Anda di halaman 1dari 8

Perspektif Islam sebagai Sumber Hukum dan Umat Muslim

sebagai Pengguna Layanan Produk Lembaga Pembiayaan


Berupa PayLater

Mohammad Nur Muhajir M (20108040116)


20108040116@student.uin-suka.ac.id
Ayub Rosyidin (21108040081)
21108040081@student.uin-suka.ac.id
Alif Kahlil Gibran (21108040105)
21108040081@student.uin-suka.ac.id
Robi Husain Fathdilah (21108040125)
21108040125@student.uin-suka.ac.id
Zaky Muhamad Hikam (21108040130)
21108040130@student.uin-suka.ac.id
Wasis Yanto (21108040131)
21108040131@student.uin-suka.ac.id

Program Studi Akuntansi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan dari islam sebagai


sumber hukum dan umat muslim terhadap PayLater. PayLater
merupakan produk pembiayaan dengan konsep beli sekarang, bayar nanti.
Penelitian ini juga guna mengetahui apakah PayLater lebih banyak
maslahatnya daripada mudharatnya, atau sebaliknya. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
Metode pengisian data yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama
adalah studi literatur tentang pendapat para ahli agama, dan yang kedua
berupa kuesioner atau google form kepada para pengguna PayLater.

Kata kunci: Pembiayaan, Paylater, Hukum Islam, Ekonomi Syariah

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya demi mencapai kepuasan jasmani maupun rohani untuk
keberlangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari manusia
tidak akan pernah merasa puas, setiap salah satu kebutuhan atau keinginan
manusia telah tercapai pasti akan muncul nafsu baru yang mendorong
seseorang untuk memakai sumber daya yang tersedia. Ketika keinginan dan
kebutuhan dari nafsu yang dimiliki manuisa terus mengalami keberlanjutan,
manusia akan menjadi sosok yang tidak pernah merasa puas. Namun di sisi
lain, ketika manusia tidak pernah merasa puas, sumber daya serta faktor
produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, relatif terbatas.
Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya kelangkaan karena sumber daya
yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Akan tetapi bukan
berarti kebutuhan manusia harus dikurangkan atau dihilangkan, yang terpenting
adalah bagaimana manusia bisa berfikir rasional untuk memilih serta
membedakan antara kebutuhan dengan keinginan untuk menjaga
keberlangsungan hidupnya.

Berhubungan dengan alat pemuasan kebutuhan serta sumber daya yang


dimiliki manusia sifatnya terbatas, dewasa ini mulai berkembang produk
pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan manusia berupa PayLater. Produk
pembiayaan Paylater tidak terlepas dari perkembangan teknologi global yang
menjadi sarana untuk memudahkan segala urusan manusia. Ketika kita tidak
memiliki dana atau sumber daya untuk membeli sesuatu, perkembangan
teknologi global memunculkan alternatif baru untuk mengatasi hal tersebut
yaitu PayLater. PayLater bisa di definisikan sebagai cara membeli suatu
barang tapi yang bersangkutan untuk membeli melakukan pembayarannya di
kemudian hari. Jadi, semisal ketika seseorang membeli produk, akan terdapat
perusahaaan atau lembaga yang akan menalangi pembayaran terlebih dahulu.
Kemudian, orang yang bersangkutan tersebut akan membayar tagihan sesuai
dengan tanggal jatuh tempo pada bulan selanjutnya kepada perusahaan
penalang tersebut.

Dari segi mekanisme, produk PayLater ini memberikan pembayaran


tertunda dari proses transaksi yang dilakukan di marketplace tertentu atau
mitra bisnis dari marketplace tertentu. Misalnya, OVO Paylater merupakan
produk yang diusung Grab yang membantu penggunanya untuk memesan
layanan dan bahan makanan yang ditawarkan oleh Grab. Setelah saldo OVO
pengguna habis, pengguna bisa mengajukan skema PayLater. Ini berarti
pengguna dapat melakukan membayar nanti atau periode waktu selanjutnya.

Jadi jika seseorang mendapatkan akses, kredit OVO tidak cukup dan
kekurangannya dapat diganti nanti oleh pembayar. Sekilas, pengguna OVO
merasa mudah. Tidak hanya Grab, beberapa produsen lain juga menggunakan
sistem pembayaran yang sama. Shopee adalah salah satu produsen tersebut.
Ketika penggunanya melakukan pembelian suatu barang melalui online,
Shopee PayLater memberikan cara yang mudah dan tepat waktu kepada
pengguna untuk membayar pembelian barang elektronik, aksesoris, pakaian
dan kebutuhan lainnya.

Masyarakat didorong untuk bisa memenuhi segala kebutuhan dan


keinginannya seperti berbelanja kebutuhan hingga traveling tanpa harus
menunggu untuk mempunyai dana yang cukup, sebab sekarang ada fitur cicilan
kartu kredit digital yaitu PayLater. Dapat dibilang, kini PayLater menjadi
alternatif pembayaran yang digemari oleh masyarakat. Akan tetapi di Indonesia
yang mayoritas penduduknya beragama Islam masih urangnya pengetahuan
akan agama Islam membuat orang larut dalam kenikmatan kemudahan layanan
yang dihasilkan teknologi tersebut.

Peneliti-peneliti terdahulu telah mengungkapkan bahwa berbelanja dengan


PayLater termasuk kedalam praktik riba ketika pembeli melakukan
pembayaran dengan mencicil disertai bunga atau tambahan dalam suatu
aplikasi atau marketplace. Disisi lain terdapat banyak kekurangan dari
PayLater mulai dari tingkat keamanan, tingkat tagihan yang memungkinkan
membengkak, menjadikan sesorang lebih konsumtif, dan sebagainya.
Meskipun besar kelebihan yang didapat dari adanya PayLater, tapi juga tidak
lepas dari seberapa besar juga kerugian yang didapat. Menindaklanjuti hal
tersebut diperlukannya penelitian lanjutan terkait hukum, kelebihan dan
kekurangan, serta urgensi dari pemakaian PayLater ini.

Berdasarkan uraian di atas, para peneliti berusaha untuk meneliti lebih


mendalam terkait penggunaan PayLater apakah akan berpengaruh terhadap
hukum Islam. Sehingga para peneliti tertarik untuk mengadakan sebuah
penelitian dalam tugas penelitian yang berjudul “Perspektif Islam sebagai
Sumber Hukum dan Umat Muslim sebagai Masyarakat Pengguna Terhadap
Produk Lembaga Pembiayaan PayLater”

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:


1. Meninjau kembali hukum Islam terhadap praktik pembiayaan PayLater
dari penelitian terdahulu.
2. Mengetahui seberapa penting penggunaan PayLater bagi masyarakat
khususnya umat muslim pada era society 5.0
3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan dari PayLater, apakah lebih banyak
maslahat atau mudharatnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoretis

Konsep utama dari produk pembiayaan kekinian ini adalah “beli sekarang
bayar nanti”. Fitur PayLater sangat cepat berkembang karena kemajuan
teknologi sistem pembayaran di e-commerce besar seperti Tokopedia, Shopee,
Traveloka, Bukalapak, Kredivo, Akulaku, Gojek, dan lain sebagainya yang
dapat mendukung masyarakat untuk turut mencoba dan merasakan manfaat
dari fitur PayLater. Masyarakat didorong untuk bisa memenuhi semua
keinginan dan kebutuhannya seperti berbelanja segala kebutuhan hingga
traveling tanpa harus menunggu atau mempunyai dana yang cukup, sebab
sekarang ada fitur cicilan kartu kredit digital yaitu PayLater. Bisa dibilang, kini
fitur PayLater menjadi alternatif pembayaran yang digemari oleh masyarakat.
2.1.1 Hukum PayLater

Menurut MUI, hukum PayLater bisa menjadi riba ketika ada unsur
ziyadah (tambahan) yang disyaratkan di muka oleh pihak penerbit paylater
kepada konsumennya. Riba termasuk dalam jenis riba utang yang diharamkan.
Sebab, dengan sistem PayLater, pembeli bisa mencicil pembayaran, itu sama
saja dengan berutang untuk membeli barang tertentu. Jika perusahaan
menetapkan syarat berupa tambahan harta atau keuntungan dari jasa utang
yang diberikannya kepada konsumen, maka ia termasuk dalam kategori riba.
Alasannya adalah hukum asal utang, pengembalian harta kekayaan sejumlah
harta pokok yang diutang dan tidak ada harta tambahan. Jika ada syarat
tambahan oleh pemberi utang, maka tidak diragukan lagi bahwa tambahan
tersebut merupakan riba.

Terdapat pula Hukum PayLater menurut beberapa kalangan ulama’


Nahdlatul Ulama (NU) yang berpendapat bahwa hukum PayLater itu tidak
masuk dalam kategori riba, dengan landasan bahwa biaya tambahan yang di
keluarkan merupakan biaya untuk penggunaan aplikasinya tersebut. Maka
biaya pemakaian aplikasi tersebut termasuk dalam bagian dari akad ijarah
(Sewa jasa aplikasi), landasannya berpatokan pada salah satu qiyas
sebagaimana berikut;

‫كأن يحتاج المديون فيأبى المسئول أن يقرض بل أن يبيع ما يساوي عشرة بخمسة عشر إلى أجل‬
‫ وال بأس في هذا فإن األجل قابله قسط من الثمن‬، ‫فيشتريه المديون ويبيعه في السوق بعشرة حالة‬
‫والقرض غير واجب عليه دائما بل هو مندوب‬

“Seseorang memberi utang orang lain sebesar 90 dinar, namun dihitung


100, karena (harus melalui jasa) timbangan yang satu, sementara tidak ada
jalan lain melainkan harus lewat penimbangan itu, maka hukum utangan
(terima 90 dihitung 100) itu adalah boleh. Adapun bila 100 itu hanya sekedar
digenapkan pada pokok utang (tanpa perantara jasa timbangan) maka tidak
boleh sebab hal itu termasuk tambahan (yang haram). Karena bagaimanapun
juga, nilai 90 ke 100 adalah menempati maqam 90, sementara 10 lainnya
adalah tambahan yang dipinta.”

Kedudukan dari Aplikasi tersebut di qiyaskan dengan suatu timbangan


yang mau tidak mau harus di lalui, dan posisinya di akui sebagai jasa (ijarah).
Sebagaimana yang berlaku pada timbangan di atas, kedudukannya adalah
sebagai jasa (ijarah) yang disewa dengan besaran upah yang ma’lum (diketahui
secara jelas) sebesar 10, dan ini sesuai dengan peran aplikasi tersebut yang
mematok tarif 2000 rupiah per bulan. Lain halnya, bila pinjaman itu tidak
dilalui lewat aplikasi, maka angka 2000 per bulan dapat dikategorikan sebagai
ziyadah yang diharamkan.

 Adapun, langkah bijak dalam menyikapi perbedaan hukum di atas, adalah


dengan jalan mengambil kaidah keluar dari ikhtilaf adalah mustahab (yang
dianjurkan). Maksudnya, bagi yang sangat berkepentingan dengan jasa
paylater, maka solusi yang tepat baginya adalah mengikut jalur pendapat yang
membolehkan. Adapun, bila kondisi itu tidak bersifat darurat, maka sebaiknya
tidak menggunakan aplikasi tersebut mengingat adanya indikasi unsur riba
yang diharamkan di dalamnya.

2.1.2 Keuntungan PayLater

Menurut (Ramadhani, 2020) PayLater memberikan banyak keuntungan


seperti: dari proses pengajuan aplikasi PayLater mudah, mulai dari proses
pendaftaran, hingga pengajuan aplikasi paylater, kemudian tinggal mengikuti
petunjuk yang tersedia di aplikasi PayLater yang digunakan. Kedua dapat
digunakan kapan dan dimana saja, seluruh proses pengajuan aplikasi PayLater
dilakukan secara online. Dengan demikian, pengguna bisa menggunakan
PayLater kapan dan di mana saja saat dibutuhkan, terutama dalam keadaan
mendesak. Kemudian yang terakhir terdapat tenggat waktu yang fleksibel,
setiap penyedia layanan PayLater menawarkan berbagai tenor yang berbeda,
umumnya masa tenor yang ditawarkan adalah tiga sampai dua belas bulan

2.1.3 Kerugian PayLater

Menurut (Grant Thronton), terdapat banyak kerugian yang perlu dipahami


sebelum menggunakan PayLater, diantaranya: mendorong perilaku konsumtif,
tanpa disadari kemudahan untuk membeli sekarang dan bayar belakangan
memberikan dorongan impulsif dalam bertransaksi. Apabila sudah terlanjur
seperti itu, sering kali yang terbeli justru barang-barang yang tidak diperlukan.
Pelaku usaha juga memiliki strategi untuk menghabiskan produk mereka yang
tidak terlalu laku. Terkadang mereka juga tidak menyadari adanya berbagai
biaya yang langsung aktif saat mereka menggunakan fitur PayLater,
diantaranya ada biaya subscription, biaya cicilan dan biaya lainnya yang dapat
berbeda jumlahnya pada tiap aplikasi. Biaya ini kadang kerap disesali saat
tagihan mulai berdatangan. Selanjutnya juga PayLater tidak menjamin
keamanan pengguna sepenuhnya, secanggih apapun teknologi digital saat ini,
keamanan menyangkut data pribadi pengguna pada berbagai situs atau aplikasi
yang didaftarkan bisa saja diretas oleh pelaku cyber crime. Dokumen pribadi
tersebut akan digunakan untuk hal-hal yang tidak bertanggung jawab dan
sangat merugikan, seperti pembobolan maupun penipuan.

2.2 Penelitian Terdahulu


Tabel 1.
Penelitian Terdahulu

Judul Nama Tujuan Metode Hasil

Konsep Paylater Iin Emy Mengetahui tentang Kualitatif PayLater diperbolehkan


Online Shopping keuntungan dan dimana harga ditentukan
dalam Pandangan kerugian setelah semua transaksi
Ekonomi Islam penggunaan fitur jual beli dilaksanakan
PayLater serta relevan dengan ekonomi
mengkaji tentang syariah dengan syarat-
bagaimana fitur syarat tertentu.
PayLater dalam
Pandangan
Ekonomi Islam

TINJAUAN Rohmatul Menjelaskan Kualitatif Ada pendapat yang


HUKUM ISLAM Hasanah tinjauan hukum membolehkan (mubah)
TERHADAP Islam terhadap dan ada pendapat yang
PRAKTIK praktik kredit mengharamkan
KREDIT SHOPEE PayLater dari
PAYLATER marketplace
DARI Shopee.
MARKETPLACE
SHOPEE

Perspektif A. Muh. Membahas Kualitatif fitur Shopee Paylater


Ekonomi Islam Syaifuddin perspektif ekonomi ditinjau dari ekonomi
Terhadap Islam pada Islam tidak dibenarkan
Transaksi Shopee penggunaan karena fitur ini menarik
Paylater transaksi Shopee keuntungan dari hasil
Paylater di kota pinjaman sedangkan
Makassar. Islam mengharamkan
mengambil keuntungan
dari pinjaman

III. METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan deskriptif


kuantitatif. Pengambilan data yang pertama dengan studi pustaka, yaitu
mengambil referensi ilmiah dari buku-buku, jurnal-jurnal nasional dan
internasional, al Qur’an dan Hadits, kitab fiqih dan sebagainya. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi literatur
tentang pendapat para tokoh tentang PayLater dalam pandangan Islam.
Pengambilan data yang kedua dengan masuk ke lapangan, melihat secara
langsung bagaimana masyarakat khususnya umat Islam menggunakan
PayLater. Teknik pengumpulan data yang kedua menggunakan survei yang
diperoleh dari pengguna PayLater, dapat berupa kuesioner ataupun google
form.

3.1 Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam yaitu:

1. Data primer

Merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu
ataupun perseorangan. Dalam hal ini, peneliti mengambil data primer melalui
wawancara terhadap informan yaitu pengguna PayLater.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder
biasanya berwujud data laporan yang telah tersedia.Dalam hal ini peneliti
memperoleh data dari buku, skripsi, jurnal, fatwa DSN-MUI, artikel, internet,
dan yang paling penting adalah data tentang teori hukum Islam.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Terdapat dasar-dasar yang perlu dipahami dalam penelitian ini terutama


definisi hukum Islam. Hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang
diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW,
baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-
hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh
umat Muslim semuanya. Dalam hal bermuamalah seperti transaksi dengan
PayLater perlu mempertimbangkan banyak hal dan menyesuaikan antara
maslahat dan mudharatnya. PayLater yang dijadikan alternatif metode
pembayaran yang sangat digemari kaum milenial, di samping kemudahan dan
kepraktisannya juga menyajikan proses yang cepat, tenor bervariasi dan promo
yang menarik. Namun di sisi lain terdapat kerugian atau resiko yang akan
ditimbulkan dan perlu diperhatikan beberapa hal ini sebelum menggunakannya,
seperti: adanya biaya tambahan dan bunga, jiwa konsumtif yang meningkat dan
pengelolaan keuangan yang berantakan. Antara manfaat dan mudharat mana
yang lebih dominan perannya, sangat perlu untuk dipertimbangkan supaya
tidak selalu menjadi orang yang merugi.

3.3 Alat Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
korelasional. Teknik analis data korelasional adalah teknik yang
menggambarkan hubungan antara dua variabel. Korelasi sama artinya dengan
adanya hubungan. Secara sederhana korelasi ini bisa diartikan sebagai
hubungan. Akan tetapi saat dikembangkan lebih jauh, maka korelasi tak hanya
dapat dipahami sebatas pengertian itu. Korelasi adalah salah satu teknik
analisis data dalam statistik yang dapat digunakan untuk mencari antara dua
variabel dengan sifat kuantitatif. Analisis korelasi adalah suatu cara atau
metode untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antara variabel.
Apabila terdapat hubungan maka perubahan-perubahan yang terjadi pada salah
satu variabel X akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel
lainnya (Y).

Anda mungkin juga menyukai