Diajukan oleh:
Yusuf Eda Pamungkas
1402205056
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dahulu di Indonesia, biliar identik dengan olahraga yang selalu dimainkan oleh
para lelaki saja. Namun saat ini banyak wanita yang mulai menggemari olahraga biliar.
Bapak Putera Astaman, selaku mantan Ketua Umum PB. POBSI, berhasil menaikan Citra
Olahraga Biliar, di Indonesia dari Sekedar Olahraga Rekreasi menjadi Olahraga Prestasi.
Biliar jenis Pool telah berkembang menjadi salah satu cabang olahraga yang mampu ikut
Championship (kejuaraan dunia biliar jenis pool untuk nomor bola 9) tahun 2006 kemarin,
Roy Apancho berhasil masuk ke jajaran pemain 64 besar dunia. Apsi Chaniago berhasil
Pada pesta olahraga antar bangsa SEA Games XXIV, 2007 yang lalu, terjadi
kejutan peningkatan prestasi secara luar biasa pula pada cabang olahraga Biliar jenis Pool,
dengan mampunya diraih Medali Emas nomor bola 8, Wanita Perorangan sekaligus Medali
Perak nomor bola 9, Wanita Perorangan oleh seorang Atlet Muda Usia yakni Angeline
Magdalena Ticoalu serta Medali Emas nomor bola 9, Pria Perorangan oleh Ricky Yang.
Saat ini prestasi cabang olahraga biliar di Indonesia cenderung kurang memuaskan seperti
masuk dalam kategori cabang olahraga konsentrasi, sehingga sangat dibutuhkan ketahanan
dan pemahaman mental yang benar serta harus ditunjang oleh kemampuan fisik yang
hanya pada informasi yang penting bagi kesuksesan performanya dalam pertandingan
(Jannah, 2017; Cox, 2002). Ketika atlet tengah berkonsentrasi, dia akan menyortir
fokus hanya pada informasi yang relevan bagi kemenangannya (Eysenck & Keane, 2005).
Tanpa konsentrasi yang baik, atlet dapat melakukan berbagai kesalahan dalam
performanya seperti gagal menampilan teknik yang telah dipelajari, kurang akuratnya
gerakan-gerakan olahraga yang seharusnya dilakukan, atau dalam panahan dapat juga
berarti gagalnya atlet memanah sasaran dengan poin tinggi (Indahwati & Ristanto, 2016;
Jannah, 2017).
stimulus-stimulus pengganggu yang berasal dari luar dan dalam diri atlet (Komarudin,
2013; Wilson, Peper, Schmid, 2006). Stimulus pengganggu konsentrasi yang berasal dari
luar diri atlet disebut juga stimulus eksternal. Contoh stimulus eksternal yang dapat
mengganggu konsentrasi atlet adalah kompetitor atau atlet lain, pelatih, panitia kompetisi,
konsentrasi yang berasal dari dalam diri atlet disebut stimulus internal. Contoh dari
stimulus internal ini dapat berupa kondisi fisik (misalnya atlet sedang tidak fit atau
mengalami cedera) maupun kondisi mental atlet (salah satunya adalah kecemasan). Jannah
disebabkan oleh situasi yang dianggap mengancam. Pada lingkup olahraga, situasi
ancaman yang dimaksud dapat berupa tekanan yang diarahkan pada diri atlet untuk
menampilkan performa terbaik. Setiap atlet dalam menghadapi suatu pertandingan pasti
mengalami rasa cemas juga stress hanya kadar yang dialami masing-masing atlet berbeda.
Perbedaan rasa cemas dan stress dikarenakan kemampuan serta cara dari masing-masing
atlet dalam menangani situasi dan juga dikarenakan perbedaan kepekaan toleransi atlet
terhadap suatu yang mungkin timbul menyebabkan kecemasan dan stress. Atlet diharapkan
bisa melatih aspek mental sejak dini agar dapat mengatasi kendala-kendala rasa cemas dan
Kondisi fisik dan psikologis yang tidak prima akibat kecemasan yang atlet rasakan
dapat menjadi stimulus internal atlet yang dapat menghambat konsentrasinya. Oleh
karenanya, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitan ini adalah apakah ada hubungan antara
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecemasan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan kontribusi pada bidang ilmu psikologi,
khususnya dalam bidang psikologi klinis mengenai ada tidaknya hubungan antara
2. Manfaat Praktis
Penelitan ini bermanfaat bagi atlet, untuk mengetahui hubungan antara kecemasan
dengan tingkat konsentrasi atlet itu sendiri. Sehingga diharapkan, para atlet memiliki
kesadaran untuk mengelola tingkat kecemasan yang dimiliki agar dapat berkonsentrasi
dalam kompetisi.
E. Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan
I. Pengertian Kecemasan
Menurut Singgih (1989: 147) kecemasan adalah perasaan tidak berdaya, tak
aman tanpa sebab yang jelas, kabur atau samar-samar. Kecemasan dalam
prestasi. Adapun menurut Levitt yang dikutip oleh Husdarta (2010: 73), “kecemasan
kecemasan atau ketakutan terhadap berbagai situasi seperti takut dimarahi, takut
tidak naik kelas, takut gagal, takut tertabrak dan takut atau khawatir sebelum
bertanding.
mental disertai dengan gangguan tubuh yang menyebabkan individu merasa tidak
berdaya dan mengalami kelelahan karena senantiasa harus berada dalam keadaan
2014). Kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disertai
dengan sensasi fisik yang membayangi individu terhadap bahaya yang akan datang
(Sarastika, 2014).
Berdasarkan definisi-definisi yang sudah disebutkan oleh beberapa tokoh,
dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu pikiran-pikiran dan perasaan yang
bersifat negatif dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan dalam fisik
Menurut Mylsidayu (2014) kecemasan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
state anxiety, dan trait anxiety. Berikut merupakan penjelasan dari state anxiety serta
trait anxiety:
a. state anxiety
mendadak atau dalam waktu tertentu yang ditandai dengan kecemasan, rasa
dan didorong oleh lingkungan luar. Kecemasan lain yang biasanya dialami
oleh atlet dalam state anxiety adalah takut akan kegagalan dalam suatu
pertandingan atau pada saat tampil, takut akan kualitas prestasinya, takut
cedera, dan takut bahwa kondisi fisiknya tidak akan mampu menyelesaikan
b. trait anxiety
Trait anxiety adalah rasa cemas yang merupakan suatu sifat pribadi
atau bawaan kecemasan dari diri atlet. Karakteristik atlet yang memiliki
kepribadian pencemas adalah sering merasa khawatir, tidak tenang, ragu dan
berhasil.
d. Takut akan akibat agresi fisik baik yang dilakukan oleh lawan
Menurut Mylsidayu (2014) terdapat dua buah sumber kecemasan antara lain
kepercayaan dirinya.
tandingnya.
I. Pengertian Konsentrasi
suatu objek tertentu dalam waktu tertentu (Maksum, 2011). Kemampuan konsentrasi
terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, terutama saat pertandingan, maka
pikiran hanya pada informasi yang penting bagi kesuksesan performanya dalam
pertandingan (Jannah, 2017; Cox, 2002). Ketika atlet tengah berkonsentrasi, dia akan
performanya dan fokus hanya pada informasi yang relevan bagi kemenangannya
merupakan aspek mental yang penting bagi kesuksesan atlet dalam menampilkan
performa terbaik.
Menurut Weinberg dan Gould (2003), ada dua macam konsentrasi yang
olahraga tanding dan team, misalnya sepak bola dan karate, selain
dinilai oleh juri, misalnya senam dan lompat indah, atlet berkonsentrasi
maksimal.
C. Atlet
I. Pengertian Atlet
menggeluti (menekuni) dan aktif melakukan latihan untuk meraih prestasi pada
cabang olahraga yang dipilihnya. Sedangkan Profesional menurut Charles (2006: 21)
adalah suatu hal yang bersangkutan dengan profesi dan mengharuskan adanya
menggeluti dan aktif melakukan latihan untuk meraih prestasi dan mendapat hadiah
a. Fisik
Membina dan melatih fisik sangat penting bagi atlet karena fisik merupakan
b. Teknik
c. Psikis
untuk membantu atlet agar terlepas dari beban psikis yang utamanya
D. POBSI
wadah untuk mencetak bibit unggul dalam bidang olahraga biliar disebut POBSI
Kecemasan Konsentrasi
Hipotesis Penelitian
H1: terdapat hubungan antara kecemasan dengan tingkat konsentrasi atlet biliar
menjelang kompetisi.
H0: tidak terdapat hubungan antara kecemasan dengan tingkat konsentrasi atlet
METODE PENELITIAN
hubungan antara dua variable atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi
variable tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variable (Faenkel dan Wallen,
2008:328).
Kerlinger (dalam Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa variabel adalah suatu konstruk atau
1. Variabel Bebas
Variabel bebas atau variabel independen adalah variabel yang memengaruhi atau
menjadi sebab timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2012). Variabel bebas dalam
Variabel tergantung atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012). Variabel tergantung
1. Kecemasan
Kecemasan adalah suatu pikiran-pikiran dan perasaan yang bersifat negatif dan
dapat menimbulkan berbagai macam gangguan dalam fisik maupun gangguan psikologis
terhadap suatu peristiwa yang akan datang. Kecemasan tidak hanya menganggu proses
mental seseorang tetapi, kecemasan juga dapat menganggu aspek fisiologis seseorang
seperti detak jantung yang cepat, nafas yang berburu dan tak beraturan, berkeringat
Dalam penelitian ini hendak melihat apakah adanya hubungan antara kecemasan dan
tingkat konsentrasi atlet yang akan mengikuti kompetisi. Penelitian ini menggunakan
aspek-aspek kecemasan menurut Martens (dalam Jarvis, 1999) yang terdiri dari kecemasan
somatik dan kognitif. Kecemasan somatik mencakup respon-respon fisik individu, pada
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur yang dibuat sendiri
oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kecemasan yang bersumber dari Martens (dalam
Jarvis, 1999). Semakin tinggi total skor yang diperoleh melalui kuesioner maka, semakin
tinggi pula tingkat kecemasan. Sebaliknya semakin rendah total skor yang diperoleh
2. Konsentrasi
Konsentrasi adalah kemampuan atlet untuk memusatkan perhatian dan pikiran hanya
pada informasi yang penting bagi kesuksesan performanya dalam pertandingan. Dalam
penelitian ini hendak melihat apakah adanya hubungan antara kecemasan dan tingkat
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Grid Concentration Exercise.
Alat ukur ini berbentuk tabel yang memuat secara acak angka dari 0-100. Cara
banyak angka yang berhasil diurutkan, maka semakin tinggi pula konsentrasi atlet (Harris
1. Populasi
yang terdiri atas obyek ataupun subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu,
yang sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari selanjutnya ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah atlet biliar Bali yang tergabung
dalam POBSI.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian kecil dari populasi (Sugiyono, 2014). Sampel secara
penelitian ini tidak menggunakan teknik sampling tertentu karena merupakan penelitian
populasi. Jadi seluruh atlet yang tergabung dalam POBSI Bali dipilih menjadi subjek
penelitian.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert
Skala Likert merupakan metode pengumpulan data yang berbentuk kuesioner dapat
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
mengenai fenomena tertentu (Sugiyono, 2013). Skala likert memiliki gradasi dari yang
bersifat positif hingga negatif (Sugiyono, 2013). Gradasi tersebut terdiri dari Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian skor untuk
item yang bersifat positif atau favorable dilakukan dengan urutan sebagai berikut: Sangat
Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2 dan,
Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1 dan untuk item yang bersifat negatif atau
unfavorable dilakukan dengan urutan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS) diberi skor 1,
Setuju (S) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS)
diberi skor 4. Item yang bersifat positif atau favorable adalah item yang berisi konsep
prilaku yang sesuai dan mendukung atribut yang hendak diukur, sedangkan item yang
bersifat negatif atau unfavorable adalah item yang bersifat menentang dari item favorable
(Azwar, 2013).
Tabel 1.1
Grid Concentration Exercise berbentuk tabel yang memiliki 100 kotak yang memuat
Dimana dalam pengerjaannya, subjek mengurutkan angka dari nilai yang terkecil
hingga nilai terbesar dengan cara menghubungkan melalui garis horizontal ataupun
Gambar 1.2
Penilaian diambil dari angka yang terhubung dengan benar , yang dicapai oleh subjek
penelitian. Adapun kriteria penilaian dalam mengerjakan tes Grid Concentration Exercise,
sebagai berikut :
Tabel 1.2
No Kriteria Keterangan
1 21 keatas Konsentrasi Sangat Baik
2 16-20 Konsentrasi Baik
3 11-15 Konsentrasi Sedang
4 6-10 Konsentrasi Kurang
5 5 kebawah Konsentrasi Sangat Kurang
Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap pelaksanaan : (1) tahap persiapan penelitian, (2)
dilaksanakan.
d) Mempersiapkan uji alat ukur penelitian, yaitu uji validitas dan uji
reliabilitas.
2. Tahap uji coba merupakan tahap dimana menguji alat ukur kepada sample
yang memiliki karakteristik serupa dengan subjek penelitian. Dalam tahap ini,
memungkinkan peneliti untuk melihat aitem dari alat ukur yang gugur.
3. Tahap pengambilan data merupakan tahap dimana alat ukur sudah benar-
benar mengukur atribut yang ingin diteliti kepada subjek penelitian yang
sebenarnya.
1. Validitas Kecemasan
Validitas digunakan untuk mengetahui apakah skala mampu menghasilkan data yang
akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Diperlukan suatu proses pengujian validitas atau
validasi (Azwar, 2010). Penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya didapatkan pada fokus penelitian yang diteliti,
serta instrumen yang digunakan memenuhi syarat, yaitu memiliki validitas internal
(rasional) bila kriteria yang ada dalam instrument secara rasional (teoretis) telah
mencerminkan apa yang hendak diukur, sedangkan instrumen yang memiliki validitas
eksternal bila kriteria di dalam instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang ada
(Sugiyono, 2013). Kuesioner terkait dengan kecemasan nantinya akan diukur melalui
validitas ini. Pengukuran validitas isi akan dilakukan dengan SPSS 20.0 for Windows, yang
bertujuan untuk melihat kolerasi antara aitem dan total. Aitem-aitem alat ukur akan
dikatakan memiliki validitas yang baik apabila memiliki kolerasi aitem dan total lebih dari
2. Reliabilitas Kecemasan
Reliabilitas adalah suatu metode penyajian tunggal atau single-trial administration
yang akan menghasilkan estimasi reliabilitas konsistensi internal (Azwar, 2010). Formula
konsistensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah formula alpha. Formula alpha
digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha, yang diperoleh dari sekali
penyajian skala pada kelompok responden. Setelah itu hasil yang didapatkan dari metode
3. Validitas Konsentrasi
Validitas isi ini bertujuan untuk mengetahui apakah alat ukur atau tes yang dibuat
telah memenuhi validitas isi, maka dapat dilakukan dengan meminta penilaian dari orang
yang kompeten (Nisfiannoor, 2008, hlm. 213). Uji validitas tes Grid Concentration
Exercise ini diadopsi dari penelitian Qodriannisa puspaningrum (2013). Hasil validitas
yang ditemukan yaitu pengujian analisis daya pembeda yang menggunakan T-test. Bila t
hitung lebih besar datri t tabel (t hitung > t tabel), maka perbedaan itu signifikan dan
instrument itu valid. Berdasarkan perhitungan t tabel dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi 0,05, maka harga t tabel adalah 1, 86. Sehingga harga t hitung 8,771 > t tabel
1,86. Maka dapat dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok skor
tinggi dan kelompok skor rendah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen valid.
4. Reliabilitas Konsentrasi
korelasi diperoleh r hitung sebesar 0,96 sedangkan pada r tabel product moment
diketahui bahwa n (dalam hal ini yaitu jumlah responden) = 10 responden dengan
harga taraf signifikan 0,05 adalah sebesar 0,63 maka r hitung lebih besar dari r
tabel. Apabila merujuk pada tabel koefisien reliabilitas maka nila r hitung = 0,96
berada dikisaran 0,800-1,00 yang berarti bahwa reliabilitas sangat tinggi. Hal ini
reliabel.
variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel serta jenis
mengumpulkan data dari hasil kuisioner kecemasan dan hasil tes Grid
Concentration Exercise.
Moment dipilih sebagai teknik analisis data sebab teknik tersebut memang
1. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji korelasi Product Moment
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecemasan dan tingkat konsentrasi atlet
biliar menjelang kompetisi. Pengujian hipotesis penelitian dengan uji beda dilakukan
a. Jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 (α = ≥ 0,05) maka, H1 diterima dan
H0 ditolak.
b. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari pada 0,05 (α = ≤ 0,05) maka, H0 diterima dan
H1 ditolak.
H. Isu Etika
Penelitian yang memiliki sikap baik harus memperhatikan isu etika dalam jalannya
proses penelitian. Pada awal berjalannya penelitian eksperimen, peneliti wajib memberikan
informed consent terlebih dahulu kepada subjek yang akan ikut berpartisipasi dalam
penelitian yang akan dilaksanakan. Informed consent dalam hal ini berisi perjanjian serta,
Prinsip ini menekankan bahwa penelitian yang hendak dilakukan berusaha untuk
c. Adanya persetujuan dari subjek penelitian dan instansi terkait dengan mengisi
BAB IV
SCHEDULE PENELITIAN
r
Penyusunan alat ukur penelitian Januari 2019
Try out Februari 2019
Hasil analisis dan finalisasi skala Februari 2019
Pengumpulan data penelitian Maret 2019
Data entry dan analisis data penelitian April 2019
Draft laporan hasil penelitian April 2019
Presentasi seminar kecil untuk mendapatkan feedback Mei 2019
Finalisasi hasil penelitian dan laporan Juni 2019
Daftar Pustaka
Gunarsa, S. 1996. Psikologi olahraga : teori dan praktik. Jakarta: Gunung Mulia.
Konsentrasi Latihan (Studi Eksperimen Terhadap Atlet Karete Kata Kei Shin Kan