Anda di halaman 1dari 7

Pertemuan 12

PERENCANAAN PENULISAN KARANGAN ILMIAH

11.1 Pengertian

Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang
dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran
atau ungkapan perasaan ke dalam bentuk tulisan yang teratur (Endang Kosasih)

11.2 Jenis-jenis Karangan

1. Berdasarkan bentuknya
a. Prosa, adalah jenis karangan yang disusun dalam bentuk bebas dan terperinci.
Prosa terbagi dalam 2 macam.
1) Fiksi, adalah karangan yang disusun dalam bentuk alur yang menekankan aturan
sistematika penceritaan. Contohnya: novel dan cerpen.
2) Nonfiksi, adalah karangan yang menekankan aturan sistematika ilmiah, dan aturan-aturan
kelogisan. Contoh: essay, laporan penelitian, dan biografi.

b.Puisi, adalah karangan yang mengutamakan bentuk dan bunyi serta kepadatan makna.

a.Drama, adalah karangan yang berupa dialog sebagai pembentuk alurnya

2. Berdasarkan cara penyajiannya


a. Karangan narasi
b. Karangan deskripsi
c. Karangan argumentasi
d. Karangan Persuasi

3. Berdasarkan masalah yang disajikannya


a. Karangan populer
b. Karangan ilmiah
c. Karangan ilmiah populer
d. Surat
e. Karangan sastra

11.3 Perencanaan Penulisan Karangan

1. Menentukan topik

Topik berarti ‘pokok pembicaraan’. Berdasarkan topik itulah, penulis menempatkan tujuan
dan tema karangannya.

Samakah topik dengan tema?


Topik bermakna pokok karangan, sedangkan tema adalah suatu perumusan dari topik yang
dijadikan landasan penyusunan karangan. Berdasarkan pengertian tersebut jelaslah bahwa
topik yang lebih singkat dan lebih abstrak daripada tema. Topik dirumuskan lebih dahulu dari
tema.

Untuk merumuskan topik yang baik dipergunakan ukuran berikut.

a. Menarik perhatian penulis


b. Dikuasai penulis
c. Menarik dan aktual bagi pembaca.

2. Pembatasan Topik

Apabila topik terlalu luas, pembahasannya akan dangkal. Pada akhirnya karangan itu
tidak menarik bagi pembaca. Pembatasan ruang lingkup topik, memungkinkan pengarang
untuk mengarang dengan penuh keyakinan dan kepercayaan diri. Pembatasan topik dapat
memberikan kesempatan bagi penulis untuk menelaah dan meneliti masalah yang akan
ditulisnya secara intensif.
Sebagai panduan disajikan beberapa topik umum yang dapat dijadikan inspirasi dalam
mengarang.

1) Pengalaman pribadi
a) Perjalanan
b) Tempat yang pernah dikunjungi
c) Pertemuan dengan tokoh
d) Kejadian yang unik dan luar biasa
e) Peristiwa lucu

2) Hobi dan ketrampilan


a) cara melakukan sesuatu
b) cara bkerjanya sesuatu
c) Peraturan dan tata cara

3) Pendapat Prbadi
a) Kritik atau saran pada universitas
b) Kekaguman pada novel, film

4) Peristiwa aktual
a) Kebijakan pemerintah
b) Keadaan luar negeri
c) Perkembangan iptek
d) Situasi dan kondusif
e) Gosip-gosip dalam kehidupan sehari-hari

5) Masalah-masalah umum
a) Perayaan nasional
b) Perayaan keagamaan

3. Merumuskan tema

a. Kejelasan, tema hendaknya dirumuskan dengan kalimat yang jelas, tidak bertele-tele dan
berbelit-belit. Kejelasan tema sangat menentukan arah pengembangan karangan.
Contoh tema yang berbelit-belit

Pengembangan pariwisata daerah dan perlunya partisipasi masyarakat industri dalam


mengembangkan kerajinan-kerajinan tradisional untuk menarik wisatawan dan
peningkatan pendapatan devisa negara.

b. Kesatuan, tema yang baik adalah tema yang memiliki gagasan sentral. Sentralitas ditandai
dengan jumlah masalah pokok yang hendak digarap penulis.
Contoh: Dengan pengembangan pariwisata daerah, maka kesejahteraan masyarakat
daerah akan meningkat dan devisa negara akan bertambah.

c. Keaslian, hal ini penting untuk menciptakan kesegaran dan daya tarik karangan. Untuk
menciptakan kebaruan, tidak berarti masalah itu baru sama sekali. Kita bisa membahas
topik dari sudut pandang yang berbeda.
Contoh:
Pesona cara berpakaian R.A Kartini dalam kehidupan remaja modern atau popularitas
R.A Kartini sebagai pahlawan nasional pada zaman ordebaru dan era reformasi.

4. Menentukan tujuan

Tujuan berfungsi sebagai patokan penulis dalam mengarahkan karangannya. Dengan


adanya tujuan, penulis memiliki sandaran apakah karangannya itu sesuai dengan yang
diharapkan atau tidak.

Ada dua macam tujuan yang dapat dirumuskan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum biasanya berkisar antara 3 hal berikut: memberitahukan, mempengaruhi,
menghibur. Tujuan khusus merupakan rumusan spesifik dari tujuan umum sehubungan dengan
tema karangan.

Hubungan antara topik, tema, dan tujuan karangan dapat dicontohkan sebagai berikut.

1)Topik : Manfaat alat kontrasepsi


Tema : Alat kontrasepsi dapat mencegah kehamilan
Tujuan : Memberitahukan bahwa tidak adanya alat kontrasepsi dapat menyebabkan angka
kelahiran meningkat.

2) Topik : Pelajar dan masa depan bangsa


Tema : Besarnya pelajar dapat menentukan maju-mundurnya perkembangan
bangsanya.
Tujuan : Mempengaruhi, menanamkan kesadaran kepada pelajar tentang pentingnya
mereka dalam mempelajari ilmu pengetahuan dan mempertebal moral sebagai
bekal dalam membangun bangsanya.

5. Merumuskan judul karangan

Apabila topik merupakan gagasan pokok yang akan dibahas, maka judul merupakan
nama yang diberikan untuk bahasan karangan itu. Judul berfungsi pula sebagai slogan promosi
untuk menarik minat pembaca dan sebagai gambaran isi karangan.

Judul yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.


a. Relevan, ada hubungannya dengan isi karangan
b. Provokatif, dapat menimbulkan rasa ingin tahu pembaca
c. Singkat, mudah dipahami dan enteng dilihat

Model perumusan judul karangan


a. Model judul karangan ilmiah
b. Model judul karangan populer

Model judul karangan ilmiah menghendaki perumusan secara lengkap, meliputi:


1) Masalah
2) Ruang lingkup Penelitian
3) Tujuan Penelitian
4) Subjek Penelitian
5) Metode Penelitian

Contoh:
1) Pengetahuan Remaja Putri SMAN Martapura Tentang Gangguan Menstruasi
2) Hubungan Berat badan Ibu Hamil dengan Berat Badan bayi lahir di Kecamatan Cempaka.

Sedangkan model karangan populer menggunakan judul-judul yang singkat dan sangat
provokatif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa yang diakrabi masyarakat. Contoh:

1) Kalau Profesor Sudah Pelupa


2) Mukjijat Shalat dan Doa
3) Ayat-ayat Cinta
4) Chairul Tanjung si Anak Singkong

6. Menyusun Kerangka Karangka Karangan

a. Mencatat semua ide

langkah ini dilakukan setelah penentuan topik, tema, dan tujuan karangan.
Contoh:
Topik : Hal-hal yang tidak disenangi
Ide-ide : 1) kehabisan uang
2) putus cinta
3) perselingkuhan
4) kemandulan
5) birokrasi yang berbelit-belit
6) kemacetan lalulintas

b. Menyeleksi ide-ide

langkah selanjutnya adalah menyeleksi ide-ide yang telah dicatat. Dasar penyeleksian adalah
1) Relevan tidaknya ide dengan topik
2) Penting tidaknya ide tersebut untuk dibahas atau ditampilkan
3) Dikuasai-tidaknya ide tersebut oleh penulis
4) Ada tidaknya data atau bahan penunjang untuk membahasnya atau meneliti

Berdasarkan hasil seleksi, misalnya didapatkan ide-ide sebagai berikut.

Topik : Hal-hal Yang Tidak Disenangi


Tujuan : Mengemukakan hal-hal yang tidak disenangi
Ide-ide : !) birokrasi yang berbelit-belit
2) perselingkuhan

Syarat-syarat kerangka karangan yang baik adalah sebagai berikut

a. Mengungkapkan maksud yang jelas


Kerangka karangan yang jelas akan mempermudah pengembangan karangan.

b. Tiap bagian dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan


c. Bagian-bagian dalam kerangka karangan harus tersususn secara logis
contoh kerangka yang tidak logis:
Topik: Gangguan-gangguan Penyiaran
A. Terlalu banyak gelombang radio di udara
B. Membantu mencari jejak penjahat

Kerangka karangan diatas tidak memenuhi syarat kelogisan, karena kemunculan suatu toipk
bawahan yang tidak relevan dengan topik.

d. Menggunakan simbol yang kosisten


pemakaian simbol pada kerangka karangan umumnya mengikuti konvensi sebagai berikut.

1) Angka Romawi, seperti I,II, III, IV, dipakai untuk tingkatan Pertama
2) Huruf Kapital, seperti A,B,C, D, dipakai untuk tingkatan kedua
3) Angka Arab, seperti, 1,2,3,4, dipakai untuk tingkatan ketiga
4) huruf kecil, a,b,c,d, dipakai untuk tingkatan keempat
Perhatikan bagan berikut.

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
1. ...................
a. .............
1) .............
a)..........

(1) ............
Perhatikan contoh berikut.

I. Pencemaran Lingkungan di negara maju


a. Pencemarann yang bersifat lokal
b. Pencemaran yang melibatkan sejumlah negara
1. Melalui sungai
2. Melalui udara
A. kendaraan bermotor
B. asap pabrik
C. Pesawat supersonik

Penggunaan simbol-simbol di atas tidak konsisten. Karena itu harus diperbaiki menjadi:

I. Pencemaran Lingkungan di negara maju


A. Pencemarann yang bersifat lokal
B. Pencemaran yang melibatkan sejumlah negara
1. Melalui sungai
2. Melalui udara
a. kendaraan bermotor
b. asap pabrik
c. Pesawat supersonik

7. Mengumpulkan bahan/data
1. Membaca referensi (acuan tertentu)
2. wawancara
3. Observasi
4. Eksperimen
5. Mengembangkan kerangka karangan

a. Deskripsi mengenai suatu masalah yang akan dibahas


b. Analisa terhadap sebab-sebab atau akibat-akibat dari masalah itu.
c. Alternatif-alternatif atau kesimpulan sebagai pemecahan masalah.

6. Pengakhiran dan Kesimpulan


Pengakhiran merupakan bagian bacaan yang fungsinya menandakan bahwa bacaan itu
selesai atau sudah berakhir. Bagian pengakhiran masih merupakan uraian yang fungsinya sebagai
penutup dari suatu perincian. Hubungan antara bagian pengakhiran dengan bagian sebelumnya
terbentuk pola umum- khusus.

Kesimpulan berfungsi sebagai pemaknaan kembali atas uraian-uraian sebelumnya.


Hubungan antara bagian kesimpulan dengan bagian sebelumya bersifat khusus-umum. Bagian
tersebut merupakan sebuah generalisasi atau rumusan umum dari uraian sebelumnya.

Contoh:

Kalau kamu adalah salah seorang pengurus IKM atau organisasi lainnya, sebaiknya
kamu memanfaatkan kesempatan itu untuk latihan komunikasi di depan umum, tak perduli
sebatas apa kemampuanmu dalam menggunakan kata-kata. Bila pertama kali kamu berbicara
terpatah-patah dan sedikit deg-degan, itu hal biasa. Lama-kelamaan kamu akan terbiasa
dengan latihan semacam itu. Apalagi kalau kamu diundang seminar, acara diskusi, atau rapat
lainnya, berbahagialah kamu dan manfaatkan kesempatan itu untuk mengasah lidahmu agar
terbiasa dan lancar untuk mengeluarkan pendapat pada orang lain.

Paragraf di atas fungsinya hanya sebagai penanda bahwa uraian atas bacaan yang
berjudul “ Remaja dan Aprehensi Komunikasi” sudah terakhir. Dalam paragraf itu tidak
ditemukan rumusan kesimpulan. Mari kita bandingkan dengan paragraf di bawah ini.

Aprehensi komunikasi merupakan penyakit mental yang berupa takutnya seseorang


untuk berkomunikasi. Penyakit ini akan berakibat fatal; terhadap karir seseorang. Oleh karena
itu, penyakit itu harus diupayakan penyembuhannya, antara lain dengan berlatih dan banyak
tampil di depan umum.

Paragraf di atas tidak hanya berfungsi sebagai penutup, tetapi juga merupakan perumusan
kembali atas uraian-uraian sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai