Dosen Pengampu
Disusun Oleh
Tingkat : 3A
Nim : P05170020008
II. PEMBAHASAN
A. MEDIA BELAJAR DALAM PELATIHAN
Beberapa jenis media seperti modul, buklet, buku, komik, yang isinya lebih panjang (banyak),
bisa dianjurkan sebagai bahan bacaan untuk peserta belajar, apabila diperlukan. Media seperti
leaflet, bosur, jarang dipergunakan sebagai media pelatihan karena biasanya juga bersifat
informasional (bahan bacaan).
Adapun syarat media yang dapat digunakan dalam pelatihan yaitu :
1) Rasional yaitu masuk akal dan terjangkau daya fikir peserta.
2) Ilmiah yaitu harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga peserta bisa
menyesuaikan.
3) Ekonomis yaitu harus sesuai dengan pembiayaan yang ada.
4) Praktis yaitu harus sederhana, tidak terlalu komplek dan mudah digunakan sesuai dengan
kebutuhan.
5) Fungsional yaitu dapat berguna bagi pengajar saat menyampaikan materi dan peserta
dalam menerima materi.
Menurut Gde Putu Arya Oka (2008) ada tiga pengklasian media berdasarkan ciri-ciri tertentu
yang digunakan dalam pelatihan, yang mengacu pada media komunikasi.
a. Media Penyaji
Yang masuk dalam katagori ini terbagi dalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Grafis, bahan cetak, dan gambar diam
2. Media proyeksi diam, contoh : film bingkai (slides), film rangkai (film strip), dan
trasparansi
3. Media audio, contoh : kaset, radio, telepon
4. Audio ditambah media visual diam, contoh : film rangkai suara
5. Gambar hidup (film), contoh televisi/video dan film
6. Televisi, contoh : siaran TPI Pendidikan, TV EDU
7. Multimedia, contoh CAI, CBT, IMMI
b. Media Obyek
Media obyek adalah benda tiga dimensi yang mengandung informasi. Informasi disini tidak
dalam bentuk penyajian tetapi melalui ciri fisiknya seperti : ukuran, beratnya, bentuknya,
susunannya, warnanya, fungsinya, dan sebagainya.
Media obyek terbagai dalam dua kelompok, yaitu :
1. Media obyek yang sebenarnya, terdiri dari obyek alami, baik hidup dan mati. Yang
kedua adalah obyek buatan manusia
2. Media obyek pengganti, contoh : replika dan mockup
c. Media Interaktif
Karakteristik penting dari media ini adalah peserta disamping memperhatikan penyajian atau
obyek, tetapi dipaksa untuk berinteraksi selama mengikuti pelajaran.
Paling sedikit ada tiga macam reaksi yang dapat diidentifikasi ;
1. peserta berinteraksi dengan sebuah program, contoh mengisi tes
2. peserta berinterkasi dengan mesin, contoh terminal komputer
3. media interaktif, mengatur interaksi antar pesrta secara teratur tetapi tidak
terpogram
Klasifikasi di atas merupakan petunjuk mengenai bentuk rangsangan media dan kegiatan apa
yang dilakukan dengan media yang bersangkutan. Strategi yang paling baik adalah
memanfaatkan media yang ada dan bukan terletak pada kecanggihan media itu sendiri.
Apabila alat/bahan tidak dipergunakan sebagai sarana langsung dalam proses pembelajaran,
maka tidak termasuk ke dalam media pembelajaran. Beberapa bahan/alat pembelajaran yang
biasanya dipergunakan adalah :
1) Papan tulis biasa, white-board, magnetic-board
2) Kertas plano
3) Kuda-kuda flipchart
4) Proyektor (slide, film,video)
5) Kartu-kartu metaplan (dibuat dari karton manila bermacam warna dengan-bahan ukuran
tertentu)
6) Bahan-bahan praktek/peragaan
7) Ruangan yang cukup luas untuk 25-30 orang (bisa bergerak leluasa, melakukan diskusi
kelompok, permainan yang tidak dinamis, dsb)
8) Kursi dan meja yang tidak mengganggu ruang gerak peserta. Dalam pelatihan partisipatif,
sebaiknya digunakan kursi yang memiliki meja lengan, sehingga tidak perlu pakai meja lagi, dan
peserta leluasa berpindah atau bergerak. Kalaupun tidak ada kursi bermeja lengan, jangan pakai
meja besar/panjang yang menghabiskan tempat dan menghalangi.
9) Buku tulis, bolpoint, penghapus, spidol, selotip, gunting, paper-clip (penjepit kertas),
stapler dan sebagainya.
2) Media tulisan
Apabila digunakan di dalam diskusi umum (pleno), tulisan sebaiknya dibuat dalam bentuk
huruf balok, dengan ukuran besar, supaya bisa dibaca oleh seluruh peserta di dalam kelas.
Tulisan bisa dibuat di atas papan tulis atau kertas lebar (plano).
Apabila tersedia overhead proyektor, tulisan bisa dibuat di atas plastik transparans dan
diperbesar oleh proyektor.Saat ini juga biasa digunakan alat bantu LCD yang disambungkan ke
komputer sebagai media bantu. Hanya perhatikan prisnsip-prinsip pembuatan media transparan
baik memakai OHP maupun LCD, bentuk huruf sebaiknya balok, ukuran paling sedikit (paling
kecil) 18 font (menurut ukuran komputer) dan isinya hanya point-pointnya saja (kalimat kunci).
3) Media audio-visual
Sebelum dipergunakan dalam pembahasan materi di kelas, media sudah dipersiapkan dan dicoba
terlebih dahulu. Yang perlu diperhatikan adalah jarak pandangan peserta terhadap gambar, dan
volume suara, agar seluruh peserta bisa melihat dan mendengar secara jelas. Semakin canggih
media yang diperlukan, Pemandu juga memerlukan fasilitas pendukung (listrik, layar, proyektor,
kabel).
Unsur-unsur yang juga menjadi pertimbangan pada saat menentukan sebuah media agar dapat
dimanfaatkan secara optimal adalah sebagai berikut :
1. Cara belajar peserta
2. Karakteristik dan budaya peserta dari keseluruhan yang dijadikan target
3. Karakteristik dari setiap komponen media yang digunakan
4. Kelebihan dan kekurangan dari setiap komponen (teks, grafis,sound, animasi,
video )
5. Karakteristik yang tidak bisa dipisahkan dari tiap-tiap materi yang disajikan
(perlakuan yang berbeda antar mata pelajaran)
6. Pentingnya interaktivitas dan partisipasi aktif pengguna
d. Media pelatihan
Penting diingat setiap media diterapkan sesuai dengan tujuannya. Jangan sekali-kali menerapkan
media pelatihan tertentu untuk sekadar gagah-gagahan. Boleh jadi juga sekadar menunjukkan
kesan bahwa media itu sangat dikenal. Mungin juga karena organisasi memiliki sarana untuk
melakukannya, padahal kontribusinya bagi tujuan pelatihan tidak signifikan. Oleh sebab itu,
pemilihan media pelatihan haruslah dipertimbangkan dengan sangat seksama.
Media yang digunakan untuk melaksanakan pelatihan antara lain mencakup:
1) Pelatihan instruksi pekerjaan
Banyak pekerjaan yang terdiri atas sejumlah langkah logis dan paling baik diterapkan dengan
cara yang sama; selangkah demi selangkah. Pembelajaran ini dikenal dengan pelatihan instruksi
pekerjaan. Dalam pelatihan seperti ini, disiapkan semua langkah yang diperlukan untuk
melakukan suatu pekerjaan dari awal sampai akhir. Yang diperlukan dalam pelatihan semacam
ini adlah buku petunjuk/manual penggunaan dan praktik langsung. Tentu saja pada awalnya
dengan pengawasan ketat. Selain untuk menghindari mencelakaan diri sendiri juga merusak
peralatan yang digunakan
2) Pelatihan dalam kelas
Dalam pelaksanaan cara ini fasilitator/instruktur menyampaikan materi pelajaran dengan
menggunakan rencana pembelajaran. Rencana tersebut harus dapat mendorong siswa terlibat
aktif dalam proses pembelajaran dan menerapkan metode pembelajaran (ceramah, diskusi, studi
kasus) yang paling sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Instruktur harus dapat
mengevaluasi tingkat pencapaian peserta atas tujuan pembelajaran. Format dan rincian rencana
pembelajaran boleh jadi bervariasi bergantung pada kompleksitas dan kadar risiko pekerjaan.
Rencana pembelajaran harus cukup rinci untuk menjamin konsistensi penyampaiannya.
3) Pengajaran perseorangan
Pelatihan ini sebenarnya dapat menjadi bagian dari pelatihan dalam kelas. Media ini umum juga
digunakan dalam melatih pegawai pelaksana, pemeliharaan, dan staf teknis. Pengajaran
perseorangan dapat berupa belajar mandiri terstruktur, pelatihan berbasis computer,dan video
interaktif.
4) Pelatihan laboratorium
Pelatihan laboratorium dapat melengkapi dan menyediakan alternatif yang edisien dari pelatihan
dalam kelas dan program pelatihan dalam pekerjaan. Pelatihan laboratorium seringkali
menggunakan surplus peralatan dan barang bekas yang dapat dipakai berulangkali. Laboratorium
ini memungkinkan instruktur untuk melatih banyak peserta. Pelatihan laboratorium menghendaki
adanya bahan pelatihan yang disetujui seperti pedoman laboratorium.
Pelatihan laboratorium digunakan untuk melatih peserta untuk menggunakan peralatan yang
serupa dengan peralatan yang akan mereka gunakan di tempat kerja. Media ini juga dapat
digunakan untuk memberikan pelatihan dalam suasana seperti di tempat kerja tanpa risiko yang
sama. Jika pelatihan laboratorium dapat sejauh mungkin mereplikasi peralatan fasilitas kerja
sehingga menjamin kinerja, maka untuk tujuan kualifikasi ia dapat berfungsi sebagai pengganti
kinerja aktual.
5) Pelatihan simulator
Simulator adalah alat yang memiliki kondisi yang hampir serupa dengan kondisi kerja
sesungguhnya. Simulator yang paling diakui secara luas adalah simulator yang digunakan di
pesawat terbang dan industry bertenaga nuklir. Simulator yang dipakai dapat berfungsi untuk
mewakili seluruh atau sebagaian tugas. Simulator dengan cakupan tugas menyeluruh biasanya
merupakan replika berukuran besar. Alat ini mencipatakan lingkungan pelatihan dengan tingkat
keandalan fisik dan fungsi yang tinggi yang hampir sebanding dengan pekerjaan acuan yang
sesungguhnya. Karena simulator mencerminkan kondisi kerja sesungguhnya, pelatiahn dalm
pekerjaan dapat dilengkapi dengan simulator.
Menurut Gde Putu Arya Oka (2008), di bawah ini adalah beberapa dari kegunaan media antara
lain :
1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita.
Kedua belah otak harus dirangsang contohnya dengan Audio Visual
2. Mengatasi keterbasan pengalaman peserta.
Pengalaman peserta berbeda-beda. Tergantung lingkungan oleh karena itu jika peserta tidak
mungkin dibawa ke objek yang dipelajari, maka obyek itu yang disajikan kepada peserta.
3. Media dapat melampaui batas ruang kelas
Banyak hal yang tidak bisa dialami oleh peserta , hal ini karena obyek 1). Terlalu
Besar (candi ), 2) Obyek terlalu kecil, 3). Gerakan yang terlalu lambat, 4) Gerakan yang terlalu
cepat, 5) obyek yang dipelajari terlalu kompleks, 6) bunyi-bunyi yang dipelajari terlalu halus, 7)
rintangan-rintangan misalnya dalam mempelajari musim.
3. Media memungkinkan adanya interaksi dengan langsung antara peserta dan
lingkungan. Mereka tidak hanya diajak ”bicara tentang”, ”membaca tentang” gejala-gejala social
namun lebih jauh kita ajak untuk berkontak secara langsung dengannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan. Hal ini karena persepsi yang
berbeda antara yang pernah melihat, mendengar dan yang mengalami.
5. Media membangkitkan keinginan dan minat baru
6. Media membangkitkan motivasi dan meransang untuk belajar
7. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari suatu yang konkrit
maupun yang abstrak. Misal film tentang ”Laskar Pelangi”
8. Media memberikan kesempatan pada peserta untuk belajar mandiri
9. Meningkatkan kemampuan keterbacaan baru (new literacy), yaitu kemampuan
untuk membedakan dan menafsirkan obyek, tindakan dan lambang yang tampak,
baik yang alami maupun buatan manusia.
10. Media mampu meningkatkan efeks sosial, yaitu kesadaran akan dunia sekitar
11. Media dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri fasilitator maupun peserta
Sebagai fasilitator, pendamping atau kader perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan baru
karena seringkali mereka diharapkan juga untuk menjadi narasumber oleh kelompok belajar.
Berkomunikasi dengan masyarakat (kelompok dampingan) merupakan pekerjaan terpenting
pendamping atau kader. Proses komunikasi terutama terjadi dalam kegiatan-kegiatan belajar,
baik berupa pertemuan perencanaan program, diskusi mengenai suatu materi atau permasalahan,
praktek maupun pelatihan.
Media yang dipilih untuk suatu kegiatan belajar harus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin
dicapai. Tetapi selain memilih media yang tepat, perlu juga diperhatikan cara menggunakan
media, memperhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam
menggunakan media tersebut. Misalnya tayangan video/slide dapat disajikan untuk semua
peserta dalam sebuah kelas belajar 20 orang, tetapi fotonovela berbentuk buklet hanya bisa
dipergunakan dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk kebutuhan ini, tata ruang yang tepat perlu
dipersiapkan sejak awal.
Adapun aplikasi dalam menggunakan media, ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan,
yaitu :
a. Jangan sampai media dipergunakan alat ceramah atau penyuluhan sebab fungsi utama
media adalah untuk membantu peserta terlibat dalam kegiatan belajar yang interaktif.
b. Fasilitor sebaiknya berusaha agar setiap peserta dapat turut aktif dalam diskusi. Usahakan
agar fasilitator tidak memonopoli pembicaraan, sehingga dapat mengemukakan tanggapan atau
pendapatnya.
c. Tanggapan atau jawaban dari peserta sebaiknya ditulis di papan tulis atau pada kertas
plano (ditempel di tembok), karena peserta akan bisa mengingat dengan lebih baik apabila
mereka melihat dan membaca daripada hanya mendengarkan saja. Selain itu hasil tersebut akan
memancing peserta untuk lebih berpartisipasi dalam diskusi, karena usulan atau tanggapan
mereka dianggap penting/diperhatikan .
B. PELATIHAN DENGAN E-LEARNING
1. Pengertian E-learning
Kata e-learning pada dasarnya terdiri dari dua kata yaitu e yang merupakan singkatan
dari elektronik sedangkan learning diartikan secara bebas pembelajaran. Sehingga e-
learning dapat didefinisikan sebagai proses pembelajaran dengan menggunakan media alat-alat
elektronik. Alat-alat elektronik terdiri dari radio, tape audio/video, tv interaktif, LCD Proyektor,
OHP dan komputer.
Perkembangan alat elektronik sebagai media pembelajaran semakin pesat dengan berbagai model
dan bentuk. Jika pada tahun 80-an penggunaan OHP menjadi sesuatu yang mewah maka saat ini
terasa tidak lengkap dan hambar manakala dalam proses pembelajaran tidak menggunakan LCD
projector. Dalam proses pembelajaran pada hakekatnya adalah proses transfer of knowledge.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat harus dapat diikuti oleh semua orang. Disisi
lain, manusia mempunyai keterbatasan waktu, kesempatan dan mobilitas, maka langkah yang
dikembangkan berikutnya adalah menyediakan sarana/alat yang mendukung efisiensi, efektifitas
dan mobilitas yang tinggi.
Hal ini dapat dijawab dengan adanya perkembangan sarana komunikasi, salah satunya adalah
internet. Kolaburasi antara internet sebagai sarana komunikasi data dengan tuntutan kecepatan
dan daya jangkau yang luas menjadi solusi dalam proses pembelajaran. Sehingga beberapa pakar
teknologi informasi mendefinisikan e-learning bukan dalam arti elektronik secara luas tetapi
lebih spesifik yaitu internet.
Menurut Darin E. Hartley (sebagaimana ditulis Romi Satria Wahana: 2005) menjelaskan
bahwa: e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media
jaringan komputer lain.
Rosenberg (dalam Asep Herman Suyanto: 2005) menekankan bahwa e-learning merujuk pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat
meningkatkanpengetahuan dan keterampilan. Berdasarkan pengertian diatas mempertegas
bahwasannya yang dimaksud dengan e-learning adalah proses pembelajaran dengan
menggunakan media internet yang kemudian lebih dikenal dengan nama internet enabled
learning.
2. Karakteristik E-learning
E-learning memiliki karakteristik yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan tuntutan
efektifitas dan efisiensi. Karakteristik tersebut meliputi:
a. Proses pembelajaran tidak dibatasi ruang, dengan e-learning memungkinkan setiap orang
untuk mengikuti proses pembelajaran dari mana saja, sepanjang terdapat jaringan internet.
b. Informasi selalu real time. Setiap perkembangan dalam hitungan detik dapat diakses oleh
siapa saja
c. Interaksi antara fasilitator dan peserta diklat dapat dilakukan secara langsung dengan
fasilitas chatting walaupun tidak bertemu dalam ruang kelas secara langsung.
d. Manajemen pelaksanaan pembelajaran dapat diketahui secara terbuka oleh peserta karena
dapat diakses melalui website.
e. Mengurangi pekerjaan yang menggunakan kertas, karena seluruh bahan ajar/modul dapat
diperoleh dengan bentuk softcopy.
f. Pada tahap tertentu evaluasi belajar dapat dilaksanakan secara online dan interaktif.
Secara lebih rinci Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e-
learning, yaitu:
a. E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat,
menyimpan atau memunculkan kembali ,mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan
informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg menyebutnya
sebagai persyaratan absolut.
b. E-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar
teknologi internet. CDROM, Web TV, Web, Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital personal
lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa digolongkan sebagai e-
learning.
c. E-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran
yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan. Model E-learning dalam
pengembangan pembelajaran dikenal beberapa model e-learning.
b. Meletakan sistem pembelajaran jarak jauh berbasis web pada sesi awal dan akhir
diklat
Proses diklat ini dilakukan di kelas. Sistem berbasis web ini digunakan untuk memberitahukan
persyaratan diklat dan dapat melakukan kebebasan mempelajari bahan diklat. Langkah
selanjutnya dilakukan tutorial di kelas selanjutnya evaluasi belajar dilakukan dengan melalui
wev based. Sistem pembelajaran jarak jauh berbasis web juga perlu digabungkan
dengan system computer-conveyed based (system komputer pendukung diklat).
Media yang umum digunakan adalah CD-ROM. Dengan menggunakan CD-ROM, maka materi
diklat, data-data, dan informasi yang dibutuhkan peserta dapat disimpan dengan kapasitas
penyimpanan yang besar. Untuk memberikan informasi yang dinamis dan up to date dari CD-
ROM, maka materi diklat yang ada dibuat dalam modul-modul yang kecil, sehingga dapat di
download di internet. Dan membuat link-link yang dapat terkoneksi dengan resource yang ada di
internet.
4. Kelemahan E-learning
Dibalik kelebihan-kelebihan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi
informasi, juga terdapat kelemahan-kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain :
a. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
b. Keterbatasan kecepatan akses data internet, di Indonesia kecepatan akses data internet
masih terbatas. Hal ini menjadi kendala dalam proses pembelajaran yang menuntut kelancaran
dalam transfer data untuk download atau upload berbagai file yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
c. Kemampuan peserta tentang internet tidak merata, mengingat peserta diklat dari latar
belakang pendidikan dan usia yang berbeda-beda.
d. Keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peserta diklat karena disamping harus mengikuti
diklat melalui internet juga masih harus melaksanakan tugas sehari-hari di instansi tempat
bekerja.
e. Tidak semua fasilitator memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
internet.
f. Belum adanya standarisasi bahan ajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
berbasis internet untuk program-program diklat teknis.
g. Belum adanya peraturan yang terkait dengan hak-hak akademis mendukung proses
pembelajaran berbasis internet, misalnya prosedur penghitungan angka kredit.
5. Kesinambungan E-learning
Tantangan berikutnya dalam proses pembelajaran dengan menggunakan e-learning adalah
kontinuitas/kesinambungan proses belajar . Hal ini diingatkan oleh Graham Atwell bahwa dalam
pembelajaran dengan e-learning agar dapat dipastikan kesinambungannya dalam aspek-aspek :
a. Platform pembelajaran dan software pembelajaran.
b. Platform dan software yang mendukung e-learning harus selalu dikembangkan, hal ini
untuk memenuhi kebutuhan yang semakin komplek dalam pembelajaran menggunakan internet.
a. Dukungan institusional terhadap penggunaan e-learning.
c. Aspek ini bisa diartikan dukungan manajemen atau pimpinan dalam upaya untuk
penggunakan internet sebagai sarana pembelajaran.
a. Pembangunan dan pengembangan bahan-bahan yang digunakan dalam e-learning yaitu
bahan ajar, modul, evaluasi dan sebagainya
b. Pendekatan pedagogi
c. Fasilitataro/trainer yang mendukung e-learning.
Dengan kelima aspek di atas, program e-learning diharapkan bukan hanya bertahan, akan tetapi
akan semakin berkembang.
III. PENUTUP
Media dalam pelatihan merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar orang
dewasa. Maka, pelaksana pelatihan harus mampu merencanakan kebutuhan media pelatihan yang
tepat, memberi petunjuk bagaimana menggunakannya, merawat, memperbaiki dan
mengembangannya, agar proses pelatihan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Diakhir tulisan ini perlu ditegaskan kembali, bahwa esensi e-learning pada dasarnya adalah
proses pembelajaran dengan alat bantu secara elektronis. Dalam pelaksanaannya memiliki
kelebihan dan kelemahan yang bisa menjadi hambatan dalam proses e-learning. Dalam proses e-
learning terdapat model-model yang dapat digunakan. Pemilihan model harus disesuaikan
dengan kondisi riil dan tingkat kebutuhan e-learning sehingga mendapatkan hasil yang optimal
baik untuk penyelenggara maupun peserta diklat. Agar program e-learning dapat terus
diselenggarakan, maka diperlukan langkah-langkah yang tepat dan terstruktur untuk menjaganya.
Sumber
Asep (26 Januari 2009). Artikel, Mengenal E-learning. Diambil tanggal 19 April
2009 http://asep-s.web.ugm.ac.id/Artikel/E-LEARNING/MENGENAL%20E-LEARNING.
Azhar Arsyad (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Gde Putu Arya Oka (23 Februari 2008) Artikel, MULTIMEDIA PEMBELAJARAN Sebuah
Pengantar & Teknik Pengembangan, diambil tanggal 19 April 2009.
http://tpundiksha.wordpress.com
Hasan Ashari , Widyaiswara Pusdiklat Anggaran (31 Maret, 2009). Trainer Bidang Anggaran
Pusat dan Daerah, Trainer Keuangan Pusat dan Daerah. Diambil tanggal 19 April 2009,
dari http://www.hasansofi.com Powered by Joomla! html
Pusdiklat Pegawai DEPDIKNAS.(2005). Prinsip-Prinsip Manajemen
Pelatihan. Sawangan :DEPDIKNAS