Hal. 69-76
Abstrak
Kecemasan merupakan salah satu faktor psikologis yang seringkali mengganggu penampilan
atlet. Pelatihan relaksasi pernafasan merupakan teknik untuk mengurangi keadaan cemas dan
tegang dengan cara mengatur irama pernafasan dan memusatkan perhatian. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian pretest-posttest control group
design. Jumlah subjek penelitian sebanyak 30 orang atlet taruna bulutangkis yang tergabung
dalam Puslatcab dan Siap Grak Surabaya. Peneliti membagi subjek menjadi dua kelompok yaitu
lima belas subjek untuk kelompok eksperimen dan lima belas subjek untuk kelompok kontrol
dengan menggunakan teknik matching. Pemberian teknik relaksasi pernafasan diberikan
sebanyak enam kali pertemuan. Instrumen yang digunakan adalah skala kecemasan olahraga.
Hasil analisis kuantitatif menggunakan statistik nonparametrik Mann-Whitney U Test dan
Wilxocon Signed Ranks Test. Uji hipotesis menggunakan teknik Mann-Whitney U Test
menghasilkan nilai sebesar 0,575 (p > 0,05) untuk hasil pretest dan sebesar 0.000 (p < 0.005)
untuk hasil posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Uji hipotesis menggunakan
teknik Wilcoxon Signed Ranks Test menghasilkan nilai sebesar 0,001 untuk kelompok kontrol
maupun kelompok eksperimen. Hasil mean pretest sebesar 70,60 untuk kelompok kontrol, dan
sebesar 72,47 untuk kelompok eksperimen. Hasil mean posttest sebesar 78,60 untuk kelompok
kontrol, dan sebesar 37,60 untuk kelompok eksperimen, sedangkan nilai effect size yang
diperoleh adalah sebesar 0,62 (large effect). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kecemasan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol memiliki
skor kecemasan yang jauh lebih tinggi daripada kelompok eksperimen serta pelatihan relaksasi
memberikan efek yang besar terhadap kecemasan. Hasil ini memperlihatkan bahwa teknik
relaksasi pernafasan efektif untuk menurunkan kecemasan sebelum bertanding pada atlet
bulutangkis.
Kata kunci: Teknik relaksasi pernafasan, kecemasan sebelum bertanding, atlet bulutangkis
Abstract
Every athlete certainly wants to perform maximally to attain the best results. However, there
are many factors affecting athletes in attaining their achievements. Anxiety is one of the
psychological factors that often interferes with the performance of an athlete. Breathing
relaxation training is a technique used to reduce anxiety and tenseness by regulating breathing
rhythm and concentrating attention with the aim to accelerate physical and mental healing.
This study is an experimental study with pretest-posttest control group design. The number of
study subjects is 30 badminton athletes who are the members of Puslatcab and Siap Grak
Surabaya. The author divided subjects into two groups: fifteen subjects for the experimental
69
Jurnal Experentia Volume 8, Nomor 2, Desember 2020
group and fifteen subjects for the control group using the matching technique. The breathing
relaxation technique training was given in six sessions. The measure used in the study was the
sport anxiety scale. Results were obtained using non-parametric statistics of Mann-Whitney U
Test and Wilcoxon Signed Ranks Test. Hypothesis testing using Mann-Whitney U Test produces
pretest value of 0,575 (p > 0,05) and posttest value of 0,000 (p < 0,005) for control group and
experimental group. Results of the hypothesis test using Mann-Whitney U Test revealed a value
of 0.001 for both control and experimental groups. Mean pretest scores were 70.60 for the
control group and 72.47 for the experimental group. Mean posttest scores were 78.60 for the
control group and 37.60 for the experimental group, with the effect size of 0.62 (large effect).
It can be concluded that the control group has an anxiety score that was higher than that of the
experimental group and that relaxation training provides a large effect on anxiety. This shows
that breathing relaxation technique is effective to reduce anxiety before athletes participated in
a badminton competition.
dan telah menjuarai berbagai pertandingan dibandingkan dengan ketika berada pada
level regional maupun nasional. kelompok umur lainnya. Faktor yang
Akan tetapi, meskipun sudah puluhan pertama adalah karena pada kelompok usia
kali mengikuti pertandingan, para atlet ini, lawan yang yang harus dihadapi jauh
tersebut masih belum mampu secara lebih berat dibandingkan dengan kelompok
konsisten memberikan performa terbaiknya umur lainnya. Faktor kedua adalah karena
dalam setiap pertandingan. Kondisi ini usia ini merupakan puncak karier mereka,
dapat dilihat dari penurunan perolehan yakni ketika mereka harus mulai
medali yang didapat atlet bulutangkis memikirkan karier mereka untuk entah
Surabaya, yang mana pada tahun 2013, menjadi atlet atau harus melanjutkan
Surabaya berhasil menjadi juara beregu pendidikannya.
putra dan putri pada Kejuaraan Pekan Terdapat beberapa cara untuk
Olahraga Provinsi (Porprov IV) dengan mengurangi kecemasan dalam menghadapi
perolehan 6 medali emas (Permata, 2013). situasi pertandingan. Menurut Gunarsa
Dalam kejuaraan Porprov V pada tahun (2008), terdapat beberapa teknik intervensi
2015, meskipun Surabaya tetap menjadi untuk mengurangi kecemasan yang
juara umum, jumlah medali yang berhasil dirasakan atlet; contohnya strategi relaksasi
diperoleh menurun drastis. Surabaya hanya dan strategi kognitif. Dalam penelitian ini,
mampu meraih 2 emas, 2 perak, dan 2 peneliti memilih menggunakan teknik
perunggu (Bukan Lagi Surabaya Sentris, relaksasi pernafasan untuk mengurangi
2015). kecemasan atlet yang hendak bertanding.
Idealnya, atlet-atlet profesional Alasan peneliti menggunakan teknik ini
diharapkan dapat memperlihatkan adalah karena dalam terapannya, teknik ini
konsistensi performa dan regulasi gejolak lebih mudah dipelajari dan diterapkan oleh
emosi ketegangan dan kecemasan. Regulasi para atlet. Selain itu, teknik ini lebih praktis
emosi tersebut tentunya akan berbeda dan tidak membutuhkan banyak biaya dan
antara satu atlet dan atlet lainnya. Namun waktu dibanding dengan teknik yang lain.
dalam upaya mengatur kegairahan Relaksasi pernafasan memiliki fungsi
bertanding dan pengaruhan tingkat merilekskan tubuh dengan mengatur
ketegangan dan kecemasan, seorang atlet pernafasan secara teratur, pelan, dan dalam;
profesional semestinya dapat karena pada saat cemas, pernafasan
mengantisipasi, memantau, serta mengatasi cenderung menjadi pendek dan cepat
gejolak emosinya sendiri (Gunarsa, 2008). (Davis, Eshelman, & McKay dalam Sari &
Dalam penelitian ini, peneliti memilih Subandi, 2015). Handoyo (2002)
atlet yang sedang berada di kelompok mengungkapkan, olah nafas bermanfaat
taruna. Kelompok taruna terdiri dari atlet- pada olahraga prestasi karena pengaturan
atlet yang berusia 17-18 tahun. Berdasarkan irama pernafasan dapat meningkatkan
teori tugas perkembangan yang kekuatan dan ketahanan otot. Nideffer
dikemukakan oleh Harvinghust (dalam (dalam Satiadarma, 2002) menjelaskan,
Hurlock, 1996 : 14), kelompok taruna yang latihan pernafasan mendalam membantu
memiliki usia 17-18 tahun telah memasuki seseorang mengalami perasaan yang lebih
masa remaja, yang meliputi sejumlah tugas stabil, lebih terpusat, dan lebih rileks.
perkembangan yang harus dipenuhi; salah Benson (dalam Satiadarma, 2000)
satunya adalah mempersiapkan karier dan mengemukakan bahwa relaksasi tidak
ekonomi. Pernyataan tersebut didukung sekedar meredakan ketegangan secara
dengan hasil preliminary yang didapatkan psikis tetapi juga memperbaiki kondisi fisik
oleh peneliti. Berdasarkan hasil preliminary seseorang. Penyebabnya, dalam proses
yang didapatkan, diketahui beberapa faktor relaksasi, metabolisme individu menjadi
yang menyebabkan atlet yang berada lebih baik dan kondisi ini memberikan
kelompok taruna jauh lebih cemas
71
Jurnal Experentia Volume 8, Nomor 2, Desember 2020
72
Ervine Felicia Tiara, Michael Seno Rahardanto : Efektivitas teknik relaksasi pernafasan untuk menurunkan...
Hal. 69-76
kelompok kontrol dan eksperimen memiliki dikarenakan data yang diperoleh tidak
profil kecemasan yang serupa. memenuhi uji asumsi normalitas.
Pengambilan data dilakukan selama 7
hari, yaitu pada tanggal 10-16 September Hasil Penelitian dan Diskusi
2018. Peneliti melakukan pengambilan data Peneliti melakukan uji hipotesis
mulai dari pukul 16.00, atau seusai subjek dengan menggunakan teknik Mann-
penelitian berlatih. Pengambilan data Whitney U Test dan Wilcoxon Signed Ranks
dilakukan di lapangan bulutangkis Gor Test. Dari hasil uji hipotesis dengan
Sudirman di Jalan Kertajaya Indah Timur menggunakan teknik Mann-Whitney U Test
No. 8 Surabaya. Teknik relaksasi didapatkan nilai Asymp. Sig (2-tailed)
pernafasan diberikan kepada kelompok sebesar 0.575 (sig > 0.05) yang berarti tidak
eksperimen sebanyak 6 kali, yaitu pada hari ada perbedaan kecemasan pada hasil pretest
kedua hingga hari ketujuh (11-16 kelompok kontrol dan eksperimen, dan nilai
September 2018) dengan durasi 20 menit Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.000 (sig <
setiap sesinya. Peneliti mengawali sesi 0.05) yang berarti ada perbedaan
relaksasi dengan mengajak para peserta kecemasan pada hasil posttest kelompok
dalam kelompok eksperimen untuk duduk kontrol dan eksperimen.
bersila membentuk setengah lingkaran Selanjutnya, dari hasil uji hipotesis
menghadap ke arah peneliti. Selanjutnya dengan menggunakan teknik Wilcoxon
peneliti mengajak para peserta tersebut Signed Ranks Test didapatkan nilai Asymp.
memejamkan mata dan merilekskan seluruh Sig (2-tailed) sebesar 0.001 (sig < 0.05)
anggota tubuh. Selama sesi relaksasi, yang berarti ada perbedaan hasil pada
peneliti beberapa kali membuka mata pretest dan posttest kelompok Kontrol, dan
sebentar untuk mengamati seluruh peserta. nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.001
Dari pengamatan peneliti, tampak bahwa (sig < 0.05) yang berarti ada perbedaan
seluruh peserta memejamkan mata dan hasil pada pretest dan posttest kelompok
mengikuti seluruh instruksi yang diberikan eksperimen.
oleh peneliti. Peneliti juga melakukan perhitungan
Pada sesi terakhir (16 September untuk melihat hasil mean pada pretest-
2018), peneliti membacakan daftar nama posttest kelompok kontrol dan kelompok
peserta yang tergabung dalam kelompok eksperimen. Berikut merupakan tabel hasil
eksperimen maupun kelompok kontrol. perhitungan nilai mean kelompok kontrol
Selanjutnya peneliti memberikan arahan dan kelompok eksperimen.
tentang ruangan yang akan digunakan.
Kelompok eksperimen tetap tinggal di Tabel 3. Hasil Mean
lapangan untuk kembali mengikuti sesi Mean Pretest Posttest
terakhir pelatihan relaksasi pernafasan Kelompok 70.60 78.60
sedangkan kelompok kontrol diarahkan Kontrol
untuk menempati ruang tunggu yang ada, Kelompok 72.47 37.60
dan langsung mengisi skala kecemasan Eksperimen
olahraga.
Untuk mengetahui efektivitas dari Berdasarkan tabel di atas, dapat
variabel bebas dalam penelitian ini, dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang
digunakan cara perhitungan dengan teknik signifikan dari hasil mean atau rata-rata
Mann-Whitney U Test dan Wilcoxon Signed pretest antara kelompok kontrol dan
Ranks Test sebagai pengganti dari uji kelompok eksperimen. Kelompok kontrol
Independent sample T-Test dan Paired T- memiliki nilai rata-rata kecemasan sebesar
test, menggunakan SPSS versi 17. Teknik 70.60 sedangkan kelompok eksperimen
statistik nonparametrik tersebut digunakan memiliki nilai rata-rata sebesar 72.47.
73
Jurnal Experentia Volume 8, Nomor 2, Desember 2020
Berbeda dari hasil mean pada pernafasan yang dikendalikan oleh otak
pretest, berdasarkan tabel di atas dapat tidak stabil yang kemudian menjadikan
diketahui bahwa terdapat perbedaan mean nafas terengah-engah sehingga penyerapan
atau rata-rata dari hasil posttest antara oksigen dari luar dan pembentukan
kelompok kontrol dan kelompok karbondioksida dalam tubuh tidak
eksperimen. Kelompok kontrol memiliki maksimal. Kondisi ini menyebabkan otak
nilai rata-rata kecemasan yang jauh lebih dan darah kekurangan suplai oksigen
tinggi dibandingkan dengan kelompok sehingga sistem metabolisme tubuh
eksperimen, yaitu sebesar 78.60, sedangkan menjadi terganggu.
kelompok eksperimen memiliki nilai rata- Kondisi inilah yang mengakibatkan
rata sebesar 37.60, sehingga dapat berbagai gejala-gejala fisik yang beriringan
disimpulkan terdapat perbedaan tingkat dengan munculnya gejala psikis seperti otot
kecemasan antara kelompok kontrol dengan menjadi tegang, tubuh serasa lemas, mudah
kelompok eksperimen. lelah, sulit berkonsentrasi, dan sebagainya.
Selain itu, berdasarkan dari hasil Oleh karena itu, pemberian pelatihan
pengolahan data, didapatkan nilai effect size relaksasi pernafasan sangat berperan dalam
sebesar 0.62. Berdasarkan penggolongan menurunkan gejala-gejala kecemasan,
yang dilakukan oleh Cohen dalam Pallant karena dalam teknik ini atlet akan diberikan
(2013), nilai ini termasuk dalam golongan pengarahan atau pemfokusan pikiran agar
large effect atau memberikan efek yang lebih tenang dan tidak memikirkan hal-hal
besar terhadap variabel y (kecemasan). yang tidak pasti agar kinerja otak dapat
Hasil ini menjelaskan bahwa pemberian lebih berkurang, yang akan mengurangi
pelatihan teknik relaksasi pernafasan gejala psikis yang timbul akibat kecemasan.
memberikan efek yang besar terhadap Teknik pernafasan dilakukan untuk
kecemasan pada atlet bulutangkis taruna membantu mengurangi gejala-gejala fisik
Puslatcab dan Siap Grak Surabaya. yang diakibatkan oleh kurangnya suplai
Hasil penelitian ini sejalan dengan oksigen ke dalam tubuh, sehingga nafas
penelitian yang dilakukan oleh Ekawaldi menjadi lancar dan efektif, metabolisme
dan Liftiah (2014), yang menyatakan tubuh meningkat, dan tidak mudah lelah.
bahwa teknik relaksasi pernafasan efektif Begitu pula dengan temuan yang
untuk mengurangi kecemasan pada atlet diungkapkan oleh Nideffer (dalam Monty,
futsal yang hendak bertanding. Penelitian 2000) bahwa dengan melakukan latihan
lain yang dilakukan oleh Rokawie, Sulastri, gerakan diafragma, seseorang akan
dan Anita (2017) pada paisen praoperasi mengalami perasaan lebih stabil, lebih
bedah abonemen menunjukkan bahwa terpusat dan lebih rileks. Weinberg dan
terdapat penurunan kecemasan setelah Gould (dalam Monty, 2000) juga
diberikan terapi relaksasi nafas. mengemukakan bahwa pernafasan yang
Satiadarma (2000:199) baik merupakan hal yang paling sederhana
mengungkapkan bahwa jika seseorang atlet dan paling mudah dilakukan untuk
sedang berada dalam keadaan cemas dan mengendalikan kecemasan dan ketegangan
tegang, pernafasannya akan berlangsung otot. Weiberg dan Gould (dalam
kurang beraturan, terlalu cepat, atau Satiadarma, 2000) juga menjelaskan bahwa
individu yang bersangkutan akan bernafas latihan untuk bernapas dengan teratur dapat
pendek-pendek. Atlet yang berada dalam meningkatkan efektifitas gerak dari atlet
tekanan biasanya mengalami kesulitan yang bersangkutan.
mengendalikan pernafasannya dengan baik. Berdasarkan beberapa uraian yang
Kesulitan ini disebabkan oleh telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan
meningkatnya kerja otak akibat pikiran- bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat
pikiran yang terlalu banyak dan tidak pasti diterima, dan teknik relaksasi pernafasan
sehingga menjadikan kerja otot-otot efektif untuk mengurangi kecemasan atlet
74
Ervine Felicia Tiara, Michael Seno Rahardanto : Efektivitas teknik relaksasi pernafasan untuk menurunkan...
Hal. 69-76
taruna bulutangkis Puslatcab dan Siap Grak a. Bagi Puslatcab dan Siap Grak
yang hendak bertanding. Keterbatasan Surabaya
penelitian ini mencakup dua hal. Yang Pihak Puslatcab dan Siap Grak
pertama adalah pemberian pelatihan Surabaya dapat mengenal dan
relaksasi pernafasan dilakukan di ruangan menjadikan teknik relaksasi
yang cukup luas sehingga membuat suara pernafasan sebagai salah satu
peneliti menjadi kurang terdengar. Yang program untuk memaksimalkan
kedua, peneliti belum melakukan try out penampilan para atlet bulutangkis
murni untuk standar pengukuran alat ukur yang hendak bertanding, dengan
yang digunakan. Peneliti hanya mengurangi kecemasan yang
menggunakan try out terpakai untuk dirasakan oleh para atlet ketika
mengambil data sehingga berisiko menghadapi sebuah pertandingan.
memperbesar eror pengukuran. b. Bagi seluruh klub bulutangkis yang
ada di Surabaya
Simpulan dan Saran Bagi seluruh klub bulutangkis yang
ada di Surabaya kiranya juga mulai
Simpulan memperhatikan aspek-aspek
Dari hasil penelitian, analisis data dan psikologis yang kerap kali
pembahasan diperoleh simpulan sebagai menghambat atlet selama
berikut: pertandingan. Selain itu, harapannya
a. Tingkat kecemasan kelompok kontrol pihak-pihak klub mulai mengenal dan
cenderung meningkat seiring dengan menjadikan latihan relaksasi
semakin dekatnya waktu pernafasan sebagai salah satu
pertandingan dimulai, sedangkan program untuk memaksimalkan
tingkat kecemasan kelompok penampilan atlet-atlet bulutangkis
eksperimen semakin berkurang ketika yang akan bertanding.
diberikan pelatihan relaksasi c. Bagi Atlet Surabaya
pernafasan. Bagi seluruh atlet Surabaya kiranya
b. Ada perbedaan kecemasan yang dapat terus melakukan latihan
signifikan antara kelompok kontrol relaksasi pernafasan sendiri disaat
dan kelompok eksperimen yang mengalami kecemasan ketika akan
diberikan dan yang tidak diberikan menghadapi pertandingan.
relaksasi pernafasan. Mengingat latihan relaksasi
c. Ada perbedaan kecemasan pada hasil pernafasan cukup mudah dan bisa
posttest kelompok kontrol dan dilakukan secara mandiri serta
eksperimen. Kelompok kontrol memiliki manfaat yang sangat besar
memiliki tingkat kecemasan yang bagi para atlet.
tinggi, sedangkan kelompok d. Bagi Peneliti selanjutnya
eksperimen memiliki tingkat Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
kecemasan yang agak rendah. lebih dapat mengontrol situasi
d. Teknik relaksasi pernafasan terbukti eksperimen dengan mungkin memilih
efektif untuk mengurangi kecemasan ruangan yang lebih kecil sehingga
atlet bulutangkis taruna Puslatcab dan dapat lebih kondusif ketika akan
Siap Grak yang hendak bertanding. melakukan latihan relaksasi
pernafasan. Selain itu, diharapkan
Saran agar peneliti dapat menggunakan alat
Berdasarkan hasil penelitian dan ukur yang sudah terlebih dahulu
kesimpulan, terdapat beberapa saran yang dilakukan try out atau uji coba murni
dapat peneliti berikan, yaitu: untuk mengurangi terjadinya eror
pengukuran.
75
Jurnal Experentia Volume 8, Nomor 2, Desember 2020
76