DISUSUN OLEH :
NIM : P07120321061
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MASOHI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA KLIEN Ny.S DENGAN DIAGNOSA HEMAPARESES SINISTRA
DIRUANG PERAWATAN ASOKA RSUD MASOHI
DISUSUN OLEH :
NIM : P07120321061
Mengesahkan,
(……………………………..) (..……………………………)
NIP NIP
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang aha Esa, karea atas penyertaanya- nya, saya dapat
menyelesaikan makalah yang bejudul “ Asuhan Keperawatan pada pasien Hemaparises Sinistra ”
dengan waktu yang tepat.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah. Selain
itu, makalah ini juga betujuan menbah wawasan tentang bagaimana dan seperti apa Asuhan
Kepeawatan pada pasien Hemaarises sinistra bagi para pembaca dan juga penulis.
saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu, saran dan kritik yang
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................ 1
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................................2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................... 3
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... 4
A. KONSEP MEDIS..................................................................................................................... 5
2. Etiologi Hemapareses.......................................................................................................... 5
3. Patofisiologis Hemaparasse................................................................................................6
5. Komplikasi Hemaparises.....................................................................................................8
6. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................................8
7. Penatalaksanaan Hemaparises.........................................................................................10
1. Pengkajian Keperawatan...................................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................14
3. Perencanaan Keperawatan...............................................................................................15
4. Implementasi Keperawatan...............................................................................................15
5. Evaluasi............................................................................................................................. 15
A. Pengkajian Keperawatan.......................................................................................................16
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................... 16
C. Intervensi Keperawatan.........................................................................................................16
D. Implementasi Keperawatan...................................................................................................16
E. Evaluasi Keperawatan........................................................................................................... 16
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
B. Defenisi Hemapareses Sinistra
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala- gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular
(Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga
timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya
aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani,
2009)
Pada stroke ini, lesi vaskuler intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan
langsung ke dalam jaringan otak. Peradarahan secara cepat menimbulkan gejala neurogenik
karena tekanan pada struktur- struktur saraf di dalam tengkorak. Iskemia adalah konsekuensi
sekunder dari perdarahan baik yang spontan maupun traumatik. Mekanisme terjadinya iskemia
tersebut karena adanya tekanan pada pembuluh darah akibat ekstravasasi darah ke dalam
tengkorak yang volumenya tetap dan vasopasme reaktif pembuluh-pembuluh darah yang terpajan
di dalam ruang antara lapisan arknoid dan piameter meningen.
C. Etiologi Hemapareses
Aliran darah ke otak bisa menurun dengan beberapa cara. Iskemia terjadi ketika suplai
darah ke bagian otak terganggu atau tersumbat. Iskemia biasanya terjadi karena trombosis
atau embolik. Stroke yang terjadi karena trombosis lebih sering terjadi dibandingkan karena
embolik.
Stroke bisa juga merupakan “pembuluh darah besar” dan “pembuluh darah kecil”.
Stroke pada pembuluh darah besar disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri
serebral utama seperti pada karotid interna, serebal anterior, serebral media, serebral
posterior, vertebral, dan arteri basilaris. Stroke pembuluh darah kecil terjadi pada cabang
dari pembuluh darah besar yang masuk ke bagian lebih dalam bagian otak (Joyce&Jane,
2014) Trombosis
Penggumpalan mulai terjadi dari adanya kerusakan pada bagian garis endotelial dari
pembuluh darah. Aterosklerosis merupakan penyebab utama yang menyebabkan zat lemat
tertumpuk dan membentuk plak pada dinding pembuluh darah. Plak ini terus membesar dan
menyebabkan penyempitan terjadi karena inflamasi pada arteri atau disebut arteritis.
Trombus bisa terjadi di semua bagian sepanjang arteri karotis. Bagian yang biasa terjadi
penyumbatan adalah di bagian yang mengarah pada percabangan dari karotid utama ke bagian
dalam dan luar dari arteri karotid. Stroke karena trombosis adalah tipe yang paling sering terjadi
pada organ dengan diabetes.
Embolisme Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas
dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
kurang dari 10 – 30 detik.
Perdarahan (hemoragik)
D. Patofisiologis Hemaparasse
Hemiparese (kelemahan) atau hemiplegia dari satu bagian dari tubuh bisa terjadi setelah
stroke. Penurunan kemampuan ini biasanya disebabkan oleh stroke arteri serebral anterior atau
media sehingga mengakibatkan infark pada bagian otak yang mengontrol gerakan saraf
begitupun sebaliknya. Hemiparesis atau hemiplegia biasanya sering disertai tanda gejala
seperti kehilangan sensori sebagian, apraksia, agnosia dan afasia.
H. Penatalaksanaan Hemaparises
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak,
sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan
awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol /
memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan
perdarahan pada fase akut. trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalasakanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa
penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas.
Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan
kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
5. Menempatkan klien dengan posisi yang tepat, harus diubah setiap 2 jam sekali
dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang paling
penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap
lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem
digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan. Pada
keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk
menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
b. Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus frontal, dan
hemisfer.
c. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik klien.
Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien mengalami perubahan.
d. Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain
damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
e. Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang memengaruhi fungsi dari serebral.
Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior
(area Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan
atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior (area
Broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab
dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan
bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir
rambutnya.
1.
Pengkajian Saraf Kranial
Menurut Wijaya & Putri (2013) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I - XII.
a. Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
b. Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara mata dan
korteks visual. Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek
dalam area spasial) sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat
memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke
bagian tubuh.
c. Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis pada tubuh.
d. Satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi
yang sakit.
e. Saraf V. Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan paralisis saraf trigenimus, penurunan
kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral,
serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
f. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke
bagian sisi yang sehat.
g. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
h. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
i. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
j. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan
normal.
2.
Pengkajian Sistem Motorik
Stroke adalah penyakit saraf motorik atas (UMN) dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter
terhadap gerakan motorik. Oleh karena UMN bersilangan, gangguan kontrol motor volunter
pada salah satu sisi tubuhh dapat menunjukkan kerusakan pada UMN di sisi berlawanan dari
otak.
a. Inspeksi Umum.: Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi
otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuhh adalah tanda yang
lain.
b. Fasikulasi.: Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
1.
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan suplai O2 ke Otak menurun
2.
Gangguan Mobilitas Fisik
3.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuhh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi, kelemahan otot menelan.
4.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan kerusakan neurovaskular &
neuromuskular
5.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuscular, kerusakan
sentral bicara.
6.
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik , psikososial.
C. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
D. Implementasi Keperawatan
DISUSUN OLEH :
NIM : P07120321061
Mengesahkan,
(……………………………..) (..……………………………)
NIP NIP
DAFTAR PUSTAKA
1. Kimberly A.J B, ed. KAPITA SELEKTA PENYAKIT. 2nd ed. Penerbit Buku Kedokteran ( EGC);
2014.
2. Batticaca Fransisca B. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta.
3. Dipianur Winda. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Stroke.
Gofir Abdul. 2009. Manajemen Stroke. Pustaka Cendekia Press: Jogjakarta.
4. Irfan Muhammad. 2012. Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Edisi ke-2. Graha Ilmu:
Jogjakarta.
5. Israr Yayan A. 2008. Stroke. Riau.
Junaidi Iskandar. 2005. Panduan Paktis Pencegahan & Pengobatan Stroke. PT
Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.
6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan
Republlik Indonesia Nomor 376/MENKES/SK/III/2007. Jakarta.
7. Putro Florentinus H. 2007. Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Pasien Post
Stroke Non Hemoragik Stadium “Recovery”. Karya Tulis Ilmiah
Surakarta: Politeknik Kesehatan Surakarta.