Anda di halaman 1dari 27

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN TINGKAT

KONSENTRASI ATLET BILIAR MENJELANG KOMPETISI

Diajukan oleh:
Yusuf Eda Pamungkas
1402205056

Tugas Akhir Mata Kuliah Kuantitatif


Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dahulu di Indonesia, biliar identik dengan olahraga yang selalu dimainkan oleh

para lelaki saja. Namun saat ini banyak wanita yang mulai menggemari olahraga biliar.

Bapak Putera Astaman, selaku mantan Ketua Umum PB. POBSI, berhasil menaikan Citra

Olahraga Biliar, di Indonesia dari Sekedar Olahraga Rekreasi menjadi Olahraga Prestasi.

Biliar jenis Pool telah berkembang menjadi salah satu cabang olahraga yang mampu ikut

mengharumkan nama bangsa Indonesia. Contohnya, pada World Pool

Championship (kejuaraan dunia biliar jenis pool untuk nomor bola 9) tahun 2006 kemarin,

pemain seperti Ricky Yang, M. Zulfikri berhasil masuk ke jajaran 32 besar pemain dunia.

Roy Apancho berhasil masuk ke jajaran pemain 64 besar dunia. Apsi Chaniago berhasil

masuk ke jajaran pemain 128 besar dunia.

Pada pesta olahraga antar bangsa SEA Games XXIV, 2007 yang lalu, terjadi

kejutan peningkatan prestasi secara luar biasa pula pada cabang olahraga Biliar jenis Pool,

dengan mampunya diraih Medali Emas nomor bola 8, Wanita Perorangan sekaligus Medali

Perak nomor bola 9, Wanita Perorangan oleh seorang Atlet Muda Usia yakni Angeline

Magdalena Ticoalu serta Medali Emas nomor bola 9, Pria Perorangan oleh Ricky Yang.

Saat ini prestasi cabang olahraga biliar di Indonesia cenderung kurang memuaskan seperti

pada 11 tahun terakhir.

Olahraga biliar dalam pengertiannya merupakan sebuah cabang olahraga yang

masuk dalam kategori cabang olahraga konsentrasi, sehingga sangat dibutuhkan ketahanan

dan pemahaman mental yang benar serta harus ditunjang oleh kemampuan fisik yang

prima agar mampu berprestasi lebih tinggi dan stabil.


Konsentrasi adalah kemampuan atlet untuk memusatkan perhatian dan pikiran

hanya pada informasi yang penting bagi kesuksesan performanya dalam pertandingan

(Jannah, 2017; Cox, 2002). Ketika atlet tengah berkonsentrasi, dia akan menyortir

informasi-informasi atau stimulus-stimulus yang tidak memfasilitasi performanya dan

fokus hanya pada informasi yang relevan bagi kemenangannya (Eysenck & Keane, 2005).

Tanpa konsentrasi yang baik, atlet dapat melakukan berbagai kesalahan dalam

performanya seperti gagal menampilan teknik yang telah dipelajari, kurang akuratnya

gerakan-gerakan olahraga yang seharusnya dilakukan, atau dalam panahan dapat juga

berarti gagalnya atlet memanah sasaran dengan poin tinggi (Indahwati & Ristanto, 2016;

Jannah, 2017).

Ketidakmampuan atlet dalam berkonsentrasi dapat disebabkan oleh adanya

stimulus-stimulus pengganggu yang berasal dari luar dan dalam diri atlet (Komarudin,

2013; Wilson, Peper, Schmid, 2006). Stimulus pengganggu konsentrasi yang berasal dari

luar diri atlet disebut juga stimulus eksternal. Contoh stimulus eksternal yang dapat

mengganggu konsentrasi atlet adalah kompetitor atau atlet lain, pelatih, panitia kompetisi,

penonton, dan lokasi kompetisi dilaksanakan. Sementara itu, stimulus pengganggu

konsentrasi yang berasal dari dalam diri atlet disebut stimulus internal. Contoh dari

stimulus internal ini dapat berupa kondisi fisik (misalnya atlet sedang tidak fit atau

mengalami cedera) maupun kondisi mental atlet (salah satunya adalah kecemasan). Jannah

(2016) men-definisikan kecemasan sebagai suatu perasaan tidak menyenangkan yang

disebabkan oleh situasi yang dianggap mengancam. Pada lingkup olahraga, situasi

ancaman yang dimaksud dapat berupa tekanan yang diarahkan pada diri atlet untuk

menampilkan performa terbaik. Setiap atlet dalam menghadapi suatu pertandingan pasti

mengalami rasa cemas juga stress hanya kadar yang dialami masing-masing atlet berbeda.

Perbedaan rasa cemas dan stress dikarenakan kemampuan serta cara dari masing-masing
atlet dalam menangani situasi dan juga dikarenakan perbedaan kepekaan toleransi atlet

terhadap suatu yang mungkin timbul menyebabkan kecemasan dan stress. Atlet diharapkan

bisa melatih aspek mental sejak dini agar dapat mengatasi kendala-kendala rasa cemas dan

stress pada saat menjelang pertandingan.

Kondisi fisik dan psikologis yang tidak prima akibat kecemasan yang atlet rasakan

dapat menjadi stimulus internal atlet yang dapat menghambat konsentrasinya. Oleh

karenanya, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara kecemasan dengan konsentrasi atlet biliar menjelang kompetisi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitan ini adalah apakah ada hubungan antara

kecemasan dengan tingkat konsentrasi atlet biliar menjelang kompetisi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecemasan

dengan tingkat konsentrasi atlet billiar menjelang kompetisi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan kontribusi pada bidang ilmu psikologi,

khususnya dalam bidang psikologi klinis mengenai ada tidaknya hubungan antara

kecemasan terhadap tingkat konsentrasi pada atlet biliar.

2. Manfaat Praktis

Penelitan ini bermanfaat bagi atlet, untuk mengetahui hubungan antara kecemasan

dengan tingkat konsentrasi atlet itu sendiri. Sehingga diharapkan, para atlet memiliki

kesadaran untuk mengelola tingkat kecemasan yang dimiliki agar dapat berkonsentrasi

dalam kompetisi.
E. Keaslian Penelitian

1.1. Tabel Keaslian Penelitian

No Judul Metode Subjek Judul Metode Subjek


Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Yang Penelitian
Terdahulu Terdahulu Terdahulu Yang Akan Akan Yang
Dilakukan Dilakukan Akan
Diambil
1 “Kecemasa kuantitatif 14 atlet Hubungan kuantitatif Atlet yang
n dan panahan antara tergabung
Konsentrasi Surabaya kecemasan dalam
Pada Atlet dengan dengan tingkat POBSI
Panahan” mengguna konsentrasi atlet Bali
(Jannah, kan teknik biliar menjelang dengan
2017). purposive kompetisi mengguna
sampling kan teknik
purposive
sampling

2 “Tingkat kuantitatif 40 atlet Hubungan kuantitatif Atlet yang


Kecemasan putra dan antara tergabung
dan Stress 35 atlet kecemasan dalam
Atlet putri dengan tingkat POBSI
Bulutangkis dengan konsentrasi atlet Bali
Menjelang mengguna biliar menjelang dengan
Kompetisi kan teknik kompetisi mengguna
POMNAS sampling kan teknik
XIII Tahun kuota purposive
2013 Di sampling
Daerah
Istimewa
Yogyakarta

(Mahakharis
ma, 2014).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

I. Pengertian Kecemasan

Menurut Singgih (1989: 147) kecemasan adalah perasaan tidak berdaya, tak

aman tanpa sebab yang jelas, kabur atau samar-samar. Kecemasan dalam

pertandingan akan menimbulkan tekanan emosi yang berlebihan yang dapat

mengganggu pelaksanaan pertandingan serta mempengaruhi penampilan atau

prestasi. Adapun menurut Levitt yang dikutip oleh Husdarta (2010: 73), “kecemasan

dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan subyektif akan ketakutan dan

meningkatkan kegairahan secara fisiologik.” Setiap orang pernah mengalami

kecemasan atau ketakutan terhadap berbagai situasi seperti takut dimarahi, takut

tidak naik kelas, takut gagal, takut tertabrak dan takut atau khawatir sebelum

bertanding.

Menurut Gunarsa (1996), kecemasan digambarkan sebagai suatu ketegangan

mental disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan individu merasa tidak

berdaya dan mengalami kelelahan karena senantiasa harus berada dalam keadaan

waspada. Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan subjektif terhadap

sesuatu yang ditandai dengan kekhawatiran, ketakutan, dan ketegangan (Husdarta,

2014). Kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disertai

dengan sensasi fisik yang membayangi individu terhadap bahaya yang akan datang

(Sarastika, 2014).
Berdasarkan definisi-definisi yang sudah disebutkan oleh beberapa tokoh,

dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu pikiran-pikiran dan perasaan yang

bersifat negatif dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan dalam fisik

maupun gangguan psikologis terhadap suatu peristiwa yang akan datang.

II. Jenis-Jenis Kecemasan

Menurut Mylsidayu (2014) kecemasan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

state anxiety, dan trait anxiety. Berikut merupakan penjelasan dari state anxiety serta

trait anxiety:

a. state anxiety

State anxiety merupakan suatu keadaan emosional yang terjadi secara

mendadak atau dalam waktu tertentu yang ditandai dengan kecemasan, rasa

takut, tegang, dan biasanya kecemasan ini terjadi menjelang pertandingan

dan didorong oleh lingkungan luar. Kecemasan lain yang biasanya dialami

oleh atlet dalam state anxiety adalah takut akan kegagalan dalam suatu

pertandingan atau pada saat tampil, takut akan kualitas prestasinya, takut

cedera, dan takut bahwa kondisi fisiknya tidak akan mampu menyelesaikan

tugas atau pertandingan dengan baik.

b. trait anxiety

Trait anxiety adalah rasa cemas yang merupakan suatu sifat pribadi

atau bawaan kecemasan dari diri atlet. Karakteristik atlet yang memiliki

kepribadian pencemas adalah sering merasa khawatir, tidak tenang, ragu dan

bimbang, kurangnya rasa percaya diri, gugup, sering mengeluh, mudah

tersinggung, dan membesar-besarkan masalah yang kecil.

III. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan


Menurut Harsono (1998: 266) ada lima faktor yang menyebabkan

kecemasan antara lain :

a. Takut kalau gagal dalam pertandingan. Ketakutan akan kegagalan

adalah ketakutan bila dikalahkan oleh lawan yang dianggap lemah

sehingga merupakan suatu ancaman terhadap ego atlet.

b. Takut cedera atau yang berkaitan dengan kondisi fisiologisnya.

Ketakutan akan serangan lawan yang dapat menyebabkan cedera

fisik merupakan ancaman yang serius bagi atlet.

c. Takut akan akibat sosial atas mutu prestasi mereka. Kecemasan

muncul akibat ketakutan akan dinilai secara negatif oleh ribuan

penonton yang merupakan ancaman terhadap harga diri atlet.

Kecenderungannya masyarakat akan memberikan penilaian positif

kepada atlet yang berhasil memenangkan pertandingan dan akan

cenderung memberikan penilaian yang negatif terhadap atlet yang

kalah. Pengakuan sekolah, hadiah, persetujuan teman dekat dan

pemberitaan surat kabar secara intensif serta kesempatan untuk ikut

serta di tingkat yang lebih tinggi dimungkinkan bagi atlet yang

berhasil.

d. Takut akan akibat agresi fisik baik yang dilakukan oleh lawan

maupun oleh diri sendiri.

e. Takut bahwa fisiknya tidak mampu menyelesaikan tugasnya atau

pertandingan dengan baik

IV. Sumber-sumber kecemasan

Menurut Mylsidayu (2014) terdapat dua buah sumber kecemasan antara lain

sumber kecemasan dari dalam dan sumber kecemasan dari luar.


a. Sumber kecemasan dari dalam

1. Atlet terlalu terpaku terhadap kemampuan teknisnya akibatnya atlet

didominasi oleh pikiran-pikiran yang terlalu membebani, seperti terus-

menerus berpikiran untuk harus bermain baik.

2. Munculnya pikiran-pikiran negatif seperti ketakutan akan dicemooh

oleh penonton jika tidak memperlihatkan penampilan terbaik.

3. Munculnya perasaan-perasaan khawatir pada atlet akan tidak

mampunya untuk memenuhi keinginan pihak luar seperti penonton, dan

pembina sehingga menimbulkan ketegangan baru.

b. Sumber kecemasan dari luar

1. Munculnya tuntutan maupun harapan dari luar sehingga menimbulkan

keraguan pada atlet. Keadaan seperti itu menyebabkan atlet mengalami

kebingungan untuk menentukan penampilannya, bahkan kehilangan

kepercayaan dirinya.

2. Pengaruh masa atau penonton.

3. Atlet akan merasakan ketegangan apa bila berhadapan bukan lawan

tandingnya.

4. Pembina atau pelatih sering menunjukan sikap yang tidak mau

memahami bahwa atlet harus menunjukan penampilan terbaiknya

dalam setiap pertandingan.

5. Hal-hal yang bersifat non-teknis seperti kondisi lapangan, cuaca yang

tidak bersahabat, dan peralatan yang tidak memadai.


B. Konsentrasi

I. Pengertian Konsentrasi

Konsentrasi adalah suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada

suatu objek tertentu dalam waktu tertentu (Maksum, 2011). Kemampuan konsentrasi

seseorang menentukan seberapa lama dapat melakukan konsentrasi, semakin baik

kemampuan konsentrasi maka semakin lama ia dapat melakukan konsentrasi.

Peranan konsentrasi dalam olahraga sangat penting, dengan berkurangnya atau

terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, terutama saat pertandingan, maka

akan timbul berbagai masalah (Suryanto,2011).

Konsentrasi adalah kemampuan atlet untuk memusatkan perhatian dan

pikiran hanya pada informasi yang penting bagi kesuksesan performanya dalam

pertandingan (Jannah, 2017; Cox, 2002). Ketika atlet tengah berkonsentrasi, dia akan

menyortir informasi-informasi atau stimulus-stimulus yang tidak memfasilitasi

performanya dan fokus hanya pada informasi yang relevan bagi kemenangannya

(Eysenck & Keane, 2005). Abernathy (2001) menjelaskan bahwa konsentrasi

merupakan aspek mental yang penting bagi kesuksesan atlet dalam menampilkan

performa terbaik.

II. Jenis-Jenis Konsentrasi

Menurut Weinberg dan Gould (2003), ada dua macam konsentrasi yang

dibutuhkan dalam bergantung pada cabang olahraga.


1) Pada sebagian cabang olahraga dibutuhkan konsentrasi pada beberapa

hal dalam satu waktu. Konsentrasi tersebut dibutuhkan pada cabang

olahraga tanding dan team, misalnya sepak bola dan karate, selain

berkonsentrasi untuk menjalankan teknik yang dimiliki, atlet harus

berkonsentrasi pada lawan atau teman dalam team.

2) Pada cabang olahraga lainnya dibutuhkan konsentrasi terpusat,padasatu

hal di satusaat. Konsentrasi ini dibutuhkan pada cabang olahraga tampil.

Atlet diberi waktu untuk menampilkan gerakan secara individu dan

dinilai oleh juri, misalnya senam dan lompat indah, atlet berkonsentrasi

penuh untuk menampilkan rangkaian gerakan tertentu dalam waktu

yang telah ditentukan. Atlet dengan kemampuan fisik, teknik dan

konsentrasi penuh akan mampu melakukan rangkaian gerakan secara

maksimal.

C. Atlet

I. Pengertian Atlet

Menurut Sukadiyanto (2010: 6) atlet atau olahragawan adalah seseorang yang

menggeluti (menekuni) dan aktif melakukan latihan untuk meraih prestasi pada

cabang olahraga yang dipilihnya. Sedangkan Profesional menurut Charles (2006: 21)

adalah suatu hal yang bersangkutan dengan profesi dan mengharuskan adanya

pembayaran untuk melakukannya. Jadi atlet profesional adalah seseorang yang

menggeluti dan aktif melakukan latihan untuk meraih prestasi dan mendapat hadiah

atau bayaran apabila memperoleh juara.

II. Komponen-Komponen yang Mempengaruhi Penampilan Atlet


Baik atau buruknya penampilan atlet di dalam suatu pertandingan, sangat

dipengaruhi oleh beberapa komponen. Menurut Gunarsa (2008) terdapat tiga

komponen yang memengaruhi penampilan atlet.

Komponen-komponen yang memengaruhi penampilan atlet adalah sebagai berikut:

a. Fisik

Komponen fisik terdiri dari stamina, kelenturan, dan juga koordinasi.

Membina dan melatih fisik sangat penting bagi atlet karena fisik merupakan

modal utama bagi atlet untuk menunjukan penampilan terbaiknya.

b. Teknik

Teknik merupakan keterampilan khusus yang harus dimiliki dan dikuasai

atlet. Sudah menjadi tugas utama atlet agar dapat mengembangkan

keterampilannya, untuk menampilkan performa yang maksimal melalui

bimbingan dan arahan dari pelatih.

c. Psikis

Perasaan-perasaan tegang atau cemas dapat menyebabkan atlet

mengalami penurunan dalam penampilannya. Peran pelatih sangat penting

untuk membantu atlet agar terlepas dari beban psikis yang utamanya

kecemasan, dengan menggunakan berbagai alternatif agar atlet tersebut dapat

menunjukan penampilan yang maksimal

D. POBSI

Di Indonesia wadah untuk melatih kemampuan bermain billiar dan sekaligus

wadah untuk mencetak bibit unggul dalam bidang olahraga biliar disebut POBSI

(Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia).


E. Hubungan Antar Variabel

Kecemasan Konsentrasi

Hipotesis Penelitian

H1: terdapat hubungan antara kecemasan dengan tingkat konsentrasi atlet biliar

menjelang kompetisi.

H0: tidak terdapat hubungan antara kecemasan dengan tingkat konsentrasi atlet

biliar menjelang kompetisi.


BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi atau korelasional. Penelitian

korelasional merupakan suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat

hubungan antara dua variable atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi

variable tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variable (Faenkel dan Wallen,

2008:328).

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk mendapatkan kesimpulan teoretis sebagai hasil akhir penelaahan keputusan,

identifikasi variabel-variabel utama yang hendak diteliti perlu dilakukan. Menurut

Kerlinger (dalam Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa variabel adalah suatu konstruk atau

sifat yang hendak dipelajari.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau

menjadi sebab timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012). Variabel bebas dalam

penelitian yang hendak dilakukan adalah kecemasan.


2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel tergantung

dalam penelitian yang hendak dilakukan adalah konsentrasi.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kecemasan

Kecemasan adalah suatu pikiran-pikiran dan perasaan yang bersifat negatif dan

dapat menimbulkan berbagai macam gangguan dalam fisik maupun gangguan psikologis

terhadap suatu peristiwa yang akan datang. Kecemasan tidak hanya menganggu proses

mental seseorang tetapi, kecemasan juga dapat menganggu aspek fisiologis seseorang

seperti detak jantung yang cepat, nafas yang berburu dan tak beraturan, berkeringat

berlebihan, dan tegangnya otot-otot tubuh.

Dalam penelitian ini hendak melihat apakah adanya hubungan antara kecemasan dan

tingkat konsentrasi atlet yang akan mengikuti kompetisi. Penelitian ini menggunakan

aspek-aspek kecemasan menurut Martens (dalam Jarvis, 1999) yang terdiri dari kecemasan

somatik dan kognitif. Kecemasan somatik mencakup respon-respon fisik individu, pada

saat merasakan kecemasan. Kecemasan kognitif mencakup respon-respon psikis atau

mental individu, pada saat merasakan kecemasan.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang dibuat sendiri

oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kecemasan yang bersumber dari Martens (dalam
Jarvis, 1999). Semakin tinggi total skor yang diperoleh melalui kuesioner maka, semakin

tinggi pula tingkat kecemasan. Sebaliknya semakin rendah total skor yang diperoleh

melalui kuisioner maka, semakin rendah tingkat kecemasan.

2. Konsentrasi

Konsentrasi adalah kemampuan atlet untuk memusatkan perhatian dan pikiran hanya

pada informasi yang penting bagi kesuksesan performanya dalam pertandingan. Dalam

penelitian ini hendak melihat apakah adanya hubungan antara kecemasan dan tingkat

konsentrasi atlet yang akan mengikuti kompetisi.

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Grid Concentration Exercise.

Alat ukur ini berbentuk tabel yang memuat secara acak angka dari 0-100. Cara

mengerjakan tes konsentrasi ini dengan mengurutkan angka-angka tersebut. Semakin

banyak angka yang berhasil diurutkan, maka semakin tinggi pula konsentrasi atlet (Harris

& Harris, 1984).

C. Subjek Dan Populasi Penelitian

1. Populasi

Pada penelitian kuantitatif, populasi dikatakan sebagai suatu wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek ataupun subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu,

yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari selanjutnya ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah atlet biliar Bali yang tergabung

dalam POBSI.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian kecil dari populasi (Sugiyono, 2014). Sampel secara

keseluruhan akan dilibatkan dalam penelitian ini.


Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2014). Dalam

penelitian ini tidak menggunakan teknik sampling tertentu karena merupakan penelitian

populasi. Jadi seluruh atlet yang tergabung dalam POBSI Bali dipilih menjadi subjek

penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert

dan Grid Concentration Exercise.

Skala Likert merupakan metode pengumpulan data yang berbentuk kuesioner dapat

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

mengenai fenomena tertentu (Sugiyono, 2013). Skala likert memiliki gradasi dari yang

bersifat positif hingga negatif (Sugiyono, 2013). Gradasi tersebut terdiri dari Sangat Setuju

(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk

item yang bersifat positif atau favorable dilakukan dengan urutan sebagai berikut: Sangat

Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2 dan,

Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1 dan untuk item yang bersifat negatif atau

unfavorable dilakukan dengan urutan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) diberi skor 1,

Setuju (S) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS)

diberi skor 4. Item yang bersifat positif atau favorable adalah item yang berisi konsep

prilaku yang sesuai dan mendukung atribut yang hendak diukur, sedangkan item yang
bersifat negatif atau unfavorable adalah item yang bersifat menentang dari item favorable

(Azwar, 2013).

Tabel 1.1

Blueprint alat ukur kecemasan


N Aspek Indikator
o

1 Somatik 1. Peningkatan denyut jantung


2. Gangguan pernafasan
3. Gangguan pada tenggorokan
4. Perasaan tidak tenang dan gelisah
5. Gangguan pada pecernaan
6. Gangguan buang air kecil
7. Ketegangan pada otot
8. Jemari atau anggota tubuh merasa
dingin
9. Anggota tubuh yang bergetar
10. Sensasi tercekik
2 Kogniti 1. Kekhawatiran dan ketakutan terhadap
f keramaian
2. Ragu-ragu
3. Pikiran akan kalah
4. Gangguan konsentrasi
5. Pikiran akan dihina pada saat
mengalami kekalahan
Total

Grid Concentration Exercise berbentuk tabel yang memiliki 100 kotak yang memuat

angka dari 01 sampai 100 secara acak.


Gambar 1.1

Grid Concentration Exercise

Dimana dalam pengerjaannya, subjek mengurutkan angka dari nilai yang terkecil

hingga nilai terbesar dengan cara menghubungkan melalui garis horizontal ataupun

vertical. Setiap subjek akan diberikan waktu sebesar 1 menit.

Gambar 1.2

Contoh Pengisian Tes Grid Concentration Exercise

Penilaian diambil dari angka yang terhubung dengan benar , yang dicapai oleh subjek

penelitian. Adapun kriteria penilaian dalam mengerjakan tes Grid Concentration Exercise,

sebagai berikut :

Tabel 1.2

Norma Penilaian Tes Konsentrasi

No Kriteria Keterangan
1 21 keatas Konsentrasi Sangat Baik
2 16-20 Konsentrasi Baik
3 11-15 Konsentrasi Sedang
4 6-10 Konsentrasi Kurang
5 5 kebawah Konsentrasi Sangat Kurang

E. Tata Laksana Penelitian

Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap pelaksanaan : (1) tahap persiapan penelitian, (2)

tahap uji coba, (3) tahap pengambilan data.

1. Tahap persiapan penelitian merupakan tahapan pertama dalam pelaksanaan

penelitian ini mencakup beberapa hal, diantaranya :

a) Mempersiapkan surat izin untuk melakukan penelitian yang akan

dilaksanakan.

b) Membuat informed consent yang berisikan persetujuan untuk turut

serta menjadi pastisipan dalam penelitian.

c) Mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Alat

ukur yang digunakan terdiri dari kuisioner terkait kecemasan dan

Grid Concentration Exercise.

d) Mempersiapkan uji alat ukur penelitian, yaitu uji validitas dan uji

reliabilitas.

2. Tahap uji coba merupakan tahap dimana menguji alat ukur kepada sample

yang memiliki karakteristik serupa dengan subjek penelitian. Dalam tahap ini,

memungkinkan peneliti untuk melihat aitem dari alat ukur yang gugur.
3. Tahap pengambilan data merupakan tahap dimana alat ukur sudah benar-

benar mengukur atribut yang ingin diteliti kepada subjek penelitian yang

sebenarnya.

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas Kecemasan

Validitas digunakan untuk mengetahui apakah skala mampu menghasilkan data yang

akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Diperlukan suatu proses pengujian validitas atau

validasi (Azwar, 2010). Penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya didapatkan pada fokus penelitian yang diteliti,

serta instrumen yang digunakan memenuhi syarat, yaitu memiliki validitas internal

(rasional) bila kriteria yang ada dalam instrument secara rasional (teoretis) telah

mencerminkan apa yang hendak diukur, sedangkan instrumen yang memiliki validitas

eksternal bila kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang ada

(Sugiyono, 2013). Kuesioner terkait dengan kecemasan nantinya akan diukur melalui

validitas ini. Pengukuran validitas isi akan dilakukan dengan SPSS 20.0 for Windows, yang

bertujuan untuk melihat kolerasi antara aitem dan total. Aitem-aitem alat ukur akan

dikatakan memiliki validitas yang baik apabila memiliki kolerasi aitem dan total lebih dari

atau sama dengan 0.25 (Azwar, 2012).

2. Reliabilitas Kecemasan
Reliabilitas adalah suatu metode penyajian tunggal atau single-trial administration

yang akan menghasilkan estimasi reliabilitas konsistensi internal (Azwar, 2010). Formula

konsistensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah formula alpha. Formula alpha

digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha, yang diperoleh dari sekali

penyajian skala pada kelompok responden. Setelah itu hasil yang didapatkan dari metode

single-trial administration akan dianalisa dengan alpha cronbach dengan menggunakan

bantuan program komputer yaitu SPSS 20.0 for Windows.

3. Validitas Konsentrasi

Validitas isi ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur atau tes yang dibuat

telah memenuhi validitas isi, maka dapat dilakukan dengan meminta penilaian dari orang

yang kompeten (Nisfiannoor, 2008, hlm. 213). Uji validitas tes Grid Concentration

Exercise ini diadopsi dari penelitian Qodriannisa puspaningrum (2013). Hasil validitas

yang ditemukan yaitu pengujian analisis daya pembeda yang menggunakan T-test. Bila t

hitung lebih besar datri t tabel (t hitung > t tabel), maka perbedaan itu signifikan dan

instrument itu valid. Berdasarkan perhitungan t tabel dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi 0,05, maka harga t tabel adalah 1, 86. Sehingga harga t hitung 8,771 > t tabel

1,86. Maka dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok skor

tinggi dan kelompok skor rendah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen valid.

4. Reliabilitas Konsentrasi

Untuk reliabilitas tes konsentrasi, peneliti tetap mengadopsi dari penelitian

yang dilakukan oleh Qodriannisa Puspaningrum (2013). Dari hasil perhitungan

korelasi diperoleh r hitung sebesar 0,96 sedangkan pada r tabel product moment

diketahui bahwa n (dalam hal ini yaitu jumlah responden) = 10 responden dengan
harga taraf signifikan 0,05 adalah sebesar 0,63 maka r hitung lebih besar dari r

tabel. Apabila merujuk pada tabel koefisien reliabilitas maka nila r hitung = 0,96

berada dikisaran 0,800-1,00 yang berarti bahwa reliabilitas sangat tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa instrument penelitian yang digunakan dapat dipercaya dan

reliabel.

G. Metode Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan yang mengelompokkan data berdasarkan

variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel serta jenis

responden, menyajikan data setiap variabel yang hendak diteliti, melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2013). Penelitian ini

mengumpulkan data dari hasil kuisioner kecemasan dan hasil tes Grid

Concentration Exercise.

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product

Moment. Korelasi Product Moment digunakan untuk menguji hubungan atau

korelasi antara variabel kecemasan dan variabel konsentrasi. Korelasi Product

Moment dipilih sebagai teknik analisis data sebab teknik tersebut memang

diperuntukkan bagi analisis hubungan antara dua variabel penelitian. Perhitungan

statistik dilakukan dengan bantuan program SPSS 20.0 for windows.

1. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Product Moment

untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecemasan dan tingkat konsentrasi atlet

biliar menjelang kompetisi. Pengujian hipotesis penelitian dengan uji beda dilakukan

dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut.

a. Jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 (α = ≥ 0,05) maka, H1 diterima dan

H0 ditolak.

b. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari pada 0,05 (α = ≤ 0,05) maka, H0 diterima dan

H1 ditolak.

H. Isu Etika

Penelitian yang memiliki sikap baik harus memperhatikan isu etika dalam jalannya

proses penelitian. Pada awal berjalannya penelitian eksperimen, peneliti wajib memberikan

informed consent terlebih dahulu kepada subjek yang akan ikut berpartisipasi dalam

penelitian yang akan dilaksanakan. Informed consent dalam hal ini berisi perjanjian serta,

hal-hal yang akan dilakukan selama proses jalannya penelitian.

Menurut (American Psychology Association [APA], 2010), prinsip-prinsip yang

terdapat dalam isu etika adalah sebagai berikut:

a. Prinsip menguntungkan dan tidak mencelakakan (Benefience and Non maleficence)

Prinsip ini menekankan bahwa penelitian yang hendak dilakukan berusaha untuk

menguntungkan dan tidak membahayakan ataupun mencelakakan subjek penelitian.

b. Prinsip privacy and confidentially


Prinsip ini menjunjung tinggi kerahasiaan data dari subjek yang ikut berpartisipasi

dalam penelitian yang dilaksanakan.

c. Adanya persetujuan dari subjek penelitian dan instansi terkait dengan mengisi

informed consent penelitian.

BAB IV

SCHEDULE PENELITIAN

Schedule Bulan Tahun


Penyusunan proposal Desembe 2018

r
Penyusunan alat ukur penelitian Januari 2019
Try out Februari 2019
Hasil analisis dan finalisasi skala Februari 2019
Pengumpulan data penelitian Maret 2019
Data entry dan analisis data penelitian April 2019
Draft laporan hasil penelitian April 2019
Presentasi seminar kecil untuk mendapatkan feedback Mei 2019
Finalisasi hasil penelitian dan laporan Juni 2019
Daftar Pustaka

Adiputra, G. B. A., & Budisetyani, I. P. W. (2018). RELAKSASI MEDITASI DAN

KECEMASAN BERTANDING PADA ATLET MENEMBAK DI

DENPASAR. Jurnal Psikologi Udayana, 5(2), 233-240.

American Psychology Association.(2010 Juni). APA Ethical Principle of Psychologist and

Code of Conduct. USA : American Psychology Association. Diakses dari

http://www.apa.org/ethics/code/principles.pdf. 19 Juli 2016.

Azwar, S. 2010. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2012. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. 2013. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gunarsa, S. 1996. Psikologi olahraga : teori dan praktik. Jakarta: Gunung Mulia.

Gunarsa, S. 2008. Psikologi olahraga prestasi. Jakarta: Gunung Mulia

Langenati, R. (2015). Pengaruh self-hypnosis terhadap konsentrasi pada atlet senam

artistik. Character: Jurnal Penelitian Psikologi., 3(3).

Larasati, D. M. (2017). PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN SEBELUM BERTANDING PADA ATLET FUTSAL PUTRI TIM

MUARA ENIM UNYTED.

Mahakharisma, R. (2014). TINGKAT KECEMASAN DAN STRESS ATLET

BULUTANGKIS MENJELANG KOMPETISI POMNAS XIII TAHUN 2013 DI

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

Puspaningrum, Q. (2013). Pengaruh Latihan Meditasi Otogenik Terhadap Peningkatan

Konsentrasi Latihan (Studi Eksperimen Terhadap Atlet Karete Kata Kei Shin Kan

Bandung). Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia.


Widyasari, M. (2013). Evaluasi Program Kerja POBSI (Persatuan Olahraga Biliar Seluruh

Indonesia) Kota Malang Tahun 2012. SKRIPSI Jurusan Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan-Fakultas Ilmu Keolahragaan UM.

Yazid, S., Kusmaedi, N., & Paramitha, S. T. (2016). HUBUNGAN KONSENTRASI

DENGAN HASIL PUKULAN JARAK JAUH (LONG SROKE) PADA CABANG

OLAHRAGA WOODBALL. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan, 1(1), 50-54.

Anda mungkin juga menyukai