Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN


“DIARE”
Dosen pengampu: Ns. Supriadi, M.Kep.

Disusun oleh Kelompok 3:

Muhammad Putra Jaya (113121038)


Mulsani Ependi (113121040)
Parhuni (113121048)
Rabiatul Adawiyah (113121051)
Ria Ariyanti (113121052)
M.Supriadi Hamdani (113121031)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES) HAMZAR
LOMBOK TIMUR
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah “Gangguan
Sistem Pencernaan (Diare)”. Dan juga penulis berterima kasih pada Bapak Ns. Supriadi,
M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN......................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3

1.3 Manfaat.............................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

2.1 Pengertian Diare...............................................................................................................6

2.2 Penyebab Diare.................................................................................................................6

2.3 Tanda Dan Gejala Diare...................................................................................................8

2.4 Patofisiologi Diare............................................................................................................9

2.5 Klasifikasi Diare.............................................................................................................10

2.6 Komplikasi Diare............................................................................................................11

2.7 Pengobatan Diare............................................................................................................12

2.8 Pencegahan Penyakit Diare............................................................................................15

BAB III.....................................................................................................................................19

PENUTUP................................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................19

3.2 Saran...............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun)
terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare.
Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional
fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia
setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu
penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Dimana pada dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian
balita, membunuh lebih dari 1,5 Juta orang pertahun. Diare kondisinya dapat merupakan
gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makana atau kelebihan
Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan seringkali enek dan muntah. Dimana menurut
WHO (1980) diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare
kronik.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian Kesehatan, tingkat
kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4 persen. Adapun
pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggal karena kekurangan cairan
tubuh. Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka
mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Kematian
akibat penyakit diare di Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru
akut) yang selama ini didengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi diare?
2. Apa penyebab diare?
3. Bagaimana tanda dan gejala diare?
4. Bagaimana patofisiologi diare?
5. Apa saja klasifikasi diare?
6. Apa saja komplikasi diare?
7. Bagaimana pengobatan diare?
8. Bagaimana pencegahan diare?
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui definisi diare

4
2. Untuk mengetahui penyebab diare
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala diare
4. Untuk mengetahui patofisiologi diare
5. Untuk mengetahui klasifikasi diare
6. Untuk mengetahui apa saja komplikasi diare
7. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan diare
8. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan diare

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu
hari (Depkes RI 2011).
Diare dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya,
dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan
dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus
(Gastroenteritis), usus halus (Enteritis), kolon (Kolitis) atau kolon dan usus (Enterokolitis)
(Wong, 2008).
Menurut WHO Pengertian diare adalah buang air besar dengan konsistensi cair
(mencret) sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari (24 jam). Ingat, dua kriteria penting
harus ada yaitu BAB cair dan sering, jadi misalnya buang air besar sehari tiga kali tapi tidak
cair, maka tidak bisa disebut daire. Begitu juga apabila buang air besar dengan tinja cair tapi
tidak sampai tiga kali dalam sehari, maka itu bukan diare. Pengertian Diare didefinisikan
sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan
diare, muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz, 2009).
Hidayat (2008) menyebutkan diare adalah buang air besar pada bayi atau anak Iebih
dan 3 kali sehari, disertai konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dan satu minggu. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja
yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan
volume cairan, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah.

2.2 Penyebab Diare

Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umum diare disebabkan dua hal yaitu
gangguan pada proses absorpsi atau sekresi. Kejadian diare secara umum terjadi dari satu
atau beberapa mekanisme yang saling tumpang tindih. Menurut mekanisme diare maka
dikenal: diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar
daripada kapasitas absorpsi. Disini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus,
mengakibatkan absorpsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus
6
normal, diare dapat terjadi akibat absorpsi di kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat.
Diare juga dapat dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi. Komplikasi
kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi, tetapi sebagian kecil
mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang diberikan.
Tabel 2.1 Penyebab Diare Akut dan Kronik pada Bayi, Anak-anak dan Remaja (Sodikin,
2011).
Jenis Diare Bayi Anak-anak Remaja
Akut  Gastroenteritis  Gastroenteritis  Gastroenteritis
 Infeksi sistemik akibat  Keracunan makanan  Keracunan makanan
pemakaian antibiotik  Infeksi sistemik akibat akibat pemakaian
pemakaian antibiotik antibiotik
Kronik  Pascainfeksi Defisiensi  Pascainfeksi  Penyakit radang usus
disakaridase sekunder  Defisiensi disakaridase  Intoleransi laktosa
 Intoleransi protein susu sekunder  Giardiasis
 Sindrom iritabilitas  Sindrom iritabilitas  Penyalahgunaan
colon kolon laksatif (anoreksia
 Fibrosis kistik  Penyakit seliak nervosa)
 Penyakit seliakus  Intoleransi laktosa
 Sindrom usus pendek  Giardiasis
buatan

Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare pada anak dan
balita. Infeksi Rotavirus biasanya terdapat pada anak-anak umur 6 bulan–2 tahun (Suharyono,
2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian besar perawatan rumah sakit karena diare
berat pada anak-anak kecil dan merupakan infeksi nosokomial yang signifikan oleh
mikroorganisme patogen. Salmonella, Shigella dan Campylobacter merupakan bakteri
patogen yang paling sering diisolasi. Mikroorganisme Giardia lamblia dan Cryptosporidium
merupakan parasit yang paling sering menimbulkan diare infeksius akut (Wong dkk., 2009).
Selain Rotavirus, telah ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus ini lebih
banyak kasus pada orang dewasa dibandingkan anak-anak (Suharyono, 2008). Kebanyakan
mikroorganisme penyebab diare disebarluaskankan lewat jalur fekal-oral melalui makanan,
air yang terkontaminasi atau ditularkan antar manusia dengan kontak yang erat (Wong dkk.,
2009).

7
2.3 Tanda Dan Gejala Diare

Bila penyebab diare akibat menelan makanan yang mengandung racun dari kuman,
akan terdapat gejala lain berupa mual hingga muntah. Pada kasus keracunan makanan,
biasanya gejala diare seperti muntah akan terlihat lebih dominan dibandingkan diarenya
sendiri. Demam juga mungkin menyertai diare yang diakibatkan oleh infeksi. Selain itu,
adanya perlukaan di mukosa usus akan menyebabkan adanya darah maupun lendir pada tinja
sehingga diperlukan pencegahan diare untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya
komplikasi diare. Nyeri perut hingga kram perut dapat terjadi pada diare yang terjadi akibat
percepatan gerakan usus maupun yang melukai mukosa usus.
Selain tanda dan gejala diare, yang penting untuk diperhatikan bila anda mengalami
diare adalah untuk mengenali tanda – tanda kekurangan cairan yang merupakan salah satu
komplikasi diare yang paling sering terjadi. Pada usia dewasa, gejala kekurangan cairan yang
dapat diamati adalah:
a. Feses berwarna gelap yang mengindikasi adanya darah pada feses
b. Kurang tidur
c. Penurunan berat badan
d. Badan lemah
e. Feses lembek dan cair serta lebih dari 3 kali dalam 24 jam
f. Sakit perut dan kram perut
g. Mual dan muntah
h. Sakit kepala
i. Kehilangan nafsu makan
j. Demam
k. Dehidrasi
l. Darah pada feses
m. Feses yang dihasilkan banyak

Pada anak, karena komposisi cairan pada tubuhnya sangat tinggi, bila terjadi
kekurangan cairan akan tampak cekung di daerah sekitar mata maupun ubun – ubun. Selain
itu bila dilakukan cubitan kulit di daerah perut, kulit tidak akan segera kembali seperti semula
atau menjadi peyot seperti kulit orang lanjut usia. Anak yang tampak rewel, minum dengan
sangat lahap, menangis namun tidak keluar air mata, atau tidak kencing selama > 3 jam juga

8
merupakan tanda kekurangan cairan. Bila anak sampai tidak sadar atau nampak sesak dan
sulit bernapas, kekurangan cairan yang terjadi mungkin sudah berat.
Diare adalah penyakit serius jika terjadi pada bayi dan anak Anda. Diare dapat
menyebabkan dehidrasi serius dan mengakibatkan kondisi yang membahayakan nyawa pada
waktu yang singkat. Anda perlu menghubungi dokter jika Anda melihat gejala-gejala ini pada
anak Anda:
a. Produksi urin menurun
b. Mulut kering
c. Kelelahan
d. Sakit kepala
e. Kulit kering
f. Mengantuk
g. Gelisah dan rewel

2.4 Patofisiologi Diare

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor di


antaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus
meneyebabkan sistem transpor aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan
kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi
rongga usus sehingga terjadilah diare. Ketiga faktor makanan, ini terjadi apabila toksin yang
ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian
menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkan diare (Hidayat, 2006:12)
Diare merefleksikan peningkatan kandungan air dalam feses akibat gangguan absorpsi
dan atau sekresi aktif air usus.6 Secara patofisiologi, diare akut dapat dibagi menjadi diare
inflamasi dan noninflamasi
9
Inflamasi Noninflamasi
Mekanisme Invasi mukosa atau cytotoxi mediated Enterotoksin atau berkurangnya
inflammatory response kapasitas absorpsi usus kecil

Lokasi Kolon, usus kecil bagian distal Usus kecil bagian proksimal

Diagnosis Terdapat leukosit feses, kadar Tidak ada leukosit feses, kadar
laktoferin feses tinggi laktoferin feses rendah

Penyeab bakteri Campylobacter* Shigella species Salmonella* Escherichia coli**


Clostridium difficile Yersinia Vibrio Clostridium perfringens
parahaemolyticus Enteroinvasive Staphylococcus aureus
E.coli Plesiomonas shigelloides Aeromonas hydrophilia Bacillus
cereus Vibrio
Cholerae
Virus Cytomegalovirus* Rotavirus Norwalk
Adenovirus Herpes simplex virus
Parasit Entamoeba histolytica Cryptosporidium*
Microsporidium* Isospora
Cyclospora Giardia lamblia
Usus kecil berfungsi sebagai organ untuk mensekresi cairan dan enzim, serta
mengabsorpsi nutriens. Gangguan kedua proses tersebut akibat infeksi akan menimbulkan
diare berair (watery diarrhea) dengan volume yang besar, disertai kram perut, rasa kembung,
banyak gas, dan penurunan berat badan.6 Demam jarang terjadi serta pada feses tidak
dijumpai adanya darah samar maupun sel radang.6 Usus besar berfungsi sebagai organ
penyimpanan. Diare akibat gangguan pada usus besar frekuensinya lebih sering, lebih teratur,
dengan volume yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan feses
berdarah/mucoid juga sering terjadi. Eritrosit dan sel radang selalu ditemukan pada
pemeriksaan feses (Medicinus Probiotics vol 22. N0 3, 2009)

2.5 Klasifikasi Diare

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari ( umumnya kurang dari 7
hari ). Gejala dan tanda sudah berlangsung < 2 minggu sebelum datang berobat. Akibat
diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian
bagi penderita diare.
b. Diare kronik, yaitu diare yang gejala dan tanda sudah berlangsung > 2 minggu sebelum
dating berobat atau sifatnya berulang.

10
c. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat dari disentri adalah
anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada
mukosa.
d. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus.
Akibat dari diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.
Terdapat beberapa pembagian diare ( Juffrie, 2011) :
1. Pembagian diare menurut etiologi

a. Diare Spesifik
Diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Contoh:
disentri.
b. Diare Non Spesifik
Diare yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan, rangsangan oleh zat
makanan, gangguan saraf.
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.
2.6 Komplikasi Diare

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama


pada lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera, kehilangan cairan terjadisecara
mendadak sehingga cepat terjadi syok hipovolemik. Kehilangan elektrolit melaluifeses dapat
mengarah terjadinya hipokalemia dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat
mendapat pertolongan medis, syok hipovolemik sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul
nekrosis tubular akut ginjal dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat
juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi optimaltidak
tercapai.
Komplikasi paling penting walaupun jarang diantaranya yaitu: hipernatremia,
hiponatremia, demam, edema/overhidrasi, asidosis, hipokalemia, ileus paralitikus, kejang,
intoleransi laktosa, malabsorpsi glukosa, muntah, gagal ginjal.

11
Haemolityc Uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi terutama oleh EHEC
(Enterohemorrhagic E. Coli). Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan
trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan
penggunaan obat anti-diare, tetapi hubungannya dengan penggunaan antibiotik masih
kontroversial.
Sindrom Guillain – Barre, suatu polineuropati demielinisasi akut, merupakan
komplikasi potensial lain, khususnya setelah infeksi C. jejuni; 20-40% pasien Guillain –
Barre menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya. Pasien menderita kelemahan
motorik dan mungkin memerlukan ventilasimekanis. Mekanisme penyebab sindrom Guillain
– Barre belum diketahui. Artritis pasca-infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah
penyakit diare karena Campylobacter, Shigella, Salmonella, atau Yersinia spp.

2.7 Pengobatan Diare

Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan


(2011) program lima langkah tuntaskan diare yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl), kalium
klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.Oralit diberikan
untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare.
Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung
garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit
dalam tubuhsehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang
terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit dengan osmolaritas
rendah.Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolaritas rendah diberikan kepada
penderita diare akan:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%.
Aturan pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi
dapat dibagi berdasarkan :
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

12
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
2) Dehidrasi ringan bia terjadi penurunan berat badan 2,5%-5%
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas.
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikandengan sendok dengan
cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh
dilakukan.Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas.Bila terjadi
muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai
dengan diare berhenti.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar
ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare,
anak dapat diberikan zincyang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga
agar anak tetap sehat. Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk
kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam
jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang
selama diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare
serta menjaga agar anak tetap sehat.
Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc
diberikan selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut:
1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari
c. Pemberian Makan
Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas) penderita
diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan
yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang

13
gizi akanmeningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh karena perlu
diperhatikan:
1) Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan
meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa penyembuhan
(bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
2) Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan,
jika bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula berikan
konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif. Dengan menyusu
lebih sering maka produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi
untuk mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki antibodi yang penting
untuk meningkatkan kekebalantubuh bayi.
3) Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan. Makanan
Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24 bulan dan sejak
balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara
bertahap.
4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d. Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena
kolera, atau diare dengan disertai penyakit lain. Efek samping dari penggunaan
antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati dan diare
yang disebabkan oleh antibiotik.
e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang carapemberian Oralit,
Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas
kesehatan jika anak:
1) Buang air besar cair lebih sering
2) Muntah berulang-ulang
3) Mengalami rasa haus yang nyata
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinjanya berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari

14
2.8 Pencegahan Penyakit Diare

Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan
adalah:
1. Pemberian ASI
ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia
dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh
bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak
ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini.
ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti susu formula atau
cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-bahan dapat terkontaminasi dalam
botol yang kotor. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain
yang akan menyebabkan diare. Keadaan seperti ini di sebut disusui secara penuh
(memberikan ASI Eksklusif).
Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6
bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan
dengan makanan lain (proses menyapih).
ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi
dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap
diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai
dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri
penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.
2. Makanan Pendamping ASI
Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai
dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Perilaku pemberian makanan pendamping
ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan bagaimana makanan
pendamping ASI diberikan.
Ada beberapa saran untuk meningkatkan pemberian makanan pendamping
ASI, yaitu:
a. Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan dapat teruskan
pemberian ASI. Tambahkan macam makanan setelah anak berumur 9 bulan atau
15
lebih. Berikan makanan lebih sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun,
berikan semua makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan
pemberian ASI bila mungkin.
b. Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi /bubur dan biji-bijian untuk
energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang- kacangan,
buah-buahan dan sayuran berwarna hijau ke dalam makanannya.
c. Cuci tangan sebelum meyiapkan makanan dan meyuapi anak. Suapi anak
dengan sendok yang bersih.
d. Masak makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat yang dingin dan
panaskan dengan benar sebelum diberikan kepada anak.
3. Menggunakan Air Bersih Yang Cukup
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui Face- Oral
kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan
yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari
sumbernya sampai penyimpanan di rumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Ambil air dari sumber air yang bersih
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung khusus
untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak- anak
d. Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih)
e. Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan
cukup.
4. Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun,
terutama sesudah buangair besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan

16
makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak
dalam kejadian diare (Menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%).
5. Menggunakan Jamban
Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan
jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit
diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga
harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh
seluruh anggota keluarga.
b. Bersihkan jamban secara teratur.
c. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.
6. Membuang Tinja Bayi Yang Benar
Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak
benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak- anak dan orang
tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga:
a. Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban
b. Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya.
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang
atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun.
7. Pemberian Imunisasi Campak
Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar
bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare,
sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu
berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.
8. Penyediaan Air Bersih
Mengingat bahwa ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui air
antara lain adalah diare, kolera, disentri, hepatitis, penyakit kulit, penyakit mata, dan
berbagai penyakit lainnya, maka penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan
kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk
menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyakit

17
tersebut, penyediaan air bersih yang cukup disetiap rumah tangga harus tersedia.
Disamping itu perilaku hidup bersih harus tetap dilaksanakan.
9. Pengelolaan Sampah
Sampah merupakan sumber penyakit dan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit seperti lalat, nyamuk, tikus, kecoa dsb. Selain itu sampah dapat mencemari
tanah dan menimbulkan gangguan kenyamanan dan estetika seperti bau yang tidak
sedap dan pemandangan yang tidak enak dilihat. Oleh karena itu pengelolaan sampah
sangat penting, untuk mencegah penularan penyakit tersebut. Tempat sampah harus
disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat
penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah
ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara
ditimbun atau dibakar.
10. Sarana Pembuangan Air Limbah
Air limbah baik limbah pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola
sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber penularan penyakit. Sarana pembuangan
air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika
dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus, kondisi ini
dapat berpotensi menularkan penyakit seperti leptospirosis, filariasis untuk daerah
yang endemis filaria. Bila ada saluran pembuangan air limbah di halaman, secara rutin
harus dibersihkan, agar air limbah dapat mengalir, sehingga tidak menimbulkan bau
yang tidak sedap dan tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu
hari yang dapat disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Diare juga didefinisikan sebagai inflamasi pada membran mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan diare, muntahmuntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Penyebab utama disentri di Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter
jejuni, Escherichia coli, dan Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh
Shigella dysentery, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella
dan Enteroinvasive E.coli ( EIEC).
Secara patofisiologi, diare akut dapat dibagi menjadi diare inflamasi dan
noninflamasi. Diare akibat gangguan pada usus besar frekuensinya lebih sering, lebih teratur,
dengan volume yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan feses
berdarah/mucoid juga sering terjadi.

3.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna sehingga diharapkan para pembaca dapat
melengkapi makalah ini dengan sumber-sumber infromasi yang terpercaya dan dapat di
pertanggungjawabkan.

19
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Lukman Zulkifli. 2015. Tatalaksana Diare Akut. CDK-230/ vol. 42 no. 7.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

DepKes RI. Buku saku petugas kesehatan: Lintas diare. Ditjen Pengendali Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan, Dep Kesehatan Republik IndonesiaJakarta. 2011;2:4-11.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. (2011). Panduan


Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita. Jakarta

Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM, Lesmana LA,
dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1996. 451-57.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi
Kesehatan Volume 2 Triwulan 2. Jakarta: Redaksi Datinkes Departemen Kesehatan

Nathan, A, 2010. Non-prescription Medicines. USA: Pharmaceutical Press.

Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Dalam: Setiati
S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal
Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI,
2002. 49-56.

Soewondo ES. Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious Diarrhoea). Dalam :
Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit Tropik Infeksi

Subagyo,Bambang dan Nurtjahjo Budi Santoso.2012. Diare Akut dalam Mohammad Juffie
dkk, Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi.Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa penyakit Tropik Infeksi. Surabaya :


Airlangga University Press, 2002. 34 – 40

20

Anda mungkin juga menyukai