Anda di halaman 1dari 12

Bab 1.

Pendahuluan
Bionomi Nyamuk

A. Pengantar

Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembang biakan, umur,


populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang
mempengaruhi, berupa lingkungan fisik (musim, kelembaban, angin, matahri, arus
air). Lingkungan Kimiawi (kadar garam, pH) dan lingkungan biologi seperti
tumbuhan/vegetasi di sekitar tempat perindukan dan musuh alami. Scara bioekologis,
nyamuk mempunyai dua habitat yaitu aquatic (perairan) untuk fase pradewasa (telur,
larva dan pupa), dan daratan atau udara untuk nyamuk dewasa.

B. Ruang lingkup isi


Ruang lingkup bionomic nyamuk akan membahas beberapa aspek, antara lain:
1. Bionomik Nyamuk Culex sp
2. Bionomik Nyamuk Aedes Aegypti
3. Bionomik Nyamuk Anopheles

C. Kaitan modul

Keterkaitan modul dalam mata kuliah Pengendalian vector dan zoonosis ini
diusahakan mengikuti sekuensi pola pikir epidemiologi, sehingga prinsip prinsip
pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

D. Sasaran Pembelajaran Modul

Setelah mempelajari modul Pengendalian vector dan zoonosis ini, diharapkan


mahasiswa dapat memahami tentang perilaku, perkembang biakan, umur, populasi,
penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan nyamuk
diharapkan mahasiswa dapat mengoptimalkan pencegahan penyakit yang potensial
menular di masyarakat.
Bab II Pembelajaran

A. Informasi Kontrak Pembelajaran


Kontrak pembelajaran mata kuliah prinsip epidemiologi tertuang pada
rancangan pembelajaran mata kuliah.

B. Keterkaiatan Mata Kuliah dengan Kompetensi Lulusan


Modul ini mendukung mata kuliah Pengendalian vector dan zoonosis sebagai mata
kuliah inti di Fakultas Kesehatan Masyarakat, salah satu kompetensi yang
diharapkan adalah alumni nantinya dapat mengidentifikasi dan memahami
bionomic nyamuk, selanjutnya alumni dapat melakukan pencegahan penyakit
menular.

C. Ruang Lingkup Mata Kuliah

A. Bionomik Nyamuk
1) Bionomik Nyamuk Culex sp
Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perkembangbiakan,
perilaku, umur, populasi, penyebaran, fluktuasi kepadatan musiman, serta faktor-
faktor lingkungan yang mempengaruhinya, berupa lingkungan fisik (kelembaban,
musim, matahari, arus air), lingkungan kimiawi (kadar garam, pH), dan
lingkungan biologik (tumbuhan, ganggang, vegetasi di sekitar perindukan).
Distribusi dan kepadatan nyamuk sangat ditentukan oleh vaktor alami setempat,
seperti cuaca, kondisi fisik, dan kimiawai medium.
Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah namun cukup menghisap sari
bunga. Nyamuk membutuhkan 3 macam tempat dalam kehidupannya, yaitu
tempat untuk memperoleh umpan/darah, tempat untuk melakukan istirahat dan
tempat untuk melangsungkan perkembangbiakan.
a. Tempat Istirahat (Resting Places)
Perilaku istirahat untuk nyamuk memiliki dua arti yaitu istirahat yang
sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat
sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang mencari darah. Pada umumnya
nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab, dan aman untuk beristirahat.
Nyamuk lebih suka hinggap di tempat-tempat yang dekat tanah.
Nyamuk akan melakukan istirahat selama 2 sampai 3 hari sesudah
menggigit orang atau hewan. Kebiasaan beristirahat setiap jenis nyamuk
berbedabeda satu dengan lainnya. Nyamuk Culex sp mempunyai kesukaan
beristirahat di dalam rumah. Spesies nyamuk ini sering kali ditemukan berada di
dalam rumah, sehingga sering disebut sebagai nyamuk rumahan. Tempat istirahat
(resting places) nyamuk Culex di dalam rumah pada waktu siang hari. Nyamuk
Culex akan memilih tempat-tempat yang gelap dan lembab di dalam rumah untuk
beristirahat, seperti di balik perabotan rumah tangga yang berwarna gelap dan
pakaian yang digantung.
Berdasarkan data dari Depkes RI (2004), tempat beristirahat yang
disenangi nyamuk Culex adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang
seperti kamar mandi, dapur, dan WC. Di dalam rumah, nyamuk ini beristirahat di
baju-baju yang digantung, kelambu, dan tirai. Di luar rumah nyamuk ini
beristirahat pada tanaman-tanaman yang ada di luar rumah.
b. Perilaku Menggigit (Feeding Habit)
Nyamuk Culex sp senang menghisap darah manusia dan hewan khususnya
pada malam hari. Unggas, kambing, kerbau, dan sapi adalah binatang peliharaan
yang sering menjadi sasaran gigitan nyamuk Culex sp. Culex adalah spesies
nyamuk yang mempunyai sifat antropofilik dan zoofilik karena suka melakukan
aktivitas menghisap darah di malam hari baik di dalam maupun di luar rumah.
Nyamuk Culex sp disebut nocturnal atau memiliki kebiasaan menggigit
manusia dan hewan utamanya pada malam hari. Waktu yang biasanya digunakan
oleh nyamuk Culex sp untuk menghisap darah adalah beberapa jam sesudah
terbenamnya matahari hingga sebelum matahari terbit. Pada pukul 01.00-02.00
merupakan puncak dari aktivitas menggigit nyamuk Culex sp. Kebiasaan cara
makan nyamuk cukup unik, karena hanya betina dewasa yang menghisap darah
manusia dan hewan. Nyamuk jantan tidak menghisap darah, tetapi menghisap
madu tanaman. Nyamuk betina memerlukan darah yang cukup untuk bertelur.
Sebagian besar spesies domestik terbang cukup dekat dengan titik asal. Jarak
terbang betina biasanya lebih jauh daripada jantan.
Kekuatan dan arah angin berpengaruh dalam penyebaran atau migrasi
nyamuk. Kebanyakan nyamuk tetap dalam satu atau dua kilometer dari sumber
makan mereka. Nyamuk tidak dapat terbang cepat, hanya sekitar 4 kilometer per
jam. Frekuensi menghisap darah dipengaruhi oleh suhu serta kelembaban yang
disebut dengan siklus gonotrofik. Untuk iklim tropis biasanya siklus ini
berlangsung sekitar 48 – 96 jam (Nalim, 1989). Nyamuk Culex memiliki
kepadatan 5,25 ekor/orang/jam di dalam rumah. Kepadatan di luar rumah adalah
5,64 ekor/orang/jam. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 1 jam terdapat sekitar 5-
6 nyamuk yang mengigit manusia baik di dalam maupun di luar rumah.
Berbagai petunjuk memungkinkan nyamuk untuk menghisap darah
manusia atau hewan. Mereka dapat mendeteksi karbon dioksida yang
dihembuskan oleh tuan rumah mereka walaupun berada jauh. Nyamuk juga
merasakan bahan kimia tubuh, seperti asam laktat dalam keringat. Beberapa
orang lebih menarik perhatian nyamuk dibandingkan yang lain. Seseorang tidur
di ruangan yang dipenuhi nyamuk mungkin bangun dengan puluhan gigitan
nyamuk, sementara orang tidur di samping mereka tidak ada. Demikian pula,
orang bereaksi berbeda terhadap gigitan nyamuk, beberapa menunjukkan tanda
yang sangat sedikit digigit, sementara yang lain menunjukkan kemerahan besar,
bengkak, dan gatal. Ini adalah reaksi alergi terhadap air liur nyamuk Setiap orang
mempunyai reaksi berbeda terhadap gigitan nyamuk. Nyamuk terbang lebih dekat
dengan target yang gelap. Setelah menemukan mangsa, nyamuk menyuntikkan
air liur ke luka.
c. Tempat Perkembangbiakan (Breeding Places)
Tempat yang biasanya digunakan oleh nyamuk Culex sp untuk
berkembang biak adalah di sembarang tempat seperti di air bersih dan air yang
kotor yaitu genangan air, selokan terbuka, dan empang ikan. Dalam air yang
mengandung pencemaran organik tinggi dan letaknya tidak jauh dari tempat
tinggal manusia biasanya dapat ditemukan larva. Nyamuk cenderung memilih
tempat perkembangbiakan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar matahari,
permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih, dan tenang.
Nyamuk Culex biasanya memilih genangan air tanah sebagai tempat
perindukannya, seperti pada pohon berlubang, ruas dan tunggul bambu, dan
tempat-tempat penampungan air lainnya. Larva-larva ditemukan di genangan air
yang berasal dari mata air seperti penampungan air yang dibuat untuk mengairi
kolam, untuk merendam bambu/kayu, mata air, bekas telapak kaki kerbau, dan
kebun salak. Pada umumnya kehidupan larva dapat hidup secara optimal pada
genangan air yang terlindung dari sinar matahari langsung, diantara
tanaman/vegetasi yang homogen seperti kebun salak, kebun kapulaga, dan
lainlain. Ada yang umumnya ditemukan di daerah pegunungan, ditemukan pula di
daerah persawahan dan daerah pantai yang ada sungai kecil-kecil dan
berbatubatu.
Tempat perkembangbiakan nyamuk bisa terletak di dalam maupun di luar
rumah. Tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, bak air WC, tandon
air minum, tempayan, gentong air, ember, dan lain-lain merupakan tempat di
dalam rumah yang bisa dijadikan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk.
Tempat peletakan telur nyamuk yang terletak di luar rumah antara lain drum,
kaleng bekas, botol bekas, pot bekas, pot tanaman hias yang terisi air hujan, dan
lain-lain. Pada tempat penampungan air alami misalnya pada lubang pohon dan
pelepah-pelepah daun juga dapat ditemukan telur nyamuk.
Nyamuk Culex menyukai tempat perindukan pada gengangan air yang
kotor dan memiliki aliran yang relatif statis. Puncak kepadatan dipengaruhi oleh
musim. Pada musim kemarau kepadatan meningkat, hal ini disebabkan banyak
terbentuk tempat perindukan berupa genangan air di pinggir sungai dengan aliran
lambat atau tergenang. Perkembangbiakan nyamuk cenderung menurun bila
aliran sungai menjadi deras (flushing) yang tidak memungkinkan adanya
genangan di pinggir sungai sebagai tempat perindukan.

2) Bionomik Nyamuk Aedes Aegypti

a. Tempat perindukar Nyamuk


 Jenis Kontainer

Bak mandi menjadi TPA yang paling banyak ditemukan jentik Ae. aegpti
karena hampir setiap rumah responden memiliki bak mandi. Kebiasaan
masyarakat untuk selalu mengisi air pada bak mandi memungkinkan air tinggai
dalam waktu yang lama. Selain itu, kebiasaan masyarakat dalam membersihkan
bak mandi ketika sudah terlihat kotor dan hanya membuang aimya tanpa
menyikat pemukaan dinding bak. Sehingga telur nyamuk untuk tetap tinggal.
Sebaiknya pengurasan bak mandi/wc dilakukau minimal satu minggu sekali dan
menyikat dinding bak. Pemberian bubuk abate disarankan pada bak/TPA
berukuran besar. Sedangkan pada TPA di luar rumah, dapat memelihara ikai
pemakan jentik seperi ikan cupang.
 Bahan Kontainer

Bahan dasar container berpengaruh pada ketersediaan makanan bagi larva


karena mikroorganisme akan menempel pada dinding container. Oleh karena itu,
sebaikanya pada saat melakukan pengurasan harus dilakukan pembersihan
dengan cara menyikat pada bagaian dinding container, sehingga tidak menjadi
tersedianya tempat makanan bagi jentik.
 Letak Kontainer

Letak container yang berda di dalam rumah berpeluang lebih besar untuk
terdapat jentik Ae. aegypti, hal ini dipengaruhi oleh kondisi rumah yang gelap
karena kurangnya cahaya matahari. Kurangnya sinar matahari akan menurunkan
suhu dan meningktkan kelembaban di dalam rumah. Kondisi gelap dan lembab
merupakan suasana lingkungan yang disukai nyamuk Ae. Aegypti.
 Warna Kontainer

Warna gelap dapat memberikan rasa aman dan tenang bagi nyamuk Ae.
aegypti pada saat bertelur, sehingga telur yang diletakkan dalam TPA lebih
banyak. Pada beberapa container berwarna terang (speerti warna hijau muda)
jarang dibersihkan sehingga permukaan container ditumbuhi lumut dan menjadi
gelap. Oleh karena itu, sebaiknya dalam pemilihan container digunakan yang
berwarna terang, diberi penutup, dan dibersihkan secara rutin minimal seminggu
sekali.
 Suhu Ruangan

Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi


kehidupan nyamuk. Nyamuk Ae. aegypti akan meletakkan telurnya pada
temperature udara sekitar 20-30oC. Pada suhu udara 16oC, dibutuhkan waktu
selama 7 hari. Nyamuk dapat hidup pada suhu rendah tetapi proses
metabolismenya menurun atau bahkan berhenti apabila suhu turun sampai
dibawah suhu kritis.
 Kelembaban Udara

Dalam kehidupan nyamuk, kelembaban udara memengaruhi kebiasaan


meletakkan telurnya. Menurut Sallata, meilson H.E. (2014) kelembaban dara
optimum berkisar anatar 60-80%. Kelembaban yang tinggi akan mempercepat
proses pertumbuhan nyamuk. Oleh karena itu, perlu memperhatikan kelembaban
dalam rumah. Meningkatkan suhu udara serta ventilasi yang baik, merupakan
upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kelembaban udara dalam rumah.
 Intensitas Cahaya
TPA di ruangan gelap lebih disukai nyamuk sebagai tempat perindukan.
Lingkungan yang gelap akan melindungi nyamuk dari hewan predator. Selain itu,
larva nyamuk Ae. aegypti dapat bertahan lebih baik di ruangan yang gelap.
Menurut Anton Sitio (2008), jntik Ae. aegypti lebih banyak ditemukan dalam
bejana di ruangan yang gelap, dibandingkan ruangan yang terang.
b. Tempat Peristirahatan Nyamuk
 Letak atau Tempat
Ae. aegypti suka beristirahat di dalam rumah pada benda-benda yang
bergantung speerti baju dan korden. Nyamuk ini jarang ditemukan di luar rumah,
di tumbuhan atau di tempat terlindung lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya perlu
mnghilangkan kebiasaan menggantung pakaian bekas pakai, serta memasang
kawat kasa pada jendela dan lubang ventilasi. Pada aktivitas nyamuk menghisap
darah manusia, nyamuk akan bristirahat pada tempat yang gelap dan lembab,
yang berdektaan dengan tempat perindukan sambil menunggu proses pematangan
telurnya
 Suhu Ruangan
Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang memengaruhi
kehidupan Ae.aegypti. Nyamuk dapat hidup pada suhu rendah, tetapi proses
metabolismenya mnurun, bahkan berhenti. Rata-rata suhu optimum untuk
pertumbuhan nyamuk adalah 25-27oC dan akan terhenti sama sekali pda suhu
kurang dari 10oC atau lebih dari 40oC. Oleh karena itu, perlu meningkatkan suhu
dalam rumah dengan meningkatkan masuknya cahaya matahari, serta menjamin
terjadinya sirkulasi udara yang baik. Meningkatkan pencahayaan dalam ruangan
secara langsung akan mningktnya suhu udara, dan menurunkan kelembaban
udara.

 Kelembaban Udara
Kelembaban udara optimum bagi kelangsungan hidup nyamuk adalah
skitar 60-80%. Kelembaban yang tinggi akan mempercepat proses pertumbuhan
nyamuk. Oleh karena itu, prlu melakukan pngelolaan kelembaban udara dalm
rumah dengan cara meningkatkan intnsitas pencahayaan alami, serta menjamin
sirkulasi udara yang baik.
 Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan faktor utama yang memengaruhi nyamuk dalam
memilih tempat beristirahat. Nyamuk lebih suka pada ruangan dengan intnsitas
pencahayaan rendah, dan kelembaban tinggi. Kondisi ruangan yang gelap akan
melindungi nyamuk dari hwan predator. Menurut Anton SItio (2008), intesitas
pencahayaan merupakan faktor terbesar yang memengaruhi aktivitas terbang
nyamuk yaitu kurang dari 215 lux.(Kusuma, 2018)1

3) Bionomik Nyamuk Anopheles

a. Karakteristik Nyamuk Anopheles


Nyamuk anopheles yang paling aktif menggigit selama tahun 2011 adalah
jenis anopheles Barbirostris dengan jumlah 2909 gigitan, nyamuk anopheles yang
paling aktif menggigit berikutnya adalah anopheles parangensis dengan jumlah
gigitan 648 gigitan, berikutnya aktivitas menggigit terbanyak yaitu anopheles
flavirostris berjumlah 446 jumlah gigitan dan anopheles yang paling sedikit
menggigit yaitu anopheles Tessellatus yang jumlah ditemukan 1 gigitan selama
tahun 2011.
Anopheles Barbirostris adalah vektor yang penyebarannya berada dilokasi
pedalaman, dan biasanya larvanya berada dikolam kecil rawa dan sawah.
Anopheles barbirostris ini biasanya berasosiasi dengan An. Aitkenii, An.sinensis,
An. Philippinensis dan An.Annularis. An.Flavirostris adalah anopheles yang
biasanya berada di kaki gunung, juga dijawa bisa ditemukan di daerah hutan atau
juga di kolam.(Mandagi, Chreisye, Rutler P. Masalamate, 2011)
b. Indentifikasi telur Anopheles
Telur Anopheles sp berukuran ± 1mm dan berbentuk speerti perahu. Nyamuk
Anopheles bertelur dengan cara meletakkan telurnya satu per satu di atas
permukaan air atau beregrombol tetapi saling lepas. Telur Anopheles memiliki
sepasang pelampung yang terletak di kedua sisinya. Untuk berubah dari telur
menjadi alrva dibutuhkan waktu selama 2-3 hari, tergantung iklim.

c. Identifikasi jentik/larva Anopheles


Pada bagian  mulut  terdapat bagian yang menyerupai sikat  dan digunakan
untuk makan,  Bagian  thorax  berukuran besar dan perut tersegmentasi.

1
Larva Anopheles sp tidak memiliki kaki. Larva Anopheles sp  tidak memiliki
siphon pernapasan,karena hal  inilah maka saat istirahat posisi tubuh
larva Anopheles sp  sejajar dengan permukaan air. Larva Anopheles sp bernapas
melalui spirakel yang terletak dibagian segmen perut ke- 8. Pertumbuhan larva
dipengaruhi faktor suhu, nutrien, ada tidaknya binatang predator.
Larva Anopheles sp  mencari makanan di permukaan air. Makanan
larva Anopheles sp berupa ganggang, bakteri, dan mikroorganisme lain yang
berada dipermukaan air. Larva Anopheles sp akan menyelam ke bawah
permukaan  air  jika  ada gangguan. Larva berkembang melalui 4 tahapan (instar)
setelah itu larva akan mengalami metamorfosis menjadi kepompong (pupa).
d. dntifikasi Pupa Anopheles
Pupa  adalah stadium terakhir di lingkungan air.  Stadium pupa  tidak
memerlukan makanan. Pada stadium pupa ini terjadi proses pembentukan alat-alat
tubuh nyamuk yaitu alat kelamin, sayap serta kaki .Stadium pupa pada nyamuk
jantan antara 1 sampai 2 jam lebih singkat dari pupa nyamuk Anopheles betina,
Stadium pupa  memerlukan  2  sampai 4 hari.

e. Identifikasi Nyamuk Anopheles


Nyamuk dewasa muncul dari lingkungan air (aquatic)  ke lingkungan daratan
(terrestrial) setelah menyelesaikan siklus hidupnya .  Pada tahap dewasa nyamuk
Anopheles betina bertindak sebagai vektor malaria. Betina dewasa dapat hidup
sampai satu bulan (atau lebih jika hidup dalam penangkaran) tetapi tidak  lebih
dari 1-2 minggu jjika hidup di alam.
Nyamuk Anopheles sp mempunyai ukuran tubuh yang kecil yaitu 4-13 mm
dan bersifat rapuh. Tubuhnya terdiri dari kepala, dada (toraks)  serta perut
(abdomen)  yang ujungnya meruncing. Bagian kepala mempunyai ukuran relatif
lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pada bagian dada (toraks) dan perut
(abdomen). Pada bagian kepala ada sepasang antena berada dekat mata sebelah
depan, Antena ini terdiri dari beberapa ruas berjumlah 14-15 ruas Antena pada
nyamuk jantan mempunyai rambut  yang lebih panjang dan lebat (tipe plumose)
dibandingkan nyamuk betina yang lebih pendek dan jarang.
Bagian mulut memanjang ke depan membentuk probosis Pada Anopheles
sp betina struktur bagian mulut  dapat berkembang dengan baik sehingga
membantu  untuk mengisap darah dan melukai kulit hospesnya. Sehingga hanya
nyamuk betina saja yang mengisap darah dan berperan langsung dalam
penyebaran penyakit malaria. Pada nyamuk jantan  probosis hanya berfungsi
untuk mengisap bahan-bahan cair seperti cairan dari tumbuh-tumbuhan. buah-
buahan serta keringat.
f. Aktivitas menggigit dengan suhu

Menurut Ault (1994) dan Clive (2002) mengatakan bahwa suhu merupakan
salah satu faktor yang penting meningkatnya kepadatan nyamuk dan aktivitas
menggigit nyamuk dan makin tinggi sebuah suhu dalam suatu wilayah akan
meningkatkan kebiasaan menggigit dari nyamuk, semua terbukti dengan
penelitian ini karena suhu paling tinggi berada dikedua bulan ini sehingga
aktivitas menggigit nyamuk Anopheles pun paling sering terjadi pada bulan-bulan
ini. Sebuah model matemtis yang dikemukakan oleh Martens tahun 1997
menunjukan bahwa peningkatan suhu global sebesar 3oC akan meningkatkan
penyakit malaria 50-80 juta per tahun.(Mandagi, Chreisye, Rutler P. Masalamate,
2011)2
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi
 Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik mempengaruhi tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles,
salah satu faktor yang mempengaruhi adalah air. Curah hujan berperan pada
tersedianya air sebagai tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi rawa dan
genangan air. Semakin deras hujan ketinggian air pada rawa dan genangan air
ikut meningkat serta arus air semakin deras. Menurut Effendi kedalaman berkisar
antara 15-100 cm, sedangkan arus air yang deras akan menghilangkan larva
karena terbawa arus air. Selain itu suhu air juga mempengaruhi
perkembangbiakan nyamuk.
Umumnya hujan disertai dengan angin yang berpengaruh terhadap jarak terbang
nyamuk. Curah hujan yang tinggi berpengaruh pula terhadap kelembapan udara.
Pada penelitian Suwito, kelembapan tertinggi pada bulan desember (84,30 %) dan
terendah pada bulan agustus (76 %).8 Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh
lainnya adalah ketinggian lokasi.

2
Sinar matahari merupakan faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi
keberadaan nyamuk dan berpengaruh pada kelembapan dan suhu. Pada beberapa
jenis nyamuk suka berlindung dibawah lumut agar tidak terkena sinar matahari.
 Lingkungan Kimia
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk adalah lingkungan
kimia yang terdiri dari derajat keasaman, salinitas dan oksigen terlarut. Derajat
keasaman air, nilai pH sangat berpengaruh terhadap proses biokimiawi suatu
perairan, sebagian besar biota akuatik menyukai nilai pH sekitar 7- 8,5. Nyamuk
An. sundaicus menyukai genangan air payau yang berkisar antara 5-30 ‰.8
Menurut Effendi salinitas air payau berkisar antara 0,5 – 30 ‰. Habitat utama
larva Anopheles adalah di bak benur terbengkalai yang memiliki air payau. Untuk
menopang kehidupan organisme akuatik, diperlukan kadar oksigen terlarut (DO)
yang optimum yaitu berkisar 5,0 – 9,0 mg/L.
 Lingkungan Biologi
Keberadaan tumbuhan dan hewan air mempengaruhi kepadatan larva. Tumbuhan
air seperti bakau, lumut, ganggang dan tumbuhan lain dapat melindungi larva
nyamuk dari sinar matahari. Selain tempat berlindung, tumbuhan air juga lebih
disukai karena dapat berlindung dari predator dan kemungkinan hanyut terbawa
oleh aliran air. Predator larva juga mempengaruhi kepadatan larva nyamuk.
Beberapa predator larva nyamuk yaitu ikan kepala timah (Panchax spp), ikan cere
(Gambusia affinis), ikan mujair (Tilapia mossambica) dan nila (Oreochromis
niloticus) dan anak katak. Predator ini banyak dijumpai di rawa dan muara yang
banyak ditumbuhi tumbuhan.
BAB III
PENUTUP

Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembang biakan, umur,


populasi, penyebaran, fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi,
berupa lingkungan fisik dan biologi. Setiap nyamuk memiliki waktu menggigit, kesukaan
menggigit, tempat beristirahat, dan berkembang biak yang berbeda-beda satu dengan yang
lain. Nyamuk betina melakukan aktivitas menghisap darah untuk proses pematangan telur.

BAHAN BACAAN
Sukendra, D. M., & Shidqon, M. A. (2016). Gambaran perilaku menggigit nyamuk
Culex sp. sebagai vektor penyakit filariasis Wuchereria bancrofti. Pena Medika Jurnal
Kesehatan, 6(1).
Kusuma, W. D. (2021). Gambaran Bionomik Nyamuk Aedes Aegypti Di Kelurahan
Perumnas Way Kandis Kota Bandar Lampung. Ruwa Jurai: Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 12(2), 95-101.
Mandagi, C., Masalamate, R.P. and Rompis, H.A., 2015. ANALISIS BIONOMIK
NYAMUK ANOPHELES DI DESA RANOKETANG TUA KECAMATAN AMURANG
KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN 2011. KESMAS, 4(1).
Pratama, G.Y., 2015. Nyamuk Anopheles sp dan faktor yang mempengaruhi di
Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan. Jurnal Majority, 4(1).

Anda mungkin juga menyukai