Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lintang Ayu Dyah Choirunnisa

Kelas : XII-MIPA 5

Absen : 18

ANALISIS PEMILU TAHUN 1955


A. Paparan Umum
Pemilihan Umum Legislatif Indonesia 1955 atau biasa dikenal dengan Pemilihan
Umum Indonesia 1955 atau Pemilu 1955 adalah pemilihan umum pertama di Indonesia yang
diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu Indonesia
paling demokratis. Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara masih kurang
kondusif; beberapa daerah dirundung kekacauan oleh DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam
Indonesia) khususnya pimpinan Kartosoewirjo. Dalam keadaan seperti ini, anggota angkatan
bersenjata dan polisi juga memilih. Mereka yang bertugas di daerah rawan digilir datang ke
tempat pemilihan. Pemilu akhirnya pun berlangsung aman. Pemilu ini bertujuan memilih
anggota-anggota DPR dan Konstituante.Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260,
sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil
golongan minoritas yang diangkat pemerintah. Pemilu ini dipersiapkan di bawah
pemerintahan Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo
mengundurkan diri dan pada saat pemungutan suara, dan kepala pemerintahan telah dipegang
oleh Perdana Menteri Burhanuddin Harahap.
B. Latar Belakang
1. Revolusi fisik/perang kemerdekaan, menuntut semua potensi bangsa untuk memfokuskan
diri pada usaha mempertahankan kemerdekaan.
2. Pertikaian Internal, baik dalam lembaga politik maupun pemerintah cukup menguras
energi dan perhatian.
3. Belum adanya UU pemilu yang mengatur tentang pelaksanaan pemilu ( UU pemilu baru
disahkan pada tanggal 4 april 1953 yang dirancang dan disahkan oleh kabinet wilopo)
C. Tujuan Pemilu
Tujuan Pemilu 1955 berdasarkan Undang-Undang No 7 Tahun 1953, Pemilu 1955
dilakukan bertujuan untuk memilih anggota perlemen atau DPR dan Konstituante atau
Lembaga yang diberi tugas dan wewenang untuk melakukan perubahan terhadap konstitusi
negara. Pada pemilu 1955, sistem yang digunakan adalah menggunakan sistem perwakilan
proporsional. Sistem pemilu 1955 yang menggunakan sistem perwakilan proporsional
wilayah Indonesia dibagi menjadi dalam 16 daerah Pemilihan. Dan, pada saat itu, Irian Barat
juga dimasukkan dalam daerah pemilihan yang pada saat itu masuk daerah ke-16 padahal saat
itu Irian Barat masih dikuasai oleh Belanda. Sehingga Pemilu 1955 tidak bisa diselenggarakan
di Irian Barat kala itu.Dalam Pemilu 1955 yang menggunakan sistem perwakilan
proporsional, maka setiap daerah pemilihan mendapat porsi atau jumlah kursi berdasar jumlah
penduduknya. Ketentuan lainnya adalah bahwa setiap daerah pemilihan berhak mendapatkan
jatah kursi minimum yaitu enam kursi di Konstituante dan tiga di parlemen. Di setiap daerah
pemilihan, kursi diberikan kepada partai-partai dan calon anggota lainnya sesuai dengan
jumlah suara yang mereka peroleh. Nah kemudian sisa suara bisa digabung baik antara
berbagai partai dalam satu daerah pemilihan maupun satu partai di tingkat nasional. Untuk
jumlah kursi yang diperebutkan berjumlah 260 sedangkan kursi Konstituante berjumlah 520
(dua kali lipat kursi DPR) ditambah lagi 14 wakil golongan minoritas yang diangkat
pemerintah. Selain diselenggarakan pemilihan DPR dan KOnstituante, pada Pemilu 1955 juga
digelar Pemilu DPRD. Untuk pemilu DPRD, digelar secara terpisah antara Indonesia bagian
barat dan Indonesia bagian timur. Hal ini ditujukan agar pelaksanaan penyelenggaraan pemilu
DPR, Konstituante, dan DPRD, bisa menjadi lebih fokus. Pada Pemilihan Umum pertama
Indonesia yang digelar pada tahun 1955 tersebut, Pemilu diselenggarakan secara sederhana
sehingga tidak menyerap dan menghabiskan biaya negara yang terlalu besar.
D. Kronologi Pelaksanaan Pemilu
Dalam pelaksanaan Pemilu 1955, pendaftaran dilakukan pada tahun sebelumnya yaitu
pada tahun 1954. Tepatnya pada bulan 1954 pendaftaran Pemilihan Umum 1955 dibuka dan
selesai pada bulan Nopember. Pada waktu itu, tercatat ada 43.104.464 warga Indonesia yang
memnuhi syarat dan bisa melakukan pemilihan umum dan tentunya bisa memilih di dalam
bilik suara. Dari jumlah tersebut, tidak semua menggunakan hak pilihnya, namun terhitung
sekitar sebanyak 87,65% atau 37.875.299 yang menggunakan hak pilihnya, angka partisipasi
yang bisa dikatakan cukup tinggi. Pada Pemilihan Umum 1955 yang menggunakan sistem
proporsional tidak murni kala itu, proporsionalitas penduduk dihitung dengan kuota 1 ;
300.000. Peserta Pemilu 1955 tidak kurang dari 80 partai politik, organisasi massa, dan juga
ada banyak peserta perorangan yang mencalonkan diri dalam Pemilu pertama Indonesia
ini.Untuk tanda gambar secara keseluruhan, pada Pemilu 1955 itu ada 172 tanda gambar.
Pada pemilu tersebut, Anggota TNI-ABRI juga turut serta menggunakan hak pilihnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat itu. Untuk pembagian daerah,
pada Pemilu 1955 itu Indonesia dibagi menjadi 16 daerah yang meliputi 208 daerah
kabupaten, 2.139 kecamatan, dan 43.429 desa. Dengan menggunakan perbandingan setiap
300.000 penduduk diwakili oleh 1 wakil. Pada Pemilu 1955 ini diikuti oleh banyak sekali
partai politik, ini wajar karena memang kala itu Indonesia menganut sistem kabinet multi
partai sehingga DPR dari hasil Pemilu terbagi ke dalam beberapa fraksi.Tahapan Pemilu 1955
ini dibagi menjadi dua tahap sesuai dengan tujuannya yaitu Pemilu untuk memilih Anggota
DPR dan Pemilu untuk memilih anggota Konstituante. Untuk Pemilu yang memilih anggota
DPR dilaksanakan pada tanggal 29 September 1955 yang saat otu diikuti oleh 29 partai
politik dan individu. Sedangkan untuk Pemilu yang memilih Anggota Konstituante dilakukan
pada tanggal 15 Desember 1955. Selain memilih anggota DPR dan memilih Konstituante,
pada Pemilu 1955 juga dilakukan pemilihan umum untuk Anggota DPRD yang dilakukan
dengan dua tahap yaitu pada Juni 1957 untuk Indonesia Wilayah Barat dan pada Juli 1957
untuk Indonesia wilayah Timur. Meski kabinet Ali jatuh, Pemilu tetap terlaksana dengan baik
sesuai rencana saat kabinet Burhanudin Harahap. Pada saat itu Pemilu bisa dikatakan berjalan
dengan tertib dan aman dan disiplin. Bahkan banyak pengamat yang menyatakan bahwa
Pemilu pertama Indonesia yang digelar pada tahun 1955 itu adalah Pemilu yang paling jujur
dan bersih dan tentunya demokratis sampai sekarang.
E. Hasil Pemilu
Lima besar dalam Pemilu ini adalah Partai Nasional Indonesia mendapatkan 57 kursi
DPR dan 119 kursi Konstituante (22,3 persen), Masyumi 57 kursi DPR dan 112 kursi
Konstituante (20,9 persen), Nahdlatul Ulama 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante (18,4
persen), Partai Komunis Indonesia 39 kursi DPR dan 80 kursi Konstituante (16,4 persen),
dan Partai Syarikat Islam Indonesia (2,89 persen).Partai-partai lainnya, mendapat kursi di
bawah 10. Seperti PSII (8), Parkindo (8), Partai Katolik (6), Partai Sosialis Indonesia (5). Dua
partai mendapat 4 kursi (IPKI dan Perti). Enam partai mendapat 2 kursi (PRN, Partai
Buruh, GPPS, PRI, PPPRI, dan Murba). Sisanya, 12 partai, mendapat 1 kursi (Baperki, PIR
Wongsonegoro, PIR Hazairin, Gerina, Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia, Partai Persatuan
Dayak, PPTI, AKUI, Partai Rakyat Indonesia Merdeka, Persatuan Rakyat
Desa (bukan PRD modern), ACOMA dan R.Soedjono Prawirosoedarso).
F. Kelemahan

 Adanya krisis Ketatanegaraan. Hal tersebut memicu lahirnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli
1959, kenapa? Karena akibat dari kegagalan Dewan Konstituante dalam menghasilkan
konstitusi baru.
 Tidak ada parpol yang memperoleh suara mayoritas mutlak. Tida adanya pemenang
mayoritas pada saat itu mengakibatkan sistem pemerintahan tak stabil karena kekuasaan
terbagi bagi ke dalam berbagai aliran politik.

 Kekecewaan di Partai Politik. Jumlah partai lebih bertambah banyak dari pada berkurang,
dengan dua puluh delapan partai mendapat kursi, padahal sebelumnya hanya dua puluh partai
yang mendapat kursi. Beberapa pemimpin Masyumi merasa bahwa kemajuan Islam menuju
kekuasaan nasional kini terhalang dan bahwa perhatian mereka seharusnya dialihkan untuk
mengintensifkan Islam ditingkat rakyat jelata. 

G. Kelebihan

 Tingkat partisipasi rakyat sangat besar, ada sekitar 90% dari semua warga yang punya hak
pilih ikut berpartisipasi. 

 Lebih dari 39 juta orang memberikan hak suaranya dan mewakili 91,5% dari para pemilih
terdaftar

 Prosentase suara sah yang besar, ada 80% dari suara yang masuk. Padahal 70%+ penduduk
Indonesia masih buta huruf

 Pemilu berjalan aman, tertib dan disiplin serta jauh dari unsur kekerasan dan kecurangan

Anda mungkin juga menyukai