11.1 Pengertian
Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang
dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran
atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur (Endang Kosasih)
1. Berdasarkan bentuknya
a. Prosa, adalah jenis karangan yang disusun dalam bentuk bebas dan terperinci.
Prosa terbagi dalam 2 macam.
1) Fiksi, adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan
sistematika penceritaan. Contohnya: novel dan cerpen.
2) Nonfiksi, adalah karangan yang menekankan aturan sistematika ilmiah, dan aturan-aturan
kelogisan. Contoh: essay, laporan penelitian, dan biografi.
b.Puisi, adalah karangan yang mengutamakan bentuk dan bunyi serta kepadatan makna.
1. Menentukan topik
Topik berarti ‘pokok pembicaraan’. Berdasarkan topik itulah, penulis menempatkan tujuan
dan tema karangannya.
2. Pembatasan Topik
Apabila topik terlalu luas, pembahasannya akan dangkal. Pada akhirnya karangan itu
tidak menarik bagi pembaca. Pembatasan ruang lingkup topik, memungkinkan pengarang
untuk mengarang dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri. Pembatasan topik dapat
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menelaah dan meneliti masalah yang akan
ditulisnya secara intensif.
Sebagai panduan disajikan beberapa topik umum yang dapat dijadikan inspirasi dalam
mengarang.
1) Pengalaman pribadi
a) Perjalanan
b) Tempat yang pernah dikunjungi
c) Pertemuan dengan tokoh
d) Kejadian yang unik dan luar biasa
e) Peristiwa lucu
3) Pendapat Prbadi
a) Kritik atau saran pada universitas
b) Kekaguman pada novel, film
4) Peristiwa aktual
a) Kebijakan pemerintah
b) Keadaan luar negeri
c) Perkembangan iptek
d) Situasi dan kondusif
e) Gosip-gosip dalam kehidupan sehari-hari
5) Masalah-masalah umum
a) Perayaan nasional
b) Perayaan keagamaan
3. Merumuskan tema
a. Kejelasan, tema hendaknya dirumuskan dengan kalimat yang jelas, tidak bertele-tele dan
berbelit-belit. Kejelasan tema sangat menentukan arah pengembangan karangan.
Contoh tema yang berbelit-belit
b. Kesatuan, tema yang baik adalah tema yang memiliki gagasan sentral. Sentralitas ditandai
dengan jumlah masalah pokok yang hendak digarap penulis.
Contoh: Dengan pengembangan pariwisata daerah, maka kesejahteraan masyarakat
daerah akan meningkat dan devisa negara akan bertambah.
c. Keaslian, hal ini penting untuk menciptakan kesegaran dan daya tarik karangan. Untuk
menciptakan kebaruan, tidak berarti masalah itu baru sama sekali. Kita bisa membahas
topik dari sudut pandang yang berbeda.
Contoh:
Pesona cara berpakaian R.A Kartini dalam kehidupan remaja modern atau popularitas
R.A Kartini sebagai pahlawan nasional pada zaman ordebaru dan era reformasi.
4. Menentukan tujuan
Ada dua macam tujuan yang dapat dirumuskan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum biasanya berkisar antara 3 hal berikut: memberitahukan, mempengaruhi,
menghibur. Tujuan khusus merupakan rumusan spesifik dari tujuan umum sehubungan dengan
tema karangan.
Hubungan antara topik, tema, dan tujuan karangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
Apabila topik merupakan gagasan pokok yang akan dibahas, maka judul merupakan
nama yang diberikan untuk bahasan karangan itu. Judul berfungsi pula sebagai slogan promosi
untuk menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan.
Contoh:
1) Pengetahuan Remaja Putri SMAN Martapura Tentang Gangguan Menstruasi
2) Hubungan Berat badan Ibu Hamil dengan Berat Badan bayi lahir di Kecamatan Cempaka.
Sedangkan model karangan populer menggunakan judul-judul yang singkat dan sangat
provokatif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa yang diakrabi masyarakat. Contoh:
langkah ini dilakukan setelah penentuan topik, tema, dan tujuan karangan.
Contoh:
Topik : Hal-hal yang tidak disenangi
Ide-ide : 1) kehabisan uang
2) putus cinta
3) perselingkuhan
4) kemandulan
5) birokrasi yang berbelit-belit
6) kemacetan lalulintas
b. Menyeleksi ide-ide
langkah selanjutnya adalah menyeleksi ide-ide yang telah dicatat. Dasar penyeleksian adalah
1) Relevan tidaknya ide dengan topik
2) Penting tidaknya ide tersebut untuk dibahas atau ditampilkan
3) Dikuasai-tidaknya ide tersebut oleh penulis
4) Ada tidaknya data atau bahan penunjang untuk membahasnya atau meneliti
Kerangka karangan diatas tidak memenuhi syarat kelogisan, karena kemunculan suatu toipk
bawahan yang tidak relevan dengan topik.
1) Angka Romawi, seperti I,II, III, IV, dipakai untuk tingkatan Pertama
2) Huruf Kapital, seperti A,B,C, D, dipakai untuk tingkatan kedua
3) Angka Arab, seperti, 1,2,3,4, dipakai untuk tingkatan ketiga
4) huruf kecil, a,b,c,d, dipakai untuk tingkatan keempat
Perhatikan bagan berikut.
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
1. ...................
a. .............
1) .............
a)..........
(1) ............
Perhatikan contoh berikut.
Penggunaan simbol-simbol di atas tidak konsisten. Karena itu harus diperbaiki menjadi:
7. Mengumpulkan bahan/data
1. Membaca referensi (acuan tertentu)
2. wawancara
3. Observasi
4. Eksperimen
5. Mengembangkan kerangka karangan
Contoh:
Kalau kamu adalah salah seorang pengurus IKM atau organisasi lainnya, sebaiknya
kamu memanfaatkan kesempatan itu untuk latihan komunikasi di depan umum, tak perduli
sebatas apa kemampuanmu dalam menggunakan kata-kata. Bila pertama kali kamu berbicara
terpatah-patah dan sedikit deg-degan, itu hal biasa. Lama-kelamaan kamu akan terbiasa
dengan latihan semacam itu. Apalagi kalau kamu diundang seminar, acara diskusi, atau rapat
lainnya, berbahagialah kamu dan manfaatkan kesempatan itu untuk mengasah lidahmu agar
terbiasa dan lancar untuk mengeluarkan pendapat pada orang lain.
Paragraf di atas fungsinya hanya sebagai penanda bahwa uraian atas bacaan yang
berjudul “ Remaja dan Aprehensi Komunikasi” sudah terakhir. Dalam paragraf itu tidak
ditemukan rumusan kesimpulan. Mari kita bandingkan dengan paragraf di bawah ini.
Paragraf di atas tidak hanya berfungsi sebagai penutup, tetapi juga merupakan perumusan
kembali atas uraian-uraian sebelumnya.