Anda di halaman 1dari 11

Perbedaan pemilu masa orde lama, orde baru, reformasi dan

masa millennial.
Masa orde lama ● Pemilu pertama diadakan pada zaman Presiden Soekarno pada tahun
1955, ketika itu bangsa Indonesia baru saja merayakan 10 tahun
kemerdekaannya
● Zaman sesudah kemerdekaan, Indonesia menganut sistem multi
partai yang menghasilkan 25 partai politik, yang ditandai dengan
keluarnya Maklumat Wakil Presiden no.X tanggal 16 Oktober 1945
dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Maklumat
Wakil Presiden menyebutkan bahwa pemilihan umum untuk
pemilihan anggota DPR dan MPR akan diselenggarakan pada
Januari 1946, tetapi pada kenyataannya Pemilu baru berlangsung
pada tahun 1955
● Para tahanan polisi di Sumatera Utara juga dibolehkan untuk
menggunakan hak pilihnya.
● kemudian pada pertengahan tahun 1950, Mohammad Natsir dari
Partai Masyumi menjadi Perdana Menteri sementara, pemerintah
memutuskan untuk menjadikan pemilu pada masa orde lama sebagai
program bagi kabinetnya.
● Pemilu 1955 adalah pemilu pada masa orde lama yang berdasarkan
demokrasi liberal, dan ada peningkatan jumlah partai politik menjadi
29 partai dan juga ada peserta perorangan. Sejumlah 260 kursi
diperebutkan untuk posisi di DPR dan 520 kursi untuk posisi di
Konstituante ditambah 14 orang wakil golongan minoritas yang
diangkat oleh pemerintah.Pemilu ketika itu mengisi 260 kursi DPR
sesuai dengan UU Pemilihan Umum bahwa setiap 300 ribu orang
penduduk diwakili seorang anggota Parlemen dan tiap 150 ribu
orang diwakili seorang anggota Konstituante.
. Partai Nasional Indonesia (PNI) sebanyak 57 kursi
· Masyumi sebanyak 57 kursi
· Nahdlatul Ulama sebanyak 45 kursi
· Partai Komunis Indonesia (PKI) sebanyak 39 kursi
· Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) sebanyak 8 kursi
· Partai Kristen Indonesia (Parkindo) sebanyak 8 kursi
· Partai Katolik 6 kursi
· Partai Sosialis Indonesia (PSII) sebanyak 6 kursi
· Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) 4 kursi
· Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti) 4 kursi
· Partai Rakyat Nasional (PRN) 2 kursi
· Partai Buruh 2 kursi
· Gerakan Pembela Pancasila (GPPS) 2 kursi
· Partai Rakyat Indonesia (PRI) 2 kursi
· Persatuan Pegawai Polisi RI (P3RI) 2 kursi
· Murba sebanyak 2 kursi
· Baperki sebanyak 1 kursi

· Persatuan Indonesia Raya (PIR) Wongsonegoro 1 kursi


· Grinda 1 kursi
· Persatuan Rakyat ada Indonesia (Permai) 1 kursi
· Persatuan Dayak (PD) 1 kursi PIR Hazairin 1 kursi
· Partai Persatuan Tarikh Islam 1 kursi
· Partai Republik Indonesia Merdeka (PRIM) 1 kursi
· Angkatan Comunis Muda (Acoma) 1 kursi
· Soedjono Prawirosoedarso 1 kursi.
● Para tahanan polisi di Sumatera Utara juga dibolehkan untuk
menggunakan hak pilihnya.
● Hasilnya, Pemilu 1955 dimenangkan oleh PNI yang memperoleh 57
kursi di DPR disusul Masyumi (57 kursi), NU (45 kursi), PKI (39
kursi), PSII (8 kursi), Pakindo (8 kursi), Katolik (6 kursi), PSI (5
kursi), IPKI (4 kursi), Perti (4 kursi), Murba (2 kursi) dan partai
lainnya (23 kursi).

Masa orde baru ● Pemilu pertama pada rezim orde baru dilaksanakan pada sabtu, 3 juli
1971
● Pemilu pada Masa Orde Baru diselenggarakan sebanyak enam kali,
yaitu pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan yang terakhir
1997. Prinsip pemilu pada masa itu adalah LUBER, yaitu langsung,
umum, bebas, dan rahasia. Pada masa itu hanya tiga partai politik
yang mengikuti pemilu. Hal ini disebabkan adanya penyederhanaan
partai politik dengan dasar hukum UU No. 3 tahun 1975.
Penyederhanaan atau penggabungan (fusi) partai politik ini
merupakan kebijakan Presiden Soeharto dengan tujuan demi
kestabilan politik di Indonesia.
● Partai tersebut antara lain adalah:
PDI
Partai Demokrasi Indonesia atau PDI merupakan partai yang terdiri
dari gabungan partai-partai nasionalis dan partai-partai non-islam.
PPP
Partai Persatuan Pembangunan atau PPP merupakan partai yang
terdiri dari gabungan partai-partai Islam di Indonesia.
Golkar
Golongan Karya atau Golkar, sebenarnya pada awalnya bukan
merupakan partai, namun merupakan sebuah organisasi yang sudah
berdiri sejak 1946. Golkar kemudian menjadi wadah orang-orang
yang memiliki golongan dan mempunyai profesi di masyarakat,
contohnya golongan militer, sastrawan, dan yang lainnya
Kenapa Golkar Selalu Menang?
Seperti yang kita semua ketahui, Presiden Soeharto merupakan
presiden dengan masa jabatan terlama di Indonesia, yaitu dari 12
Maret 1967-21 Mei 1998. Masa pemerintahan Soeharto tersebut kita
kenal sebagai Masa Orde Baru. Selama Masa Orde Baru tersebut
terdapat 6 kali pemilu di Indonesia
● Selain adanya Dwifungsi ABRI yang memungkinkan anggotanya
mendapatkan kursi dalam pemerintahan, aturan tiga partai ini
mempersulit rakyat Indonesia lainnya yang merupakan rakyat sipil
untuk ikut berpolitik. Selain itu pada masa orde baru tidak ada
kebebasan berpendapat, terutama dalam bidang politik. Oleh karena
itu tanpa kehadiran oposisi dari rakyat maupun pihak lain, Partai
Golkar selalu mendominasi pemilu di Indonesia.
● Pemilu itu akan menjaring 3.940 orang dari partai dan 1 golongan
karya untuk lembaga perwakilan rakyat, termasuk MPR yang akan
diduduki 920 orang wakil. 460 anggota DPR, 112 orang anggota
tambahan dari golongan politik dan golongan karya, 207 anggota
utusan golongan karya, 10 orang anggota tambahan dari golongan
politik maupun karya, dan DPR 131 orang anggota tambahan utusan
daerah. Ke 460 kursi yang tersedia di DPR terdiri atas 360 orang
terpilih di pemilu dan 100 orang anggota yang diangkat tercatat
57.535.752 warga negara yang berhak ikut
● Berbeda dengan suasana 1955, pemilu 1971 tampak tenang. Tidak
tampak tenang. Pemilu lancar sehingga pukul 12.00 rata-rata TPS
sudah selesai menerima pemilih. Tenangnya suasana pemilu itu
mungkin juga disebabkan oleh surat keputusan panglima komando
operasi pemulihan keamanan dan ketertiban (Kopkamtib), jenderal
TNI Maraden Panggabean tentang pemeliharaan sesudah
pemungutan suara tertanggal Juli 1971
Keputusan surat;
1. Dilarang menyiapkan atau mengadakan pawai-pawai, arak-
arakan, barisan-barisan, demonstrasi-demonstrasi atau yang
dapat disamakan dengan itu baik berjalan kaki maupun
berkendaraan, rapat-rapat umum atau keramaian-keramaian
untuk menunjukkan, memperingati atau merayakan sesuatu
organisasi yang menang dalam pemilu.
2. Dilarang menyiapkan atau mengadakan pawai-pawai, arak-
arakan, barisan-barisan, demonstrasi-demonstrasi atau yang
dapat disamakan dengan itu baik berjalan kaki maupun
berkendara, rapat-rapat umum karena kekalahan sesuatu
organisasi dalam pemilu.
3. Terhadap pelanggaran larangan tersebut di atas diambil
tindakan tegas menurut hukum yang berlaku
4. Keputusan ini berlaku pada 3 Juli 1971.
● Warga yang merupakan bekas tahanan G30S/PKI dilarang ikut
mencoblos dan bila ketahuan langsung ditangkap dan dijatuhi
hukuman.

Masa reformasi ● Landasan hukumnya Undang-undang no 3 tahun 1999


● Partai peserta politik lebih banyak yaitu pada tahun 1999 sebanyak
48 partai politik dengan pemenangnya Partai Demokrat, pada tahun
2004 diikuti oleh 24 partai politik dan yang meraih suara tertinggi
adalah Partai Golongan Karya, pemilu kembali diadakan pada tahun
2009 dengan peserta 38 partai politik dan Partai Demokrat
mendapatkan suara 20,85% dan menjadi pemenang pemilu 2009.
Dan yang terakhir adalah pemilu 2014 yang hanya diikuti oleh 10
partai politik dengan pemenang Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP).
● penyelenggara pemilu adalah Komisi Pemilihan Umum yang bebas
dan mandiri terdiri dari unsur-unsur partai politik peserta pemilu dan
pemerintah. KPU bertanggung jawab pada presiden.
● pengawas pemilu adalah Panwaslu yang bebas dan mandiri terdiri
dari kepolisian, masyarakat, kejaksaan, perguruan tinggi dan pers.
● hasil pemilu tidak bisa diprediksi karena betul-betul murni dari hasil
penghitungan suara yang dilakukan oleh perbedaan penduduk dan
warga negara
Masa millennial ● Pemilu 2014 adalah pemilihan presiden langsung ketiga kalinya
pada 9 April 2014. Pemilu ini diikuti oleh dua pasang capres dan
cawapres yaitu Prabowo Subianto, mantan Panglima Kostrad yang
berpasangan dengan Hatta Rajasa, mantan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian 2009-2014 yang diusung Koalisi Merah Putih
(Golkar, Gerindra, PAN, PKS, PPP) serta Joko Widodo, Gubernur
DKI Jakarta yang berpasangan dengan Jusuf Kalla, mantan wapres
periode 2004-2009 yang diusung Koalisi Indonesia Hebat (PDI-P,
PKB, NasDem, Hanura)
● Pemilu diikuti oleh 12 parpol nasional dan 3 parpol lokal Aceh.
Sebanyak 12 parpol nasional itu yakni Partai NasDem, PKB, PKS,
PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN, PPP,
Partai Hanura, PBB, PKPI. Adapun, 3 parpol lokal Aceh yakni
Partai Damai Aceh, Partai Nasional Aceh, dan Partai Aceh.
● Pileg dan Pilpres diselenggarakan secara terpisah. Saat itu, Pileg
digelar lebih dahulu pada 9 April 2014 untuk memperebutkan 560
kursi DPR sedangkan Pilpres diselenggarakan 3 bulan setelahnya
atau pada 9 Juli 2014.
● Presidential Threshold (batas syarat parpol bisa mengusung capres-
cawapres) menggunakan hasil Pileg tiga bulan sebelumnya.
Ketentuannya parpol atau koalisi parpol bisa mengusung capres-
cawapres apabila memiliki 20 persen kursi di DPR atau 25 persen
suara sah nasional sedangkan parliamentary threshold atau ambang
batas parlemen untuk menempatkan kadernya di DPR sebesar 3,5
persen.
● Pemilu 2014 memakai metode BPP (Bilangan Pembagi Pemilih)
atau Quote Harre dalam menentukan jumlah kursi,
● hasil resmi KPU, pasangan Jokowi - Jusuf Kalla menang. Hasil
tersebut mengkonfirmasi beberapa lembaga yang mengadakan
survei, exit poll, dan quick count dengan angka kemenangan 53,15
persen dan Prabowo - Hatta Rajasa sebesar 46,85 persen. Selain itu
angka golput tercatat sebesar 30,42 persen.
● Pada Pemilu 2019, Pileg dan Pilpres akan digelar secara serentak
dalam satu hari pada Rabu, 17 April 2019. Pemilu secara serentak
ini dampak dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam gugatan
nomor 14/PUU-XI/2013 yang diputus pada 23 Januari 2014.

● Peserta pemilu 2019 adalah 16 partai politik nasional ditambah 4
partai politik lokal di Aceh. Presidential threshold pada pemilu kali
ini karena penyelenggaraannya serentak, disepakati Presidential
Threshold yang digunakan berasal dari hasil Pileg 2014 sementara
parliamentary threshold 2019 naik menjadi 4 persen.
● Tujuannya adalah untuk menyederhanakan sistem multipartai
sehingga partai-partai terseleksi sendiri. Jumlah kursi DPR yang
diperebutkan adalah 575 kursi.
● Penghitungan suara dilakukan dengan teknik Sainte Lague. Parpol
yang memenuhi ambang batas parlemen empat persen suaranya
akan dibagi dengan bilangan pembagi 1 yang diikuti secara
berurutan dengan bilangan ganjil 3,5, 7 dan seterusnya.
Hal itu diatur dalam Pasal 415 ayat (2) UU Pemilu yang berbunyi
"Dalam hal penghitungan perolehan kursi DPR, suara sah setiap
Perkembangan Politik dan Ekonomi dari masa Demokrasi, Liberal,
Terpimpin, dan Reformasi

Masa Terpimpin 1. Perkembangan politik


a. Dekret presiden 5 juli 1959
b. Pelaksanaan demokrasi terpimpin
2. Peran aktif Indonesia pada awal masa Demokrasi Terpimpin
dapat dilihat dari hal-hal berikut.
a. Pengiriman Pasukan Garuda II ke Kongo untuk
bergabung dengan pasukan perdamaian PBB,
UNOC (United Nations Operation for Congo)
b. Presiden Soekarno berpidato dalam sidang umum
PBB pada tanggal 30 September 1960 Judul pidato
tersebut To Build the World a New yang
menguraikan tentang Pancasila masalah Irian Barat,
kolonialisme, peredaan Perang Dingin, dan
perbaikan organisasi PBB
c. Ikut memprakarsai berdirinya GNB 4) Pada
tanggal 24 Agustus-4 September 1962, Indonesia
berhasil menyelenggarakan Asian Games IV di
Jakarta.
3. Arah politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi
Terpimpin terjadi penyimpangan- Penyimpangan tersebut
dari politik luar negeri bebas aktif menjadi condong pada
salah satu poros. pada waktu itu diberlakukan politik
konfrontasi yang diarahkan pada negara-negara kapitalis
a. Old Established Force (Oldeto) adalah kubu
bangsa-bangsa tertindas yang program revolusioner
menentang imperialisme dan kolonialisme
b. New Emerging Force (Nelo) adalah kelompok
negara-negara berkembang yang anti-
imperialis/kolonialis dan sosialis serta komunis.
Indonesia termasuk dalam kelompok
2. Konfrontasi dengan malaysia
3. Indonesia keluar dari PBB
Perkembangan ekonomi:
1. Pembentukkan badan perencanaan pembangunan nasional
(Bappenas)
2. Penurunan nilai uang (devaluasi)
3. Deklarasi ekonomi (dekon)
4. Kebijakan lain pemerintah
Masa demokrasi liberal 1. Perkembangan politik pada masa demokrasi liberal
Dalam UUDS 1950 ditetapkan bahwa sistem demokrasi
yang digunakan adalah demokrasi liberal, sedangkan sistem
pemerintahannya adalah parlementer. Sistem politik pada
masa demokrasi liberal banyak mendorong berkembangnya
partai-partai politik karena demokrasi liberal menganut
sistem multipartai.
Berikut sisi positif dan negatif dan sistem multipartai
1. Sisi positif dari sistem multipartai yaitu sebagai berikut.
a. Menempatkan kalangan sipil sebagai pelaksana
kedaulatan rakyat dan pemerintahan.

b. Mencegah kekuasaan presiden yang terlalu besar


karena wewenang pemerintah dipegang oleh partai
yang berkuasa.

c. Menghidupkan suasana demokratis di Indonesia


karena setiap warga berhak berpartisipasi dalam
politik, antara lain mengkritik pemerintah,
menyampaikan pendapat, dan mendirikan partai
politik

2. Sisi negatif dari sistem multipartai yaitu sebagai berikut.

a. Ada kecenderungan terjadi persaingan yang tidak


sehat di parlemen maupun kabinet

b. Sejumlah partai cenderung menyuarakan kepentingan


kelompoknya sendiri, bukan kepentingan rakyat
banyak.
2. Selama berlakunya UUDS 1950, pemerintah Republik
Indonesia diwarnai dengan pergantian huguh kabinet secara
berturut-turut, yaitu sebagai berikut.
● Kabinet Natsir (6 september 1950- 21 Maret 1951)
● Kabinet Sukiman (27 April 1951- 3 April 1952)
● Kabinet Wilopo (3 April 1952- 2 Juni 1953)
● Kaninet Ali Sastroamijoyo I (13 juli- 12 Agustus
1955)
● Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955- 3
Maret 1956)
● Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956- 14
Maret 1957)
● Kabinet Juanda (9 April 1957- 5 Juli 1959)
3. Keadaan politik Indonesia selama pelaksanaan demokrasi
liberal sejak tanggal 17 Agustus 1950
sampai dengan 5 Juli 1959 penuh dengan pertentangan
antar partai sehingga menimbulkan kekacauan di berbagai
sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Usia kabinet yang
hanya sesaat tidak mungkin melaksanakan program
kerjanya secara tuntas Pembangunan masyarakat, bangsa,
dan negara tidak dapat terlaksana karena para pemimpin
partai yang menjadi menten hanya memikirkan kepentingan
partainya. Hal ini menunjukkan bahwa sistem demokrasi
liberal tidak cocok bagi bangsa Indonesia, sebab tidak
sesuai dengan cita-cita proklamasi, jiwa Pancasila, dan
UUD 1945.
1. Perkembangan ekonomi pada masa demokrasi Liberal:
Kondisi Ekonomi Indonesia pada Masa Demokrasi Liberal
Pada masa Demokrasi Liberal, kondisi ekonomi Indonesia
masih sangat buruk. Buruknya kondisi ekonomi tersebut
disebabkan oleh hal-hal berikut.

a. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada


tanggal 27 Desember 1949, bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti
yang telah ditetapkan dalam hasil-hasil KMB.
Beban tersebut berupa utang luar negeri sebesar 1,5
triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2.8
triliun rupiah
b. Politik keuangan pemerintah Indonesia tidak dibuat
di Indonesia, tetapi dirancang di Belanda.
c. Pemerintah Belanda tidak mewarisi ahli-ahli yang
cukup untuk mengubah sistem ekonomi kolonial
menjadi sistem ekonomi nasional.
d. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri
mengakibatkan pengeluaran pemerintah untuk
operasi-operasi keamanan semakin mening
e. Defisit yang harus ditanggung oleh pemerintah Rl
pada waktu itu sebesar 5,1 miliar rupiah.
f. Ekspor Indonesia hanya bergantung pada hasil
perkebunan.
g. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.

Masa orde baru 1. Perkembangan politik


Kebijakan Politik Dalam Negeri
1. Pelaksanaan pemilu 1971, pada pemilu ini para pejabat
pemerintah hanya berpihak kepada salah satu peserta
Pemilu yaitu Golkar.
2. Penyederhanaan partai politik, dibagi menjadi 2 partai
dan 1 golongan yaitu Partai Persatuan Pembangunan,
Partai Demokrasi indonesia dan Golongan Karya.
3. Dwifungsi ABRI, adalah peran ganda ABRI sebagai
kekuatan pertahanan keamanan dan sebagai kekuatan
sosial politik.
4. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4),
bertujuan untuk memberi pemahaman kepada seluruh
lapisan masyarakat mengenai Pancasila. Semua
organisasi tidak boleh menggunakan ideologi selain
Pancasila, bahkan dilakukan penataran P4 untuk para
pegawai negeri sipil.
Kebijakan politik luar negeri:

1. Indonesia kembali menjadi anggota PBB, Pada saat


Indonesia keluar dari PBB tanggal 7 Agustus 1965,
Indonesia terkucil dari pergaulan internasional dan
menyulitkan Indonesia secara ekonomi maupun politik
dunia. Keadaan ini kemudian mendorong Indonesia
untuk kembali menjadi anggota PBB berdasarkan hasil
sidang DPRGR.
2. Pemulihan hubungan diplomatik dengan Malaysia dan
Singapura dan pemutusan hubungan dengan Tiongkok,
terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia
dan Singapura. Untuk memulihkan hubungan
diplomatik, dilakukan penandatanganan perjanjian
antara Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik dan
Malaysia yang diwakili oleh Tun Abdul Razak pada
tanggal 11 Agustus 1966 di Jakarta.
3. Memperkuat kerja sama regional dan internasional

1. Pemerintahan Orde Baru memiliki slogan dalam


memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi
Pembangunan:
· Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
· Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang
menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
· Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis

2. Revolusi Hijau, pada dasarnya adalah suatu perubahan cara


bercocok tanam dari cara tradisional (peasant) ke cara
modern (farmers). Untuk meningkatkan produksi pertanian
umumnya dilakukan empat usaha pokok, terdiri atas:
● Intensifikasi, usaha untuk meningkatkan produksi
pertanian melalui penggunaan bibit unggul.
● Ekstensifikasi adalah usaha untuk meningkatkan
produksi pertanian dengan cara melakukan
perluasan areal pertanian
● Diversifikasi usaha untuk meningkatkan produksi
pertanian dengan cara melakukan
penganekaragaman pertanian.
● Mekanisme adalah usaha untuk meningkatkan
produksi pertanian dengan cara menggunakan alat-
alat modern dalam bidang pertanian

Masa Reformasi Masa reformasi di Indonesia adalah masa setelah berakhirnya


pemerintahan Orde Baruyang dimulai pada tanggal 21 Mei 1988
saat Presiden Soeharto mengundurkan diri dan digantikan oleh
Wakil Presiden B.J. Habibie. Perkembangan politik pada masa
reformasi ditengarai oleh beberapa peristiwa dan kebijakan penting
seperti Sidang Istimewa MPR 1998, Otonomi Daerah, Pencabutan
pembatasan partai politik, penghapusan Dwifungsi Abri, dan
penyelenggaraan pemilu yang lebih demokratis.
Berikut adalah pemaparan masing-masing perkembangan politik di
masa reformasi menurut Tim Kemdikbud l
1. Sidang Istimewa MPR 1998.

Pada tanggal 10-13 November 1998, MPR mengadakan Sidang


Istimewa untuk menentapkan langkah pemerintah dalam
melaksanakan reformasi di segala bidang. Dalam Sidang Istimewa
MPR 1998 terjadi perombakan besar-besaran terhadap sistem
hukum dan perundang-undangan. Sidang Istimewa MPR 1998
menghasilkan 12 ketetapan MPR yang memperlihatkan adanya
upaya mengakomodasi tuntutan reformasi, ketetapan-ketetapan
tersebut antara lain adalah sebagai berikut.

1. Ketetapan MPR No.VIII Tahun 1998, yang


memungkinkan UUD 1945 diamandemen.
2. Ketetapan MPR No.XII Tahun 1998, mengenai
pencabutan Ketetapan MPR No. IV Tahun 1993 tentang
Pemberian Tugas dan Wewenang Khusus kepada
Presiden/Mandataris MPR dalam rangka Menyukseskan
Pembangunan Nasional sebagai Pengamalan Pancasila.
3. Ketetapan MPR No. XVIII Tahun 1998, mengenai
Pencabutan Ketetapan MPR No. II Tahun 1978 tentang
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka
Prasetya Pancakarsa).
4. Ketetapan MPR No. XIII Tahun 1998, tentang
Pembatasan Masa Jabatan Presiden dan Wakil Presiden
Maksimal Dua Periode.
5. Ketetapan MPR No. XV Tahun 1988, tentang
Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan
Pembangunan dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional
yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
6. Ketetapan MPR No XI Tahun 1998, tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
KKN.
2. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah


otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pada masa reformasi
otonomi daerah dilaksanakan dengan lebih demokratis dari masa
sebelumnya. Pembagian hasil eksplorasi dan eksploitasi sumber
daya alam antara pemerintah pusat dan daerah juga disesuaikan
dengan kebutuhan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di daerah.

3. Pencabutan Pembatasan Partai Politik

Kebebasan berpolitik pada masa reformasi dilakukan uga dengan


cara pencabutan pembatasan partai politik. Melalui kebebasan
untuk mendirikan partai politik, pada pertengahan bulan Oktober
1998 sudah tercatat sebanyak 80 partai politik yang dibentuk.

4. Penghapusan Dwi Fungsi ABRI

Pada masa reformasi Dwi Fungsi ABRI dihapuskan secara


bertahap sehingga ABRI berkonsentrasi pada fungsi pertahanan
dan keamanan. Kedudukan ABRI dalam MPR jumlahnya sudah
dikurangi dari 75 orang menjadi 38 orang. Mulai tanggal 5 Mei 1999
uga Polri memisahkan diri dari ABRI menjadi Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Selanjutnya ABRI berubah menjadi Tentara
Nasional Indonesia (TNI).

Peranan kaum pelajar dalam menyikapi perubahan politik dan okonomi


yang terjadi
 Kaum pelajar/mahasiswa sering disebut sebagai kaum intelektual, pemuda penerus bangsa yang mana masa
depan negara ada di tangan mereka. Selain itu, pelajar dan mahasiswa juga diistilahkan sebagai agen
perubahan. Peran pelajar di indonesia ini sudah tidak bisa dipungkiri, misalnya terkait Kesadaran Nasional
yang diusung oleh Budi Utomo, Sumpah pemuda pada 1928, Kemerdekaan Republik Indonesia, Penurunan
Soekarno dan Soeharto dari jabatan kepresidenan merupakan usaha yang dilakukan oleh para pemuda
indoensia yang terpelajar. Oleh sebab itu, peranan mereka dalam perubahan politik dan ketatanegaraan tidak
bisa dielakkan lagi, mereka adalah:
- sebagai generasi penerus bangsa
- sebagai agen perubahan baik politik, ketatanegaraan, ekonomi, sosial dll.

Anda mungkin juga menyukai