Anda di halaman 1dari 7

Perspektif Hukum Islam terhadap Penggunaan Layanan Paylater

sebagai Alternatif Pembiayaan


¹ Hawwa Ainaa’ - ² Putie Delima Tirtayasa

¹'² Desain Komunikasi Visual, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia

²ayasa.putie@upi.edu ¹hawwaainaa@upi.edu

ABSTRAK
Riba (bunga) dan gharar (ketidakpastian atau spekulasi) dilarang dalam Islam, dan keduanya
adalah prinsip dasar yang mengatur transaksi keuangan. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mempertimbangkan ide-ide ini saat memperdebatkan aturan paylater dalam konteks Islam.
Karena pembayaran ditangguhkan tanpa biaya tambahan yang dinilai, gagasan paylater
umumnya tidak melibatkan bunga atau riba. Dalam situasi ini, tawaran paylater dapat diterima
dalam Islam jika memenuhi persyaratan syariah, seperti tidak ada biaya atau bunga tersembunyi.
Namun, harus digarisbawahi bahwa praktik membayar kemudian juga dapat menempatkan ajaran
Islam lainnya dalam risiko penyalahgunaan atau ketidaktaatan. Misalnya, mungkin menjadi
masalah jika menggunakan layanan paylater menghasilkan biaya yang tidak terjangkau dan utang
yang tidak dapat dikelola. Islam menasihati orang-orang untuk menjalani hidup sederhana,
menjauhi hutang, dan menjaga keuangan mereka tetap terkendali. Oleh karena itu, jika seseorang
mengelola keuangannya dengan baik dan menggunakan layanan paylater secara cerdas, tanpa
menggunakan bunga atau riba, maka hal ini dapat diterima dalam Islam. Untuk memastikan
bahwa praktik tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, setiap orang harus mengevaluasi
keadaan dan kondisi mereka sendiri dan, jika perlu, mencari nasihat dari akademisi atau spesialis
keuangan Islam.
Kata kunci: Islam, Riba, Paylater

ABSTRACT
Riba (interest) and gharar (uncertainty or speculation) are prohibited in Islam, and both are
basic principles governing financial transactions. Therefore, it is very important to consider
these ideas when debating paylater rules in the Islamic context. Because payments are deferred
with no additional assessed fees, the paylater idea generally does not involve interest or usury. In
this situation, a paylater offer is acceptable in Islam if it meets the requirements of the Shari'ah,
such as no hidden fees or interest. However, it should be underlined that the practice of paying
later can also place other Islamic teachings at risk of abuse or disobedience. For example, it
might be a problem if using a paylater service results in unaffordable fees and unmanageable
debt. Islam advises people to lead a simple life, stay away from debt and keep their finances
under control. Therefore, if someone manages his finances well and uses paylater services
intelligently, without using interest or usury, then this is acceptable in Islam. In order to ensure
that such practices comply with Islamic principles, each person should evaluate their own
circumstances and, if necessary, seek the advice of an Islamic finance academic or specialist.
PENDAHULUAN

Aplikasi e-commerce sudah sangat lazim digunakan oleh masyarakat umum sekarang. Bahkan
mungkin masyarakat tidak dapat terlepas dari penggunaan aplikasi e-commerce.
Aplikasi-aplikasi e-commerce tersebut memudahkan aktivitas masyarakat dalam proses jual-beli.
Selain digunakan untuk proses jual-beli, terdapat juga fitur Paylater yang dapat memudahkan
konsumen untuk berbelanja. Tidak hanya dalam aplikais e-commerce, Paylater juga biasanya
ditawarkan dalam aplikasi lain seperti aplikasi ojek online, aplikasi pembayaran, dan aplikasi
lain. Fitur ini biasanya menawarkan berbagai promo yang menggiurkan bagi penggunanya.

Layanan Paylater telah menjadi salah satu bentuk pembiayaan yang populer dalam era digital
saat ini. Dengan layanan ini, pengguna dapat membeli barang atau jasa tanpa membayar secara
langsung, namun melakukan pembayaran di kemudian hari sesuai dengan ketentuan yang
disepakati. Konsep ini menawarkan kemudahan dan kenyamanan dalam bertransaksi, terutama
dalam hal kecepatan dan aksesibilitas.

Lebih singkatnya, paylater adalah fitur beli sekarang, bayar nanti. Ya, fitur ini memang mirip
dengan sistem kredit yang sudah lebih dulu ada. Perbedaannya ialah, fitur Paylater lebih mudah
digunakan, syarat-syarat yang dibutuhi untuk menggunakan Paylater tidak sesulit kartu kredit
dan Paylater juga lebih fleksibel. Paylater tidak memerlukan kartu fisik dalam penggunaannya,
pengajuannya mudah dan juga cepat, tetapi Paylater memiliki tenggat waktu pembayaran yang
lebih cepat dibandingkan kartu kredit.

Dengan keunggulan-keunggulan tersebut, tidak heran banyak masyarakat yang memilih paylater
sebagai metode pembayarannya untuk memenuhi hasrat konsumennya. Dikutip dari survei yang
telah dilakukan oleh RISED, pada tahun 2020 sebanyak 92,30% responden menyatakan bahwa
paylater membantu dalam mengelola keuangan mereka dan selama tahun 2020 juga, terdapat
22,52% pengguna yang menyatakan bahwa mereka sering menggunakan paylater. Data tersebut
menunjukan antusiasme masyarakat dalam menggunakan fitur paylater. Tetapi, kita sebagai umat
muslim tentu harus mengetahui hukum dibalik penggunaan fitur paylater ini. Dalam penelitian
ini, penulis akan mengkaji fitur paylater dalam pandangan ekonomi Islam.
METODE PENELITIAN

Dengan menggali informasi dari sumber internet, penelitian ini menggunakan metode kualitatif
yaitu penelitian yang akan lebih memfokuskan pada menelidiki, menggambarkan, serta
menjelaskan suatu fenomena yang terjadi (Saryono:2010). Data serta informasi yang digunakan
dalam penulisan artikel ini dikumpulkan serta ditelaah dengan kajian literatur, peinjauan, serta
pengumpulan dari informasi yang telah ada.

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

Dari segi sistem jual-beli, sistem paylater ialah jual beli istijrar, yaitu Istilah "istijrar" berasal
dari kata "jarra - yajurru [‫ "]جر يجر‬yang memiliki arti menyeret atau menarik. Istilah ini
digunakan karena konsumen mengambil barang dari penjual secara bertahap atau sedikit demi
sedikit, kemudian totalnya dihitung pada akhir waktu yang telah disepakati. Hal ini disebut
"istijrar" dalam konteks transaksi atau pembelian. Pendapat ini disampaikan dalam Hasyiyah
Ibnu Abidin, 4/516. Jual beli online pun hukumnya boleh asal tidak mengandung riba, penipuan,
dan perjudian.

Terdapat dua pendapat mengenai hal ini, yang pertama ialah yang tidak memperbolehkan,
alasannya karena harganya yang belum pasti. Sesuai dengan hadist Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu mengatakan,

‫ َوع َْن بَي ِْع ْال َغ َر ِر‬،‫صا ِة‬


َ ‫نَهَى َرسُو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم ع َْن بَي ِْع ْال َح‬

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli dengan lemparan kerikil dan jual beli
gharar. (HR. Muslim)

Yang kedua, yang memperbolehkan, karena ada harga yang harus dibayar atau adanya harga
pasar. Jadi, selama ada harga pasar, transaksi paylater adalah sah.

Dalam sistem paylater terjadi akad utang piutang didalamnya. Pengguna dapat membeli sebuah
barang atau jasa tetapi dengan membayar barang atau jasa tersebut dikemudian hari. Dalam Islam
atau ilmu fiqih Islam, hutang piutang dikenal dengan istilah Dain dan Qardh. Dain meliputi
semua jenis kewajiban finansial, baik yang timbul dari perjanjian atau transaksi, seperti
pembelian dengan sistem kredit, perjanjian sewa dengan pembayaran tertunda, dan sejenisnya.

Termasuk dalam kategori ini adalah kewajiban yang timbul dari perjanjian utang-piutang atau
Qardh. Dain dapat terjadi dalam hal apapun baik itu sengaja maupun disengaja, sementara Qardh
adalah terjadi karena memang adanya hutang piutang.

Dalam kasus ini, sistem paylater dapat dimasukkan kedalam kategori Qiradh. Di dalam paylater
biasanya terdapat biaya lain yang harus dibayarkan, hal ini termasuk bunga yang harus
dibayarkan. Beberapa perusahaan telah menetapkan bunga sekian persen saat konsumen
berbelanja menggunakan fitur paylater seperti Shopee, Gojek, Lazada, dan perusahaan lainnya.
Riba tersebut merupakan riba qardli atau riba utang piutang.

Jika sistem paylater tersebut menambahkan sanksi jika sudah lebih dari jatuh tempo, maka hal
tersebut juga dapat dikategorikan sebagai riba yaitu riba nasi’ah. Tetapi, jika terdapat biaya
tambahan yang dihitung sebagai jasa, maka biaya tersebut tidak dihitung sebagai riba.

Tetapi, biaya tambahan tersebut umumnya hanya bisa dilakukan melalui aplikasi-aplikasi yang
sudah disediakan, sehingga biaya tambahan tersebut dapat dihitung sebagai biaya tambahan dari
sewa jasa aplikasi yang di maklumkan atau dibolehkan.

Bagi yang berkepentingan untuk menggunakan fitur paylater ini, maka dibolehkan mengikuti
pendapat yang membolehkan, jika tidak maka sebaiknya dihindari agar terhindar juga dari unsur
riba yang mungkin ada didalamnya.

KESIMPULAN

Dengan semakin banyaknya fitur pengelolaan finansial yang mempermudah kita dalam jual-beli,
kita harus lebih teliti dalam penggunaannya, termasuk fitur Paylater yang telah marak digunakan
di berbagai aplikasi ojek online sampai aplikasi e-commerce untuk berbelanja. Paylater dapat
digunakan dalam Islam jika memenuhi standar syariah, seperti tidak memungut bunga atau riba,
memiliki akad yang jelas tanpa keraguan, dan digunakan dengan hati-hati sesuai dengan
kemampuan keuangan. Untuk memastikan bahwa penggunaan paylater sesuai dengan ajaran
Islam, penting untuk diingat bahwa setiap orang harus memeriksa posisi dan kondisi mereka
sendiri dan, jika diperlukan, mencari nasihat dari sarjana atau spesialis keuangan Islam. Islam
menekankan perlunya menjaga keuangan kita, menghindari hutang, dan hidup sederhana.
Penggunaan paylater dapat diterima dalam Islam jika memungkinkan seseorang menangani uang
mereka dengan bijaksana tanpa menggunakan riba atau bunga. Namun, perlu diingat bahwa
menggunakan paylater membutuhkan kehati-hatian dan tanggung jawab untuk menghindari
penyalahgunaan dan pengeluaran berlebihan, yang keduanya dapat mengakibatkan utang yang
tidak terkendali. Sebagai umat muslim yang cerdas kita perlu menelaah setiap aktivitas yang kita
lakukan dan mengkaji hukumnya secara cermat dan cerdas agar tidak terjerumus kedalam
kegiatan yang tidak di ridhai Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.julo.co.id/blog/paylater-adalah

https://www.investasiku.id/eduvest/rencana/perbedaan-kartu-kredit-dan-paylater

Khairunnisa, S. A., Rahman, M. C., Apriyanti, C., Putri, D. O., & Fajrussalam, H. (2022).
Perilaku Konsumtif Penggunaan Online Shopping dan Sistem Pay Later dalam Perspektif
Ekonomi Islam. Fondatia, 6(1), 130-147.

https://finance.detik.com/fintech/d-6377951/berkembang-pesat-paylater-makin-digandrungi-mas
yarakat-indonesia

https://mandiriamalinsani.or.id/sama-sama-utang-apa-itu-qardh-dan-dain/

https://islam.nu.or.id/ekonomi-syariah/kartu-kredit-online-atau-paylater-menurut-hukum-islam-m
7kV1

https://islam.nu.or.id/ekonomi-syariah/paylater-dan-status-uang-yang-dipinjam-konsumen-dalam
-fiqih-muamalah-dDGtO

https://islam.nu.or.id/ekonomi-syariah/paylater-dan-praktik-jual-beli-kredit-dalam-kajian-fiqih-m
uamalah-cvec9

Prastiwi, I. E., & Fitria, T. N. (2021). Konsep Paylater Online Shopping dalam Pandangan
Ekonomi Islam. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(1), 425-432.

Cahyadi, O. E. (2021). Pandangan Hukum Islam Terhadap Tunda Bayar (Paylater) Dalam
Transaksi E-Commerce Pada Aplikasi Shopee.

https://www.um-surabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=bagaimana-hukum-belanja-mengg
unakan-paylater-ini-kata-dosen-um-surabaya

Anda mungkin juga menyukai