Anda di halaman 1dari 11

ENERGI GEMPAH BUMI

DAN PERCEPATAN TANAH


ANDRO VALENTINO MANURUNG (2115051034)
Energi Gempah Bumi
Energi seismik yang dipancarkan adalah salah satu parameter yang paling mendasar
untuk menjelaskan suatu kejadian gempa bumi. Dalam praktek, energi secara historis
hampir selalu diperkirakan dengan rumus empiris. Dalam perumusan Gutenberg-
Richter, energi dibatasi sekali besarnya yang dikenal melalui log Es = a + bM
dimana a dan b adalah konstanta. Untuk magnitudo gelombang permukaan (Ms),
rumus dari Guttenberg-Richter (Wesnouwsky 1994) yaitu: Log Es = 4,8 + 1,5 Ms (2)
dengan satuan Es adalah Joule (J). Dalam penggunaan normal dari persamaan 1
energi ini berasal setelah Ms dihitung. Namun, sekarang diakui bahwa untuk gempa
bumi yang sangat besar atau gempa bumi yang sangat dalam, frekuensi tunggal yang
digunakan untuk menghitung Ms belum tentu mewakili dimensi gempa dan,
karenanya, tidak mungkin perwakilan dari energi yang terpancar. Karena energi
terpancar sekarang dapat dihitung secara langsung, itu adalah parameter independen
dari yang berkekuatan unik dapat didefinisikan (Bormann and Giacomo 2010).
PEMANCARAN ENERGI GEMPA BUMI DAPAT BESAR ATAUPUN KECIL, HAL INI TERGANTUNG DARI
KARAKTERISTIK BATUAN YANG ADA DAN BESARNYA STRESS YANG DIKANDUNG OLEH SUATU BATUAN
PADA SUATU DAERAH. PADA SUATU BATUAN YANG RAPUH ( BATUAN YANG HETEROGEN ), STRESS YANG
DIKANDUNG TIDAK BESAR KARENA LANGSUNG DILEPASKAN MELALUI TERJADINYA GEMPA GEMPA-
GEMPA KECIL YANG BANYAK. SEDANGKAN UNTUK BATUAN YANG LEBIH KUAT ( BATUAN YANG
HOMOGEN ), GEMPA KECIL TIDAK TERJADI ( JARANG TERJADI ) SEHINGGA STRESS YANG DIKANDUNG
SANGAT BESAR DAN PADA SUATU SAAT BATUANNYA TIDAK MAMPU LAGI MENAHAN STRESS, MAKA
AKAN TERJADI GEMPA DENGAN MAGNITUDE YANG BESAR. DENGAN KATA LAIN UNTUK BATUAN YANG
LEBIH RAPUH ( HETEROGEN ), ENERGI YANG DIKUMPULKAN TIDAK TERLALU BESAR KARENA
LANGSUNG DILEPASKAN DALAM BENTUK GELOMBANG SEISMIK, SEDANGKAN UNTUK BATUAN YANG
LEBIH KUAT, ENERGINYA AKAN DIKUMPULKAN DALAM WAKTU RELATIF LEBIH LAMA SEHINGGA PADA
SAAT DILEPASKAN (KARENA BATUAN SUDAH TIDAK MAMPU LAGI MENAHAN STRESS), ENERGINYA
SUDAH TERKUMPUL BANYAK DAN GEMPABUMI YANG TERJADI AKAN LEBIH BESAR. ENERGI GEMPA
BUMI DAPAT DITAKSIR DARI PENGAMATAN MAKROSEISMIK, TETAPI BIASANYA TIDAK DIPEROLEH HASIL
YANG MEMADAI. PENENTUAN MAGNITUDE BAIK MENGGUNAKAN GELOMBANG BODI (MB), MAUPUN
GELOMBANG PERMUKAAN (MS) TIDAK MENUNJUKAN SKALA YANG SAMA. SECARA HISTORIS ML, MS,
DAN MB DIMAKSUDKAN UNTUK MENDAPATKAN TITIK TEMU SATU SAMA LAIN, AKAN TETAPI PADA
KENYATAANNYA PENENTUAN SECARA TERPISAH MENGGAMBARKAN KETIDAK SETARAAN TERUTAMA
ANTARA MB DAN MS.
PERSAMAAN ATAU RUMUS
Gutenberg dan Richter ( 1956 ) memperoleh hubungan antara Ms
dan mb, sebagai mana terlihat pada persamaan (4.1-4). Kemudian
Bath, pada tahun yang sama menyatakan bahwa: mb = 0,61 Ms +
2,7..………………..(4.3-1)
Sedangkan Karnik, Venek, dan Zatopek pada tahun 1957 menyatakan
bahwa hubungan antara kedua magnitude itu sama dengan yang
dibuat oleh Bath.
Bertolak dari kenyataan diatas, maka Gutenberg membuat
penyeragaman dari nilai magnitude yang dikenal dengan “Unitied
Magnitude” sebagai rata-rata dari nilai mb dan Ms. Dengan nilai
magnitude tersebut diperoleh hubungan antara energi terhadap
magnitude sebagai berikut: log E = 5,8 + 2,4 M……………(4.3-2)
Dimana, E adalah energi di pusat gempa, dalam satuan erg dan M adalah magnitude.
Sedangkan rumusan energi secara terpisah yang disepakati secara Internasional dipilih
rumusan dari Bath, yang dinyatakan untuk mb dan Ms berturut-turut sebagi berikut:
log E = 5,78 + 2,48 mb ……………..(4.3-3) log E = 12,24 + 1,44 Ms ……..…….(4.3-4)
Perlu pula dijelaskan disini bahwa rumusan yang asli dari Gutenberg dan Richter ( 1942
) adalah : log E = 11,3 + 1,8 Ms….…………..(4.3-5)
RIMBERIO CO

PERSAMAAN TANAH
Parameter getaran gelombang gempa yang dicatat oleh seismograf umumnya
adalah simpangan kecepatan atau velocity dalam satuan kine (cm/dt). Selain
velocitytentunya parameter yang lain seperti displacement (simpangan dalam
satuan micrometer) dan percepatan (acceleration dalam satuan gal atau cm/dt2 )
juga dapat ditentukan. Parameter percepatan gelombang seismik atau sering
disebut percepatan tanah merupakan salah satu parameter yang penting dalam
seismologi teknik atau earthquakes engineering. Nilai percepatan tanah dapat
dihitung langsung dengan seismograf khusus yang disebut strong motion
seismograph atau accelerograf. Namun karena begitu pentingnya nilai
percepatan tanah dalam menghitung koefisien seismik untuk bangunan tahan
gempa, sedangkan jaringan accelerograf tidak lengkap baik dari segiperiode
waktu maupun tempatnya, maka perhitungan empiris sangat perlu dibuat
RIMBERIO CO

PERSAMAAN PERGERAKAN TANAH


OLEH SEBAB ITU UNTUK KEPERLUAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
HARGA PERCEPATAN TANAH DAPAT DIHITUNG DENGAN CARA
PENDEKATANDARI DATA HISTORIS GEMPABUMI (IBRAHIM DAN
SUBARDJO, 2005). BEBERAPA FORMULA PENDEKATAN ANTARA LAIN
O MODEL PERCEPATAN TANAH PADA PERMUKAAN SECARA EMPIRIS OLEH MC.GUIRRE
R.K (1963) DITULIS SEBAGAI BERIKUT :
0.278 1.301 472.3 10 ( 25)    R  M  …………..(4.4-6)
DENGAN :
 = PERCEPATAN TANAH PADA PERMUKAAN (GAL)
M = MAGNITUDE PERMUKAAN (SR)
R = JARAK HIPOSENTER (KM)
22RH
49
= JARAK EPISENTER (KM)
H = KEDALAMAN SUMBER GEMPA (KM)

O MODEL PERCEPATAN TANAH RUMUSAN KAWASHUMI (1950) :


LOG  M  5.45 0.00084(R 100)  (LOG100/ R)(1/ 0.4342)…(4.4-7)
DENGAN :
 = PERCEPATAN TANAH PADA PERMUKAAN (GAL)
M = MAGNITUDO GELOMBANG PERMUKAAN (SR)
R = JARAK HIPOSENTER (KM)
22RH
= JARAK EPISENTER (KM)
H = KEDALAMAN SUMBER GEMPA (KM)
Model Parameter Percepatan Tanah

PADA KEDUA MODEL PERCEPATAN TANAH DI ATAS MENGGUNAKAN PARAMETERPARAMETER


DASAR GEMPA YAITU :
- MAGNITUDE (M)
- KEDALAMAN SUMBER GEMPA (H)
- EPISENTER (E

BILA MAGNITUDE GELOMBANG PERMUKAAN (MS) TIDAK DIKETAHUI DAN HANYA


DIKETAHUI MAGNITUDE GELOMBANG BODI (MB), MS DAPAT DIHITUNG DENGAN
MENGGUNAKAN RUMUSAN EMPIRIS HUBUNGAN ANTARA MS DAN MB YANG TELAH
DIJELASKAN PADA PERSAMAAN (4.3-1), (4.3-2) ATAU (4.3-3).
DENGAN DATA PERIODE DOMINAN TANAH (TG) DARI HASIL PENGUKURAN
MICROTREMOR MAKA PERCEPATAN TANAH PADA PERMUKAAN DAPAT DIHITUNG
DENGAN RUMUS KANAI (1966) :
O   G(T) …………………………………………(4.4-8A)
0.61 ((1.66 3.6 / ) ) (0.167 1.83/ ) (1/ ) 10          M LOG
O  T …(4.4-8B)
2 2 G(T)  1/ (1 (T /TG) )  ((0.2 / TG  (T /TG)) …… ..(4.4-8C)
DENGAN :
 = PERCEPATAN TANAH PADA PERMUKAAN (GAL)
G(T) = FAKTOR PEMBESARAN
50
T = PERIODE GELOMBANG GEMPA (DETIK) TG = PERIODE DOMINAN TANAH (DETIK) M = MAGNITUDO
GELOMBANG PERMUKAAN (SR)  = JARAK HIPOSENTER (KM)
Gempa besar bisa terjadi berulang-ulang di suatu tempat. Kita kenal
sebagai periode ulang gempa bumi. Hal ini didukung oleh teori elastic
rebound yang mempunyai fase pengumpulan energi dalam jangka waktu
tertentu dan kemudian masa pelepasan energi pada saat gempa besar.
Periode ulang gempa besar bisa 10 tahun, 50 tahun, 100 tahun atau 500
tahun. Sehingga tingkat resiko bangunan terhadap gempabumi bisa terkait
dengan periode ulang gempabumi. Kita ambil contoh jika bangunan
dirancang untuk berumur pakai 50 tahun dan periode ulang gempa di
tempat tersebut 100 tahun, maka percepatan maksimum di tempat tersebut
tentu akan kecil.
THANK YOU
RIMBERIO CO

"Sekian presentasi dari kelompok saya, jika ada kesalahan mohon


dibicarakan baik-baik
bukan malah pergi mencari

yang lebih baik :)

"Jika ingin bertanya dimohonkan untuk dibatas wajarkan , karena


saya hanya seorang manusia biasa yang memiliki kemampuan batas wajar"

Anda mungkin juga menyukai