Anda di halaman 1dari 58

PERTEMUAN 6

PERSYARATAN PERENCANAAN GEOMETRI JALAN

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
CAPAIAN PEMBELAJARAN

• Menyebutkan jenis-jenis
persyaratan teknis jalan
• Menyebutkan jenis-jenis kriteri
teknis perencanaan jalan
• Mengidentifikasi persyaratan
teknis sesuai dengan fungsi
dan jenis jalan

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
BENCANA ALAM ATAU KESALAHAN DESAIN

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
BENCANA ALAM ATAU KESALAHAN DESAIN

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
BENCANA ALAM ATAU KESALAHAN DESAIN

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KERUSAKAN JALAN

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KERUSAKAN JALAN

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
BAGAIMANA MENDESAIN JALAN
AGAR TIDAK CEPAT RUSAK?

TAQWA
MANDIRI
CENDEKIA

MENURUT ANDA APA SAJA


PERSYARATAN TEKNIS UNTUK
JALAN?
Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KARAKTERISTIK JALAN

• BAGIAN-BAGIAN JALAN
– DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan)
– DAMIJA (Daerah Milik Jalan)
– DAWASJA (Daerah Pengawasan Jalan)
• POTONGAN MELINTANG JALAN
– Jalur Lalu Lintas
– Lajur
– Bahu Jalan
– Median
– Fasilitas Pejalan Kaki
• VOLUME LALU LINTAS
– S M P (Satuan Mobil Penumpang)
– Volume Lalu Lintas Rencana
• VLHR (Volume Lalu Lintas Harian Rencana)
• VJR (Volume Jam Rencana)  VJR = VLHR * K/F
– Kecepatan Rencana
• JARAK PANDANG
– Jarak Pandangan Henti (Jh)
– Jarak Pandang Mendahului (Jd)

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PARAMETER PERENCANAAN
GEOMERTI JALAN

• Kecepatan Rencana (Design Speed)


• Kendaraan Rencana (Design Vehicle)
• Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
• Volume JamRencana (VJR)
• Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR)
• Satuan Mobil Penumpang (SMP)
• Kapasitas
• Tingkat Pelayanan (Level of Services)
• Gaya Sentrifugal
• Koefisien geser melintang
• Jarak pandang henti
• Jarak pandang menyiap

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KOMPONEN-KOMPONEN GEOMETRI JALAN

1. Jari – jari lengkungan/tikungan


2. Derajat Kelengkungan
3. Kelandaian (grade)
4. Superelevasi Jalan
5. Lengkung Peralihan
6. Bagian tangen
7. Bagian lengkung (curved section)
8. Daerah bebas samping
9. Pelebaran tikungan

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PERSYARATAN PERENCANAAN TRASE JALAN

PERSYARATAN TEKNIS
faktor topografi, geologi, tata guna lahan/ tata ruang wilayah, kemudahan pengerjaan,
rekayasa teknologi

PERSYARATAN EKONOMI
kelayakan aspek ekonomi dan finansial termasuk pembiayaannya dan
tidak memberikan dampak pada pengoperasian kendaraan yang
tinggi, juga biaya pemeliharaannya

PERSYARATAN LINGKUNGAN

lingkungan fisik, sosial, budaya polusi udara maupun suara serta kesehatan

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PERSYARATAN TEKNIS JALAN

 Kecepatan rencana
 Lebar Badan Jalan
 Kapasitas
 Jalan Masuk
 Persimpangan sebidang
 Bangunan pelengkap
 Perlengkapan Jalan
 Penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya
 Tidak terputus
 Memenuhi ketentuan: keamanan, keselamatan, dan
lingkungan

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

• STANDARD PERENCANAAN
– Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.
13/1970 Direktorat Jenderal Bina Marga
– Spesifikasi Standard untuk Perencanaan Geometrik
Jalan Luar Kota, SubDit Perencanaan Teknik,
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1990
– Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
No. 038/BM/1997, Direktorat Jenderal Bina Marga
– Standard Perencanaan Geometrik untuk Jalan
Perkotaan, Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

1. Penyediaan Gambar Situasi, Skala 1:1000


2. Penentuan Trace Jalan
3. Penentuan Koordinat PI
4. Kriteria Perencanaan:
• Alinyemen Horisontal
• Alinyemen Vertikal
• Pelebaran Pada Tikungan
• Kebebasan Samping
5. Penentuan Jenis Tikungan
• Full Circle (FC)
• Spiral – Circle – Spiral (SCS)
• Spiral – Spiral (SS)
6. Penggambaran Hasil Rencana
• Plan (Alinyemen Horisontal)
• Profil Memanjang (Alinyemen Vertikal)
• Penampang Melintang (Cross Section)

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PROSES PERENCANAAN
Gambar Situasi
Skala 1:1000

GEOMETRIK JALAN
Penentuan Trace Jalan

Penentuan Koordinat PI & PV

Perencanaan Alinyemen Perencanaan Alinyemen


Vertikal Horisontal

Coba Tikungan Full Circle

Pakai Tikungan
R > Rmin Yes
Full Circle

No

Coba Tikungan
Spiral – Circle - Spiral
No

Pakai Tikungan
Lc > 20 Yes
Spiral – Circle - Spiral

No

Pilih Tikungan
Spiral - Spiral

Perencanaan Super Perencanaan Pelebaran Perencanaan Kebebasan


Elevasi Perkerasan Pada Tikungan Samping

Gambar Penampang
Melintang

Yes

Gambar Perencanaan:
Plan
Profil Memanjang
Penampang Melintang

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
LALU LINTAS
• Data lalu lintas merupakan dasar utama perencanaan geometrik dan penentuan
tingkat pelayanan jalan
• Volume lalu lintas menentukan jumlah jalur, jumlah lajur, dan lebar perkerasan
• Besaran volume lalu lintas dinyatakan dalam S M P (Satuan Mobil Penumpang)
• Data dasar adalah Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
• Dari LHR dihitung Volume Lalu Lintas Rencana yaitu:
– VLHR (Volume Lalu Lintas Harian Rencana), &
– VJR (Volume Jam Rencana)  VJR = VLHR * K/F
• Komposisi lalu lintas
• Kecepatan Rencana:
– Adalah kecepatan yang dipilih untuk perencanaan yang mengkorelasikan
bentuk-bentuk setiap bagian jalan yang mempengaruhi keamanan perjalanan
kendaraan.
– Kecepatan ini merupakan kecepatan menerus tertinggi dimana kendaraan
dapat berjalan dengan aman bila cuaca mengijinkan dan kepadatan lalu lintas
rendah, sehingga hanya bentuk jalan saja yang menentukan keamanan
perjalanan kendaraan.
– Penentuan Kecepatan Rencana harus dilakukan secara seksama dengan
mempertimbangkan:
• Sifat medan
• Type jalan
• Biaya konstruksi (pembangunan)
• Antisipasi trend perkembangan kecepatan kendaraan yang akan datang.

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRI
JALAN

 Kendaraan Rencana yaitu kendaraan yg merupakan wakil dari


kelompoknya, dipergunakan utk merencanakan bagian-bagian
dari jalan. Umumnya kendaraan dpt dikelompokkan menjadi
kelompok mobil penumpang, bus/truk, semi trailer, trailer.

 Kecepatan yaitu besaran yg menunjukkan jarak yg ditempuh


kendaraan dibagi waktu tempuh. Sedangkan kecepatan
rencana yaitu kecepatan yg dipilih utk keperluan perencanaan
setiap bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan,
jarak pandang.
 Faktor-faktor yg mempengaruhi besarnya kecepatan rencana
adalah keadaan terrain, apakah datar, berbukit atau gunung.
Kemudian sifat dan tingkat penggunaan daerah

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PERSYARATAN TEKNIS JALAN PRIMER

Persyaratan Arteri Kolektor Lokal Lingkungan


Teknis
Kecepatan Min 60 km/jam Min 40 km/jam Min 20 km/jam Min 15 km/jam
rencana
Lebar badan Min 11 m Min 9 m Min 7,5 m Min 6,5 m, jalan
jalan yg tidak
diperuntukkan
untuk kendaraan
roda 3 atau lebih,
lebar jalan min
3,5 m

Kapasitas > Dari vol lalin rata-rata > Vol lalin rata2

Jalan Masuk Lalin jarak jauh tdk blh Dibatasi dan


terganggu oleh lalu direncanakan
lintas lokal, dan sehingga memenuhi
kegiatan lokal, jalan kecepatan rencana
masuk ke arteri primer dan kapasitas
dibatasi.

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PERSYARATAN TEKNIS JALAN SEKUNDER

Persyaratan Arteri Kolektor Lokal Lingkungan


Teknis

Kecepatan Min 30 km/jam Min 20 Min 10 km/jam Min 10 km/jam


rencana km/jam

Lebar badan Min 11 m Min 9 m Min 7,5 m Min 6,5 m, jika jalan
jalan tdk diperuntuk untuk
kendaraan roda 3
atau lebih, lebar min
3,5 m

Jalan Masuk Lalin cepat tidak Lalin cepat


boleh terganggu tidak boleh
oleh lalin lambat terganggu
oleh lalin
lambat

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan
Teknis Jalan (Permen PU No.11/2011)

JALAN KECIL
JALAN
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN RAYA Utk kendaraan bermotor
SEDANG
beroda 3 atau lebih
Medan Datar < 110.000 < 82.000 < 61.000 < 22.000 < 17.000
LHRT (SMP/Hari) Medan Bukit < 106.600 < 79.900 < 59.800 < 21.500 < 16.300
Medan Gunung < 103.400 < 77.700 < 58.100 < 20.800 < 15.800
Arteri (Kelas I, II, III, Kelas Khusus)
Lokal, Lingkungan
FUNGSI JALAN (PENGGUNAAN JALAN) Kolektor (Kelas I, II, III)
Lokal (Kelas II, III)
TIPE JALAN PALING KECIL 4/2-T 2/2-TT 2/2-TT
TANPA PENUTUP
BERPENUTUP KERIKIL/TANAH
BERPENUTUP ASPAL/BETON
PERKERASAN ASPAL/BETON khusus untuk
JALAN Jenis Perkerasan LHRT≤500 spm/hari
IRI paling besar 6 8 10
KERATAAN
RCI paling kecil BAIK - SEDANG SEDANG SEDANG
Medan Datar 60 - 120 60 - 80 30 - 60
KECEPATAN RENCANA, VR
Medan Bukit 50 - 100 50 - 80 25 - 50
(Km/J)
Medan Gunung 40 - 80 30 - 80 20 - 40
Lebar, m 38 31 24 13 8.5
RUMAJA paling kecil Tinggi, m 5 5 5
MELINTANG
POTONGAN

Dalam, m 1.5 1.5 1.5


RUMIJA paling kecil, m 25 15 11,00
Arteri 15 15 -
Kolektor 10 10 -
RUWASJA paling
Lokal 7 7 7
kecil, m
Lingkungan - 5 5
Jembatan 100 100 100

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan
Teknis Jalan (Permen PU No.11/2011)

JALAN KECIL
JALAN
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN RAYA Utk kendaraan bermotor
SEDANG
beroda 3 atau lebih
Arteri 18,00 11,00 11,00
Kolektor 18,00 9,00 9,00
Badan Jalan, lebar Lokal - - 7,50
paling kecil, m Lingkungan - - 6,50
Lingkungan
- - 3,50
untuk roda dua
Lebar jalur lalu-lintas, m 2 x (4x3,50) 2 x (3x3,50) 2 x (2x3,50) 2x3,50 2x2,75
Medan Datar Bahu luar 2.00 dan bahu dalam 0.50 1,00 1,00
Lebar Bahu Jalan
Medan Bukit 1,50 + 0,50 1,00 1,00
paling kecil, m.
Medan Gunung 1,00 + 0,50 0,50 0,50
Direndahkan 9,00
1,50; ditinggikan setinggi kereb untuk
POTONGANMELINTANG

kecepatan rencana <60Km/Jam; Dan


menjadi 1,80 jika median dipakai sebagai
lapak penyeberangan. Konfigurasi lebar
bahu dalam + lebar bangunan pemisah
setinggi kereb + lebar bahu dalam di sisi lain
Lebar Median paling adalah 0,50 +0,50+0,50; dan menjadi
0,50+0,80+0,50 jika dipakai lapak Tanpa Median Tanpa Median
kecil, m Ditinggikan
penyeberangan.
2,00; ditinggikan 1,10m berupa penghalang
beton untuk kecepatan rencana ≥
60Km/Jam; Konfigurasi lebar bahu dalam +
lebar bangunan pemisah setinggi 1,10m +
lebar bahu dalam di sisi lain adalah 0,75
+0,50+0,75.
Dengan Rambu 2,00
Lebar Pemisah Tanpa Rambu Tanpa jalur Tanpa jalur
Lajur paling kecil, m. Untuk jalan 1,00 pemisah pemisah
Sepeda motor
Lebar Trotoar, m 1,00 1,00 1,00
Lebar Saluran Tepi paling kecil, m 1,00 1,00 0.5
Lebar Ambang Pengaman paling kecil, m 1,00 1,00 1,00
Kemiringan normal perkerasan, % 3 3 3
Kemiringan Bahu Jalan paling besar, % 6 6 6

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan
Teknis Jalan (Permen PU No.11/2011)

JALAN KECIL
JALAN Utk kendaraan bermotor
SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN RAYA
SEDANG beroda 3 atau lebih
Untuk mempertahankan kecepatan arus lalu-lintas, jarak antara jalan
masuk terdekat pada jalan arteri tidak kurang dari 1,00 Km dan pada
POTONGAN MEMANJANG

jalan kolektor 0,50 Km. Pada jalan lama, untuk mengatasi jalan masuk
Jarak antara Jalan masuk paling dekat, m -
yang banyak dapat dibuat jalur samping untuk menampung semua jalan
masuk dan membatasi bukaan sebagai jalan masuk ke jalur utama
sesuai jarak terdekat di atas.
Untuk mempertahankan kecepatan arus lalu-lintas pada jalan arteri agar
Jarak antar persimpangan sebidang
diupayakan jarak antara persimpangan sebidang terdekat tidak kurang -
paling dekat, km
dari 3,00 Km dan pada jalan kolektor 0,50 Km
Superelevasi paling besar, % 8 8 8
Kekesatan melintang paling tinggi 0,14 0,14 0,14
Kekesatan memanjang paling tinggi 0,33 0,33 0,33
Alinemen Datar 5 6 6
Kelandaian Paling
Alinemen Bukit 6 7 8
besar, %
Alinemen Gunung 10 10 12

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PROSES PENENTUAN KLASIFIKASI FUNGSI
JALAN DI KAWASAN PERKOTAAN

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
Kriteria Teknis Jalan Primer
Pasal 13 dan 16 UU No. 38/2004 tentang Jalan

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
Kriteria Teknis Jalan Sekunder
Pasal 17 dan 20 UU No. 38/2004 tentang Jalan

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
VLHR & VJR

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
DATA KECELAKAAN DI INDONESIA

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
TAHAPAN PERENCANAAN JALAN

PENENTUAN TRASE ANALISIS LALU


JALAN LINTAS
1. Volume dan Jumlah PERENCANAAN PERHITUNGAN
1. Metode PENENTUAN
Lalu Lintas GEOMETRIK KUANTITAS
Konvensional KECEPATAN
(HORISONTAL PEKERJAAN
2. Metoda Modern 2. Sifat dan Komposisi RENCANA
& VERTIKAL) TANAH
Dengan Teknik Lalu Lintas
Fotogrametri 3. Kapasitas

PERENCANAAN PERHITUNGAN KEAMANAN ANALISIS EKONOMI


PERKERASAN JALAN ANGGARAN BIAYA LALU LINTAS DAN KEUANGAN

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KOMPONEN-KOMPONEN GEOMETRI
JALAN

1. Jari – jari lengkungan/tikungan


2. Derajat Kelengkungan
3. Kelandaian (grade)
4. Superelevasi Jalan
5. Lengkung Peralihan
6. Bagian tangen
7. Bagian lengkung (curved section)
8. Daerah bebas samping
9. Pelebaran tikungan

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PARAMETER DESAIN GEOMETRI
JALAN

1. Kecepatan Rencana (Design Speed)


2. Kendaraan Rencana (Design Vehicle)
3. Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR)
4. Volume Jam Rencana (VJR)
5. Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR)
6. Satuan Mobil Penumpang (SMP)
7. Kapasitas
8. Tingkat Pelayanan (Level of Services)
9. Gaya Sentrifugal
10. Koefisien geser melintang
11. Jarak pandang henti
12. Jarak pandang menyiap

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PERENCANAAN GEOMETRIK
• Adalah aspek-aspek perencanaan bagian-bagian jalan
(trase, lebar, tikungan, landai, & jarak pandangan) dan
juga kombinasi dari bagian-bagian tersebut sesuai
dengan tuntutan dan sifat-sifat lalu lintas dengan tujuan
untuk menciptakan hubungan yang baik antara waktu
dan ruang dengan kendaraan agar dicapai efisiensi,
keamanan dan kenyamanan secara optimal dalam
batas-batas kelayakan ekonomi.
• Perencanaan geometrik terkait dengan arus lalu lintas,
perencanaan konstruksi jalan berkaitan dengan beban
lalu lintas.
• Perencanaan geometrik merupakan tahap lanjutan
setelah proses perancangan (planning). Proses
planning berkaitan dengan analisis pengaruh jalan
terhadap perkembangan wilayah, sifat lalu lintas yang
harus dilayani, & kualitas pelayanan.

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KEADAAN FISIK DAN TOPOGRAFI MEDAN

• Sangat mempengaruhi perencanaan bagian-bagian jalan


• Keadaan tanah dasar mempengaruhi lokasi dan bentuk
geometrik jalan
• Tanah dasar jelek atau air tanah yang tinggi maka mungkin
trase harus pindah atau perlu timbunan tinggi
• Di daerah dengan curah hujan tinggi perlu lereng melintang
lebih besar atau alinyemen jauh lebih tinggi dari tanah asli.
• Untuk daerah datar perlu perencanaan drainase yang baik
• Daerah pegunungan mempengaruhi pemilihan lokasi dan
bagian-bagian jalan lainnya, bahkan type jalan.
• Daerah pertanian dan industri banyak kendaraan truk yang
berbeda dengan daerah pemukiman atau wisata dimana
banyak mobil penumpang
• Jalan di rural area banyak kendaraan kecepatan tinggi yang
perlu syarat perencanaan lebih berat dibanding jalan untuk
urban area yang didominasi kendaraan kecepatan rendah
• Pemilihan trase di rural lebih bebas dari pada di perkotaan.

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PENENTUAN TRASE JALAN

PERSYARATAN TEKNIS
Mempertimbangkan faktor topografi, geologi, tata guna lahan/ tata ruang wilayah,
kemudahan pengerjaan, rekayasa teknologi

PERSYARATAN EKONOMI
Mempertimbangkan kelayakan aspek ekonomi dan finansial
termasuk pembiayaannya dan tidak memberikan dampak pada
pengoperasian kendaraan yang tinggi, juga biaya pemeliharaannya

PERSYARATAN LINGKUNGAN
Mempertimbangkan lingkungan fisik, sosial, budaya polusi
udara maupun suara serta kesehatan

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KLASIFIKASI KELAS JALAN
UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

DIMENSI KENDARAAN MUATAN


BERMOTOR SUMBU
KELAS FUNGSI
Panjang Lebar Tinggi TERBERAT
JALAN JALAN
(MST)
(meter) (meter) (Meter) (Ton)
Arteri
Kelas I ≤ 18 ≤ 2,50 ≤ 4.200 10
Kolektor
Kelas II Arteri ≤ 12 ≤ 2,50 ≤ 4.200 8
Kolektor
Kelas III Lokal ≤9 ≤ 2,10 ≤ 3.500 ≤ 8 *)
Lingkungan
Kelas
Arteri > 18 > 2,50 ≤ 4.200 >10
Khusus
Catatan: *) dalam keadaan tertentu, MST dapat lebih kecil dari 8 Ton.

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KLASIFIKASI JALAN SECARA UMUM
MENURUT KELAS, FUNGSI, DIMENSI KENDARAAN MAKSIMUM
DAN MUATAN SUMBU TERBERAT (MST) RSNI T-14:2004

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
SATUAN MOBIL PENUMPANG (SMP)

SMP untuk jenis jenis


SMP adalah angka satuan kendaraan dan kondisi
kendaraan dalam hal medan lainnya dapat
kapasitas jalan, di mana dilihat dalam Tabel II.4. Ekivalen Mobil
mobil penumpang Detail nilai SMP dapat Penumpang (EMP)
ditetapkan memiliki satu dilihat pada buku Manual
SMP. Kapasitas Jalan Indonesia
(MKJI) No.036/TBM/1997

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
Tabel II.4 Ekivalen Mobil Penumpang
(EMP)

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
VOLUME LALU LINTAS RENCANA
(VLHR)
Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah
prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun
rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari

Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan


volume lalu lintas pada jam sibuk tahunrencana
lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam

VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan


dan fasilitas lalu lintas lainnya yang diperlukan

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
VOLUME LALU LINTAS HARIAN
RENCANA (VLHR)

VLHR = VLHR0 (1 + N x T)

Dimana,
• VLHR0 = Volume Lalu Lintas Harian Rencana tahun
sebelumnya/Pada saat survey
• N = Pertambahan Lalu Lintas
• T = Tahun ke…

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
VOLUME JAM RENCANA (VJR)

di mana:
K (disebut faktor K), adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk, dan
F (disebut faktor F), adalah faktor variasi tingkat lalu lintas perseperempat jam
dalam satu jam

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
STUDI KASUS

• Sebuah survey volume lalulintas harian


pada jalan kolektor yang dilakukan pada
jam sibuk sore hari didapatkan VLHR0 =
4235 SMP, tentukan berapakah nilai
VLHR dan VJR pada jalan tersebut, jika
data pertambahan lalulintas 5% dan
umur rencana 10 Tahun?

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
Tabel II.5 Faktor-K dan Faktor-F

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PENYELESAIAN

VLHR = VLHR0 (1 + N x T)
= 4235 (1 + 0,05 x 10)
= 4235 (1,5)
= 6352,5 SMP/Hari

VJR = VLHR x (K/F)


= 6352,5 x ( 10 / 0,8 ) %
= 794 smp/jam

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KECEPATAN RENCANA VR

Kecepatan rencana, VR pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang


dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan
kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi
cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang,dan pengaruh samping jalan
yang tidak berarti

Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat


diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih
dari 20 km/jam

VR untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari Tabel II.6.

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
Tabel II.6 KECEPATAN RENCANA VR

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PENENTUAN LEBAR JALUR DAN
BAHU JALAN

• Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar lajur peruntukannya
• Lebar jalur minimum adalah 4.5 meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil saling
berpapasan. Papasan dua kendaraan besar yang terjadi sewaktu-waktu dapat
menggunakan bahu jalan

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PENENTUAN LEBAR LAJUR IDEAL

• Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka
lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan
bermotor sesuai kendaraan rencana
• Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pads alinemen lurus
memerlukan kemiringan melintang normal sebagai berikut (lihat Gambar ):
• 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton;
• 4-5% untuk perkerasan kerikil

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KEMIRINGAN JALAN

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
PENENTUAN LEBAR LAJUR IDEAL

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
BAHU JALAN

• Bahu Jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu
lintas dan harus diperkeras
• Fungsi bahu jalan adalah sebagai berikut:
(1) lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan atau
tempat parkir darurat;
(2) ruang bebas samping bagi lalu lintas; dan
(3) penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.
• Kemiringan bahu jalan normal antara 3 - 5%.
Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KEMIRINGAN BAHU JALAN

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
SUDAH STANDARKAH BAHU JALAN KITA?

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
SUDAH STANDARKAH BAHU JALAN KITA?

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
KEMIRINGAN MELINTANG JALAN

Bagian Konstruksi Jalan Kemiringan

 Perkerasan jalan 1,5 – 3 %


 Bahu jalan 3–6%
 Parit 25 – 50 %

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA
HARI GINI NDAK PUNYA PEDOMAN

• MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA (MKJI)


• RSNI GEOMETRI JALAN PERKOTAAN:2004
• MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN NO.2:2013
• TATA CARA PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
ANTAR KOTA DPU:1997

Maris Setyo Nugroho, M.Eng | Konstruksi Jalan | JPTSP FT UNY TAQWA, MANDIRI, CENDEKIA

Anda mungkin juga menyukai