PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang hasil analisis univariat dan bivariat pada bab sebelumnya yaitu
tidak adanya hubungan antara cedera olahraga pada atlet terhadap kejadian depresi di
Rumah Sakit Olahraga Nasional dan menjelaskan tentang keterbatasan penelitian ini.
6. 1. Analisa Univariat
Hasil penelitian cedera olahraga yang dilakukan sebanyak 27 responden atlit, yang
sesuai dengan teori menurut Brukner & Khan’s tahun 2017, cedera akut mengacu
pada cedera yang terjadi selama satu peristiwa traumatis yang dapat diidentifikasi,
cedera muncul pada saat gaya yang diberikan pada jaringan menimbulkan tekanan
yang lebih besar dari yang bisa ditahan jaringan sedangkan cedera kronis timbul
Hasil penelitian Ezzy pada 2018 menunjukan Cedera atlet sepak bola usia 13
tahun dalam kompetisi ASKAB PSSI Kabupaten Nganjuk tahun 2017 adalah 31
atlet mengalami cedera dengan prosentase 22,14% dan atlet yang tidak cedera
sebesar 109 dengan prosentase sebesar 77,86% artinya pada saat kompetisi
berlangsung banyak atlet yang mengalami cedera hal ini di karenakan trauma
atlet, terlebih bagi atlet dengan cabang olehraga kontak fisik seperti beladiri, hoki
atau sepak bola, yang mengharuskan atlet secara sengaja memukul atau saling
bertabrakan dengan lawan atau benda mati dengan tenaga yang kuat. Aktifitas
fisik sudah menjadi rutinitas seorang atlet, pada saat seseorang memutuskan ingin
menjadi atlet, ia harus siap dengan jadwal latihan yang padat untuk meningkatan
performa atau kemampuan untuk mencapai suatu target prestasi tertentu, hal ini
membuat atlet diharuskan bekerja lebih keras dari orang biasanya, baik pada saat
latihan ataupun pada saat kompetisi. Gelar menjadi indikator keberhasilan atlet
mengharuskan dirinya melakukan lebih dari kemampuanya baik pada saat latihan
ataupun kompetisi berlangsung, hal ini yang kadang membuat atlet mengabaikan
keberhasilan atau prestasi untuk atlet semua umur, bahkan untuk atlet dalam
proes pembibitan, menurut peneliti hal ini menjadi salah kaprah karena atlet muda
agar mendapatkan performa tertinggi pada saat atlet tersebut menjadi atlet
melihat perkembangan kemampuan tanpa target gelar tertentu, pada saat gelar
menjadi indikator prestasi maka atlet akan sering mengalami cedera dan
selanjutnya.
lagi masalah bagi responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kognitif
penyebab depresi yaitu triase kognitif yang menjadi patokan untuk menilai diri
dan masa depan mereka. Jika salah satu salah satu dari tiga ini bernilai negatif,
maka bisa menjadi indikator terjadinya depresi. Orang yang depresi memiliki cara
berfikir negatif dan salah, serta mereka tidak menyadarinya (postorino & portillo,
2009). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh postorino & portillo pada
2009, Penelitian yang di lakukan oleh smith, et al pada 2013 menerangkan bahwa
orang yang depresi ini percaya bahwa mereka tidak sanggup untuk mencegah
situasi negatif yang mereka alami dan mengubahnya, hal ini menyebabkan mereka
alami, bahkan banyak atlet yang tidak pernah sembuh dari cedera karena pada saat
cedera, seorang atlet seharusnya berada pada proses pengobatan dan recovery
dengan waktu istirahat dalam jangka waktu tertentu, sedangkan yang terjadi
adalah pada saat recovery itu belum selesai, atlet di haruskan berlatih kembali atau
mengikuti suatu kompetisi. Hal ini berlangsung terus menerus di mulai dari atlet
ingin menjadi atlet atau pembibitan, sehingga seorang atlet sudah menjadikan
masalah bagi dirinya. Koping yang sudah terbentuk dalam diri atlet yang
menganggap cedera bukan lagi menjadi masalah, hal ini yang membuat atlet tidak
Menurut peneliti proses pembentukan atau pembibitan atlet menjadi proses yang
persepsi yang benar terhadap cedera, bukan berarti dengan atlet yang sudah bisa
mengendalikan emosionalnya terhadap cedera adalah hal yang baik, tetapi dengan
menganggap cedera itu adalah hal yang bukan lagi masalah akan membuat atlet
atlet ingin berada di performa terbaiknya mereka harus memiliki fisik yang baik
6. 2. Analisa Bivariat
Hasil analisis data cedera olahraga pada atlet dengan kejadian depresi di Rumah
Sakit Olahraga Nasional tahun 2019 dari 27 responden diperoleh hasil sebanyak
mengalami cedera kronis, dari responden yang mengalami cedera akut dan kronis
responden (11,1%). Hasil uji statistik dengan Chi Square pada Fisher’s exact test
ditolak artinya tidak terdapat hubungan antara cedera olahraga pada atlet terhadap
yang biasa dialami oleh seorang atlet seperti responden. Responden juga
mengatakan bahwa selama ini terus berlatih atau bertanding walau sedang
mengalami keluhan atau nyeri di bagian tubuhnya, Hal ini terjadi terus menerus
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kognitif penyebab depresi yaitu triase
kognitif yang menjadi patokan untuk menilai diri seseorang adalah dari gambaran
dirinya, lingkunganya atau pengalaman hidupnya dan masa depan mereka. Jika
salah satu salah satu dari tiga ini bernilai negatif, maka bisa menjadi indikator
terjadinya depresi. Orang yang depresi memiliki cara berfikir negatif dan salah,
serta mereka tidak menyadarinya (postorino & Portillo, 2009). Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Postorino & portillo pada 2009, Penelitian yang di
lakukan oleh smith, et al pada 2013 menerangkan bahwa orang yang depresi ini
percaya bahwa mereka tidak sanggup untuk mencegah situasi negatif yang mereka
alami dan mengubahnya, hal ini menyebabkan mereka terus berada dalam
Menurut analisis peneliti atlet memiliki lingkungan yang berbeda dengan orang
kemampuanya agar dapat mendapatkan prestasi, hal ini membuat atlet rentan akan
sengaja, bertabrakan dengan atlet lain atau benda mati dengan keras seperti
olahraga kontak contohnya tinju, sepakbola dan basket. Persepsi atlet melihat
cedera memiliki faktor penting apakah cedera menjadi masalah bagi atlet atau
tidak, pada saat atlet sudah terbiasa dengan cedera dan pada saat atlet belum
sembuh dari cedera di haruskan latihan kembali atau berkompetisi, selanjutnya hal
41 Universitas Respati Indonesia
ini berlangsung terus menerus yang di mulai dari proses pembentukan atlet atau
pembibitan maka atlet akan menganggap cedera bukan lagi masalah bagi dirinya,
hal ini yang terjadi pada atlet. Cedera yang sudah tidak lagi menjadi suatu masalah
bagi atlet akan membuat respon negatif tentang cedera itu hilang, maka atlet yang
Atlet muda yang masih dalam proses pembibitan jika sudah memiliki persepsi
cedera itu bukan lagi masalah bagi dirinya dan mementingkan prestasi atau gelar,
akan membuat atlet mengabaikan resiko cedera serta keselamatanya. Atlet yang
mengabaikan cedera akan beresiko tinggi mengalami cedera berat yang akan
membuat atlet muda tidak bisa mendapatkan performa terbaiknya dan tidak bisa
berkembang bahkan akan mengakhiri perjalanan karir atlet muda sebelum menjadi
atlet profesional. Menurut peneliti masalah cedera dan persepsi atlet melihat
cedera menjadi salah satu faktor yang membuat dunia Olahraga di Indonesia
berprestasi pada usia muda dan menurun di usia profesional atau senior. Agar
mendapat prestasi terbaik, dunia olahraga harus sejalan dengan dunia medis agar
atlet dapat berkembang dan mendapatkan performa terbaiknya pada saat atlet
6. 3. Keterbatasan
Dalam penelitain ini terdapat beberapa keterbatasan yang membuat hasil dari
penelitian ini tidak menunjukan adanya hubungan antara cedera olahraga pada atlet
olahraga akut dan kronis, hal ini tidak menggambarkan tingkatan keparahan cedera
yang dialami atlet, tingkat keparahan cedera yang di alami atlet yaitu menjadi salah
satu faktor utama apakah atlet tersebut akan bisa bertanding kembali atau tidak.
masih dibiayai oleh negara, orang tua atau beasiswa, hal ini yang mebuat responden
belum melihat atlet sebagai suatu pekerjaan untuk menjadi matapencaharian dan jika
pekerjaan ini hilang maka mereka akan kebingungan karena hilangnya sumber mata
pencaharian.