Anda di halaman 1dari 6

Modernisasi Kader IMM dengan denyut Kosmopolitanisme

Oleh : Baiq Bertadila

Pendahuluan

Dari dinamika kepemimpinan Muhammadiyah dalam kurun 24 tahun


reformasi mencerminkan kepemimpinan dari generasi produk generasi yang
kosmopolitan. Setelah reformasi, Din Syamsuddin merupakan satu satunya ketua
umum yang memimpin Muhammadiyah selama 10 tahun. Amien Rais terpilih pada
1995 di Muktamar Aceh tidak sempat menyelesaikan masa baktinya. Karena
pilihan ijtihad politiknya, Amien Rais mendirikan Partai Amanat Nasional pada
1998. Teman karibnya, Ahmad Syafii Maarif, melanjutkan periode yang tersisa
hingga pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah tahun 2000 di Jakarta. Syafii
Maarif pun terpilih menjadi ketua umum di tengah transisi demokratisasi dan
gejolak sosial-politik yang menguji konsistensi peran kebangsaan dan netralitas
Muhammadiyah. Masa-masa sulit itu berhasil dilalui tanpa terperosok pada godaan
pragmatisme politik.1

Profil dan latar belakang kesarjanaan Amien Rais, Syafii Maarif, dan Din
Syamsuddin merepresentasikan generasi Muhammadiyah kosmopolitan di mana
“Timur” dan “Barat” bertemu, bahkan menjadi bagian tak terpisahkan dari biografi
sosio-intelektualnya.2 Adanya perbedaan karakter dan langgam kepemimpinan
ketiganya merupakan sisi lain dari ketidaktung galan ekspresi kosmopolitanisme itu
sendiri. Sejarawan UGM, Bambang Purwanto (2015), menyebut Muhammadiyah
sebagai contoh produk persilangan budaya di dalam keberagaman yang melibatkan
Islam, Jawa, Minangkabau, dan modernitas Barat

Kemajuan demokrasi dalam kehidupan politik di negeri ini sangat pesat,


tetapi liberalisasi politik yang menyertainya juga melahirkan banyak masalah yang
tidak sederhana. Di antara masalah politik kebangsaan di negeri iniialah problem

1
“ Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan: Catatan Krisis Muktamar Teladan ke-47 Muhammdiyah
di Makasar 2015”, (Surakarta Mei 2016)
2
https://nasional.kompas.com/ ; ”Kepemimpinan Muhammadiyah, Muktamar ke 47
Muhammadiyah” di akses pada tanggal 25

1
disorientasi nilai diukur dari idelaisme kebangsaan yang diletakkan oleh para
pendiri Indonesia.Bahwa setelah lebih 77 tahun merdeka, Indonesia masih
mengalami kejumudan (stagnasi), penyimpangan (deviasi), dan peluruhan (distorsi)
dalam berbagai bidang kehidupan kebangsaan diambang dari semangat, pemikiran,
dan cita-cita nasional yang diletakkan oleh para pendiri bangsa sebagaimana
termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD)1945.3

Meskipun terdapat banyak kemajuan, seperti dalam kehidupan demokrasi


dan hak asasi manusia, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan suasana kemajemukan
bangsa yang terpelihara dengan baik, tak dapat dipungkiri masih banyak persoalan
rumit dan mendesak yang harus segera diselesaikan. Di antara masalah yang cukup
serius adalah korupsi yang masif, penegakan hukum yang lemah, kesenjangan
sosial yang melebar,sumberdaya alam yang dieksploitasi dan dikuasai pihak asing,
dan hal-hallain yang berdampak luas pada kehidupan kebangsaan yang jauh dari
cita-cita nasional.

Oleh Kerena itu menanamkan Kosmopolitan yang berintelektual dalam diri


kader IMM sejak awal adalah bentuk tranformasi kader Berkemajuan dengan
mengikuti perkembangan zaman sekarang yang mana sudah saatnya kader IMM di
tuntut untuk Berkerjasama, memikirkan dan memberikan manfaat terhadap
lingkungan sekitar tanpa memikirkan kepentingan pribadi atau Golongan dan hanya
Semata-mata ikhlas karena Allah Semata agar terciptanya Perdamain dalam ruang
lingkup Keanekaragaman Budaya, suku, ras dan Agama dalam satu tatan yang
sama.

Pembahasan

Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi


dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik
dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang,
dan makmur. Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu

3
Ridho Al-Hamdi, “ Politik Inklusif Muhammadiyah: Narasi Pencerahan Islam untuk Indonesia
Berkemajuan “ ( UMY Press, Yogyakarta 2019 )

2
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang mengikuti perkembangan
zaman. Tingkat teknologi dalam membangun modernisasi betul-betul dirasakan
dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan sampai ke
desa-desa terpencil.4

Kosmopolitanisme merupakan sebuah ideologi yang menganggap bahwa


semua manusia berasal dan mempunyai kedudukan yang sama dalam satu
komunitas. Batas – batas seperti ekonomi, keyakinan, fisik, budaya tidak menjadi
penghalang untuk masyarakat saling berhubungan. Memasuki hubungan yang
saling menghormati meski kepercayaan dan budaya mereka berbeda.5

Manusia juga memiliki perbedaan fisik satu dengan lainnya. Namun


seorang Kosmopolitan mengatakan bahwa identitas global itu lebih penting dari
identitas individu maupun nasional untuk menjaga perdamaian. Moralitas universal
yang mengalir tidak didasarkan pada apapun termasuk identitas. Justru apabila ada
identitas yang melekat dalam perbedaan membuat kita bersentimen terhadap orang
lain dengan frase bahwa “kita berbeda dengan mereka”. Menurut Palmer,
Sebenarnya ide – ide kosmopolitanisme tidak dapat menjawab masalah identitas
individu seseorang serta konflik yang ditimbulkannya.6 Tidak semua orang dengan
suka rela dapat melepaskan identitas dirinya untuk menjadi bagian dari komunitas
internasional. Bagaimana pula cara agar setiap orang maupun negara menahan
egoismenya untuk tidak bertindak sebagaimana melakukan pujian terhadap
identitas dan kebudayaan dirinya. Karena tujuan akhir dari Kosmopolitanisme
adalah mencapai “ Prepetual Peace ”7

Kemajuan juga berarti kosmopolitan. Kata kosmopolitan berasal dari


bahasa Yunani dan berarti warga dunia, kita adalah warga dunia. Anggota
Muhammadiyah hidup dan berkembang di Indonesia, namun dari segi peradaban

4
https://id.wikipedia.org/wiki/Modernisasi di Akses pada tanggal 25 Des
5
M. Habibullah , Kosmopolitanisme Dalam Budaya Islam
6
Palmer, Tom G. 2003. “ Globalisasi, Kosmopolitanisme, dan Identitas Pribadi. Etika dan
Politik a. No 2. Hlm7
7
Jingga Cahya Irawan. 2019 “ Krisis Kosmopolitanisme: Teror Supremasi Ras Kulit Putih “

3
Muhammadiyah tidak lepas dari pengaruh peradaban dunia. Muhammadiyah
memilih dialog, berpikir di luar ruang lingkup Indonesia, dan mempromosikan
Islam Indonesia ke dunia luar.Tak hanya menerima pengaruh asing, tetapi juga
berdialog, sharing tentang Indonesia kepada dunia luar

Dalam pandangan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr.


Haedar Nashir, M.Si. dan Dr. H. Zainudin Amali, S.E. M.Si. selaku Menteri
Pemuda dan Olahraga (Menpora) Republik Indonesia, Inklusif Berkemajuan yang
digagas oleh IMM merupakan sketsa besar, untuk syiar dan tajdid yang khariqul
‘adat. Artinya yakni menembus koyak kelaziman serta bijak menghadapi perubahan
yang terjadi, juga memadukan syariat dan ilmu pengetahuan menjadi suatu
pedoman pergerakan.8 Pembaruan yang dilakukan Muhammadiyah bersifat
autentik, karena langsung bersumber dari pemahaman Al-Qur’an dan sunnah Nabi.
Saat ini IMM bergerak di tengah perubahan zaman yang lebih kompleks, maka
sudah menjadi keniscayaan bahwa Inklusif Berkemajuan tepat untuk menjadi
panduan. Tidak perlu bagi IMM mencari referensi lebih jauh untuk mewujudkan
sketsa besar Inklusif Berkemajuan, sebab tokoh pendiri Muhammadiyah, K.H.
Ahmad Dahlan telah meletakkan hal tersebut ke dalam panduan pergerakan, jauh
di masa dahulu. Saat ini, saatnya kita memiliki sikap demokratis dan
mengesampingkan nilai konservatif, guna menjembatani cita mulia merawat
keharmonisan persyarikatan, gerakan, organisasi, umat, bangsa, dan negara.

“Kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya Muhammadiyah,


maka yang bertanggung jawab adalah IMM.” Haedar Nasir (Ketua Umum PP
Muhammadiyah).9

Berdirinya IMM pada 1964 sebagai salah satu organisasi otonom


Muhammadiyah. Ortom merupakan organisasi atau badan yang dibentuk oleh
Persyarikatan Muhammadiyah yang disertai dengan bimbingan dan pengawasan,

8
https://lldikti5.kemdikbud.go.id/ “DPP IMM: Inklusif Berkemajuan untuk Menyosong Islam
Moderen” Diakses pada tanggal 25 Des
9
Ahmad Sholeh; “ IMM AUTENTIK : Melacak Autentisitas dan Substansi GerakanIkatan
Mahasiswa Muhammadiyah” Jakarta Timur 2015-2016. Hal 3

4
diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, membina warga
Muhammadiyah tertentu dan dalam bidang tertentu dengan maksud mencapai
tujuan Muhammadiyah. Ortom memiliki jaringan struktur mulai dari tingkat pusat,
propinsi, kabupaten, kecamatan, desa, dan kelompok atau jamaah.10

Gerakan intelektual IMM tidaklah lengkap tanpa adanya perbuatan (action).


Action adalah syarat utama, dalam meraih suatu perubahan,meskipun tentunya
ditopang oleh gagasan-gagasan progresif dan mencerahkan. Sebagai intelektual,
IMM tidak hanya berhenti dimendialogkan gagasan saja. Melainkan,
mengupayakan perwujudannya. Dalam merespons realitas, kader IMM memiliki
bekal fondasi teologis (Al-Quran dan sunah) serta fondasi teoritis (logis,reflektif,
metodis), yang sejalan dengan kebutuhan zaman.Ia bukan sekadar menara gading,
yang melaluinya kita bisa melihat secara luas jurang antara si kaya dan si miskin,
antara pemerintah dan rakyat jelata, antara borjuasi dan proletariat. Namun IMM
juga mampu menghasilkan “sesuatu” alias produk intelektual. Keduanya datang
dalam bentuk gerakan sosial, gerakan pencerahan, gerakan pendidikan, dll. Ini
adalah bentuk dialektika sebenarnya yang dilakukan IMM. Jadikan pemahaman
masing-masing kader mengkristal ke dalam praktik.

Salah satu tokoh sentral pendiri IMM, yakni IMMawan Djazman al-Kindi,
di berbagai kesempatan mewanti-wanti untuk menegaskan posisi atau domain
gerakan IMM. Pada 1989, dalam bukunya “ Muhammadiyah Peran Kader dan
Pembinaannya”

Pak Djazman telah secara spesifik dan mempertegas membagi domain


gerakan dikalangan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) atau ortom
Muhammadiyah. Kata Pak Djazman, untuk Pemuda Muhammadiyah fokus
gerakannya dititikberatkan untuk pengembangan potensi kemasyarakatan,
kemudian Nasyiatul Aisyiah dititik beratkan untuk pengembangan potensi
kerumahtanggaan dan kemasya-rakatan, sementara Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) dititik beratkan dan fokus gerakannya untuk

10
https://suaramuhammadiyah.id/ , “IMM, Sejarah dan Kiprah” Diakses pada tanggal 25 Des

5
pengembangan potensi intelektual,demikian dengan Ikatan Pelajar Muhammadiyah
dititik beratkan untuk pengembangan potensi ideologis.

Ini menegaskan bahwa tajdid Muhammdiyah terletak pada gerakan kader-


kader IMM yang tersebar luar di seluruh Indonesia dan dunia. Dengan membawa
Modernisasi Kader IMM dengan denyut Kosmopolitanisme ke ranah Nasional
maupun Internasional untuk menciptakan Perdamain dengan ikut aktif dalam
Gerakan dan juga isu-isu terbaru tanpa harus meninggalkan tujuan IMM dan
Muhammadiyah yang mana mengesampingkan permasalahan Pribadi dan
Golongan untuk ikut Berkerjasama dan berkalborasi dalam melawan masalah-
masalah publik seperti Kapitalisme, kemunduran, Kemiskinan, korupsi dan lain-
lain

Anda mungkin juga menyukai