pesan yang disampaikan
menanggapi suatu persoalan atau tidak teratur dalam pembicaraannya.
peristiwa berdasarkan gambar, Padahal dalam teori berbicara
dibuktikan dengan adanya rencana pengucapan kalimat senantiasa
pelaksanaan pembelajaran dan silabus mengacu pada kondisi/keadaan dimana
pembelajaran. kita harus berbicara sesuai dengan
Begitu juga halnya dengan pokok persoalan yang akan dibicarakan
berbicara, bahwa sebelum sehingga ketika kita melakukan
mengungkapkan sebuah perkataan pembicaraan dengan lawan bicara
(berbicara) perlu sebuah konsep berjalan lancar dan lebih terarah.
sehingga dalam berbicara tidak asal- Berdasarkan hasil observasi pra
asalan. Kondisi ini masih terlihat dengan penelitian pada tanggal 7-9 maret 2016
adanya siswa yang kesulitan untuk dapat terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar
tampil di depan kelas untuk memaparkan Negeri 13 Entogong Kecamatan Kayan
ide pikirannya kepada teman dan guru. Hulu, diketahui bahwa ketidakmampuan
Tampil prima di depan kelas memang siswa dalam kemampuan berbicara
membutuhkan keterampilan khusus disebabkan oleh banyak faktor. Salah
yang tidak diperoleh secara cepat satu faktor yang peneliti amati adalah
sehingga memerlukan latihan-latihan dan faktor siswanya yang belum memahami
pembiasaan diri. Selain itu, tatakrama benar akan penguasaan teori yang
berbicara juga harus diperhatikan berkaitan dengan materi menanggapi
dengan serius, karena akan suatu persoalan atau peristiwa
mempengaruhi kualitas pembicaraan. berdasarkan gambar itu sendiri, seperti
Banyak isi pembicaraan yang baik, jika dalam mengucapkan kalimat dalam
tidak dibawakan dengan baik, akan bentuk kata-kata terdengar belum tepat,
3
keakuratan informasi yang dibicarakan maksimal. Hal ini tentunya tidak terlepas
kurang tepat serta tampak siswa dalam dari penggunaan metode mengajar guru
berbicaranya terdengar masih terbata- yang hanya bersifat satu arah. Artinya
bata dan kaku. Di samping adanya bahwa hanya guru saja yang aktif,
kelemahan dari faktor siswa itu sendiri, sedangkan siswa tampak pasif. Siswa
juga terlihat kelemahan akan tingkat hanya mendapatkan transfer
kemampuan berbicara tersebut terletak pengetahuan dari guru sehingga siswa
pada faktor guru. Hal ini terlihat guru tidak melakukan kegiatan. Padahal
masih belum secara maksimal sistem pendidikan saat ini lebih
mengajarkan kepada siswa aspek ditekankan pada siswa sebagai pusat
hubungan antar informasi dan ketepatan belajar, agar kondisi belajar lebih hidup
struktur/kosakata dalam sebuah dan siswa menjadi aktif.
pembicaraan. Karena ketika guru Berdasarkan masalah yang
menjelaskan materi pembelajaran sering ditemukan tersebut, jelas bahwa siswa
menggunakan bahasa daerah dan guru mengalami ketidakmampuan dalam
hanya menggunakan metode ceramah aspek berbicara. Hal ini tampak ketika
sehingga dalam proses belajar mengajar terdapat siswa yang dalam berbicara
hanya guru yang aktif sedangkan baik secara formal maupun non formal
siswanya pasif karena siswanya tidak terlihat masih kaku, tidak terarah, serta
dilibatkan secara aktif. Agar kemampuan tatakrama bicaranya terdengar kurang
siswa dapat lebih baik khususnya sopan. Melihat begitu banyaknya
kemampuan berbicara, maka perlu persoalan yang menyangkut kurang
adanya perbaikan pembelajaran pada maksimalnya kemampuan berbicara
materi menanggapi suatu persoalan atau pada siswa, maka permasalahan
peristiwa berdasarkan gambar tersebut tersebut memerlukan suatu pemecahan
dengan menitikberatkan pada aspek- yang dirasa efektif untuk meningkatkan
aspek berbicara itu sendiri, diantaranya kemampuan berbicara siswa khususnya
adalah kesesuaian dengan gambar, siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 13
ketepatan logika urutan cerita, ketepatan Entogong Kecamatan Kayan Hulu.
makna cerita, ketepatan kata, ketepatan Sebagai informasi tambahan,
kalimat dan kelancaran berbicara. berdasarkan data yang peneliti peroleh
Apabila seluruh aspek ini dapat diajarkan dari guru bahasa Indonesia yang
dengan baik oleh guru, tentu tingkat mengajar di kelas tersebut, bahwa siswa
kemampuan siswa dalam berbicara akan kelas V pada materi berbicara masih
maksimal. banyak yang belum mencapai nilai
Hasil pengamatan berikutnya tuntas. Hal ini dibuktikan dari data nilai
dalam pembelajaran berbicara siswa, mata pelajaran bahasa Indonesia siswa
adalah tampak bahwa metode yang hanya mencapai rata-rata 60
pembelajaran menjadi sentral lemahnya sedangkan KKM yang ditentukan pihak
proses pembelajaran untuk menjadi sekolah adalah 60. Melihat akan
4
ketidaktuntasan siswa ini, maka peneliti untuk menyampaikan ide/gagasan atau
memfokuskan pada peningkatan pendapatnya sendiri. Adapun langkah-
kemampuan dasar berbicara siswa. langkah pembelajaran dengan
Melalui tindakan kelas ini, siswa menggunakan metode brainstorming
diharapkan mampu membicarakan adalah dengan siswa dibagi menjadi
masalah sesuai dengan apa yang beberapa kelompok, guru
dilihatnya dan mampu menentukan menyampaikan suatu materi, guru
aspek kesesuaian dengan gambar, melontarkan masalah kepada siswa,
ketepatan makna cerita, ketepatan logika siswa mengemukakan pendapat atau
urutan cerita, ketepatan kata, ketepatan komentar, sedangkan guru mencatatnya
kalimat dan kelancaran. di papan tulis tanpa mengadakan
Pemaparan persoalan di atas perubahan, guru dan siswa bersama-
perlu untuk digali penyebabnya, agar sama mengevaluasi setiap gagasan
selanjutnya kemampuan berbicara siswa yang telah dikemukakan.
dapat menjadi lebih baik. Untuk Lokasi penelitian ini adalah
mengatasi masalah ketidakmampuan Sekolah Dasar Negeri 13 Entogong
berbicara siswa dalam pembelajaran Kecamatan Kayan Hulu Kabupaten
bahasa Indonesia diperlukan adanya Sintang Provinsi Kalimantan Barat.
sebuah metode yang tepat dan mampu Alasan peneliti memilih lokasi ini karena
memberikan dorongan dalam diri siswa pada siswa kelas V khususnya di
untuk memiliki kemampuan dalam Sekolah Dasar Negeri 13 Entogong
berbicara. Pada penelitian ini, peneliti Kecamatan Kayan Hulu tingkat
memberikan satu solusi agar kemampuan berbicara siswa masih
kemampuan berbicara siswa semakin rendah sehingga perlu ada perbaikan
baik dan meningkat. Adapun solusi yang kearah peningkatan. Atas dasar itulah,
digunakan adalah penggunaan metode peneliti tertarik untuk meneliti
pembelajaran brainstorming. kemampuan berbicara siswa di Sekolah
Metode pembelajaran Dasar Negeri 13 Entogong Kecamatan
brainstorming merupakan metode Kayan Hulu. Dengan demikian peneliti
pembelajaran di mana siswa belajar menentukan penelitian dengan judul
mencurahkan gagasan secara spontan “peningkatan kemampuan berbicara
yang berhubungan dengan minat atau menggunakan metode brainstorming
kebutuhan kelompok untuk mencapai pada siswa kelas V Sekolah Dasar
suatu keputusan. Subana (2011: 106) Negeri 13 Entogong Kecamatan Kayan
berpendapat brainstorming juga dapat Hulu tahun pelajaran 2016/2017”.
diartikan pula sebagai suatu cara untuk
mendapatkan banyak ide dari METODE
sekelompok manusia dalam waktu yang Pendekatan yang digunakan
sangat singkat. Metode pembelajaran ini dalam penelitian ini adalah pendekatan
efektif untuk melatih siswa berbicara penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
5
merupakan cara ilmiah yang digunakan Negeri 13 Entogong Kecamatan Kayan
untuk mendapatkan data dengan tujuan Hulu. Objek penelitian yang
tertentu. Berdasarkan penelitian ini, dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
penelitian akan dapat dilaksanakan seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar
secara tepat, cepat dan akurat. Negeri 13 Entogong Kecamatan Kayan
Karakteristik dari metode kualitatif ini Hulu. Teknik pengumpulan data yang
adalah mendeskripsikan kenyataan dilakukan dalam penelitian ini adalah
secara benar, dibentuk oleh kata-kata teknik observasi langsung, teknik
berdasarkan teknik pengumpulan dan pengukuran, teknik komunikasi langsung
analisa data yang relevan yang diperoleh dan teknik studi dokumentasi. Teknik
dari situasi yang alamiah (Sugiyono, analisis data yang digunakan dalam
2012: 13). Bogdan dan Taylor (Moleong, penelitian ini adalah teknik analisis
2014: 4), mengatakan bahwa “ penelitian interaktif model Miles & Huberman.
kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa HASIL DAN PEMBAHASAN
kata-kata atau lisan dari orang-orang dan Siklus I
perilaku yang dapat diamati”.
Pada penelitian ini harus bisa a. Hasil tes belajar siswa siklus I
menguraikan secara jelas situasi dan yaitu 10 orang siswa yang tuntas dan 5
siswa yang tidak tuntas. Nilai yang
keadaan dimana penelitian dilakukan.
diperoleh pada siklus I dengan nilai
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian tertinggi 83 dan nilai terendah yaitu 53.
Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian Adapun rekapitulasi hasil tes belajar
yang ditetapkan dalam penelitian ini siswa siklus I dapat dilihat pada tabel 1
adalah siswa kelas V Sekolah Dasar
6
siswa atau 0% memperoleh nilai sangat Observer mengisi lembar observasi guru
baik. tersebut. Observer dalam penelitian ini
yaitu wali kelas V. Setelah dilakukan
b. Observasi aktivitas guru siklus I penelitian, peneliti bersama observer
Aktivitas guru dalam mengajar menghitung seberapa besar presentase
diukur dengan menggunakan lembar yang diperoleh. Dapat dilihat pada tabel
observasi yang telah disiapkan peneliti. 2.
persentase pelaksanaan
siklus I
Frekuensi %
12 85,71%
persentase pelaksanaan
siklus I
Frekuensi %
5 83,3%
7
Berdasarkan tabel 3, hasil observasi siswa, masih ada beberapa
observasi siswa siklus I yaitu hal yang perlu diperbaiki. Artinya, masih
memperoleh 5, kemudian skor dikalikan banyak kekurangan yang harus
100% dibagi jumlah kriteria sehingga diperbaiki pada siklus I dari segi
diperoleh persentase 83,3%. kesiapan guru mengajar dalam kelas,
Berdasarkan hasil persentase tersebut penguasaan materi, dan ketuntasan
menunjukkan bahwa aktivitas siswa belajar siswa belum maksimal sebab
dalam proses pembelajaran belum mencapai 70% sedangkan yang
menggunakan metode brainstorming diperoleh 66,7% jadi masih sekitar 3,3%
untuk tindakan siklus I tergolong kategori yang menjadi tugas guru dalam
baik. Berdasarkan pelaksanaan tindakan meningkatkan kemampuan berbicara
siklus I tentang peningkatan kemampuan siswa. Dari hasil ini, pelaksanaan
berbicara menggunakan metode tindakan pada siklus I harus dilanjutkan
brainstorming pada siswa kelas V pada tahap siklus II dan dilanjutkan
Sekolah Dasar Negeri 13 Entogong dengan menyusun perencanaan
Kecamatan Kayan Hulu tahun pelajaran tindakan berdasarkan refleksi dan
2016/2017, dilihat dari hasil belajar kekurangan pada siklus I.
diperoleh siswa yang tuntas dalam
materi menanggapi suatu persoalan atau Siklus II
peristiwa berdasarkan gambar sebanyak
a. Hasil tes belajar siswa siklus II
10 orang, dan jika dipersentasekan yaitu 14 orang siswa yang tuntas dan 1
sebesar 66,7%, sedangkan target yang orang siswa yang tidak tuntas atau tidak
harus dicapai adalah 70% hasil ini masih memenuhi kriteria ketuntasan minimal.
jauh dari harapan peneliti. Dari hasil Nilai yang diperoleh pada siklus II
observasi guru diperoleh bahwa dengan nilai tertinggi 83 dan nilai
walaupun guru melakukan setiap tahap, terendah yaitu 57. Adapun rekapitulasi
hasil tes belajar siswa siklus II dapat
namun ada beberapa hal yang belum
dilihat pada tabel 4.
dikuasai oleh guru. Sedangkan dari hasil
8
Dari tabel di atas dapat kita atau 6,7%, hal ini berarti 4 orang yang
ketahui adanya peningkatan dari siklus I. memperoleh nilai meningkat.
Peningkatan ini tidak terlepas dari Penampilan siswa dalam siklus II ini jauh
perbaikan tindakan yang dilakukan pada lebih baik daripada penampilan mereka
siklus II, diantaranya motivasi yang pada siklus I. Berdasarkan tabel 4, dapat
peneliti berikan kepada siswa dan dilihat rekapitulasi hasil tes belajar siswa
penguasaan kelas yang baik. Dari ke-15 siklus II diperoleh nilai rata-rata dari
siswa yang diteliti, terdapat 3 siswa atau seluruh jumlah siswa 67,73, nilai
20% yang memperoleh nilai 71-80 dalam ketuntasan klasikal yang dicapai sebesar
kategori baik, 11 siswa atau 73.3% yang 93,3% dengan kriteria baik, dari jumlah
memperoleh nilai 60-70 dalam kategori siswa yang memperoleh nilai 60 sesuai
cukup, dan 1 siswa atau 6.7% dengan KKM yang telah ditetapkan.
memperoleh nilai kurang. Walaupun ada Peningkatan hasil tes belajar siswa
1 siswa yang memperoleh nilai kurang, siklus I dan siklus II, peneliti membuat
namun peningkatan ini sudah tampak. suatu kesimpulan untuk melihat
Pada siklus I siswa yang memperoleh peningkatan hasil belajar siklus I dan
nilai kurang sebanyak 5 orang atau siklus II. Untuk lebih jelasnya, dapat
33,3%, namun pada siklus II siswa yang dilihat pada tabel 5.
memperoleh nilai kurang hanya 1 orang
Berdasarkan tabel 5, hasil tes belajar ketuntasan klasikal 70% Hal ini berarti
siswa siklus I dan II didapat peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan II dengan
yang diperoleh yaitu pada siklus I siswa menggunakan metode brainstorming
yang tidak tuntas sebesar 33,3% telah menunjukan adanya peningkatan.
sedangkan siswa yang tuntas sebesar b. Observasi aktivitas guru siklus II
66,7% meningkat pada siklus II siswa dalam mengajar diukur dengan
yang tidak tuntas sebesar 6,7% menggunakan lembar observasi yang
telah disiapkan peneliti. Observer
sedangkan siswa yang tuntas sebesar
mengisi lembar observasi guru tesebut.
93,3%. Jadi peningkatan dari siklus I ke Observer dalam penelitian ini yaitu wali
siklus II sebesar 26,6% berdasarkan kelas V. Setelah dilakukan penelitian,
9
peneliti bersama observer menghitung diperoleh. Dapat dilihat pada tabel 6.
seberapa besar presentase yang
persentase pelaksanaan
siklus II
Frekuensi %
14 100%
Skor
Penilaian
Siklus I Siklus II
Jumlah Skor Yang diperoleh 12 14
Jumlah Skor Maksimal 14 14
Persentase 85,71% 100%
Peningkatan 14,29%
10
Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
persentase pelaksanaan
siklus II
Frekuensi %
6 100%
Skor
Penilaian
Siklus I Siklus II
JumlahSkor Yang diperoleh 5 6
Jumlah Skor Maksimal 6 6
Persentase 83,3% 100%
Peningkatan 16,7%
11
bahwa siswa sudah mulai aktif selama Pada siklus II hasil wawancara dengan
proses belajar mengajar berlangsung guru mata pelajaran bahasa Indonesia
sehingga hasil yang dicapai meningkat diketahui bahwa siswa sudah aktif dalam
walaupun masih ada beberapa siswa proses belajar mengajar sedangkan hasil
yang tidak sepenuhnya aktif. Sedangkan wawancara dengan siswa diketahui
hasil wawancara dengan siswa, siswa bahwa siswa merasa senang dan mudah
merasa senang karena metode memahami sehingga siswa mengikuti
brainstorming mudah dipahami dan proses belajar dengan baik.
metode brainstorming yang digunakan g. Peningkatan hasil tes siswa siklus
melibatkan siswa secara aktif. I ke siklus II dapat dilihat pada gambar 1
di bawah ini:
60%
40% Peningkatan
27% Siklus I
20%
0% 4% 5.06% Siklus II
0% Siklus II
Siklus I
Peningkatan
Pada gambar 1, nilai siklus I dan siklus II dapat diinterprestasikan dalam kategori
ini terlihat terjadi peningkatan yang “Baik”.
cukup baik, yaitu mencapai kenaikan
nilai rata-rata sebesar 5,06 dan untuk SIMPULAN DAN SARAN
kenaikan jumlah presentase ketuntasan Berdasarkan hasil penelitian dan
klasikal mencapai 26,6% dan dibulatkan pembahasan dalam penelitian ini, dapat
menjadi 27%. Dari jumlah total disimpulkan secara umum bahwa melalui
peningkatan yang diperoleh terlihat metode brainstorming berhasil
cukup baik. Dengan demikian, maka meningkatkan kemampuan berbicara
peningkatan hasil belajar siswa pada siswa di kelas V SDN 13 Entogong
kemampuan berbicara dengan Kecamatan Kayan Hulu tahun pelajaran
menggunakan metode brainstorming 2016/2017 dengan kategori baik. Hal ini
12
dapat dibuktikan berdasarkan hasil berbicara siswa menjadi lebih baik.
penelitian yang dilakukan pada tes siklus Kelemahan siswa adalah kurang
I dan siklus II dijabarkan berdasarkan menguasai kosa kata, siswa belum
sub masalah sebagai berikut: terbiasa tampil di depan kelas untuk
1) Penggunaan metode memberikan komentar atau jawaban
brainstorming dalam pembelajaran terhadap pertanyaan yang dilontarkan.
berbicara khususnya pada materi Berdasarkan hasil penelitian yang
menanggapi suatu persoalan atau telah disimpulkan di atas maka dalam
peristiwa berdasarkan gambar, kesempatan ini, peneliti memberikan
berdasarkan hasil observasi guru serta saran sebagai rekomendasi sebagai
hasil wawancara dari beberapa sumber berikut:
data, dapatlah disimpulkan bahwa 1) Hendaknya menggunakan metode
dengan diterapkannya metode brainstorming untuk meningkatkan hasil
brainstorming dalam belajar berhasil belajar siswa pada pembelajaran
membantu dan mempermudah siswa berbicara, sebab nilai berhasil
dalam belajar khususnya berbicara ditingkatkan melalui metode
dengan memperoleh nilai dalam kategori brainstrorming. Dengan demikian,
baik. metode brainstorming dapat digunakan
2) Peningkatan kemampuan sebagai alternatif dalam meningkatkan
berbicara siswa melalui metode kemampuan siswa dalam berbicara.
brainstorming dapat terungkap Selain itu peneliti memberikan saran
berdasarkan data tes siklus I dan siklus II kepada guru hendaknya mencoba
yaitu berdasarkan hasil tes siswa pada menggunakan metode brainstorming
siklus I diperoleh nilai rata-rata 62,67 sebagai variasi strategi pembelajaran
mengalami peningkatan pada siklus II berbicara agar siswa tidak merasa jenuh
menjadi 67,73. Jika ditinjau dari hasil dan bisa terlibat, serta diharapkan para
ketuntasan klasikal belajar siswa dalam guru dapat menerapkan metode
materi menanggapi suatu persoalan atau brainstorming pada mata pelajaran
peristiwa berdasarkan gambar, pada bahasa Indonesia khususnya pada
siklus I masih 66,7% dan siklus II materi menanggapi suatu persoalan atau
meningkat menjadi 93,3% berarti peristiwa maupun materi lain atau mata
peningkatan kemampuan berbicara pelajaran lain yang dianggap sesuai
siswa dari siklus I ke siklus II meningkat dengan metode ini.
sebesar 26,6%. 2) Siswa secara aktif dalam
3) Respon siswa terhadap mengikuti pembelajaran serta lebih
kemampuan berbicara melalui metode memperhatikan guru pada saat
brainstorming dapat dikemukakan bahwa menjelaskan materi, sehingga apa yang
dengan diterapkannya metode disampaikan dapat diterima dengan
brainstorming dalam belajar berhasil mudah. Selain itu, siswa dalam
membantu meningkatkan kemampuan mencapai hasil belajar yang maksimal,
13
hendaknya memiliki semangat, kemauan Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara
yang keras dan percaya diri terhadap Sebagai Suatu Keterampilan
kemampuanya. Dengan demikian, Berbahasa. Bandung: Angkasa.
niscaya siswa akan mampu memperbaiki
hasil belajar lebih baik dan berdampak
pada peningkatan hasil belajar siswa
lebih maksimal.
3) Bagi sekolah, hasil penelitian ini
dapat dijadikan acuan dalam
mengembangkan metode pembelajaran
yang sesuai dengan kondisi siswa
khususnya dalam pembelajaran
berbicara, dengan metode brainstorming
telah mampu meningkatkan kemampuan
berbicara siswa menjadi lebih baik
dengan kategori baik. Sehingga metode
tersebut layak untuk diimplementasikan
oleh pihak sekolah.
4) Bagi masyarakat, terus aktif
mengawasi dan mendukung berbagai
pengembangan metode yang mampu
meningkatkan hasil belajar siswa agar
kualitas pendidikan semakin membaik.
DAFTAR PUSTAKA
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
14
15