Anda di halaman 1dari 9

PUBLIK: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi dan Pelayanan Publik

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna Gorontalo


Volume VII Nomor 1 2020

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI


DI KANTOR CAMAT DUNGINGI KOTA GORONTALO
Swastiani Dunggio
Universitas Ichsan Gorontalo
swastianidunggio@yahoo.co.id
ABSTRAK
Setiap organisasi memiliki ciri khas yang membedakannya dengan organisasi lain, ciri khas
ini menjadi identitas bagi organisasi. Budaya organisasi dapat membantu kinerja pegawai,
karena menciptakan suatu tingkat motivasi yang besar bagi pegawai untuk memberikan
kemampuan terbaiknya dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh
organisasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fakta, data dan hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan variabel budaya organisasi dan kinerja pegawai.
Peneliti menggunakan jenis penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif, yaitu
penelitian yang menggunakan kata-kata atau kalimat dengan beserta angka-angka dengan
memakai sampel dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.
Adapun dalam pengumpulan data dilakukan dengan metode Observasi, Kuesioner. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa, Pengaruh budaya konstruktif (X1) terhadap kinerja pegawai
(Y) sebesar 0,445 atau 44,5% dengan nilai signifikansi sebesar 0,007. Menunjukkan bahwa
semakin baiknya budaya konstruktif akan berdampak pada meningkatnya kinerja pegawai.
Pengaruh budaya pasif-defensif (X2) terhadap kinerja pegawai (Y) sebesar 0,332 atau
33,2% dengan nilai signifikansi sebesar 0,017. Menunjukkan bahwa semakin baiknya
budaya pasif-defensif akan berdampak pada meningkatnya kinerja pegawai. Pengaruh
budaya Agresif-defensif (X3) terhadap kinerja pegawai (Y) sebesar 0,568 atau 56,8%
dengan nilai signifikansi sebesar 0,003. Menunjukkan bahwa semakin baiknya budaya
agresif-defensif akan berdampak pada meningkatnya kinerja pegawai. Simpulannya,
terdapat pengaruh budaya organisasi secara simultan dan parsial terhadap kinerja pegawai
pada Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo
Kata Kunci: Budaya Organisasi; Kinerja Pegawai

ABSTRACT
Every organization has a characteristic that distinguishes it from other organizations, this
characteristic becomes the identity of the organization. Organizational culture can help
employee performance because it creates a large level of motivation for employees to
provide the best ability to take advantage of the opportunities provided by the organization.
The purpose of this study is to find out facts, data, and matters relating to organizational
culture variables and employee performance. Researchers used a type of survey research
with a quantitative approach, namely research that uses words or sentences along with

Swastiani Dunggio: Pengaruh Budaya Organisasi …. Page 1


PUBLIK: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi dan Pelayanan Publik
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna Gorontalo
Volume VII Nomor 1 2020

numbers by using samples and using questionnaires as a primary data collection tool. The
data collection is done by the method of observation, questionnaires. The results showed
that, the effect of constructive culture (X1) on employee performance (Y) of 0.445 or 44.5%
with a significance value of 0.007. Demonstrates that a better constructive culture will have
an impact on improving employee performance. The influence of passive-defensive culture
(X2) on employee performance (Y) of 0.332 or 33.2% with a significance value of 0.017.
Show that the better passive-defensive culture will have an impact on improving employee
performance. The influence of Aggressive-defensive culture (X3) on employee performance
(Y) of 0.568 or 56.8% with a significance value of 0.003. Show that the better the
aggressive-defensive culture will have an impact on improving employee performance. In
conclusion, there is an influence of organizational culture simultaneously and partially on
employee performance at the Gorontalo District Dungingi Office.
Keywords: Organizational Culture; Employee Performance

PENDAHULUAN Kinerja pegawai yang tinggi akan


mendukung produktivitas organisasi,
Manusia sebagai makhluk sosial sehingga sudah seharusnya pimpinan
pada dasarnya mempunyai sifat untuk organisasi senantiasa memperhatikan
bersosialisasi, bekerja sama, dan peningkatan kinerja anggotanya demi
membutuhkan keberadaan manusia kemajuan organisasi. Peningkatan kinerja
lainnya. Untuk itu keberadaan sebuah para anggota juga erat kaitannya dengan
organisasi sangat diperlukan sebagai cara bagaimana organisasi
suatu wadah yang dapat menghimpun mengembangkan budaya organisasi yang
atau mempermudah manusia dalam ada.
bersosialisasi dan bekerja sama. Setiap organisasi memiliki ciri khas
Organisasi merupakan suatu sarana yang membedakannya dengan organisasi
yang beranggotakan orang-orang yang lain, ciri khas ini menjadi identitas bagi
bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Ciri khas inilah yang
bersama. Keberhasilan suatu organisasi dinamakan budaya organisasi. Budaya
sangat erat kaitannya dengan kualitas organisasi mengacu pada hubungan yang
kinerja para anggotanya, sehingga unik dari norma-norma, nilai-nilai,
organisasi dituntut untuk selalu kepercayaan dan cara berperilaku yang
mengembangkan dan meningkatan menjadi ciri bagaimana kelompok dan
kinerja dari para anggotanya. Kinerja individu dalam menyelesaikan sesuatu.
berarti hasil kerja yang dapat ditampilkan Budaya organisasi mengandung nilai-
atau penampilan kerja seseorang nilai yang harus dipahami, dijiwai, dan
pegawai. Dengan demikian, kinerja dipraktikkan bersama oleh semua
seorang karyawan dapat diukur dari hasil individu/kelompok yang terlibat di
kerja, hasil tugas, atau hasil kegiatan dalamnya.
dalam kurun waktu tertentu
(Notoatmodjo, 2009:124).

Swastiani Dunggio: Pengaruh Budaya Organisasi …. Page 2


PUBLIK: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi dan Pelayanan Publik
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna Gorontalo
Volume VII Nomor 1 2020

Budaya organisasi juga akan berbelit-belit, dan penuh dengan Korupsi,


memiliki dampak pada efisiensi dan Kolusi, Nepotisme (KKN).
efektivitas organisasi dan pemberdayaan Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun
pegawai (employee empowerment) di 2104 tentang Pemerintah Daerah, bahwa
suatu organisasi. Budaya organisasi dapat untuk penyelenggaraan pemeritahan
membantu kinerja pegawai, karena daerah, kepala daerah perlu dibantu oleh
menciptakan suatu tingkat motivasi yang perangkat daerah yang dapat
besar bagi pegawai untuk memberikan menyelenggarakan seluruh urusan
kemampuan terbaiknya dalam pemerintahan yang dilaksanakan oleh
memanfaatkan kesempatan yang pemerintah daerah. Salah satu perangkat
diberikan oleh organisasinya. Budaya daerah dalam peraturan pemerintah ini
yang kuat merupakan kunci kesuksesan adalah Kecamatan, yang merupakan
sebuah organisasi. Menurut Ndraha, wilayah kerja camat sebagai perangkat
(2004:68) budaya yang kuat mempunyai daerah kabupaten dan kota yang
3 ciri, yaitu: Kejelasan nilai-nilai dan mempunyai tugas melaksanakan
keyakinan (Clarity of Ordering); kewenangan pemerintahan yang
Penyebaran nilai-nilai dan keyakinan dilimpahkan oleh bupati/walikota untuk
(Extent Of Ordering); Kekokohan nilai- menangani sebagian urusan otonomi
nilai inti dan keyakinan (Core Values daerah.
Being Intensely Held) Kantor Kecamatan Dungingi Kota
Dalam organisasi Gorontalo sebagai perangkat daerah yang
publik/pemerintah di Indonesia, kinerja mempunyai tugas pokok membantu
organisasi publik merupakan hal yang pemerintah Kota Gorontalo dalam
sangat penting guna mewujudkan tata menyelenggarakan pemerintahan,
kelola pemerintahan yang baik (Good pembangunan dan pembinaan kehidupan
Governance) dan pemerintahan yang bermasyarakat serta melaksanakan
bersih (Clean Governance), serta sebagian kewenangan pemerintah Kota
mendukung tugas-tugas pemerintahan berdasarkan pelimpahan wewenang.
untuk memberikan pelayanan yang Kantor Kecamatan Dungingi dituntut
terbaik kepada masyarakat sesuai dengan untuk dapat memberikan pelayanan yang
ciri khasnya sebagai organisasi publik berorientasi kepada kepuasan masyarakat.
yaitu berorientasi pada pelayanan publik Pengamatan peneliti bahwa kinerja
(service public oriented), bukan untuk yang rendah terlihat dari banyaknya
mencari laba (profit oriented). Salah satu tingkat kesalahan dan kerusakan yang
tantangan besar bagi organisasi publik dilakukan oleh pegawai, serta pegawai
saat ini adalah melaksanakan kinerja kurang cermat dalam melakukan tugas-
secara efektif dan efisien karena selama tugasnya. Kemudian, pekerjaan yang
ini instansi pemerintahan diidentikkan seharusnya selesai hari ini itu diselesaikan
dengan kinerja yang lambat, rumit, esok harinya. Selain itu, seringnya
terlambat masuk kantor dan rendahnya

Swastiani Dunggio: Pengaruh Budaya Organisasi …. Page 3


PUBLIK: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi dan Pelayanan Publik
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna Gorontalo
Volume VII Nomor 1 2020

kehadiran karena banyak alasan, serta Fokus Penelitian


masih kurangnya kerjasama antar Berdasarkan latar belakang di
pegawai dalam melakukan pekerjaan. tersebut, maka fokus penelitian adalah:
Jika hal ini dibiarkan terus menerus, Budaya Organisasi
Kantor Kecamatan Dungingi yang Yang dimaksud dengan budaya organisai
mempunyai amanah untuk membantu adalah pola, keyakinan dan nilai-nilai
tugas-tugas walikota tidak akan dapat yang seharusnya dianut.
melaksanakan tugasnya dengan baik. Budaya Pasif-Defensif
Oleh karena itu, Kantor Kecamatan Yang dimaksud dengan budaya pasif-
Dungingi harus dapat membenahi defensif adalah Camat Dungingi harus
permasalahan ini dengan cara memperhatikan budaya tersebut agar
memperhatikan nilai-nilai budaya tidak terus berkembang yang dapat
organisasi publik yang berorientasi pada memberikan pengaruh terhadap kinerja
pelayanan publik (service public pegawai.
oriented), sehingga para pegawai Ruang Interaksi
mempunyai kesepahaman yang sama Yang dimaksud denggan ruang interaksi
akan tujuan kerjanya. adalah Camat harus lebih memberi ruang
Tujuan dari penelitian ini adalah kepada pegawai berinteraksi dengan
untuk mengetahui pengaruh budaya orang lain dengan cara yang tidak
organisasi (X) yang terdiri dari budaya menantang keamanan mereka sendiri.
konstruktif (X1), budaya pasif-defensif
(X2), dan budaya agresif-defensif (X3) METODE PENELITIAN
secara simultan serta secara parsial
Dalam melakukan penelitian ini
terhadap kinerja pegawai (Y) pada Kantor
peneliti memilih jenis penelitian survey
Camat Dungingi Kota Gorontalo.
dengan pendekatan kuantitatif, yaitu
penelitian yang menggunakan kata-kata
PERMASALAHAN
atau kalimat dan gambar serta angka-
Adapun rumusan dalam penelitian angka dengan memakai sampel dan
adalah bagaimana Pengaruh Budaya menggunakan kuesioner sebagai alat
Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Di pengumpulan data pokok.
Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo? Menurut Usman dan Akbar
(2006:40) penelitian deskriptif dimaksud
Tujuan Penelitian membuat penerimaan penyandaran secara
Berdasarkan Rumusan Masalah sistematis, faktual, dan akurat mengenai
Tersebut, Maka Tujuan Penelitian Ini fakta-fakta dan sifat-sifat tertentu.
Adalah Untuk Mengetahui Dan Menurut Sugiyono (2008:8) metode
Memberikan Gambaran Mengenai penelitian kuantitatif dapat diartikan
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap sebagai metode penelitian yang
Kinerja Pegawai Di Kantor Camat berlandaskan pada filsafat positivisme,
Dungingi Kota Gorontalo digunakan untuk meneliti pada populasi

Swastiani Dunggio: Pengaruh Budaya Organisasi …. Page 4


PUBLIK: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi dan Pelayanan Publik
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna Gorontalo
Volume VII Nomor 1 2020

atau sampel tertentu, pengumpulan data defensif (X2), dan budaya agresif-defensif
menggunakan instrumen penelitian, (X3) terhadap kinerja pegawai (Y), maka
analisis data bersifat pengujian dilakukan dengan uji analisis
jalur (Path Analisys), dengan terlebih
Teknik Pengumpulan Data dahulu mengkonversi data skala ordinal
Observasi, yakni kegiatan ke skala interval melalui Method
pengamatan terhadap budaya organisasi Successive Interval (MSI). Analisis jalur
dan kinerja pegawai. Observasi atau digunakan dengan pertimbangan bahwa
pengamatan merupakan alat pelengkap pola hubungan antar variabel dalam
di dalam penghimpunan data penelitian. penelitian adalah bersifat korelatif dan
Menurut Nisbet dan Watt kausalitas. Data yang terkumpul
(Sugiyono,2009:115) di dalam dianalisis hubungan kausalnya antara sub-
melakukan pengamatan harus sub variabel yang dilakukan dengan
menggunakan catatan tak berstruktur menggunakan anlisis jalur (path analisys)
dalam tahap pertama yang terbuka, yang memperlihatkan pengaruh. Gambar
dalam tahap kedua memberikan di atas juga memperlihatkan bahwa sub-
perhatian pada sejumlah kategori terpilih. sub variabel tersebut tidak hanya
Wawancara adalah suatu teknik dipengaruhi oleh X1, X2, dan X3 tetapi
pengumpulan informasi dengan tekhnik ada variabel epselon (ε) yaitu variabel
bertanya yang bebas, tetapi berdasarkan yang tidak diukur dan diteliti.
suatu pedoman (sesuai dengan ruang
lingkup penelitian) guna mendapatkan HASIL PENELITIAN DAN
informasi yang dibutuhkan. Wawancara PEMBAHASAN
ini mempergunakan pedoman
wawancara berstruktur yakni Untuk mengetahui pengaruh budaya
menggunakan pedoman wawancara organisasi terhadap kinerja pelayanan
dimaksudkan untuk memperoleh publik Pada Kantor Camat Dungingi Kota
informasi sebanyak mungkin mengenai Gorontalo, maka berikut ini akan
permasalahan yang diamati. Kuesioner dikemukakan analisis hasil statistik. Hasil
adalah teknik pengambilan data dengan analisis tersebut akan diketahui apakah
membuat daftar pertanyaan yang variabel-variabel bebas (independen)
diberikan pada anggota sampel yang memberikan pengaruh yang nyata
bersedia memberikan respons (responden) (signifikan) terhadap variabel terikat
atau jawaban. (dependen). Hasil olahan data kerangka
hubungan kausal antara X1, X2, dan X3
Metode Analisis Data terhadap Y dapat dibuat melalui
Untuk memastikan sub-sub variabel persamaan struktural sebagai berikut:Y=
apakah ada pengaruh fungsi 0,445X1+0,332X2 +0,568X3+0,435ɛ
kepemimpinan (X) yang tediri dari
budaya konstruktif (X1), budaya pasif- Pengaruh budaya organisasi (X) yang
terdiri dari budaya konstruktif (X1),

Swastiani Dunggio: Pengaruh Budaya Organisasi …. Page 5


PUBLIK: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi dan Pelayanan Publik
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna Gorontalo
Volume VII Nomor 1 2020

budaya pasif-defensif (X2), dan budaya besar dengan nilai probabilitas sig atau
agresif-defensif (X3) secara simultan (0,05 > 0,017) artinya signifikan. Jadi
terhadap kinerja pelayanan publik (Y) terbukti bahwa budaya pasif-defensif (X2)
Hasil uji Fhitung menunjukkan hasil berpengaruh signifikan terhadap kinerja
sebesar 14,745 sedangkan Ftabel sebesar pegawai (Y). Diterima.
2.880 dengan taraf signifikan adalah Hasil olahan data diperoleh bahwa
0,000. Berdasarkan uji F tersebut budaya agresif-defensif (X3) mempunyai
menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel nilai sig sebesar 0,003, kemudian
(14,745 > 2.880) dan tingkat signifikan dibandingkan dengan nilai probabilitas
sebesar 0,000 < α = 0,05. Ini berarti 0,05 ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih
bahwa pada tingkat kepercayaan 95 %, besar dengan nilai probabilitas sig atau
secara statistik variabel budaya organisasi (0,05 > 0,003) artinya signifikan. Jadi
(X) yang terdiri dari budaya konstruktif terbukti bahwa budaya agresif-defensif
(X1), budaya pasif-defensif (X2), dan (X3) berpengaruh signifikan terhadap
budaya agresif-defensif (X3) secara kinerja pegawai (Y). Diterima.
simultan (bersama-sama) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja Temuan penelitian yang dapat
pegawai publik. Diterima. dikemukakan adalah adanya pengaruh
langsung positif dan signifikan secara
Pengaruh Budaya Organisasi (X) yang simultan antara variabel budaya
terdiri dari Budaya Konstruktif (X1), organisasi (X) yang terdiri dari budaya
Budaya Pasif-Defensif (X2), dan konstruktif (X1), budaya pasif-defensif
Budaya Agresif-Defensif (X3) Secara (X2), dan budaya agresif-defensif (X3)
Parsial Terhadap Kinerja Pelayanan terhadap variabel kinerja pegawai (Y).
Publik (Y) Hasil uji persamaan struktural
Hasil olahan data diperoleh bahwa menunjukkan bahwa ketiga sub-variabel
budaya konstruktif (X1) mempunyai nilai tersebut secara simultan berperan
sig sebesar 0,007, kemudian menjelaskan adanya makna pengaruh
dibandingkan dengan nilai probabilitas terhadap kinerja pelayanan. Besarnya
0,05 ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih pengaruh ketiga sub-variabel dari variabel
besar dengan nilai probabilitas sig atau budaya organisasi terhadap kinerja
(0,05 > 0,007) artinya signifikan. Jadi pelayanan publik sebesar 0,565 atau
terbukti bahwa budaya konstruktif(X1) 56,5%. Sedangkan variabel luar yang
berpengaruh signifikan terhadap kinerja tidak dijelaskan dalam model 0,435 atau
pegawai (Y). Diterima. 43,5%. Besarnya pengaruh ini
Hasil olahan data diperoleh bahwa menunjukkan bahwa semakin
budaya pasif-defensif (X2) mempunyai ditingkatkan budaya organisasi maka
nilai sig sebesar 0,017, kemudian kinerja pegawai pada Kantor Camat
dibandingkan dengan nilai probabilitas Dungingi Kota Gorontalo semakin
0,05 ternyata nilai probabilitas 0,05 lebih meningkat.

Swastiani Dunggio: Pengaruh Budaya Organisasi …. Page 6


PUBLIK: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi dan Pelayanan Publik
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna Gorontalo
Volume VII Nomor 1 2020

Berdasarkan hasil penelitian pelayanan untuk memenuhi kebutuhan


menunjukkan adanya pengaruh positif masyarakat.
dan signifikan budaya konstruktif (X1) Pelayanan publik yang dilakukan
terhadap kinerja pegawai (Y) sebesar oleh pemerintah yang efektif dapat
0,445 atau 44,5% dengan nilai memperkuat demokrasi dan hak asasi
signifikansi sebesar 0,007. Hal ini manusia, mempromosikan kemakmuran
menunjukkan bahwa semakin baiknya ekonomi, kohesi sosial, mengurangi
budaya konstruktif akan berdampak pada kemiskinan, meningkatkan perlindungan
meningkatnya kinerja pegawai. lingkungan, bijak dalam pemanfaatan
Berdasarkan hasil penelitian sumberdaya alam, memperdalam
menunjukkan adanya pengaruh positif kepercayaan pada pemerintahan dan
dan signifikan budaya pasif-defensif (X2) administrasi publik.
terhadap kinerja pegawai (Y) sebesar Menurut Hanif Nurcholis,
0,332 atau 33,2% dengan nilai (2005:175-176) mengemukakan bahwa
signifikansi sebesar 0,017. Hal ini pelayanan publik adalah pelayanan yang
menunjukkan bahwa semakin baiknya diberikan oleh negara dan perusahaan
budaya pasif-defensif akan berdampak milik negara kepada masyarakat untuk
pada meningkatnya kinerja pegawai. memenuhi kebutuhan dasarnya dalam
Berdasarkan hasil penelitian rangka menciptakan kesejahteraan
menunjukkan adanya pengaruh positif masyarakat. Pelayanan publik merupakan
dan signifikan budaya agresif-defensif pelayanan yang diberikan untuk
(X3) terhadap kinerja pegawai (Y) sebesar masyarakat banyak. Pelayanan publik
0,568 atau 56,8% dengan nilai diberikan oleh negara melalui organisasi
signifikansi sebesar 0,003. Hal ini atau perusahaan maupun instansi
menunjukkan bahwa semakin baiknya pemerintah demi menciptakan
budaya agresif-defensif akan berdampak kesejahteraan masyarakat.
pada meningkatnya kinerja pegawai. Secara alami budaya sukar
Pelaksanaan pelayanan oleh dipahami, tidak berwujud, implisit dan
pemerintah kepada masyarakat dianggap biasa saja. Tetapi semua
melibatkan kedua belah pihak untuk organisasi mengembangkan seperangkat
saling bekerjasama. Masyarakat inti pengandaian, pemahaman, dan aturan
diharapkan dapat berpartisipasi dalam implisit yang mengatur perilaku sehari-
upaya meningkatkan mutu pelayanan, hari dalam tempat kerja. Peran budaya
yakni dengan memenuhi aturan dengan dalam mempengaruhi perilaku karyawan
kesadaran dan menghargai administrator semakin penting bagi organisasi.
publik yang memberikan pelayanan. Dengan dilebarkannya rentang
Suatu instansi pemerintah merasa kendali, didatarkannya struktur,
dihargai dan akan bekerja dengan penuh diperkenalkannya tim-tim, dikuranginya
tanggung jawab dalam memberikan formalisasi, dan diberdayakannya
karyawan oleh organisasi, makna bersama

Swastiani Dunggio: Pengaruh Budaya Organisasi …. Page 7


PUBLIK: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi dan Pelayanan Publik
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna Gorontalo
Volume VII Nomor 1 2020

yang diberikan oleh suatu budaya yang masyarakat; Kiranya Camat Dungingi
kuat memastikan bahwa semua karyawan lebih memperhatikan budaya pasif-
diarahkan kearah yang sama. Pada defensif di Kantor Camat Dungingi,
akhirnya budaya merupakan perekat dimana memberikan pengaruh yang kecil
sosial yang membantu mempersatukan terhadap kinerja pegawai. Camat harus
organisasi. lebih memberi ruang kepada pegawai
berinteraksi dengan orang lain dengan
SIMPULAN cara yang tidak menantang keamanan
mereka sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat ditarik kesimpulan; DAFTAR PUSTAKA
Terdapat pengaruh budaya organisasi (X)
yang terdiri dari budaya konstruktif (X1), Achmad, Sobirin. 2007. Budaya
budaya pasif-defensif (X2), dan budaya Organisasi. Unit Penerbit Dan
agresif-defensif (X3) secara simultan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
terhadap kinerja pegawai (Y) pada Kantor Manajemen YKPN.Yokyakarta.
Camat Dungingi Kota Gorontalo serta Ardana, K.I., Mujiati N., Utama, M.W.,
terdapat pengaruh budaya organisasi (X) 2012. Manajemen Sumber Daya
yang terdiri dari budaya konstruktif (X1), Manusia. Cetakan
budaya pasif-defensif (X2), dan budaya Pertama. Yogyakarta: PT. Graha
agresif-defensif (X3) secara parsial Ilmu.
terhadap kinerja pegawai (Y) pada Kantor Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Camat Dungingi Kota Gorontalo Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
SARAN Abdussamad, Juriko. 2019. Kualitas
Pelayanan Publik di Kantor Dinas
Berdasarkan kesimpulan yang telah Kependudukan dan Catatan Sipil
diuraikan sebelumnya, maka saran dalam Kabupaten Gorontalo. PUBLIK:
penelitian ini sebagai berikut; Sebaiknya Jurnal Manajemen Sumber Daya
Camat Dungingi lebih menerapkan Manusia, Administrasi dan
budaya yang dalam organisasi. Karena Pelayanan Publik. Sekolah Tinggi
dengan penerapan budaya organisasi, pola Ilmu Administrasi Bina Taruna
keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang Gorontalo. Volume VI Nomor 2
diyakini dan dijiwai oleh seluruh Desember 2019. https://stia-
anggotanya dalam melakukan pekerjaan binataruna.e-
sebagai cara yang tepat untuk memahami, journal.id/PUBLIK/article/view/6
memikirkan, dan merasakan terhadap Dwiyanto, Agus. 2005. Mewujudkan
masalah-masalah terkait, sehingga akan Good Governance Melalui
menjadi sebuah nilai atau aturan di dalam Pelayanan Publik. Yogyakarta:
organisasi menjadi pedoman dalam Gadjah Mada University Press.
memberikan pelayanan yang baik kepada

Swastiani Dunggio: Pengaruh Budaya Organisasi …. Page 8


PUBLIK: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Adminsitrasi dan Pelayanan Publik
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina Taruna Gorontalo
Volume VII Nomor 1 2020

Hanif, Nurcholis. 2005. Teori dan Sudarmanto. 2009. Kinerja dan


Praktek Pemerintahan dan Otonomi Pengembangan Kompetensi
Daerah. Jakarta: Grasindo. SDM (Teori, Dimensi
Kurniawan, Najib. 2008. Paradigma Pengukuran dan Implementasi
Kebijakan Pelayanan Publik. In dalam Organisasi). Yogyakarta:
Trans. Malang Pustaka Pelajar.
Mangkunegara, Anwar Prabu. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
2001. Manajemen Sumber Daya Kunatitatif Kualitatif dan R&D.
Manusia Perusahaan. Bandung: Bandung: Alfabeta.
Remaja Rosdakarya. Supartono. 2004. Ilmu Budaya Dasar,
Mangkunegara. A, P. 2005. Sumber Daya Bogor, Ghalia Indonesia. Usman
Manusia Perusahaan. Bandung: dan Akbar. 2006. Pengantar
Remaja Rosdakarya. Statistika”. Jakarta: Bumi Aksara.
Moenir, A.S. 2002. Manajemen Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo
Pelayanan Umum di Indonesia. Setiady. 2006. Pengantar Statistika.
Jakarta: Bumi Aksara. Jakarta: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Wibowo. 2007. Manajemen
Pengembangan Sumber Daya Kinerja. Jakarta: Raja Grafindo
Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. Parsada.
Nurmantu, Safri. 2007. Budaya
Organisasi. Dari Chester I. Bernard
ke Michael E. Porter. Jakarta:
Midada Rahma Press.
Pasolong, Harbani. 2013. Kepemimpinan
Birokrasi. Bandung: CV. Alfabeta.
Radiany, Rahmady. 2003. Pengaruh
Budaya Organisasi Terhadap
Kualitas Pelayanan Pada PTS Di
Kalimantan Selatan. EKUITAS
ISSN 1411-0393 Akreditasi
No.49/DIKTI/Kep/2003.
Riduwan. 2008. Skala Pengukuran
Variabel-variabel Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Riani, Asri Laksmi. 2011. Budaya
Organisasi. Cetakan Pertama, Edisi
Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen
dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE UI.

Swastiani Dunggio: Pengaruh Budaya Organisasi …. Page 9

Anda mungkin juga menyukai