Hum
Pendidikan multicultural adalah tema yang sangat baru dalam dunia pendidikan. Sebelum
peristiwa Perang Dunia ke II, bisa dikatakan pendidikan tersebut belum banyak diketahui orang.
Bahkan pendidikan ini digunakan sebagai alat politik untuk memberlangsungkan kekuasaan yang
tengah memonopoli sistem pendidikan untuk kelompok tertentu karena selalu menyangkut
HAM, kemerdekaan dari penjajahan, diskriminasi rasial dan lain-lain. Jadi bisa dikatakan
pendidikan multikultural ialah gejala yang sangat baru dalam pergaulan umat manusia ketika
meraka mendambakan persamaan hak, salah satunya adalah hak untuk memperoleh pendidikan
yang sama bagi semua orang.
1. Sebelum tahun 1800-an yakni Sekitar abad ke 15-16, banyak sekali bangsa eropa yang
mulai berlomba untuk menjelajahi luasnya dunia. Mulai dari benua australi, asia,
amerika, hingga afrika. Dalam perjalananya yang jauh tersebut, mereka banyak
mendapati dan menemukan hal-hal yang baru. Mereka juga banyak sekali menjumpai
para suku yang begitu asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan, penjelajahan dan
penemuan mereka di catat sekaligus ditulis ke dalam buku harian ataupun jurnal
kehidupan. Merekapun mencatat ciri-ciri kebudayaan, fisik, bahasa, dan susunan
masyarakat dari suku tersebut yang biasa disebut dengan bahan etnopografi karena Pada
abad ke 19 ketertarikan bangsa eropa dengan etnografi sangat banyak dan meningkat.
2. Pada tahun 1800-an Bahan etnografi tadi sudah di susun menjadi karya sekaligus
karangan bedasarkan cara berfikir evoluasi masyarakat pada masa itu. Masyarakat dan
kebudayaan pun secara perlahan-lahan berevolusi dalam jangka waktu yang sangat
lama.
3. Di awal abad ke 20 Eropa mulai berkembang dengan membangun kerja sama koloni di
amerika, afrika dan asia. Dalam rangka hal tersebut eropa jadi mau mempelajari bahan-
bahan etnografi yang berisi tentang kebiasaan, kebudayaan dari sukubangsa lainya demi
kepentingan pemerintah kolonial.
4. Setelah tahun 1930-an, Ilmu multikulturalpun jadi berkembang sangat cepat, sehingga
membuat seolah-olah sukubangsa asli hilang dari penerapan budaya bumi eropa.
Sementara itu, H. A. R. Tilaar menyebutkan setidaknya ada beberapa elemen kekuasaan di dunia
ini yang telah melahirkan pendidikan multikultural, diantaranya :
Sementara itu seiring dengan berkembangnya paham toleransi, HAM dan demokrasi
diatas kelompok dan grup dari etnis baru mulai melebur ke dalam etnismainstream. Dengan
begitu muncul dan bangkitlah paham nasionalisme baru yang tidak lagi hanya berkonotasi
kepada etnis tapi lebih kepada pengertian kultural. Sehingga nasionalisme kultural menggantikan
nasionalisme etnis, dan pendidikanpun jadi ikut terbuka untuk kebutuhan kelompok-kelompok
yang baru, sekaligus mempersiapkan sudut pandang dan paradigma baru bagi grup dan kelompok
mayoritas dengan kebudayaan mainstreamnya.
Pendidikan multicultural adalah tema yang sangat baru dalam dunia pendidikan. Sebelum
peristiwa Perang Dunia ke II, bisa dikatakan pendidikan tersebut belum banyak diketahui orang.
Menurut koentjaraningrat, ada empat tahapan yang membuatnya menjadi ilmu pengetahuan,
yaitu
1. Sekitar abad ke 15-16, bangsa eropa melakukan perjalanan dan menemukan berbagai
macam suku dan kebudayaan lain sehinggan menuliskannya pada catatan untuk bahan.
2. Pada tahun 1800-an Bahan setnografi sudah jadi karya tapi masih butuh waktu untuk
mempelajarinya
3. Di awal abad ke 20 Eropa terpaksa belajar demi pemerintahan koloni
4. Setelah tahun 1930-an, Jadi berkembang sangat cepat dan melebur
Sementara itu, H. A. R. Tilaar menyebutkan munculnya pendidikan tersebut karena tiga
proses yaitu : Proses Demokratisasi dalam Masyarakat, Pembangunan Kembali Sesudah Perang
Dunia II, dan Lahirnya Paham Nasionalisme Kultural. Proses-proses tadi berkaitan dengan
interestpolitik, ekonomi, sosial, dan intelektual. Bahkan selain itu juga menyangkut HAM,
merdeka dari kebebasan, dan kepentingan lain-nya.
Maka dari situlah UNESCO membuat beberapa anjuran di jenawa pada tahun 1944 yaitu
: Pendidikan mestinya menerima nilai-nilai keanekaragaman, Pendidikan harusnya meneguhkan
jati diri serta mendorong konvergensi gagasan, dan Pendidikan harus mampu menyelesaikan
konflik dengan damai. Seiring berjalanya pesan tersebut semakin meluaslah pendidikan
multicultural di berbagai negara dianataranya, Amerika, Kanada, Inggris, Jerman, Australia dan
tak terkecuali Asia. Pada saat yang sama Indonesia pun terkena dampaknya pada masa awal
kemerdekaan sampai dengan masa kekuasaan pak soeharto dengan masuknya berbagai migrasi
dari luar meski semboyan nya Bhineka tunggal ika, keanekaragamaan dalam persatuan yang
nyata ternyata hanya ditekankan pada kesatuan nya saja dan mengabaikan adanya keaneka
ragaman budaya dan masyarakat yang ada sehinggan pembangunan bangsa Indonesia pun
terhambat.
Saat orde baru mulai runtuh dan kekuasaan bisa diambil maka Era reformasi berhembus
sehingga angin demokrasipun mampu menghidupkan Kembali semangat wacana pendidikan
multikultural sebagai tenaga dan kekuatan dari bangsa Indonesia sekalipun hal ini adalah sesuatu
yang baru dimulai, dan masih belum memiliki pengalaman sehingga harus persiapan dan waktu
yang cukup lama untuk mendapatkan suatu bentuk dalam mengimplementasikan pendidikan
multikultural yang sesuai dan pendekatan yang pas bagi bangsa dan negara Indonesia Itu sendiri
karena multikultural tiap negara tidaklah sama sehingga di berbagai negara memiliki coraknya
masing-masing. Namun setidaknya Indonesia perlu memakai kombinasi dan kolaborasi model
dari Gorski tentang transformasi diri, sekolah sekaligus proses belajar mengajar dan transformasi
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA