Anda di halaman 1dari 83

PENGEMBANGAN FORMULA POLYMERIC NANOPARTICLE UNTUK

SISTEM PENGHANTARAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma

ulmifolia Lamk) MENGGUNAKAN KITOSAN DAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

Oleh :

Oleh:

Lilis Ika Kurniawati


185070501111025

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
PENGEMBANGAN FORMULA POLYMERIC NANOPARTICLE UNTUK
SISTEM PENGHANTARAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma
ulmifolia Lamk) MENGGUNAKAN KITOSAN DAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

Oleh :

Lilis Ika Kurniawati


185070501111025

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN FORMULA POLYMERIC NANOPARTICLE UNTUK


SISTEM PENGHANTARAN EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma
ulmifolia Lamk) MENGGUNAKAN KITOSAN DAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT

Oleh:
Lilis Ika Kurniawati
185070501111025

Telah diuji pada


Hari: Selasa
Tanggal: 26 April 2022
dan dinyatakan lulus oleh:
Penguji-I

apt. Bachtiar Rifai Pratita Ihsan, S.Farm., M.Farm


NIP. 198709292019031007

Pembimbing-I/ Penguji-II, Pembimbing-II/ Penguji-III,

apt. Oktavia Eka Puspita, S.Farm., M.Sc apt. Oktavia Rahayu A., S.Farm., M.Biomed

NIK. 2011068510252001 NIK. 2016099210192001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Sarjana Farmasi,

apt. Alvan Febrian Shalas, S.Farm., M.Farm


NIP. 198502182019031007

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Lilis Ika Kurniawati

NIM : 185070501111025

Program Studi : Program Studi Sarjana Farmasi

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang lain

yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya. Apabila di kemudian hari

didapatkan bukti bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil plagiasi, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 12 Mei 2022

Yang membuat pernyataan

(Lilis Ika Kurniawati)

185070501111025

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah memberi petunjuk,

hidayah dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir

dengan judul “Pengembangan Formula Polymeric Nanoparticle untuk Sistem

Penghataran Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)

Menggunakan Kitosan dan Natrium Tripolifisfat”. Tugas Akhir ini disusun sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Farmasi Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Dengan selesainya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan terimah kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Ibu apt. Oktavia Eka Puspita, S. Farm., M. Sc. sebagai dosen pembimbing satu

yang telah bersedia membimbing saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir,

senantiasa membantu baik dari segi bimbingan ilmu hingga keperluan penelitian,

serta selalu sabar dan memberikan semangat sehingga penelitian ini dapat

berjalan dengan baik sampai penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Ibu apt. Nurus Sobah, S.Farm., M.Farm. Klin dan Ibu apt. Oktavia Rahayu

Adianingsih, S.Farm., M.Biomed. sebagai dosen pembimbing kedua yang

senantiasa dengan sabar membimbing, memberikan dukungan serta

memberikan masukan tentang penulisan yang baik sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak apt. Bachtiar Rifai Pratita Ihsan, S.Farm., M.Farm sebagai dosen penguji

Ujian Tugas Akhir yang telah memberikan masukan dan saran untuk

menyempurnakan naskah Tugas akhir.

iv
4. Bapak apt. Alvan Febrian Shalas, M.Farm. selaku Ketua Program Studi Sarjana

Farmasi yang telah membimbing penulis selama menuntut ilmu di Program Studi

Sarjana Farmasi FKUB.

5. Segenap anggota Tim Pengelola Tugas Akhir Farmasi yang telah membantu

melancarkan urusan penelitian sehingga dapat melaksanakan Tugas Akhir

dengan lancar.

6. Yang tercinta orang tua saya ibu, bapak dan mas saya serta anggota keluarga

saya yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a sehingga saya dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Teman seperjuangan penelitian yaitu naina, byla, rifa, deyla dan rena yang selalu

bekerja sama dengan baik dan saling memberi masukan.

8. Teman saya Adiva, Hendri, Yumi, Elis, Kamila, Milhan, Ruro dan Iim yang selalu

memberikan dukungan dan semangat untuk mengerjakan Tugas Akhir, serta

teman-teman seperjuangan S1 yang saling mendukung untuk lulus bersama-

sama.

9. Dan terimakasih untuk diri saya sendiri yang sudah bekerja keras, belajar dan

berusaha sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir.

Malang, 22 April 2022

Penulis

v
ABSTRAK

Kurniawati, Lilis Ika. 2022. Pengembangan Formula Polymeric Nanoparticle


untuk Sistem Penghataran Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma
ulmifolia Lamk) Menggunakan Kitosan dan Natrium Tripolifisfat.
Tugas Akhir. Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya. Pembimbing: (1) apt. Oktavia Eka Puspita, S.Farm., M.Sc. (2)
apt. Oktavia Rahayu Adianingsih, S.Farm., M.Biomed.

Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) memiliki rasa pahit dan bau
menyengat. Selain itu, daun jati belanda memiliki kandungan tanin, mucilago,
saponin, alkaloid dan flavonoid. Tanin merupakan golongan senyawa polifenol
yang memiliki sifat sangat polar dan bioavailabilitas rendah. Salah satu upaya
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memformulasikan dalam sediaan
nanopartikel polimer menggunakan kitosan dan natrium tripolifosfat (NaTPP).
Kitosan dipilih karena memiliki sifat biodegradable, biomaterial, tidak toksik dan
biomaterial. Sedangkan natrium tripolifosfat dipilih karena sebagai penstabil
larutan, menghindari terbentuknya agregat dan membantu terjadinya sambung
silang. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan nanopartikel pada rentang
ukuran partikel dibawah 1000 nm dan indeks polidispersitas kurang dari 0,5.
Ekstrak daun jati belanda diformulasi dalam bentuk nanopartikel menggunakan
metode gelasi ionik dengan variasi konsentrasi NaTPP (0,05% dan 0,2%) dan
rasio volume kitosan terhadap NaTPP (2:1 dan 5:1), dari perbedaan tersebut
sehingga dibuat empat formula. Parameter pengujian meliputi uji organoleptis,
pengamatan morfologi, uji ukuran partikel dan indeks polidispersitas. Hasil uji
organoleptik menunjukkan bahwa sediaan berwarna kuning agak kecoklatan, bau
khas ekstrak daun jati belanda dan sediaan berbentuk cair. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi natrium tripolifosfat maka akan menghasilkan ukuran partikel yang
kecil dan formulasi formulasi terbaik pada formulasi F1 dengan ukuran partikel
4086,33 + 254,42 nm dan indeks polidispersitas 0,77 + 0,09.

Kata kunci: ekstrak daun jati belanda, nanopatikel polimer, kitosan, natrium
tripolifosfat.

vi
ABSTRACT

Kurniawati, Lilis Ika. 2022. Development of Polymeric Nanoparticle Formula


for Delivery System of Dutch Teak Leaf Extract (Guazuma ulmfolia
Lamk) Using Chitosan and Sodium Tripolyphosphate. Final
Assignment, Medical Program, Faculty of Medicine, Brawijaya University.
Supervisor: (1) apt. Oktavia Eka Puspita, S.Farm., M.Sc. (2) apt. Oktavia
Rahayu Adianingsih, S.Farm., M.Biomed.

Dutch teak leaves (Guazuma ulmifolia Lamk) have a bitter taste and a
pungent odor. In addition, Dutch teak leaves contain tannins, mucilago, saponins,
alkaloids and flavonoids. Tannins are a class of polyphenolic compounds that
have very polar properties and low bioavailability. One effort to overcome this is
to formulate polymer nanoparticles using chitosan and sodium tripolyphosphate
(NaTPP). Chitosan was chosen because it has biodegradable, biomaterial, non-
toxic and biomaterial properties. Meanwhile, sodium tripolyphosphate was
chosen because it acts as a solution stabilizer, avoiding the formation of
aggregates and helping cross-linking occur. This study aims to produce
nanoparticles in the range of particle size below 1000 nm and polydispersity
index of less than 0.5. Dutch teak leaf extract was formulated in the form of
nanoparticles using the ionic gelation method with various concentrations of
NaTPP (0.05% and 0.2%) and the volume ratio of chitosan to NaTPP (2:1 and
5:1). The test parameters include organoleptic tests, morphological observations,
particle size test and polydispersity index. The results of the organoleptic test
shows that the preparation was slightly brownish yellow in color, had a
characteristic odor of Dutch teak leaf extract and the preparation was in liquid
form. Based on the results of the research that has been done, it can be
concluded that the higher the concentration of sodium tripolyphosphate, the
smaller the particle size and the best formulation in the F1 formulation with a
particle size of 4086.33 + 254.42 nm and a polydispersity index of 0.77 + 0.09.

Keywords: Dutch teak leaf extract, polymer nanoparticles, chitosan, sodium


tripolyphosphate.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul...................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ...............................................................................iii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Abstrak ............................................................................................................... vi
Abstract ..............................................................................................................vii
Daftar Isi ............................................................................................................ viii
Daftar Tabel ......................................................................................................... x
Daftar Gambar .................................................................................................... xi
Daftar Lampiran ..................................................................................................xii
Daftar Singkatan ................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Akademik .................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) ........................................... 6
2.2 Nanopartikel ................................................................................... 10
2.3 Karakteristik nanopartikel ............................................................... 12
2.3.1 Sifat Organoleptis ................................................................. 12
2.3.2 Ukuran dan Distribusi Partikel .............................................. 12
2.4 Kitosan ........................................................................................... 13
2.5 NaTPP ........................................................................................... 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep........................................................................... 17
3.2 Deskripsi Kerangka Konsep ........................................................... 18
3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 19
BAB 4 METODE PENELITIAN

viii
4.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 20
4.2 Sampel Penelitian .......................................................................... 20
4.3 Variabel Penelitian ......................................................................... 20
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 21
4.5 Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian ........................................... 21
4.5.1 Bahan Penelitian .................................................................. 21
4.5.2 Alat Penelitian ...................................................................... 21
4.6 Definisi Istilah / Operasional ........................................................... 22
4.7 Prosedur Penelitian ........................................................................ 22
4.7.1 Identifikasi kandungan ekstrak jati belanda .......................... 22
4.7.2 Preparasi Polymeric nanoparticle ekstrak daun jati belanda . 23
4.7.3 Rancangan Formula ............................................................. 24
4.7.3.1 Formulasi ................................................................. 24
4.7.3.2 Rasionalisasi Formula .............................................. 24
4.8 karakterisasi proses formulasi polymeric nanoparticle pada ekstrak
daun jati belanda. .......................................................................... 25
4.8.1 Sifat Organoleptis ................................................................. 25
4.8.2 Ukuran dan Distribusi Partikel .............................................. 25
4.9 Analisis Data .................................................................................. 26
BAB 5 HASIL DAN ANALISIS DATA
5.1 Hasil Organoleptik Polymeric Nanoparticle Ekstrak Daun Jati
Belanda ......................................................................................... 28
5.2 Hasil Karakterisasi Polymeric Nanoparticle Ekstrak Daun Jati
Belanda ......................................................................................... 29
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Hasil Penelitian......................................................... 33
6.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 39
6.3 Implikasi pada Bidang Farmasi ...................................................... 39
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan .................................................................................... 40
7.2 Saran ............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41
LAMPIRAN........................................................................................................ 45

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perbandingan Konsentrasi Kitosan dan NaTPP ................................. 23

Tabel 4.2 Komposisi Formula Nanopartikel Ekstrak Daun Jati Belanda ............. 24

Tabel 5.2 Hasil Karakterisasi Polymeric Nanoparticle Ekstrak Daun Jati


Belanda………………………………………………………………………………….28
Tabel 5.3 Hasil Uji Mann-Whitney pada Ukuran Partikel…………….……………30
Tabel 5.4 Hasil Uji Mann-Whitney pada Indeks Polidispersitas………………….31

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Daun Jati Belanda. ........................................................................... 7

Gambar 2.2 Ilustrasi matriks nanopartikel menggunakan metode gelasi ionik. .. 11

Gambar 2.3 Struktur kimia kitosan. .................................................................... 14

Gambar 2.4 Struktur NaTPP. ............................................................................. 16

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………..16


Gambar 5.1 Pengamatan Organoleptis secara Visual…………………………….27
Gambar 5.2 Pengamatan Organoleptis Menggunakan Mikroskop Cahaya…….27

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Ukuran dan Indeks Polidispersitas ......................................... 45

Lampiran 2. Hasil Analisa Statistik Ukuran Partikel ............................................ 46

Lampiran 3. Hasil Analisa Statistik Indeks Polidispersitas .................................. 48

Lampiran 4. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F1 (I) .................. 52

Lampiran 5. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F1 (II) ................. 53

Lampiran 6. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F1 (III) ................ 54

Lampiran 7. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F2 (I) .................. 55

Lampiran 8. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F2 (II) ................. 56

Lampiran 9. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F2 (III) ................ 57

Lampiran 10. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F3 (I) ................ 58

Lampiran 11. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F3 (II) ............... 59

Lampiran 12. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F3 (III) .............. 59

Lampiran 13. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F4 (I) ................ 61

Lampiran 14. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F4 (II) ............... 62

Lampiran 15. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F4 (III) .............. 63

Lampiran 16. Certificate Of Analysis (CoA) Ekstrak Daun Jati Belanda ............. 64

Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian……………...…………………...…………. 64

xii
DAFTAR SINGKATAN

ANOVA : One-Way Analysis of Variance

COCH3 : Asetil

DOC : Day Old Chicks

DLS : Dynamic Light Scattering

HDL : High Desity Lipoprotein

HPLC : High Performance Liquid Chromatography

KLT : Kromatografi Lapis Tipis

LDL : Low Desity Lipoprotein

NaTPP : Natrium Tripolifosfat

NaOH : Natrium Hidroksida

NH2 : Amina

NH3+ : Amonia

PSA : Particle Size Analyzer

SEM : Scanning Electrone Microscope

SLS : Statis Light Scattering

SPSS : Statistical Package for Social

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak

keanekaragaman hayati, salah satunya yaitu tanaman herbal atau obat tradisonal

yang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia. Penggunaan obat

tradisional atau jamu sudah ada sejak zaman dahulu sampai sekarang dan

masih dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, dilihat dari pengalaman yang

terdahulu atau pengalaman empirik, obat tradisional atau jamu ini dimanfaatkan

sebagai mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan mengobati berbagai

penyakit (Riskesdas, 2013). Masyarakat biasanya menggunakan rebusan ekstrak

daun jati belanda yang dimanfaatkan untuk jamu pelangsing atau biasa disebut

galian singset (Bahasa jawa). Pada ekstrak daun jati belanda ini memiliki bau

yang menyengat dan rasa pahit sehingga sebagian masyarakat merasa malas

untuk mengkonsumsinya.

Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) merupakan salah satu

tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk obat tradisional. Menurut obat asli

Indonesia volume III, manfaat jati belanda yaitu bisa mengatasi diare,

menurunkan berat badan atau pelangsing, mengatasi terjadinya hiperlipidemia,

batuk, nyeri perut, susah mengeluarkan keringat, dan kaki bengkak disertai

1
2

adanya gatal berair. Menurut penelitian Batubara et al. (2017) dalam

penelitiannya tanaman ekstrak daun jati belanda bisa digunakan sebagai

pelangsing dan penurun kolestrol.

Daun jati belanda memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu

tanin, alkaloid, musilago, saponin, beta-sitosterol, dan flavonoid (Permana et al.,

2016). Kandungan daun jati belanda yang memiliki efek sebagai pelangsing atau

menurunkan berat badan yaitu alkaloid dengan mekanisme kerjanya sama

seperti obat orlistat yaitu menghambat enzim lipase pankreas. Selain itu tanin

juga memiliki efektivitas yang sama dengan alkaloid yaitu menghambat enzim

lipase pankreas dan sebagai astringency (Lumbantobing et al., 2019). Tanin

adalah golongan senyawa polifenol yang bersifat larut air serta memiliki sifat

astringen (pengkelat) yang berfungsi sebagai pengendapan mukosa protein

dalam usus halus sehingga bisa mengurangi penyerapan makanan terutama

yang mengandung lemak. Tanin juga memliki fungsi menghambat enzim lipase

yang mana akan menyebabkan penurunan produksi asam lemak bebas sehingga

akan berkurang kadar kolesterolnya (Permana et al., 2016). Senyawa polifenol

merupakan senyawa yang mudah teroksidasi sehingga memiliki stabilitas yang

rendah (Dipahayu & Galuh, 2021). Selain itu, polifenol memiliki sifat sangat polar

sehingga sulit berpenetrasi melalui membran yang kaya akan lipid sehingga

menyebabkan bioavailabilitas oral senyawa aktif rendah yang bisa terjadi

penyerapan tidak maksimal pada saluran pencernaan (Darmawan et al., 2020).

maka dari itu, untuk meningkatkan bioavailabilitasnya pada saluran pencernaan

dan aktivitas farmakologinya perlu adanya inovasi pada sistem penghantaran

yaitu dibuat sediaan nanopartikel jenis polimer atau polymeric nanoparticle

(Darmawan et al., 2020).


3

Nanopartikel polimer atau polymeric nanoparticle adalah partikel yang

memiliki ukuran dibawah 1000 nm dan bisa membawa senyawa aktif sehingga

akan terperangkap didalamnya (Zielinska et al., 2020). Polymeric nanoparticle

memiliki kelebihan yaitu bisa menembus ruang antar sel dan adanya peningkatan

afinitas dikarenakan terjadi peningkatan luas permukaan (Martien et al., 2012).

Polimer yang dapat digunakan untuk membuat nanopartikel antara lain kitosan,

yaitu polisakarida polikationik alami yang memiliki sifat bisa membentuk struktrur

multilayer dengan polimer sintesis atau alami yang bermuatan negatif. Kitosan

dapat dibentuk menjadi sistem penghantaran nanopartikel dengan metode

pembuatan gelasi ionik dengan natrium tripolifosfat (NaTPP) sebagai pembentuk

terjadinya sambung silang atau cross-linker antar molekul polimer kitosan

(Abdassah, 2017).

Nanopartikel kitosan yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi NaTPP

dan rasio volume kitosan terhadap NaTPP. Ukuran nanopartikel yang dihasilkan

tergantung pada kedua kombinasi tersebut (Mardliyati et al., 2012). Pada

penelitian yang dilakukan oleh Ayumi (2018) menyatakan bahwa konsentrasi

kitosan yang optimal yaitu 0,2% menggunakan variasi konsentrasi 0,2% dan

0,5% (Ayumi, 2018). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh suryani et

al. (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi kitosan dan NaTPP

maka akan terbentuk endapan dan ukuran partikel besar. Hal tersebut

disebabkan karena tingginya konsentrasi kitosan akan terjadi interaksi ionik

dengan NaTPP sehingga akan terbentuk partikel yang bergerombol kemudian

menjadi ukuran yang besar. Pada penelitian tersebut menggunakan dua variasi

konsentrasi kitosan dan NaTPP yaitu 0,02% dan 0,01% (Suryani et al., 2014).

Pada penelitian ini akan dibuat polymeric nanoparticle daun jati belanda
4

(Guazuma ulmifolia Lamk) dengan pembawa kitosan kemudian disambung

silangkan dengan NaTPP menggunakan metode gelasi ionik. Gelasi ionik

digunakan karena memiliki proses yang sederhana dan mudah dikontrol. Adapun

prinsipnya yaitu terjadinya ikatan silang antara gugus amina pada kitosan

bermuatan positif dengan Natrium Triopolifosfat bermuatan negatif (Putri et al.,

2018). Kemudian dilakukan karakterisasi nanopartikel seperti ukuran partikel dan

indeks polidispersitas dengan rentang ukuran nanopartikel pada umumnya

berkisar antara 1-1000 nm dengan indeks polidispersitas kurang dari 0,5

(Dipahayu & Galuh, 2021). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian

ini akan dilakukan optimasi konsentrasi NaTPP dan rasio volume kitosan

terhadap NaTPP dalam pembuatan nanopartikel ekstrak jati belanda.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaTPP terhadap ukuran partikel dan

Indeks Polidispersitas?

2. Berapakah rasio kitosan terhadap NaTPP yang dapat menghasilkan

nanopartikel mengandung ekstrak daun jati belanda terbaik?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi NaTPP terhadap ukuran partikel dan

indeks polidispersitas.

2. Mendapatkan rasio kitosan terhadap NaTPP yang dapat menghasilkan

nanopartikel mengandung ekstrak daun jati belanda terbaik.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademik


5

1. Manfaat bagi keilmuan yaitu untuk menerapkan teori dan ilmu

pengetahuan yang telah didapatkan dalam bidang formulasi

sistem penghantaran menggunakan kitosan dan NaTPP sebagai

polimer pada ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia

Lamk), kemudian formulasi sistem pengahantaran ini bisa

diberikan melalui rute oral.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Meningkatkan pemanfaatan dan potensi pada tumbuhan alam

yang ada di Indonesia yaitu daun jati belanda (Guazuma ulmifolia

Lamk).Mengetahui formulasi yang paling optimum serta bisa

dibuat dalam bentuk sediaan yang acceptable.

2. Penelitian ini bisa berkontribusi dalam pencegahan obesitas pada

masyarakat.

3. Memperbaiki rendahnya bioavailabilitas ekstrak daun jati belanda

(Guazuma ulmifolia Lamk) menggunakan sistem penghantaran

nanopartikel dengan metode gelasi ionik.


BAB 2

TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)

Berdasarkan klasifikasi nama ilmiah, jati belanda berasal dari kingdom

Plantae. Jati belanda tergolong ke dalam divisi Spermathophyta, subdivsi

Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Malvales, famllia Sterculiaceae serta

genus Guazuma (CABI, 2019). Jati belanda berasal dari amerika tropis. Jati

Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) memiliki nama disetiap negara yang berbeda

seperti Orme D’Amerique (Prancis), Bartard Cedar (Inggris), Guasima (Meksiko),

Jati Belanda (Indonesia), Jati Londa, Jati Landi (Jawa (Hanifatan, 2012). Jati

belanda merupakan tanaman yang berbentuk semak atau pohon dengan tinggi

10 sampai 20 meter. Memiliki batang yang keras, bulat, permukaan kasar,

berkayu, bercabang dan berwarna hijau keputih-putihan sedangkan pada

daunnya berbentuk bulat telur, tunggal, permukaannya kasar, tepi bergigi, ujung

runcing, pangkal berlekuk, tulangnya menyirip, panjangnya sekitar 10 sampai 16

cm, lebar 3 sampai 6 cm dan berwarna hijau. Pada bagian bunga berbentuk

bulat, terdapat di ketiak daun, Panjang tangkai sekitar 1 sampai 1/2 cm dan

berwarna hijau muda. Pada buah memiliki bentuk bulat, keras, permukaan

berduri dan berwarna hitam sedangkan pada biji memiliki ukuran kecil, keras,

berdiameter + 2 mm, berwarna coklat muda (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2000).

6
7

Gambar 2.1 Daun Jati Belanda (Efloraofindia, 2022)

Tanaman Jati Belanda secara turun temurun digunakan untuk

menurunkan berat badan dan mengatasi masalah hiperlipidemia atau kadar

lemak berlebih. Selain itu, tanaman jati belanda memiliki aktivitas antibakteri,

antijamur, antimikroba, anti-inflamasi, hepatoprotektif dan lainnya (Jalpa et al.,

2013). Senyawa kimia pada daun jati belanda memiliki kandungan yaitu tanin,

mucilago, alkaloid, saponin, beta-sitosterol, kafeina, flavonoid, steroid. Selain itu

ditemukan kandungan senyawa fenolik didalam ekstrak daun jati belanda yang

menggunakan analisis High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

menghasilkan asam fenolik, flaval-3-ol, prosianidin trimer C1, prosianidin dimer

B2, rutin, epikatekin, hiperosid, katekin, asam protokatekuat, epikatekin, asam

galat dan prosianidin dimer B1 (Pereira et al., 2020). Kandungan minyak

essential dari tanaman jati belanda yaitu timol 20,97%, karvakrol 13,76%,

eugenol 10,12%, spatulenol 7,09%, β- caryophyllene 6,74%, sabinene 5,18%,

globulol 5,56%, γ- terpinene 3,27% dan ꭤ- copaene 3,17% (Rivai et al., 2019).

Alkaloid memiliki mekanisme kerja yang sama dengan obat konvensional yaitu

orlistat, mekanisme kerjanya yaitu menghambat enzim lipase pancreas pada

saluran pencernaan sehingga absorbsi lemak dalam tubuh berkurang. Senyawa

tanin memiliki efektivitas yang sama dengan alkaloid yaitu menghambat enzim

lipase pankreas dan sebagai astringency (Lumbantobing et al., 2019). Tanin


8

adalah golongan senyawa polifenol yang bersifat larut air serta memiliki sifat

astringen (pengkelat) yang berfungsi sebagai pengendapan mukosa protein

dalam usus halus sehingga bisa mengurangi penyerapan makanan terutama

yang mengandung lemak. Selain itu, tannin memiliki mekanisme kerja

menghambat enzim HMG-KoA reduktase yang berperan dalam pembentukan

kolestreol serta bisa mengikat asam empedu masuk dalam usus halus yang

menyebabkan pengurangan kadar kolesterol. Senyawa mucilago bisa

mengendapkan protein yang ada pada permukaan usus halus sehingga bisa

mengurangi penyerapan lemak (Budiarto et al., 2016; Naim et al., 2017). Selain

itu mucilago memiliki sifat sangat hidrofilik dan mampu mengangkap air untuk

membentuk gel karena memiliki sifat water trapping serta berfungsi sebagai bulk

laxative (Utomo, 2008). Senyawa saponin bisa mengikat asam empedu dan

kolesterol dalam usus halus sehingga mengurangi penyerapan lemak. Beta-

sistosterol yang merupakan gabungan dari sterol, dimana memiliki mekanisme

kerja dengan cara menghambat absorbsi kolesterol tetapi tidak bisa adsorbsi

pada saluran pencernaan sehingga sterol sering digunakan sebagai pencegahan

atau penanganan untuk hiperlipidemia atau faktor lain seperti inflamasi dan

trombosis (Permana et al., 2016). Tanin pada tanaman jati belanda memiliki rasa

agak kelat dan memiliki bau aromatik yang lemah (Suharmiati & Maryani, 2003).

Pada penelitian Agung et al. (2011) menggunakan uji eksperimental

desain pre-test dan post-test dengan perlakuan pada 30 penderita obesitas yang

memiliki indeks massa rubuh > 25kg/m2. Perlakuannya yaitu diberi ekstrak daun

jati belanda sebanyak dua kapsul, diminum sehari dua kali sesudah makan

selama 30 hari kemudian menunjukkan terjadi penurunan berat badan pada

seseorang yang menderita obesitas. Hasil yang diperoleh menggunakan uji data
9

non parametrik wilcoxcon, didapatkan hasil p < 0,05. Pada penelitian Budiarto et

al. (2016) menggunakan metode ekperimental pada 100 ayam day old chicks

(DOC) betina karena pada ayam boiler dikenal mempunyai lemak tubuh yang

tinggi. Penelitian ini menggunakan 5 perlakuan dan 5 ulangan dengan diberikan

dosis tepung jati belanda sebesar 5 g, 10 g, 15 g dan 20 g dalam 1000 g pakan

komplit selama 28 hari menunjukkan bahwa jati belanda bisa menurunkan kadar

trigliserida darah dan lemak abdominal pada ayam boiler. Pada penelitian Naim

et al. (2017) diujikan pada 25 ekor tikus putih dalam kondisi hiperkolesterol, tikus

dikatakan hiperkolesterol jika kadar koleterol melibihi 54 mg/ dL. Tikus diberi

ekstrak etanol daun jati belanda dengan dosis 0, 25, 50, 75 mg/kgBB dan vitamin

C dengan dosis 1,8 mg/hari selama 14 hari. menunjukkan bahwa tikus putih bisa

mengalami penurunan kadar low desity lipoprotein (LDL) tetapi untuk kadar high

desity lipoprotein (HDL) tidak mengalami peningkatan. Pada uji klinik yang

dilakukan oleh Supriani et al. (2019) kepada 17 responden mengalami

hiperkolesterol kemudian diberikan teh daun jati belanda menunjukkan adanya

penurunan kadar kolesterol. Pada penelitian utomo (2008) tentang uji keamanan

eksperimental dengan pendekatan pre and post- test control grup design, sampel

yang diambil 25 tikus wistar jantan dengan kriteria inklusi berumur 3-4 bulan

dengan berat badan 250-300 gram, sehat, dan tidak ada abnormalitas pada

anatomi. Kemudian sampel dibagi secara acak menjadi 5 perlakuan yaitu kontrol

(K) diberikan aquadest, P1 diberikan suspensi ekstrak alkohol daun jati belanda

dosis 20 mg/kgBB, P2 diberikan suspensi ekstrak alkohol daun jati belanda dosis

200 mg/kgBB, P3 diberikan suspensi ekstrak alkohol daun jati belanda dosis

2000 mg/kgBB, P4 diberikan suspensi ekstrak alkohol daun jati belanda dosis

6324,14 mg/kgBB. Dosis tertinggi pada LD50 oral yaitu 6324,14 mg/kgBB
10

dihasilkan bahwa tikus tidak ada tanda-tanda mengalami terjadinya toksisita,

dimana termasuk dalam kategori praktis tidak toksik. Dari berbagai hasil

penelitian tersebut diketahui bahwa ekstrak jati belanda bermanfaat untuk

mengatasi penurunan kadar lemak atau sebagai pelangsing.

2.2 Nanopartikel

Nanopartikel merupakan partikel koloid padat yang berdiameter antara 1-

1000 nm. Nanopartikel tersusun bahan makromolekul yang bisa digunakan untuk

terapi sebagai pembantu (adjuvant) atau pembawa obat (carrier) dengan cara

melarutkan, menyerap, memerangkap, mengenkapsulasi serta menempelkan

bahan aktif secara kimia (Irianto & ijah. 2011). Nanopartikel bertujuan untuk

meningkatkankan bioavailabilitas karena memiliki kemampuan berdifusi dan

menembus yang baik ke dalam lapisan mukus (Mardliyati et al., 2012). Selain itu

bisa mengatasi kelarutan zat aktif yang susah terlarut, memodifikasi sistem

penghantaran obat sehingga bisa langsung menuju target yang spesifik,

memperbaiki absorbsi pada senyawa makromolekul dan mengurangi efek iritasi

pada saluran cerna (Abdassah, 2017). Nanopartikel memiliki dua jenis yaitu

nanokristal dan nanocarrier. Nanocarrier merupakan system pembawa yang

berukuran nano, macam-macamnya yaitu seperti nanotube, nanoliposome,

nanopartikel lipid padat, nanopartikel polimerik, nanopartikel cross link, dendrimer

dan lainnya.

Nanopartikel cross link merupakan proses sambung silang yang terjadi

secara ionik atau kovalen antara elektrolit dengan pasangan ionnya

menggunakan metode gelasi ionik. Gelasi ionik digunakan karena proses

sederhana, tidak menggunakan pelarut organik, bisa dikontrol dengan mudah


11

serta mencegah kerusakan bahan aktif. Mekanisme pembentukannya yaitu

adanya interaksi elektrostatik antara amin dari kitosan dan muatan negatif dari

polianion (Abdassah, 2017). Kelebihan nanopartikel bisa menembus dinding sel

yang tinggi dengan berdifusi maupun opsonifikasi dan adanya peningkatan

afinitas karena adanya peningkatan luas permukaan kontak pada jumlah yang

sama (Martien et al., 2012).

Gambar 2.2 Ilustrasi matriks nanopartikel menggunakan metode gelasi


ionik (Martien et al., 2012)

Pembuatan nanopartikel menggunakan metode gelasi ionik yaitu

dilarutkan kitosan kedalam larutan asam yang bertujuan untuk mengubah gugus

amina (-NH2) menjadi terionisasi positif (-NH3⁺), setelah menjadi ionisasi positif

maka bisa membentuk interaksi ionik dengan ekstrak daun jati belanda

(Guazuma ulmifolia Lamk). Kemudian akan terbentuk kompleks nanopartikel

dengan kandungan gugus ammonium bebasnya yang berlebih sehingga terjadi

tolak menolak yang mengakibatkan kompleks nanopartikel bersifat lemah.

Kompleks nanopartikel yang bersifat lemah ini perlu adanya penambahan suatu

pengikat silang (crosslinker) bertujuan untuk menstabilkan mauatan positif yang

tersisa. Pengikat silang harus berupa poli-anion, salah satu contohnya yaitu

NaTPP. NaTPP selain berfungsi sebagai penstabil bisa juga berfungsi untuk

menghindari terbentuknya agregat dan membantu terjadinya sambung silang


12

atau cross-linker. Setelah homogen maka akan terbentuk larutan nanopartikel,

dimana bisa dimodifikasi pada polimer akan menghasilkan variasi ukuran dan

muatan permukaan partikel (Irianto & Ijah. 2011).

Metode ini memiliki kelemahan yaitu stabilitasnya sangat dipengaruhi oleh

tingkat keasaman, dimana setiap bermacam-macam pH atau adanya perbedaan

pada suatu larutan akan mempengaruhi ionisasi kitosan yang akhirnya bisa

mempengaruhi kekuatan ikatan pada kompleks. Selain itu ada beberapa

masalah pada preparasi nanopartikel yaitu terjadinya agregasi yang cepat dan

ukuran partikel yang tidak merata sehingga mempengaruhi stabilitas sistem

dispersi yang menjadi sulit terkontrol (Martien et al., 2012).

2.3 Karakteristik nanopartikel

2.3.1 Sifat Organoleptis

Digunakan untuk mengetahui morfologi nanopartikel yang bisa

mempengaruhi sifat pelepasan zat aktif. Sifat organoleptis dilakukan

menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran yang sesuai serta adanya

pengamatan kejernihan bertujuan untuk mengetahui morfologi dan ukuran dari

suatu nanocarrier secara visual. Tetapi jika ukurannya nanometer tidak akan

terlihat secara visual sedangkan untuk bentuk suspensi akan terlihat jernih dan

transparan (Abdassah, 2017).

2.3.2 Ukuran dan Distribusi Partikel

Alat pengukurnya menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) dengan

prinsip Photon Correlation Spectroscopy dan Elektrophoretic Light Scattering

yang memiliki rentang sekitar 0,6 µm – 7 nm. karakteristik yang paling penting
13

karena digunakan untuk memperkirakan distribusi secara in vivo, biologis, dan

toksisitas. Pada ukuran partikel ini bisa juga mempengaruhi pelepasan obat,

semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas area permukaannya

serta memiliki resiko yang tinggi mengalami agregasi selama penyimpanan dan

ditribusi. Pada hal ini menjadi tantangan dalam sebuah formulasi nanopartikel

dengan ukuran kecil dan memiliki stabilitas yang baik (Mohanraj & Chen, 2006;

Abdassah, 2017). Metode yang digunakan yaitu Dynamic Light Scattering (DLS),

Statis Light Scattering (SLS), NMR, Turbidimetri dan lainnya. Jika sampel sudah

dilakukan pengukuran maka bisa dihitung sebagai angka atau volume distribusi

massa (Abdassah, 2017).

Selain itu, bisa juga digunakan untuk mengetahui uji indeks

polidispersitas yang bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran partikel yang

baik. Nilai indeks polidispersitas yang baik yaitu kurang dari 0,5 (Dipahayu &

Galuh, 2021). Nilai ini menunjukkan hasil perhitungan dari rata-rata berat molekul

dibagi dengan jumlah rata-rata berat molekul. Nilai indeks polidispersitas yang

baik akan menunjukkan stabilitas jangka panjang yang baik dan nilainya yang

mendekati nol (Cita, 2017).

2.4 Kitosan

Kitosan merupakan polisakarida yang banyak di alam setelah selulosa.

Kitosan terdiri dari glukosamin dan N-asetil glukosamin yang dihubungkan oleh

ikatan β- (1-4) glikosidik. Kitin berasal dari cangkang binatang crustaceae seperti

udan, kepiting dan jamur yang melibatkan proses pemisahan protein

(deproteinasi) dan pemisahan mineral (demineralisasi) kemudian jika untuk


14

menghasilkan kitosan maka dilanjutkan dengan proses deasetilasi (Crosiser &

Christine, 2013).

Pada proses deproteinasi biasanya menggunakan larutan natrium

hidroksida 3-5%. Kemudian dilanjutkan demineralisai yaitu suatu proses

menghilangkan kalsium menggunakan larutan asam klorida 3-5% pada suhu

kamar untuk mendapatkan kitin. Kitin dikeringkan selama 24 jam kemudian

dideasetilasi untuk mendapatkan kitosan. Dilakukan deasetilasi kitin dengan cara

menghilangkan gugus asetil (-COCH3) pada gugus asetil amino menjadi gugus

amino bebas dengan menggunakan natrium hidroksida 40-45% pada suhu tinggi

(110⁰C) dan endapannya dicuci dengan air sehingga akan menghasilkan kitin

serta kitosan (Rowe et al., 2009).

Gambar 2.3 Struktur kimia kitosan (Croiser & Christine, 2013)

Kitosan memiliki nama kimia yaitu poly-b-(1,4)-2-amino-2-deoxy-D-

glucose dan memiliki bentuk bubuk tidak berbau, berwarna putih atau putih
15

cream atau serpih (Rowe et al., 2009). kelarutannya bisa larut dalam air serta

sebagian besar kelarutannya pada larutan asam organik dengan pH kurang dari

6,5 seperti pada asam format, asetat, dan sitrat. Faktor-faktor yang bisa

mempengaruhi berat molekul (BM) dan derajat deasetilasi (DD) adalah ukuran

partikel, pembentukan partikel, dan agregasi (Irianto & ijah. 2011). Kitosan

memiliki sifat yang unik yaitu mukoadhesif, biokomppatible, biodegrabel, tidak

toksik, imonogenisitas rendah, dan biomaterial. Salah satu sifatnya yaitu

biomaterial bisa digunakan sebagai pembawa pada penghantaran obat dalam

sediaan farmasi dan dapat mengendalikan laju pelepasan obat sehingga obat

dapat bekerja secara maksimal (Mardliyati et al., 2012). kitosan juga memiliki

sifat biologis contohnya bisa dimanfaatkan sebagai antitumor, antimikroba,

antioksidan, antibakteri, antijamur, dan analgesik (Croiser & Christine, 2013;

Pertiwi et al., 2018).

2.5 NaTPP

NaTPP merupakan polianion yang digunakan sebagai penstabil,

menghindari terbentuknya agregat dan membantu terjadinya sambung silang

atau cross-linker (Irianto & Ijah. 2011). NaTPP memiliki nilai pKa 1,1; 2,3; 6,3;

dan 8,9. NaTPP dapat berinteraksi dengan gugus kationik seperti kitosan dengan

gaya elektrostatik (Shu & zhu, 2002). Salah satu fungsi NaTPP yaitu sebagai

pengikat silang sehingga hal ini dapat memperkuat matriks nanopartikel kitosan,

dimana semakin banyak ikatan silang terbentuk antara kitosan dan NaTPP maka

kekuatan matriks akan meningkat sehingga akan semakin kuat, keras dan sulit

dipecah mejadi kecil pada partikel kitosan (Wijaya, 2013).


16

Gambar 2.4 Struktur NaTPP (Wu yan et al., 2005)


BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Ekstrak Daun Pelangsing / Tanin


Jati Belanda Menurunkan Kolesterol

Bioavailabilitas Rendah

Keterangan:
= Berhubungan Polymeric nanoparticle

= Permasalahan
Metode Gelasi Ionik
= Diatasi dengan

Konsentrasi NaTPP

0,05% 0,2%

Rasio Volume Kitosan terhadap NaTPP

F1 (2:1) F2 (5:1) F3 (2:1) F4 (5:1)

Uji Organoleptik Ukuran Partikel Indeks Polidispersitas

Analisa Hasil

Formula Nanopartikel Polimer yang Terbaik

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

17
18

3.2 Deskripsi Kerangka Konsep

Tanaman daun jati belanda sejak zaman dahulu digunakan sebagai

pelangsing atau yang biasanya disebut sebagai galian singset. Tanaman daun

jati belanda memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder antara lain tanin,

alkaloid, musilago, saponin, beta-sitosterol, dan flavonoid (Permana et al., 2016).

Namun, senyawa metabolit sekundernya termasuk golongan polifenol yang

mana mudah teroksidasi sehingga memiliki stabilitas rendah (Dipahayu & Galuh,

2021). Selain itu, polifenol memiliki sifat sangat polar sehingga sulit berpenetrasi

melalui membran yang kaya akan lipid sehingga menyebabkan bioavailabilitas

oral senyawa aktif rendah yang bisa terjadi penyerapan tidak maksimal pada

saluran pencernaan (Darmawan et al., 2020). Maka dari itu, untuk menghindari

hal tersebut diperlukan suatu pendekatan sistem penghantaran nanopartikel,

salah satunya yaitu menggunakan polymeric nanoparticle.

polymeric nanoparticle ditujukan agar dapat meningkatkan

bioavailabilitas. Bioavailabilitas sangat dibutuhkan oleh senyawa aktif agar bisa

memberikan efek terapeutik didalam tubuh. Metode yang digunakan yaitu gelasi

ionik, metode ini dipilih karena proses sederhana, tidak menggunakan pelarut

organik, bisa dikontrol dengan mudah dan mencegah kerusakan bahan aktif.

Mekanisme pembentukannya yaitu adanya interaksi elektrostatik antara amin

dari kitosan dan muatan negatif dari polianion (Abdassah, 2017). Pemilihan

matriks polimer yaitu menggunakan kitosan dan NaTPP. Kitosan digunakan

sebagai interaksi eletrostatik serta memiliki sifat mukoadhesif, biokomppatible,

biodegrabel, tidak toksik, imonogenisitas rendah, dan biomaterial (Mardliyati et

al., 2012). Sedangkan pada NaTPP memiliki sifat polianion negatif dan bermafaat
19

sebagai penstabil, menghindari terbentuknya agregat serta terjadinya sambung

silang atau cross-linker (Irianto & Ijah, 2011).

Pada penelitian ini akan dibuat optimasi formula nanopartikel dengan

perbedaan konsentrasi NaTPP dan rasio volume kitosan terhadap NaTPP

menggunakan 4 formula yaitu F1(2:1) dan F2(5:1) menggunakan konsentrasi

NaTPP 0,05% sedangkan F3(2:1) dan F4(5:1) menggunakan konsentrasi NaTPP

0,2%. Adanya perbedaan konsentrasi NaTPP dan rasio volume kitosan terhadap

NaTPP akan digunakan untuk mencari ukuran dan bentuk partikel yang baik.

Ukuran dan bentuk partikel yang baik menurut Dipahayu & Galuh (2021) yaitu

kurang dari 1000 nm dan untuk indeks polidispersitas kurang dari 0,5 atau

mendekati nol. Kemudian dilakukan uji karakteristik nanopartikel meliputi uji

ukuran partikel, indeks polidispersitas serta pengamatan mikroskop dengan

perbesaran 1000x. Pengaruh dari masing-masing formula dapat dilihat

berdasarkan hasil uji karakteristik nanopartikel tersebut kemudian dianalisis

sehingga diperoleh formula optimum polymeric nanoparticle untuk penghantaran

daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk).

3.3 Hipotesis Penelitian

Semakin rendah konsentrasi NaTPP maka akan menghasilkan ukuran

partikel yang kecil dan rasio volume kitosan terhadap NaTPP yang menghasilkan

nanopartikel terbaik yaitu 5:1.


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian eksperimental

dimana ditentukan variabel bebas yang kemudian diukur pengaruhnya pada

variabel tersebut.

4.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian yang digunakan yaitu ekstrak daun jati belanda

(Guazuma ulmifolia Lamk) dengan konsentrasi kitosan dan NaTPP yang

berbeda. Formula yang dibuat dengan perbandingan kitosan dan NaTPP yaitu

2:1 dan 5:1.

4.3 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan

variabel terikat (dependent).

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kosentrasi NaTPP dan rasio

volume kitosan terhadap NaTPP.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ukuran nanopartikel dan

indeks polidispersitas.

20
21

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika Program Studi

Sarjana Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan Laboratorium

Bahan Padat Institut Teknologi Sepuluh November. Penelitian ini berlangsung

antara bulan Agustus 2021 sampai Januari 2022.

4.5 Bahan dan Alat / Instrumen Penelitian

4.5.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu serbuk ekstrak daun

jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) yang diperoleh dari PT. Borobudur,

asam asetat glasial, NaOH, aquadest, minyak imersi, kertas perkamen,

kertas saring, plastik wrap, kitosan dan NaTPP yang diperoleh dari duta jaya

Malang.

4.5.2 Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam pembuatan adalah timbangan analitik

Mettler Toledo, spatel, corong, batang pengaduk, pipet tetes, gelas beker

Herma, gelas beker Pyrex, gelas ukur, magnetic stirrer, hotplate Thermo

Scientific, overhead stirrer RW 20 Digital, botol semprot, pH meter Schott

Instruments pH meter lab 850, mikroskop cahaya Binokuler XSZ-107BN, alat

PSA.
22

4.6 Definisi Istilah / Operasional

a. Optimasi rasio volume kitosan terhadap NaTPP adalah suatu Langkah

untuk memperoleh hasil terbaik untuk system penghantaran nanopartikel

ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk).

b. Ukuran partikel adalah ukuran diameter rata-rata dari suatu partikel.

Ukuran partikel merupakan parameter penting dalam larutan nanopartikel

karena digunakan untuk pelepasan obat didalam tubuh.

c. Indeks Polidispersitas adalah parameter yang menyatakan distribusi

ukuran partikel dari sistem nanopartikel.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Identifikasi kandungan ekstrak jati belanda

Ekstrak jati belanda diperoleh dari PT. Borobudur dilakukan skrining


kandungan menggunakan KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Skrining ini
menggunakan fase gerak yaitu kloroform: aseton: asam format (6: 4: 1),
sedangkan fase diam digunakan Silica Gel 60F254 dengan jarak elusi 8 cm.
Cara pembuatannya yaitu ditimbang ekstrak sebanyak 1 gr kemudian
dilarutkan kedalam 10 ml metanol. Pembuatan fase gerak yaitu menyiapkan
kloroform: aseton: asam format (6: 4: 1). Disiapkan kertas saring dengan
ukuran tinggi 18 cm dan lebar menyesuaikan tempat chamber kemudian
chamber ditutup. Ditunggu sampai kertas saring terbasahi atau jenuh.
Disiapkan plat silika gel kemudian ditotolkan menggunakan pipa kapiler
sebanyak 1 totolan setiap larutan uji dan pembanding. Kemudian untuk
menentukan adanya kandungan pada ekstrak daun jati belanda yaitu
dengan dipanaskan pada suhu 100⁰C selama 5-10 menit. selanjutnya dilihat
pada sinar UV366 (Farmakope Herbal Indonesia, 2017).
23

4.7.2 Preparasi Polymeric nanoparticle ekstrak daun jati belanda

Preparasi Polymeric nanoparticle ekstrak daun jati belanda dikerjakan


menggunakan metode gelasi ionik dengan perbandingan polimer 2:1 dan
5:1. Cara pembuatannya yaitu diambil asam asetat pada lemari asam
sebanyak 5,8 ml dan disiapkan aquadest sebanyak 1000 ml kemudian
dicampur keduanya yang ditetesi NaOH 2N, diadjust sekitar pH 3- 4. Dibuat
kitosan 0,2% dengan cara ditimbang kitosan sebanyak 0,4 gr kemudian
dilarutkan dalam 200 ml larutan asam asetat glasial 0,1M, cek pH. Dibuat
NaTPP 0,05% dan 0,2% dengan cara ditimbang sebanyak 0,005 gr dan 0,2
gr kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Dibuat larutan ekstrak daun
jati belanda dengan cara ditimbang sebanyak 4 gr dilarutkan dalam 180 ml
aquadest. Dibuat larutan nanopartikel pada suhu ruang dengan cara kitosan
dan ekstrak daun jati belanda dihomogenkan menggunakan magnetic stirrer
dengan kecepatan 400 rpm selama + 20 menit, setelah itu ditambahkan
NaTPP dengan kecepatan 200 rpm selama 2 jam. Kemudian dilakukan
pengecekan pH pada larutan nanopartikel. Prosedur ini dilakukan untuk
formula lainnya. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi nanopartikel yang
paling optimal dengan variasi konsentrasi polimer kitosan dan NaTPP. Pada
penelitian ini dilakukan empat formulasi nanopartikel ekstrak daun jati
belanda dengan perbandingan jumlah kitosan dan NaTPP pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perbandingan Konsentrasi Kitosan dan NaTPP

Formula Konsentrasi Konsentrasi Rasio volume kitosan


kitosan NaTPP (% b/v) dan NaTPP (v/v)
(% b/v)
F1 0,2 0,05 2:1
F2 0,2 0,05 5:1
F3 0,2 0,20 2:1
F4 0,2 0,20 5:1
24

4.7.3 Rancangan Formula

4.7.3.1 Formulasi

Dalam penelitian ini terdapat empat rancangan formula yaitu


F1, F2, F3 dan F4. Rancangan formulasi terdapat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Komposisi Formula Nanopartikel Ekstrak Daun Jati Belanda

Formula Konsentrasi Konsentrasi Rasio Volume Ekstrak Volume


kitosan NaTPP (% volume nanopartikel cair: ekstrak
(% b/v) b/v) kitosan Volume cair
dan total
NaTPP nanopartikel
(v/v) (v/v)
F1 0,2 0,05 2:1 40 ml: 20 ml 0,167: 1 10 ml
F2 0,2 0,05 5:1 50 ml: 10 ml 0,167: 1 10 ml
F3 0,2 0,20 2:1 40 ml: 20 ml 0,167: 1 10 ml
F4 0,2 0,20 5:1 50 ml: 10 ml 0,167: 1 10 ml

4.7.3.2 Rasionalisasi Formula

Pada penelitian ini Polymeric nanoparticle ekstrak daun jati


belanda dikerjakan menggunakan metode gelasi ionik dengan
komponen formula yang terdiri dari ekstrak daun jati belanda sebagai
bahan aktif, kitosan dan NaTPP sebagai polimer, asam asetat glasial
dan aquadest sebagai pelarut.

Pada formulasi ini dilakukan metode gelasi ionik, dimana prinsip


dari metode ini yaitu terjadinya ikatan silang antara gugus amina pada
kitosan bermuatan positif dengan Natrium Triopolifosfat bermuatan
negatif (Putri et al., 2018). Polimer yang digunakan yaitu kitosan dan
NaTPP. Kitosan dipilih karena bisa memfasilitasi absorpsi protein pada
saluran pencernaan melalui tight junction antara epitel yang bisa
disebut dengan sifat mukoadhesif. Selain itu, kitosan memiliki
biodegradabilitas dan biokompatibilitas sehingga sudah banyak
digunakan untuk bahan pembuatan nanopartikel. Sedangkan NaTPP
25

sebagai penstabil, menghindari terbentuknya agregat serta


membentuk terjadinya sambung silang atau cross-linker.

4.8 karakterisasi proses formulasi polymeric nanoparticle pada ekstrak

daun jati belanda.

4.8.1 Sifat Organoleptis

Digunakan untuk mengetahui morfologi nanopartikel yang bisa

mempengaruhi sifat pelepasan zat aktif. Sifat organoleptis dilakukan

menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran yang sesuai serta

adanya pengamatan kejernihan bertujuan untuk mengetahui morfologi dan

ukuran dari suatu nanocarrier secara visual. Tetapi jika ukurannya

nanometer tidak akan terlihat secara visual sedangkan untuk bentuk

suspensi akan terlihat jernih dan transparan (Abdassah, 2017).

4.8.2 Ukuran dan Distribusi Partikel

Alat pengukurnya menggunakan Particle Size Analyzer (PSA) dengan

prinsip Photon Correlation Spectroscopy dan Elektrophoretic Light Scattering

yang memiliki rentang sekitar 0,6 µm – 7 nm. karakteristik yang paling

penting karena digunakan untuk memperkirakan distribusi secara in vivo,

biologis, dan toksisitas. Pada ukuran partikel ini bisa juga mempengaruhi

pelepasan obat, semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar luas area

permukaannya serta memiliki resiko yang tinggi mengalami agregasi selama

penyimpanan dan ditribusi. Pada hal ini menjadi tantangan dalam sebuah

formulasi nanopartikel dengan ukuran kecil dan memiliki stabilitas yang baik

(Mohanraj & Chen, 2006; Abdassah, 2017). Metode yang digunakan yaitu

Dynamic Light Scattering (DLS), Statis Light Scattering (SLS), NMR,


26

Turbidimetri dan lainnya. Jika sampel sudah dilakukan pengukuran maka

bisa dihitung sebagai angka atau volume distribusi massa (Abdassah, 2017).

Selain itu, bisa juga digunakan untuk mengetahui uji indeks

polidispersitas yang bertujuan untuk mengetahui distribusi ukuran partikel

yang baik. Nilai indeks polidispersitas yang baik yaitu kurang dari 0,5

(Dipahayu & Galuh, 2021). Nilai ini menunjukkan hasil perhitungan dari rata-

rata berat molekul dibagi dengan jumlah rata-rata berat molekul. Nilai indeks

polidispersitas yang baik akan menunjukkan stabilitas jangka panjang yang

baik dan nilainya yang mendekati nol (Cita, 2017).

4.9 Analisis Data

Pengujian analisis data statistik dilakukan menggunakan program SPSS.

Pada pengujian ini terdapat tiga syarat yaitu skala pengukuran variable harus

numerik, ditribusi data normal, dan varians data harus sama (menghasilkan nilai

p > 0,05). Pengujian awal yaitu melakukan uji normalitas dan homogenitas. Uji

normalitas digunakan untuk mengetahui mengetahui distribusi data yang

diperoleh normal atau tidak. Pada uji normalitas ini menggunakan uji saphiro wilk

dikarenakan data yang dianalisis kurang dari 50 kemudian jika diperoleh nilai

signifikansi kurang dari 0,05 maka distribusi data menunjukkan tidak normal

(Dahlan, 2009). Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data yang

diperoleh memiliki varians yang sama antar kelomok sampel. Pada uji

homogenitas menggunakan uji levene’s test, jika diperoleh nilai signifikansi

kurang dari 0,05 maka data antar kelompok tidak memiliki variasi yang sama

sedangkan jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dikatakan bahwa data antar

kelompok memiliki variasi yang sama (Dahlan, 2009). Apabila data tidak
27

terdistribusi normal dan tidak homogen maka dilakukan transformasi data. Jika

didapatkan hasil data homogen dan sebaran data normal, maka bisa dilakukan

uji statistik One Way ANOVA (Analysis of Variance). One Way ANOVA

digunakan untuk membandingkan rata-rata data dua kelompok atau lebih dan

dilakukan untuk menguji adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok.

Data dikatakan bermakna jika nilai p< 0,05 (Dahlan, 2009). Apabila data tetap

tidak terdistribusi normal dan tidak homogen setelah transformasi data maka

dilakukan uji alternatif non parametrik menggunakan uji Kruskal-Wallis,

selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney untuk mengetahui adanya perbedaan

bermakna antar kelompok.


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Hasil Organoleptik Polymeric Nanoparticle Ekstrak Daun Jati Belanda


Pengamatan organoleptis dianalisa secara visual seperti bentuk sediaan

bau dan warna. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap bentuk menggunakan

mikroskop cahaya. Hasil uji organoleptis secara visual (Gambar 5.1)

menghasilkan bau khas daun ekstrak jati belanda, berwarna kuning agak

kecoklatan dan bentuk sediaan cair. Sedangkan hasil pengamatan dibawah

mikroskop perbesaran 1000x menunjukkan formula FI, FII, FIII dan FIV memiliki

bentuk yang berbeda beda. Bentuk nanopartikel dapat dilihat pada Gambar 5.2

dibawah ini.

Gambar 5. 1 Pengamatan Oranoleptis secara Visual

F1 F2 F3 F4
Gambar 5.2 Pengamatan Organoleptis Menggunakan Mikroskop Cahaya

28
29

5.2 Hasil Karakterisasi Polymeric Nanoparticle Ekstrak Daun Jati Belanda

Pembuatan nanopartikel ekstrak daun jati belanda dilakukan

menggunakan metode gelasi ionik, yaitu terjadinya ikatan silang antara gugus

amina pada kitosan bermuatan positif dengan NaTPP bermuatan negatif. Dari

keempat formula polymeric nanoparticle ekstrak daun jati belanda yang telah

dibuat kemudian dilakukan karakterisasi ukuran partikel, indeks polidispersitas

dengan metode Dynamic Light Scattering (DLS) menggunakan Malvern

Instrumen dan Zetaziser Software yang dilakukan di Laboratorium Zat Padat

Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Data untuk

formula F1, F2, F3 dan F4 merupakan hasil rata-rata dari masing-masing 4 data

ukuran partikel dan indeks polidispersitas. Hasil evaluasi tersebut dapat dilihat

pada tabel 5.2.

Tabel 5. 2 Hasil Karakterisasi Polymeric Nanoparticle Ekstrak Daun Jati Belanda

Formula Ukuran Partikel (nm) Indeks Polidispersitas

Rata-rata + SD

F1 4086,33 + 254,42 0,77 + 0,09

F2 6061,33 + 78,51 0,75 + 0,02

F3 2831,33 + 233,37 1+0

F4 3745,66 + 394,08 0,97 + 0,04

Keterangan: n (Jumlah data) = 3

Berdasarkan hasil diatas, pengukuran rata-rata ukuran partikel

menunjukkan bahwa keempat formula tidak memenuhi spesifikasi sediaan yang

diinginkan tetapi untuk formula F3 mendekati spesifikasi yang diinginkan.

Spesifikasi yang dinginkan yaitu ukuran partikel kurang dari 1000 nm. Standar
30

deviasi yaitu nilai statistik yang digunakan untuk menentukan seberapa dekat

ukuran partikel dengan rata-rata ukuran partikel atau mengetahui ukuran sebaran

data dalam suatu sampel (NIH, 2022). Dilihat dari hasil standar deviasi (SD)

menghasilkan nilai yang besar kemungkinan penyebabnya saat proses

pembuatan nanopartikel yaitu menggunakan batang magnetic stirrer yang

berbeda ukuran panjangnya sehingga kecepatan pengadukannya berbeda.

Kecepatan pengadukan ini merupakan proses yang berpengaruh dalam

pembuatan nanopartikel.

Dari data uji ukuran partikel dilakukan uji analisa statistik menggunakan

software IBM SPSS Statistics 25. Uji Analisa statistiknya berupa uji normalitas

data, homogenitas, uji One Way ANOVA dan Post Hoc Tukey’s Multiple range

test. Uji normalitas data dilakukan menggunakan metode Shapiro-Wilk karena

jumlah sampel data kurang dari 50. Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh

nilai 0,000 pada formula F2 yang menandakan persebaran data tidak normal

karena tidak memenuhi nilai p > 0,05 sehingga dilakukan transformasi data.

Pada hasil transformasi data uji normalitas diperoleh nilai signifikansi kurang dari

0,05 sehingga dilakukan alternatif non parametrik menggunakan uji Kruskal-

Wallis. Pada uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai signifikansi 0,021 sehingga

menandakan bahwa keempat formula memiliki perbedaan yang bermakna.

Selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney bertujuan untuk mengetahui kelompok

mana yang berbeda secara bermakna. Ukuran partikel yang memiliki pebedaan

kelompok secara bermakna bisa dilihat pada tabel 5.3.


31

Tabel 5.3 Hasil Uji Mann-Whitney pada Ukuran Partikel

F1 F2 F3 F4

F1 0,046* 0,050* 0,275

F2 0,046 0,046* 0,046*

F3 0,050 0,046 0,050*

F4 0,275 0,046 0,050

*: berbeda signifikan antar kelompok (p<0,05)

Indeks polidispersitas digunakan untuk mengetahui distribusi ukuran

partikel yang baik dengan spesifikasi kurang dari 0,5. Hasil rata-rata indeks

polidispersitas pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa keempat formula tidak

termasuk kedalam spesifikasi dikarenakan nilai rata-ratanya lebih dari 0,5.

Namun, pada penelitian lain menjelaskan bahwa spesifikasi indeks

polidispersitas yaitu 0,008-0,7 sedangkan jika lebih 0,7 maka menunjukkan

distribusi yang sangat luas dan memiliki ukuran partikel besar sehingga bisa

mengalami sedimentasi (Cita, 2017). Apabila mengikuti spesifikasi rentang nilai

tengah maka formula F1 dan F2 memenuhi spesifikasi tersebut sedangkan untuk

formula F3 dan F4 tidak memenuhi spesifikasi.

Dari data indeks polidispersitas dilakukan uji analisa statistik

menggunakan software IBM SPSS Statistics 25. Uji Analisa statistik berupa uji

normalitas data, homogenitas, uji One Way ANOVA dan Post Hoc Tukey’s

Multiple range test. Uji normalitas data dilakukan menggunakan metode Shapiro-

Wilk karena jumlah sampel data kurang dari 50. Berdasarkan hasil uji normalitas

diperoleh nilai 0,000 (Formula F2) dan 0,0 (formula F3) yang menandakan

persebaran data tidak normal karena tidak memenuhi nilai p > 0,05 sehingga

dilakukan transformasi data. Pada hasil transformasi data uji normalitas diperoleh
32

nilai signifikansi kurang dari 0,05 sehingga dilakukan alternatif non parametrik

menggunakan uji Kruskal-Wallis. Pada uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai

signifikansi 0,027 sehingga menandakan bahwa keempat formula memiliki

perbedaan yang bermakna. Selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney bertujuan

untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna. Indeks

polidispersitas yang memiliki pebedaan kelompok secara bermakna bisa dilihat

pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Hasil Uji Mann-Whitney pada Indeks Polidispersitas

F1 F2 F3 F4

F1 0,507 0,037* 0,046*

F2 0,507 0,034* 0,043*

F3 0,037 0,034 0,317*

F4 0,046 0,043 0,317

*: berbeda signifikan antar kelompok (p<0,05)


BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Hasil Penelitian


Pembuatan nanopartikel polimer ekstrak daun jati belanda menggunakan

kitosan dengan metode gelasi ionik dan crosslinker NaTPP dengan variasi

konsentrasi NaTPP dan rasio volume kitosan terhadap NaTPP. Pada penelitian

ini digunakan kitosan dengan konsentrasi 0,2% dikarenakan konsentrasi kitosan

0,2% menurut penelitian yang dilakukan oleh Mardliyati et al. (2012) nanopartikel

akan terbentuk pada konsentrasi kitosan tertentu. Dilakukan perlakuan dengan

berbagai macam variasi konsentrasi kitosan yaitu 0,1%; 0,2%; 0,3%; dan 0,4%.

Dari hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa harus menggunakan konsentrasi

kitosan dibawah 0,3% agar tidak menghasilkan partikel berukuran mikro

sedangkan konsentrasi kitosan 0,1% menghasilkan partikel berukuran nano yang

seragam namun jumlah partikel yang terbentuk sedikit. Dari penelitian tersebut

disimpulkan bahwa konsentrasi yang optimal yaitu 0,2% (Mardliyati et al., 2012).

Menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Ayumi (2018) menyatakan bahwa

konsentrasi kitosan yang optimal yaitu 0,2% ditunjukkan dengan dua perlakuan

yaitu menggunakan variasi konsentrasi kitosan 0,2% dan 0,5%. Pada penelitian

ini dijelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi kitosan akan memperbesar

ukuran partikel dikarenakan bisa menimbulkan gumpalan (aglomerasi) pada

molekul kitosan (Ayumi, 2018).

Pada penelitian ini digunakan variasi dua konsentrasi NaTPP 0,05% dan

0,2% untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaTPP terdadap ukuran

nanopartikel. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mardliyati et al. (2012)

didapatkan hasil bahwa semakin besar konsentrasi NaTPP maka akan

33
34

menghasilkan ukuran partikel yang besar karena akan terjadi solidifikasi droplet

secara cepat. Pada konsentrasi NaTPP yang digunakan yaitu 0,1% dan 0,2%

kemudian dihasilkan konsentrasi NaTPP yang optimal menggunakan 0,1%

(Mardliyati et al., 2012). Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Suryani et al.

(2014) menyatakan bahwa semakin besar konsentrasi NaTPP maka akan

menghasilkan ukuran partikel yang besar karena akan membentuk agregat

(Suryani et al., 2014).

Pada penelitian ini juga digunakan variasi rasio volume kitosan terhadap

NaTPP yaitu 2:1 dan 5:1 yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman

partikel dan mendapatkan hasil nanopartikel polimer ekstrak daun jati belanda

yang terbaik. Mardliyati et al. (2012) menyatakan bahwa semakin kecil rasio

volume (5:1) yang digunakan maka memiliki rentang distribusi yang pendek

sehingga memiliki tingkat keseragaman yang baik. Rasio volume kitosan

terhadap NaTPP yang digunakan yaitu 2:1 dan 5:1 kemudian menghasilkan

rentang distribusi pendek atau tingkat keseragamannya baik pada rasio volume

5:1 sehingga pada penelitian ini juga digunakan rasio volume yang sama tetapi

konsentrasi NaTPP yang berbeda (Mardliyati et al., 2012).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi NaTPP

terhadap ukuran partikel dan indeks polidispersitas serta mendapatkan rasio

kitosan terhadap NaTPP yang dapat menghasilkan nanopartikel mengandung

ekstrak daun jati belanda terbaik. Parameter yang diamati pada penelitian ini

yaitu uji organoleptis, distribusi dan ukuran partikel menggunakan alat PSA.

Daun jati belanda memiliki kandungan yaitu tanin, mucilago, alkaloid, saponin,

beta-sitosterol, flavonoid, dan steroid (Rivai et al., 2019). Kandungan tersebut


35

memiliki aktivitas yang menguntungkan, salah satunya yaitu untuk menurunkan

berat badan atau bisa mengatasi hiperlipidemia.

Hasil oragnoleptis dianalisa secara deskriptif pada keempat formula

memiliki hasil uji organoleptis yang sama. Pada formulasi ekstrak daun jati

belanda F1, F2, F3, dan F4 didapatkan hasil yaitu memiliki bau khas daun

ekstrak jati belanda, berwarna kuning agak kecoklatan dan bentuk sediaan cair.

Selain itu, pada uji organoleptis dilakukan uji pengamatan dibawah mikroskop

cahaya dengan perbesaran 1000x yang bertujuan untuk melihat berbagai bentuk

pada setiap formula. Hasil yang didapatkan pada setiap formula memiliki bentuk

yang berbeda beda. Pengamatan terhadap bentuk polymeric nanoparticle

menggunakan mikroskop cahaya menghasilkan tampilan polymeric nanoparticle

kurang jelas, dimana hanya terlihat permukaan dari polymeric nanoparticle tanpa

melihat bagian polymeric nanoparticle secara detail. Penggunaan mikroskop

cahaya ini kurangnya ketajaman pengamatan sehingga diperlukan pengamatan

bentuk polymeric nanoparticle lebih lanjut dengan menggunakan SEM.

Berdasarkan hasil uji ukuran partikel dan indeks poidispersitas

menggunakan alat PSA didapatkan nilai ukuran rata-rata partikel F1, F2, F3, dan

F4 berturut-turut adalah 4086,33 + 254,42 nm; 6061,33 + 78,51 nm; 2831,33 +

233,37 nm; dan 3745,66 + 394,08 nm. Hasil ukuran partikel dari keempat

formulasi tersebut memiliki ukuran rata-rata lebih dari 1000 nm. Intrepetasi hasil

ukuran partikel polymeric nanoparticle ekstrak daun jati belanda yaitu diperoleh

ukuran 1-1000 nm (Irianto & ijah. 2011). Pada uji ukuran partikel ini merupakan

parameter yang penting karena berpengaruh terhadap pelepasan obat didalam

tubuh. Pada hasil ukuran nanopartikel tidak sesuai yang diinginkan, salah

satunya disebabkan oleh lama penyimpanan. Pada penelitian ini dilakukan


36

penyimpanan kurang lebih dua bulan kemudian dilakukan uji ukuran partikel dan

uji indeks polidispersitas, lama penyimpanan ini berpengaruh terhadap ukuran

partikel karena semakin lama penyimpanannya maka akan terjadi agromelasi

yang menyebabkan partikel-partikel menjadi berukuran besar. Selain itu, ada

beberapa hal yang mempengaruhi karakterisasi ukuran partikel yaitu variasi

konsentrasi polimer, kecepatan pengadukan, lama pengadukan dan rasio volume

yang digunakan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Taurina et al. (2017) menyatakan

bahwa kecepatan dan lama pengadukan mempengaruhi ukuran partikel. Pada

kecepatan pengadukan dilakukan tiga perlakuan yaitu 500 rpm, 1000 rpm dan

1500 rpm selama satu jam menghasilkan ukuran partikel berutut- turut 829,0 +

98,1 nm; 236,5 + 65,4 nm dan 24,4 + 2,7 nm. Hal ini dipengaruhi kecepatan

pengadukan karena semakin cepat pengadukannya maka akan menghasilkan

ukuran partikel kecil, peningkatan intensitas pengadukan akan memperbesar

intensitas molekul pelarut untuk bersentuhan dengan kitosan sehingga semakin

cepat pengadukan maka akan menghasilkan partikel yang kecil. Sedangkan

lama pengadukan juga ada tiga perlakuan yaitu 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. Namun,

kecepatan pengadukannya sama yaitu 1000 rpm. Hasil yang diperoleh dari tiga

perlakuan ini secara berurut-turut yaitu 202,4 + 69,5; 101,8 + 12,3; dan 85,3 +

1,5. Dari hasil tersebut diketahui bahwa semakin lama pengadukannya maka

menghasilkan partikel berukuran kecil, hal ini disebabkan semakin banyak

partikel yang terpecah menjadi skala nano dan adanya peningkatan intensitas

molekul pelarut untuk bersentuhan dengan kitosan sehingga ukuran partikel yang

dihasilkan berukuran kecil (Taurina et al., 2017).


37

Pada penelitian yang dilakukan oleh Pakki et al. (2016) menyatakan

bahwa variasi konsentrasi polimer mempengaruhi ukuran partikel. Pada variasi

konsentrasi polimer yaitu antara kitosan dan NaTPP menggunakan tiga

pebedaan konsentrasi yaitu F1 (kitosan 0,5% dan NaTPP 0,5%), F2 (kitosan

0,75% dan NaTPP 0,5%), dan F3 (kitosan 1% dan NaTPP 0,5%) menghasilkan

ukuran partikel secara berurut-turut 256,3 nm; 376,28; dan 419,18. Dari hasil

tersebut bisa dikatakan bahwa semakin besar konsentrasi kitosan maka ukuran

partikel yang dihasilkan semakin besar (Pakki et al., 2016).

Dalam penelitian ini yang divariasikan adalah konsentrasi NaTPP dan

rasio volume. Pengaruh konsentrasi NaTPP terhadap ukuran partikel yaitu

semakin tinggi konsentrasi NaTPP maka akan menghasilkan ukuran yang besar

atau berukuran mikro karena adanya interaksi ionik antara kitosan dan NaTPP

yang banyak sehingga membentuk agregat kemudian menjadi partikel berukuran

besar. Sedangkan perbedaan rasio volume yaitu semakin kecil rasio volume (5:1)

yang digunakan maka memiliki rentang distribusi yang pendek sehingga memiliki

tingkat keseragaman yang baik (Mardliyati et al., 2012). Menurut literatur diatas

jika bandingkan dengan tabel 5.2 maka hasilnya tidak sesuai, seharusnya

formula terbaik terdapat pada F2 (5:1) tetapi pada penelitian ini formula terbaik

yaitu pada F1 dengan perbandingan rasio volume 2:1. Ketidaksesuain ini

mungkin dikarenakan kecepatan pengadukan dan cara menuangkan NaTPP

kedalam larutan, karena hal ini bisa mempengaruhi pembentukan ukuran

nanopartikel.

Hasil uji indeks polidispersitas didapatkan nilai rata-rata pada F1, F2, F3,

dan F4 berturut-turut adalah 0,77 + 0,09; 0,75 + 0,02; 1 + 0; dan 0,97 + 0,04.

Hasil indeks polidispersitas dari keempat formulasi tersebut memiliki rata-rata


38

lebih dari 0,5 tetapi pada penelitian lain dijelaskan bahwa spesifikasi indeks

polidispersitas yaitu 0,008-0,7 sehingga jika mengikuti spesifikasi tersebut maka

formula F1 dan F2 yang memenuhi spesifikasi (Cita, 2017). Pada formulasi F3

dan F4 mendekati nilai 1, hal ini menunjukkan ketidakseragaman ukuran partikel

dan bisa terjadinya sedimentasi (Abdassah, 2017). Dapat disimpulkan bahwa

semakin kecil nilai indeks polidispersitas maka nilai ukuran partikel semakin

homogen dan stabil dan jika nilai indeks polidispersitas semakin besar atau

mendekati 1 maka nilai ukuran partikel tidak seragam serta bisa juga terjadinya

sedimentasi. Pada penelitian ini, nilai indeks polidispersitas yang masih batas

rentang kurang dari 0,7 yaitu pada formulasi F1 sebesar 0,77 + 0,09 dan

formulasi F2 sebesar 0,75 + 0,02. Hal ini dikarenakan konsentrasi kitosan dan

natrium tripolifsfat kecil sehingga menghasilkan indeks polidispersitas yang

homogen dan stabil. Selain itu, pada variasi volume rasio juga mempengaruhi

dimana adanya perbedaan rasio volume yaitu 2:1 dan 5:1 menghasilkan indeks

polidispersitas yang berbeda-beda yang bisa dilihat pada tabel 5.2. pada

penelitian ini sesuai dengan literatur yaitu semakin kecil rasio volume yang

digunakan maka memiliki rentang distribusi yang pendek dengan dibuktikan F2

lebih homogen daripada F1 dan F4 lebih homogen daripada F3 (Mardliyati et al.,

2012).

Berdasarkan uji karakterisasi partikel berupa uji ukuran partikel dan uji

indeks polidispersitas dapat diketahui bahwa formulasi F1 merupakan formulasi

yang paling baik diantara keempat formula. Hal tersebut menunjukkan bahwa

konsentrasi kitosan dan NaTPP secara berturut-turut sebesar 0,2% : 0,05%

dengan perbandingan volume rasio 2:1 mampu membentuk sediaan nanopartikel

polymeric nanopartikel dengan ekstrak daun jati belanda.


39

6.2 Keterbatasan Penelitian


Pada penelitian ini tidak dilakukan uji SEM untuk melihat bentuk dan

keadaan permukaan dari polymeric nanoparticle ekstrak daun jati belanda. Selain

itu, tidak dilakukan uji Entrapment Efficiency yang bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar jumlah ekstrak yang dapat terperangkap oleh polymeric

nanoparticle, tidak melakukan uji zeta potensial yang mana bertujuan untuk

mengetahui sifat muatan permukaan nanopartikel yang berkaitan dengan

interaksi elektrostatik nanopartkel sehingga bisa menentukan kecenderungan

agregasi dan tolak menolak (Abdassah, 2017). Identifikasi kandungan ekstrak

daun jati belanda juga tidak dilakukan, identifikasi ini bertujuan untuk memastikan

adanya kandungan didalam ekstrak tersebut. Hal tersebut tidak dilakukan karena

keterbatasan bahan dan waktu.

6.3 Implikasi pada Bidang Farmasi


Tujuan dilakukannya peenelitian ini yaitu untuk menentukan formula

optimal polymeric nanopartikel ekstrak daun jati belanda menggunakan polimer

kitosan dan NaTPP menggunakan metode gelasi ionik. Dengan adanya

kombinasi antara kitosan dan NaTPP bermanfaat sebagai pelangsing, maka

dapat meningkatkan penyerapan pada permukaan sel sehingga memberikan

kesempatan zat aktif ekstrak daun jati belanda untuk berpartisi menuju sel

absorptif dan dapat meningkatkan bioavailabilitas oral.


BAB 7
KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa pengaruh konsentrasi NaTPP terhadap ukuran partikel dan indeks

polidispersitas adalah semakin tinggi konsentrasi NaTPP maka akan

menghasilkan ukuran partikel yang besar, begitu juga dengan rasio volume dapat

mempengaruhi ukuran partikel sehingga dari keempat formula yang

menghasilkan nanopartikel terbaik yaitu formula F1. Ukuran partikel dan indeks

polidispersitas pada formula F1 yang dihasilkan sebesar 4086,33 + 254,42 nm

dan 0,77 + 0,09.

7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, sebaiknya dilakukan uji polymeric

nanoparticle lainnya seperti SEM, entrapment efficiency, zeta potensial, dan

identifikasi kandungan ekstrak. Pada saat melakukan uji PSA sebaiknya

dilakukan setelah selesai membuat sediaan polymeric nanoparticle agar

stabilitasnya tidak menurun karena lama penyimpanan berpengaruh terhadap

hasil ukuran partikel. Selain itu, saat membuat nanopartikel sebaiknya

menggunakan batang magnetic stirrer yang sama agar tidak mempengaruhi hasil

nanopartikel.

40
DAFTAR PUSTAKA

Abdassah, Marline. 2017. Nanopartikel dengan Gelasi Ionik. Jurnal Farmaka.


Vol. 15(1): 45-52.
Aberg, J.A., Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., and Lance, L.L. 2009.
Drug Information Handbook, 17th Edition. Lexi-Corp for the American
Pharmacists Association.
Agung, Jarrid., Diana K., Jasaputra., Edwin Setiabudi. 2011. Pengaruh
Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)
terhadap Penurunan Berat Badan pada Penderita Obesitas. Universitas
Kristen Maranatha, Bandung. 2011.
Akmarina, Citra A. dan Sriwidodo. 2016. Artikel Review: Aplikasi Kitosan dalam
Bidang Farmasetik. Jurnal Farmaka. Vol. 14(2): 318-330.
Ayumi, Dian. 2018. Pembuatan dan Karakterisasi Nanopartikel Ekstrak Etanol
Daun Ekor Naga (Rhaphidophora pinnata (L.F) Schoot) Menggunakan
Metode Gelasi Ionik. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2013. Formularium
Ramuan Etnomedisin Obat Asli Indonesia Volume III. Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Budiarto, Moh. Arif., Enny Yusuf Wachidah Yuniwarti., Isroli. 2016. Pengaruh
Pemberian Tepung Daun jati Belanda (Guazuma ulmifolia L) dalam
Pakan terhadap Kadar Trigliserida Darah dan Lemak abdominal Ayam
Boiler. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. 1(1): 43- 47.
Batubara, Irmandia., Husnawati., Latifah Kosim Darusman., Tohru Mitsunaga.
2017. Senyawa Penciri Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk) sebagai anti-kolestrol. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol.
22(2): 87-91.
CABI. 2019. Invasive Species Compendium. [Online]
(https://www.cabi.org/isc/datasheet/26124, diakses 15 Januari 2022).
Croisier. Florence and Christine Jerome. 2013. Chitosan-based Biomaterials for
Tissue Engineering. European Polymer Journal. Vol 49: 780-792.
Darmawan, Diajeng Azzahra., Fitrianti Darusman, Sani Ega Priani. 2020.
Literature Review: Fitosom sebagai Sistem Penghantaran Senyawa
Polifenol dari Bahan Alam. Universitas Islam Bandung. 6(2): 87-93.
Departemen Kesehatan & Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia dan
Pengembangan Kesehatan. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia
(I) Jilid 1. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Dipahayu, Damaranie & Galuh Gondo Kusumo. 2021. Formulasi dan Evaluasi
Nano Partikel Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar (lpomoea batatas L)
Varietas Antin-3. Jurnal Sains dan Kesehatan. 3(6): 781-785.
Efloraofindia. 2022. Database of Indian Plants – Developed by The Members of
Efloraofindia Google Grup. [Online],
(https://sites.google.com/site/efloraofindia/species/m---
z/m/malvaceae/guazuma/guazuma-ulmifolia, diakses 15 Januari 2022).
Hanifatan, H.F. 2012. Proses Pembuatan Jamu Sediaan Kapsul dan Analisis
Pemanfaatan Metabolit Sekunder Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia

41
42

Lamk) di CV. Herba Nirmala. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.


2012.
Harso, Aloisius. 2017. Nanopartikel dan Dampaknya Bagi Kesehatan Manusia.
Jurnal Ilmiah Dinamika Sains. hal 20-26.
Islam, S., M. A. Rahman Bhuiyan, M. N. Islam. 2017. Chitin and Chitosan:
Structure, Properties and Applicationsin Biomedical Engineering. J
Polym Environ. (25): 854–866.
Irianto, H.E. & Ijah Muljanah. 2011. Proses dan Aplikasi Nanopartikel Kitosan
sebagai Penghantar Obat. Jurnal Squalen. Vol. 6(1): 1-8.
Jalpa, G.P., D.D. Ashish., A.A. Patel, dan N.M. Patel. 2013. Ethnomedicinal,
Phytochemical and Preclinical Profile of Guazuma ulmifolia Lamk. An
International Johanifurnal of Pharma Science Monitor. 4(2): 3947-3963.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS). Jakarta: Balitbang Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal Indonesia
Edisi II. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Epidemi Obesitas, FactSheet
Obesitas. Jakarta: Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular.
Lumbantobing, Zhafran Ramadhan., Muhartono., Utari Gita Mutiara. 2019. Jati
Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) as an Alternative Therapy for
Obesity. Jurnal Medula. Vol. 8(2): 161-167.
Mardliyati, E., Sjaikhurrizal El M., Damai R.S., 2012. Sintesis Nanopartikel
Kitosan-Trypolyphosphate dengan Metode Gelasi Ionik: Pengaruh
Konsentrasi dan Rasio Volume terhadap Karakteristik Partikel. Prosiding
Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2012.
Jakarta. P. 90-93.
Martien R., Adhyatmika., Iramie D.K., Irianto., Verda F., Dian P.S. 2012.
Perkembangan Teknologi Nanopartikel Sebagai Sistem Penghantaran
Obat. Jurnal Majalah Farmaseutik. Vol. 8(1): 133-144.
Meitria, Cita. 2017. Preparasi dan Karakterisasi Nanopartikel Isolat
Andrografolida dengan Variasi Perbandingan PVA (Polyvinyl Alcohol).
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. 2017.
Mohanraj, V.J and Y. Chen. 2006. Nanoparticles: A Review. Tropical Journal of
Pharmaceutical Research. p. 5:1.
Naim, Fatchun., Aditya Marianti., R. Susanti. 2017. Aktivitas Ekstrak Daun Jati
Belanda terhadap Kadar Kolesterol HDL dan LDL pada Tikus
Hiperkolesterolemia. Journal Universitas Negeri Semarang (Life
Science). Vol. 6(1).
National Library of Medicine (NIH). 2022. Finding and Using Health Statistics
Glossary
. [Online],
(https://www.nlm.nih.gov/nichsr/stats_tutorial/section2/mod8_sd.html#:~:
text=Low%20standard%20deviation%20means%20data,above%20or%
20below%20the%20mean. Diakses 18 Mei 2022).
Pakki, Ermina., Sumarheni., Aisyah F., Ismail., Syarfina Safirahidzni. 2016.
Formulasi Nanopartikel Ekstrak Bawang Dayak (Eleutherine amricana
43

(Aubl) Merr) dengan Variasi Konsentrasi Kitosan-Tripolifosfat (TPP).


Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry. Vol. 3(4): 251- 263.
Pereira G.A., Henrique S.A., Damila R.D.M., Nayara M.P.A., Glaucia M.P. 2020.
Mutamba (Guazuma ulmifolia Lam.) Fruit as A Novel Source of Dietary
Fibre and Phenolic Compounds. Food Chemistry. 310: 1-9.
Permana R.J., Cherry Azaria., Rosnaeni. 2016. The Effect of Jati Belanda
Leaves (Guazuma ulmifolia L) Ethanol Extract on Microscopic Featues
of Atherosclerotic Animal Model’s Aorta. Journal of Medicine and Health.
Vol. 1(4): 305-318.
Pertiwi I., Nadya N.Z., Hisban H.A., Katarina S., Wenni H.P.P., Nasrul W. 2018.
Kitosan Sebagai Eksipien Dalam Sistem Penghantaran Obat Baru.
Jurnal Farmaka. Vol. 16(3): 310-321.
Putri, Ade Indriani, Agus Sundaryono, I Nyoman Candra. 2018. Karakterisasi
Nanopartikel Kitosan Ekstrak Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas l.)
menggunakan Metode Gelasi Ionik. Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia.
Vol. 2(2): 203-207.
Rivai, Harrizal., Ayu Hesti Wahyuni., Humaira Fadhilah. 2013. Pembuatan dan
Karakterisasi Ekstrak Kering Simplisia Jati Belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk). Jurnal Farmasi Higea, Vol.5(1).
Rivai, Harrizul., Pricillia Indah Kesuma., dan Ridho Asra. 2019. Analisis Kualitatif
dan Kuantitatif dari Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol dan Air dari Daun
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk). Fakultas Farmasi Universitas
Andalas, Padang.
Rowe, Raymond., Paul J Sheskey., Marian E Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th Edition. USA: The Pharmaceutical Press.
Shu, X.Z., Zhu, K.J. 2002. Controlled Drug Release Properties of Ionically Cross-
linked Chitosan beads: The Influence of Anion Structure. International
Journal of Pharmaceticals. p. 217-225.
Suharmiati & Maryani. 2003. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda Si Pelangsing
dan Peluruh Kolesterol. PT. Agromedia Jakarta. Vol. 8(21-24).
Supriani, Anik., Kiftiyah., Nanik Nur Rosyidah., Tri Hardiyanti. 2019. Pengaruh
Pemberian Teh Daun Jati Belanda terhadap Perubahan Kadar
Kolesterol pada Masyarakat Penderita Hiperkolesterol. Journals of Ners
Community. Vol. 10(1): 85-96.
Suryani., Wahyuni., Dian Ariastika., Rahmanpiu. 2014. Formulasi Nanopartikel
Kurkumin dengan Teknik Gelasi Ionik Menggunakan Kitosan,
Tripolifosfat dan Natrium Alginat serta Uji Stabilitasnya Secara In Vitro.
Majalah Farmasi, Sains, dan Kesehatan. Vol. 2(1): 17-21.
Taurina, Wintari., Rafika Sari., Uray Cindy Hafinur., Sri Wahdaningsih., Isnindar.
2017. Optimasi Kecepatan dan Lama Pengadukan terhadap Ukuran
Nanopartikel Kitosan-Ekstrak Etabol 70% Kulit Jeruk Siam (Citrus nobilis
L. var Microcarpa). Traditional Medicine Journal. Vol. 22(1): 16-20.
Utomo, Astika Widy. 2008. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Alkohol Daun Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk) pada Tikus Wistar. Universitas Diponegoro,
Semarang. 2008.
Yudhasasmita S. & Andhika P.N. 2017. Sintesis dan Aplikasi Nanopartikel
Kitosan sebagai Adsorben Cd dan Antibakteri Koliform. Jurnal Ilmiah
Biologi (BIOGENESIS). Vol. 5(1): 42-48.
44

Wijaya, Dina Permata. 2013. Preparasi Nanopartikel Sambung Silang Kitosan-


Tripolifosfat yang Mengandung Ginsenosida. UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta. 2013.
Zielinska, A., Carreiro, F., Oliveira, A.M., Neves, A., Pires, B., Nagasamy
Venkatesh D., Durazzo, A., Lucarini, M., et al., 2020. Polymeric
Nanoparticles: Production, Characterization, Toxicology and
Ecotoxicology. Molecules. 25(16).
45

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Ukuran dan Indeks Polidispersitas

Ukuran Partikel

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata + SD

FI 4378 nm 3910 nm 3971 nm 4086,333 + 254,425 nm

FII 6152 nm 6016 nm 6016 nm 6061,333 + 78,519 nm

FIII 2563 nm 2987 nm 2944 nm 2831,333 + 233,375 nm

FIV 3617 nm 3432 nm 4188 nm 3745,666 + 394,081 nm

Indeks Polidispersitas.

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata + SD

FI 0,668 0,844 0,827 0,7796 + 0,0970

FII 0,730 0,773 0,773 0,7586 + 0,0248

FIII 1 1 1 1+0

FIV 1 1 0,923 0,9743 + 0,0444


46

Lampiran 2. Hasil Analisa Statistik Ukuran Partikel

Test Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formula 1 ,342 3 . ,846 3 ,230
Formula 2 ,385 3 . ,750 3 ,000
Formula 3 ,352 3 . ,825 3 ,176
Formula 4 ,295 3 . ,920 3 ,453
a. Lilliefors Significance Correction

Test Normalitas Menggunakan Transformasi data Ln

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TransformLn Formula 1 ,339 3 . ,851 3 ,242
formula 2 ,385 3 . ,750 3 ,000
Formula 3 ,354 3 . ,820 3 ,164
Formula 4 ,286 3 . ,931 3 ,491
a. Lilliefors Significance Correction

Test Normalitas Menggunakan Transformasi data SQRT

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TransformSQRT Formula 1 ,340 3 . ,848 3 ,236
formula 2 ,385 3 . ,750 3 ,000
Formula 3 ,353 3 . ,823 3 ,170
Formula 4 ,290 3 . ,925 3 ,472
a. Lilliefors Significance Correction
47

Test Non-parametrik Menggunakan Kruskal Wallis

Test Statisticsa,b
Ukuran Partikel
Kruskal-Wallis H 9,701
df 3
Asymp. Sig. ,021
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula

Uji Man-Whitney Ukuran Partikel

Uji Mann-Whitney (F1-F2) Uji Mann-Whitney (F1-F3)

Test Statisticsa Test Statisticsa


Ukuran Partikel Ukuran Partikel
Mann-Whitney U ,000 Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 6,000 Wilcoxon W 6,000

Z -1,993 Z -1,964

Asymp. Sig. (2-tailed) ,046 Asymp. Sig. (2-tailed) ,050


Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Formula
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
b. Not corrected for ties.

Uji Mann-Whitney (F1-F4) Uji Mann-Whitney (F2-F3)

Test Statisticsa Test Statisticsa


Ukuran Partikel Ukuran Partikel
Mann-Whitney U 2,000 Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 8,000 Wilcoxon W 6,000
Z -1,091 Z -1,993
Asymp. Sig. (2-tailed) ,275 Asymp. Sig. (2-tailed) ,046
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,400b Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Formula a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties. b. Not corrected for ties.
48

Uji Mann-Whitney (F2-F4) Uji Mann-Whitney (F3-F4)

Test Statisticsa Test Statisticsa


Ukuran Partikel Ukuran Partikel
Mann-Whitney U ,000 Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000 Wilcoxon W 6,000
Z -1,993 Z -1,964
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046 Asymp. Sig. (2-tailed) ,050
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Formula a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties. b. Not corrected for ties.
49

Lampiran 3. Hasil Analisa Statistik Indeks Polidispersitas

Test Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formula 1 ,354 3 . ,822 3 ,167
Formula 2 ,385 3 . ,750 3 ,000
Formula 3 . 3 . . 3 .
Formula 4 ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

Test Normalitas Menggunakan Transformasi data SQRT

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TransformSQRT Formula 1 ,355 3 . ,818 3 ,159
Formula 2 ,385 3 . ,750 3 ,000
Formula 3 . 3 . . 3 .
Formula 4 ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

Test Normalitas Menggunakan Transformasi data Ln

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
TransformLn Formula 1 ,357 3 . ,815 3 ,150
Formula 2 ,385 3 . ,750 3 ,000
Formula 3 . 3 . . 3 .
Formula 4 ,385 3 . ,750 3 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
50

Test Non-parametrik Menggunakan Kruskal Wallis

Test Statisticsa,b
Indeks
Polidispersitas
Kruskal-Wallis H 9,215
df 3
Asymp. Sig. ,027
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula

Uji Mann-Whitney Indeks Polidispersitas

Uji Mann-Whitney (F1-F2) Uji Mann-Whitney (F1-F3)


Test Statisticsa Test Statisticsa
Indeks Indeks
Polidispersitas Polidispersitas
Mann-Whitney U 3,000 Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 9,000 Wilcoxon W 6,000
Z -,664 Z -2,087
Asymp. Sig. (2-tailed) ,507 Asymp. Sig. (2-tailed) ,037
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,700b Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Formula a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties. b. Not corrected for ties.

Uji Mann-Whitney (F1-F4) Uji Mann-Whitney (F2-F3)

Test Statisticsa Test Statisticsa


Indeks Indeks
Polidispersitas Polidispersitas
Mann-Whitney U ,000 Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 6,000 Wilcoxon W 6,000
Z -1,993 Z -2,121
Asymp. Sig. (2-tailed) ,046 Asymp. Sig. (2-tailed) ,034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b
a. Grouping Variable: Formula a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties. b. Not corrected for ties.
51

Uji Mann-Whitney (F2-F4) Uji Mann-Whitney (F3-F4)


Test Statisticsa Test Statisticsa
Indeks Indeks
Polidispersitas Polidispersitas
Mann-Whitney U ,000 Mann-Whitney U 3,000
Wilcoxon W 6,000 Wilcoxon W 9,000
Z -2,023 Z -1,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,043 Asymp. Sig. (2-tailed) ,317
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,100b Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,700b
a. Grouping Variable: Formula a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties. b. Not corrected for ties.
52

Lampiran 4. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F1 (I)


53

Lampiran 5. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F1 (II)


54

Lampiran 6. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F1 (III)


55

Lampiran 7. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F2 (I)


56

Lampiran 8. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F2 (II)


57

Lampiran 9. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F2 (III)


58

Lampiran 10. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F3 (I)


59

Lampiran 11. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F3 (III)


60

Lampiran 12. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F3 (III)


61

Lampiran 13. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F4 (I)


62

Lampiran 14. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F4 (III)


63

Lampiran 15. Hasil Ukuran Partikel dan Indeks Polidispersitas F4 (III)


64

Lampiran 16. Certificate Of Analysis (CoA) Ekstrak Daun Jati Belanda


65

Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian

Membuat larutan asam asetat glasial 0,1M

Membuat larutan kitosan konsentrasi 0,2% b/v

Membuat larutan NaTPP konsentrasi 0,05%


66

Membuat larutan NaTPP konsentrasi 0,2%

Menimbang ekstrak daun jati belanda

Membuat larutan nanopartikel sebanyak 4 formula


Formula 1 Formula 2
67

Formula 3 Formula 4

Melakukan uji pH pada 4 formula


Formula 1

Formula 2
68

Formula 3

Formula 4

Melakukan pengamatan dibawah mikroskop perbesaran 1000x

Formula 1 Formula 2
69

Formula 3 Formula 4

Anda mungkin juga menyukai