(Pertemuan 5)
TIM PENGAJAR
Dr. Noor Mahmudah, S.T., M.Eng.
Dian Setiawan. M, S.T., M.Sc.,Sc.
HARD SKILL: Mampu mendesain trase jalan, merancang alinemen horizontal,
menjelaskan potongan jalan raya dan menghitung jarak pandangan.
Materi:
1. Perancangan trase jalan;
2. Perancangan alinyemen horizontal.
3. Menggambar potongan melintang jalan;
4. Menghitung jarak pandangan.
Referensi:
Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997
UU Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan
Diskusi Kelompok
3/8/2016 DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 2
APA PENTINGNYA PERENCANAAN GEOMETRI JALAN YANG BAIK???
Mendapatkan keseragaman dalam merencanakan
geometrik jalan antar kota.
Menghasilkan geometrik jalan yang memberikan
kelancaran, keamanan, keselamatan, dan kenyamanan
bagi pemakai jalan.
Suatu analisis
sederhana
Dapat berupa
menggunakan
penilaian kualitatif
kriteria-kriteria
ataupun kuantitatif
sebagai atribut
penilaian
METODE
PEMILIHAN
TRASE TERBAIK
– ANALISIS
MULTI KRITERIA
Kriteria yang
dikembangkan
Dapat disertai
untuk kasus jalan
dengan
diantaranya Teknik,
pembobotan
ekonomi, tata kota,
dan lingkungan
3/8/2016 DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 6
TRASE JALAN RAYA – Dasar Pemilihan Trase
Kebutuhan Dana
1. Jalan harus dibuat dengan lintasan sependek mungkin sehingga biaya yang diperlukan tidak terlalu besar.
2. Menghindari adanya pekerjaan galian timbunan yang terlalu banyak dengan mempertimbangkan kemiringan
memanjang dan panjang landai kritis.
3. Melewati daerah dengan daya dukung tanah baik sehingga meminimalisir biaya perbaikan tanah.
4. Meminimalisir melewati sungai, rawa, gunung, perlintasan sebidang dengan jalan raya dan jalan rel.
5. Pembangunan jalan sebisa mungkin tidak dibangun di daerah padat yang sudah dibangun (built up area)
maupun lahan-lahan produktif (pertanian, perkebunan, industri) guna lebih memudahkan saat pembebasan
lahan (biaya) sehingga tidak terjadi konflik masyarakat. Namun juga tidak terlalu jauh dari pemukiman untuk
memudahkan mobilitas pekerja dan peralatan pembangunan yang nantinya dibawa untuk memudahkan
pekerjaan pada saat konstruksi berlangsung.
6. Biaya teknologi yang dibutuhkan.
7. Biaya operasi dan biaya pemeliharaan.
Manfaat Ekonomi
Trase jalan nantinya akan dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
Kelayakan Finansial
Trase jalan dibuat dengan biaya seminimal mungkin.
Ketersediaan lahan.
Trase jalan yang direncanakan juga harus mendukung pusat pengembangan wilayah sesuai rencana umum
tata ruang wilayah dan menunjang arah potensi pengembangan kota di masa yang akan datang, namun tetap
mengedepankan aspek lingkungan.
Trase jalan tidak menerobos (tidak melewati batas jarak minimal gangguan/kebisingan dan getaran) cagar
alam, cagar budaya, sumber mata air, dan hutan, agar tidak mengganggu habitat asli dalam suatu ekosistem
sehingga pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan jalan tidak merusak tatanan hidup yang berakibat
fatal pada lingkungan sekitar jalan raya di masa yang akan datang.
Pembangunan jalan sebisa mungkin tidak dibangun di daerah padat yang sudah dibangun (built up area)
maupun lahan-lahan produktif tinggi (pertanian, perkebunan, industri) agar mudah dalam proses pembebasan
tanah (lahan) dan agar tidak berdampak pada pengurangan pasokan yang nantinya berakibat pada
berkurangnya pendapatan masyarakat sehingga tidak terjadi konflik masyarakat.
2. Sebagian besar trase jalur KA baru melewati daerah rawan bencana termasuk sesar, patahan,
banjir dan rob, dan memiliki daya dukung tanah sedang; variasi kondisi topografi cukup tinggi
mencakup daerah perbukitan, bergelombang, dan dataran rendah.
Kondisi
D.1 Geologi dan 3. Beberapa segmen trase jalur KA baru memiliki potensi salah satu tipe bencana apakah sesar,
Topografi patahan, banjir atau rob, dan memiliki daya dukung tanah yang cukup tinggi; variasi kondisi
topografi rendah
4. Hanya sebagian kecil trase jalur KA baru melewati daerah rawan bencana, memiliki daya
dukung tanah yang cukup tinggi, dan kondisi topografi sebagian besar berada pada daerah
cenderung datar.
5. Seluruh trase jalur KA baru tidak melewati daerah rawan bencana, memiliki daya dukung
3/8/2016 tanah yang tinggi, dan berada padaSIPIL
DSM - TEKNIK kondisi topografi yang datar
- FT - UMY 14
TRASE JALAN RAYA – Dasar Pemilihan Trase
NILAI NILAI x BOBOT
KRITERIA BOBOT
Seleksi route A. OPERASI KA
Alt. 1 Alt. 2 Alt. 3 Alt. 1 Alt. 2 Alt. 3
Dari beberapa alternatif rencana trase jalan raya yang ada, maka dipilih yang paling optimal, dengan kata lain bisa
memenuhi pertimbangan-pertimbangan tersebut dengan memperhatikan faktor-faktor pembatas yang ada.
Trase jalan terpilih merupakan trase yang terpendek, aman, nyaman, ekonomis, tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan, dan berkeselamatan
GV
2
G V2
G sin f G cos sin cos
g R g R
2
G sin f G cos
GV
cos - f sin
g R
sin 2
G
cos
f G
GV
g R
1 - f tg
e tg
G V2
G ( e f) 1 - ef
g R
e f V2
1- ef gR
3/8/2016 DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 34
ALINYEMEN HORIZONTAL – Rumus Umum
25
D x360 0
2R
1432.39
D
R
Berarti :
e + f = 0 -------------> jalan lurus, R tak berhingga
e + f = (e + f)maks, ---------> jalan pada lengkung dengan R = Rmin
Di antara kedua harga ekstrim itu nilai superelevasi(e) dan koefisien
gesekan (f) terdistribusi menurut beberapa metode.
http://www.civildoqument.com/
3/8/2016 DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 45
POTONGAN MELINTANG JALAN – Bagian-bagian Jalan
Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas Bagian pelengkap jalan
1. Jalur lalu lintas 1. Kereb
2. Lajur 2. Pengaman tepi
3. Bahu jalan
4. Median
5. Fasilitas pejalan kaki (Trotoar) Bagian Konstruksi Jalan
1. Lapisan perkerasan jalan
2. Lapisan pondasi atas
Bagian yang berguna untuk drainase jalan
3. Lapisan pondasi bawah
1. Saluran samping
2. Kemiringan melintang jalur lalu lintas 4. Lapisan tanah dasar
3. Kemiringan melintang bahu 5. Daerah manfaat jalan (Damaja)
4. Kemiringan lereng 6. Daerah milik jalan (Damija)
7. Daerah pengawasan jalan (Dawasja)
3/8/2016 DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 47
POTONGAN MELINTANG JALAN – Bagian-bagian Jalan
Jalur lalu lintas dapat terdiri atas beberapa lajur dengan type anatara lain:
1 jalur-2 lajur-2 arah (2/2 TB)
Jalan 1 Jalur-2 Lajur-2 Arah (2/2 TB) Jalan 1 Jalur-2 Lajur-1 Arah (2/1 TB)
Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan,
yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang diharapkan.
3/8/2016 DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 52
POTONGAN MELINTANG JALAN – Lajur Lalu Lintas
Pada jalan lokal (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75) cukup memadai untuk
jalan 2 lajur dengan 2 arah. Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5 m pun masih
diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan tinggi, mempunyai lebar lajur lalu
lintas lebih besar dari 3,25 m (sebaiknya 3,50 m).
Lebar lajur tergantung pada kecepatan rencana dan kendaraan rencana, yang dalam hal ini
dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan seperti ditetapkan dalam Tabel berikut.
3/8/2016 63
Gambar Jenis Kereb (Sumber : Silvia Sukirman)
POTONGAN MELINTANG JALAN – Kereb (Kerb)
Berdasarkan fungsi dari kereb, maka kereb dapat dibedakan atas :
Kereb peninggi (mountable curb) adalah kereb yang direncanakan agar dapat didaki
kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir jalan/ jalur lalu lintas. Untuk
kemudahan didaki oleh kendaraan maka kereb harus mempunyai bentuk permukaan
lengkung yang baik. Tingginya berkisar antara 10-15 cm
Kereb penghalang (barrier curb), adalah kereb yang direncanakan untuk menghalangi atau
mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar, pada
jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar antara 25-30 cm
Kereb berparit (gutter curb) adalah kereb yang direncanakan untuk membentuk sistem
drainase perkerasan jalan. Kereb ini dianjurkan pada jalan yang memerlukan sistem
drainase perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus diletakkan di tepi luar dari perkerasan,
sedangkan pada tikungan diletakkan pada tepi dalam. Tingginya berkisar antara 10-20 cm
Kereb penghalang berparit (barrier guter curb) adalah kereb penghalang yang
direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar
a3/n8/t2a01r 20-30 cm. DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 64
6a
POTONGAN MELINTANG JALAN – Pengaman Tepi
Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan. Jika terjadi
kecelakaan, dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan. Umumnya dipergunakan
di sepanjang jalan yang menyusur jurang, pada tanah timbunan lebih besar dari 2,5 meter,
dan pada jalan-jalan dengan kecepatan tinggi.
3/8/2016 65
Gambar Jenis Pagar Pengaman (Sumber : Silvia Sukirman)
POTONGAN MELINTANG JALAN – Pengaman Tepi
Pengaman tepi dibedakan atas :
Pengaman tepi dari besi yang digalvanized (guard rail), dipergunakan jika bertujuan
untuk melawan tumbukan (impact) dari kendaraan dan mengambalikan kendaraan ke
arah dalam sehingga kendaraan tetap bergerak dengan kecepatan yang makin kecil
sepanjang pagar pengaman. Dengan adanya pagar pengaman diharapkan kendaraan
tidak dengan tiba-tiba berhenti atau berguling ke luar badan jalan.
Pengaman tepi dari beton (parapet), dianjurkan dipergunakan pada jalan dengan
kecepatan rencana 80-100 km/jam.
Pengaman tepi dari tanah timbunan, dianjurkan digunakan untuk kecepatan rencana <
80 km/jam.
Pengaman tepi dari batu kali, tipe ini dikaitkan terutama untuk keindahan (estetika) dan
pada jalan dengan kecepatan rencana < 60 km/jam.
Pengaman tepi dari balok kayu.
Tipe ini dipergunakan untuk kecepatan rencana < 40 km/jam dan pada daerah parkir.
3/8/2016 DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 66
JARAK PANDANGAN – Pengertian dan Manfaat
Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada
saat mengemudi sedemikian rupa sehingga jika pengemudi melihat suatu
halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk
menghidari bahaya tersebut dengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu
Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd).
(metric unit)
Tabel berikut berisi Jh minimum yang dihitung berdasarkan persamaan sebelumnya dengan
pembulatan-pembulatan untuk berbagai Vr.
Tabel II.10. Jarak Pandang Henti (Jh) Minimum (TPGJAK 1997)
Dimana :
T1 = Waktu dalam (detik), = 2.12 + 0.026 x Vr.
T2 = Waktu kendaraan mendahului/menyiap berada dijalur lawan, (detik) = 6.56+0.048xVr.
Vr = kecepatan kendaraan yang menyiap.
a = Percepatan rata-rata (km/jm/dtk), = 2.052+0.0036xVr.
m = perbedaan kecepatan dari kendaraan yang menyiap dan kendaraan yang disiap, (biasanya
diambil 10-15 km/jam).
3/8/2016 DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 76
JARAK PANDANGAN – Daerah Bebas Samping di Tikungan
Pada saat mengemudikan kendaraan pada kecepatan tertentu, ketersediaan jarak pandang
yang baik sangat dibutuhkan apalagi sewaktu kendaraan menikung atau berbelok.
Keadaan ini seringkali terganggu oleh gedung-gedung (perumahan penduduk), pepohonan,
hutan-hutan kayu maupun perkebunan, tebing galian dan lain sebagainya. Oleh karena itu
perlu adanya daerah bebas samping di tikungan untuk menjaga keamanan pemakai jalan
(Jotin Khisty,2003).
Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandang di
tikungan sehingga jarak pandangan henti (Jh) dipenuhi. Daerah bebas samping
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pandangan di tikungan dengan
membebaskan objek-objek penghalang sejauh E (m) diukur dari garis tengah lajur dalam
sampai objek penghalang pandangan sehingga persyaratan Jh dipenuhi ( Bina Marga
1997).
Jarak ini diperlukan untuk memenuhi syarat jarak pandang yang besarnya tergantung jari-
jari (R), kecepatam rencana (Vr) dan keadaan lapangan.
3/8/2016 DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 77
JARAK PANDANGAN – Daerah Bebas Samping di Tikungan
Terdapat dua kemungkinan keadaan, yaitu : Tabel. Nilai E (m) untuk Jh<Lt, VR (km/jam) dan Jh (m)
a) Jarak Pandang Henti < Panjang Tikungan (Jh < Lt)
Dimana :
E = Daerah bebas samping (m);
R = Jari – jari tikungan (m);
Jh = Jarak pandang henti (m ;
Lt = Panjang tikungan (m).
db : jarak pengereman
v : kecepatan mula-mula kendaraan
u : kecepatan akhir kendaraan
f : koefisien gesek (antara ban dan perkerasan)
g : gradien (dalam desimal)
Jarak berhenti (stopping distance), ds.
ds = dp + db Dimana : g atau L = landai jalan dalam (%) dibagi 100
dp = 0,278 Vr * T
3/8/2016 DSM - TEKNIK SIPIL - FT - UMY 81
KINERJA PENGEREMAN KENDARAAN
Faktor utama yang berpengaruh terhadap gesekan adalah:
Kondisi jalan – jalan basah biasanya diasumsikan untuk menentukan faktor
gesekan f.
Kualitas ban – ban yang berpola diasumsikan untuk menentukan f.
Kecepatan – kecepatan kendaraan yang lebih tinggi mengurangi kontak ban
dan perkerasan.
Kekasaran permukaan – semakin kasar permukaan, semakin besar nilai f.
TERIMAKASIH