Anda di halaman 1dari 3

Tugas Dasar Dasar Perikanan Tangkap

Kelompok 1:
Ahmad Fathan Syah (2204111531)
Amri Romadon Tuswanto (2204136063)
Anggi Aulia Zahra (2204135863)
Anggita Amaliyah Rahmayani (2204111523)
Fachrul Luthfan Hutagalung (2204111535)
Luga Riela Nadeak (2204113047)
Mona Elkana (2204135873)
Muhammad Zidan (2204112943)
Nauval (2204111527)
Nova Indriani Br Silalahi (2204111725)
Rio Nugroho (2204111515)
Samuel Bouva (2204112923)
Sherly Ramadani (2204113475)
Tiara Beneva Putri (2204111539)
Wahyu hidayat (2204111529)
Yoga Putra Ananda (2204125391)
Yohana Fransiska Manullang (2204125411)
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN A

1. Ringkasan analisis video yang telah disampaikan

ANALISIS VIDIO NEGARA-NEGARA PENGHASIL IKAN TOP

Setelah Mengamati video tersebut, kami mendapati bahwa tangkapan ikan


global puncaknya yaitu pada tahun 1996 dengan jumlah sekitar 130 juta ton. Setelah
itu, hasil tangkapan ikan mulai menurun, dan pada tahun 2018, jumlahnya hanya
sekitar 96 juta ton. Ini berarti hasil tangkapan ikan telah menurun sekitar 26% dalam
waktu 22 tahun terakhir. Pada tahun 1950-1961, Jepang menduduki peringkat ke-1
sebagai negara penghasil ikan terbesar. Pada tahun 1962-1970 hasil tangkapan Jepang
menurun dan digantikan oleh negara Peru. Namun, pada tahun 1971-1987 Jepang
kembali menduduki peringkat pertama.Pada tahun 1988-2018 Cina secara drastis naik
menduduki peringkat pertama sebagai penghasil ikan terbesar yaitu mencapai
80.966.369.
Dari video tersebut diperlihatkan bahwa pada awal ahun 1950-1961 Jepang
menduduki sebagai negara teratas penghasil ikan terbanyak, lalu dilanjutkan pada
tahun 1971-1987. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya laut
dan memiliki berbagai macam jenis ikan yang dijadikan bahan makanan olahan.
Yang kedua setelah Jepang yaitu Peru. eru mencapai puncak teratas sebagai
penghasil ikan terbanyak pada tahun 1962-1970 mencapai 5,85 juta ton. Peru adalah
produsen penghasil laut terbesar kedua didunia setelah Jepang.
Dan yang ketiga adalah China, komoditas terpenting beberapa decade terakhir
di Cina salah satunya adalah ikan. Produk olahan terbesar China sejak tahun 1988-
2018 yaitu ikan asin, produk kalengan, dan abaloneyang dapat diolah dalam berbagai
hidangan.

2. ”Faktor yang menyebabkan negara INDONESIA belum mencapai nilai produk


hasil tangkapan yang tinggi”
Rendahnya nilai produksi hasil perikanan di Indonesia di pengaruhi oleh
beberapa factor seperti :
• Tingkat konsumsi ikan oleh masyarakat Indonesia masih rendah.
• Alat-alat penangkapan ikan baik secara kuantitas dan kualitas masih terbatas.

• Tingkat pencemaran air yang mengancam kehidupan ikan darat dan ikan laut
makin tinggi.
• Kreatifitas nelayan dalam mengelola ikan pasca penangkapan rendah.

 1. Ikan sebagai bahan pangan di Indonesia memiliki beberapa keunggulan,


diantaranya: sebagai sumber nutrisi esensial, white meat, bersifat universal, harga
relatif murah, proses produksi relatif singkat, serta suppy lokal. Tingkat konsumsi
ikan di Indonesia relatif rendah dibandingkan dengan potensi sumber daya
perikanan yang dimiliki. Angka konsumsi ikan pada tahun 2010 sebesar 30,48
kg/kap/th, meningkat setiap tahunnya hingga mencapai 38,1 kg/kap/th pada tahun
2014 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,78%. Penyediaan ikan pada tahun
2010 sebesar 38,39 kg/kap/th dan meningkat menjadi 51,8 kg/kap/th pada tahun
2014 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 7,85%. Penyebab rendahnya konsumsi
ikan diantaranya adalah kurangnya pemahamn masyarakat tentang manfaat
mengkonsumsi ikan, kurang lancarnya distribusi ikan, belum optimalnya sarana
dan prasarana serta mitos yang berkembang di masyarakat. Regulasi perikanan
diantaranya UU No 31 thn 2004 tentang Perikan jo UU No 45 th 2009 , UU No
18 tahun 2012 tentang Pangan serta INPRES No. 1 tahun 20 17 tentang Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat
konsumsi ikan pada generasi muda cenderung rendah (Thorsdottir et al., 2012;
Waysima et al., 2010).
 2. Mayoritas nelayan di Indonesia masih menggunakan kapal dan alat
penangkapan yang sederhana. Nelayan di Indonesia juga belum menggunakan
teknologi tinggi dalam pennagkapan ikan. Seperti nelayan di Kerala, negara
dibagian ujung selatan tanjung India, banyak yang telah beriventasi dalam Global
Positioning System (GPS).
 3. Tingginya kontaminasi logam berat di sungai dapat mengurangi
keanekaragaman ikan. Karena itu, ditunjukkan bahwa ada hubungan langsung
antara kualitas air dan keanekaragaman ikan. Selain itu, kehadiran pencemaran
logam berat dapat mempengaruhi struktur histologis jaringan dan organ ikan dan
berkontribusi terhadap penurunan ukuran, berat, dan total panjang ikan.
Ada hubungan positif antara ukuran ikan dan konsentrasi logam berat di
sungai dan kemudian secara negatif berkorelasi dengan kesehatan ikan. Hal ini
disebabkan ikan sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan cepat
beradaptasi dengan perubahan morfometrik yang diperlukan.
 4. Masyarakat nelayan selama ini selalu dikaitkan dengan masalah kemiskinan
kususnya bagi buruh nelayan. Menyikapi hal tersebut, maka beberapa masyarakat
nelayan kususnya buruh nelayan melakukan upaya untuk meningkatkan
perekonomian keluarganya. Upaya tersebut diantaranya: memanfaatkan potensi
sumber daya laut terutama potensi perikanan untuk diolah menjadi produk-produk
yang lebih tahan lama dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Masyarakat
nelayan lebih memilih melakukan pengolahan ikan karena melihat potensi
perikanan yang cukup besar di wilayahnya. Melihat kondisi tersebut maka
masyarakat nelayan mulai beralih pekerjaan yang semula mencari ikan di laut
beralih untuk melakukan perilaku kreatif mengolah hasil perikanan laut untuk
menjadi produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai