سلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوَأ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى َ يَا َأيُّ َها الَّ ِذ
َّ ين َآ َمنُوا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ال
ِ صاَل ِة فَا ْغ
وس ُك ْم َوَأ ْر ُجلَ ُك ْم ِإلَى ا ْل َك ْعبَ ْي ِن
ِ س ُحوا بِ ُر ُء ِ ِا ْل َم َراف
َ ق َوا ْم
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki.” (QS. Al-Maidah: 6)
Wudhu secara bahasa berarti membasuh sebagian anggota tubuh, diambil dari kata wadho’ah, yaitu
kebaikan dan keindahan.
Niat adalah:
ْ َق
ص ُد الش َّْي ِء ُم ْقتَ ِرنًا بِفِ ْعلِ ِه
qashdus syai’ muqtarinan bi fi’lihi, berkeinginan pada sesuatu yang bersamaan
dengan perbuatannya.
1. membedakan adat (kebiasaan) dan ibadah, seperti duduk di masjid bisa diniatkan iktikaf atau
beristirahat.
2. membedakan tingkatan ibadah, seperti ibadah fardhu dari sunnah.
Niat wudhu adalah:
mengangkat hadats kecil, atau
bersuci untuk shalat, atau
bersuci untuk menjalankan wajib wudhu.
Niat di atas berlaku jika tidak terdapat hadats terus menerus (da-imul hadats). Namun, ketika ada hadats
terus menerus, maka niatnya adalah istibah fardhash shalah (diperbolehkan fardhu shalat) atau
semacamnya.
Niat itu dimulai pada mencuci wajah.
ْ َغ:الثَّانِ ْي.
س ُل ا ْل َو ْج ِه
[2] membasuh wajah
Wajah itu dari ujung tumbuhnya rambut kepala dan akhir lahyayni (dagu), lebarnya antara dua telinga.
Lahyayni yaitu tulang tumbuh gigi bawah.
Yang dimaksud adalah membasuh wajah baik kulit dan rambutnya. Maka wajib menyampaikan air
hingga ke bagian dalam rambut yang tebal atau tipis. Kecuali bagian jenggot (lihyah) dan cambang
(‘aaridh) laki-laki yang tebal, cukup dibasahi bagian luarnya saja.
Jenggot yang tebal (al-katsif) adalah jenggot yang kulitnya tidak terlihat saat sedang berhadapan dan
bercakap.
Bagian zhahir jenggot yang tebal adalah bagian rambut teratas yang sejajar wajahnya, ini wajib dibasuh.
Sedangkan bagian dalam jenggot tidaklah wajib dibasuh.
2, 3. Haajibaan ()ال َحا ِجبَا ِن, yaitu rambut yang tumbuh di atas kedua mata. Kita sebut dengan alis.
4, 5. Khoddaan ( )ال َخ َّدا ِنyaitu rambut yang tumbuh di pipi dinamakan sesuai nama tempat
tumbuhnya. Kita sebut dengan rambut pada pipi.
6, 7. Sibaalan ()ال ِّسبَاالَ ِن, yaitu rambut yang tumbuh di ujung kumis.
10, 11. ‘Idzaroon ()ال ِع َذا َرا ِن, yaitu rambut yang tumbuh di antara ash-shudgh (pelipis) dan ‘aaridh
(cambang) yang sejajar dengan kedua telinga.
12, 13, 14, 15. Ahdaab (ُ)اَأل ْهدَابُ اَألرْ بَ َعة, yaitu rambut yang tumbuh di pelopak mata. Ini disebut
dengan bulu mata.
16. Lihyah (ُ)اللِّحْ يَة, yaitu rambut yang tumbuh di dagu. Kita sebut dengan jenggot.
ِ )ال َّش, yaitu rambut yang tumbuh di bibir atas. Kita sebut dengan kumis.
17. Syaarib ( ُارب
18. ‘Anfaqoh (ُ)ال َع ْنفَقَة, yaitu rambut yang tumbuh di bibir bawah.
19, 20. Nafakataan ()النَّفَ َكتَا ِن, yaitu rambut yang tumbuh di bibir bawah di antara ‘anfaqoh.
Al-mirfaqaini adalah pertemuan antara tulang lengan atas dan lengan bawah.
Fardhu wudhu yang ketiga adalah membasuh kedua tangan dan bagian yang ada pada keduanya, seperti
rambut, bisul, dan kuku. Yang berwudhu wajib menghilangkan penghalang pada tangan seperti kotoran
yang melekat selain keringat, jika tidak susah menghilangkannya. Jika berupa keringat atau susah
menghilangkan kotoran itu, maka tidaklah masalah. Begitu pula diperbolehkan adanya kulit bisul,
walaupun mudah untuk dihilangkan. Hukum semacam ini berlaku pada kedua tangan, juga berlaku pada
anggota wudhu yang lain.
ِ َي ٍء ِم َن ال َّرْأ
س ْ س ُح ش
ْ َم:ال َّراب ُع.
[4] mengusap sebagian kepala,
Kepala adalah nama bagi sesuatu yang tinggi. Kepala sudah makruf kita ketahui.
Fardhu wudhu yang keempat adalah sampainya basah walaupun tanpa adanya perbuatan dari pelaku,
baik diusap atau dibasuh atau selain keduanya hingga terkena sebagaian dari kulit kepala atau
rambutnya dengan syarat rambut itu tidak keluar dari batas kepala jika dijulurkan dari arah turunnya.
Apabila tangannya basah dan diletakkan di atas kain yang ada di kepalanya, lalu basah itu sampai ke
kepala, maka dianggap telah mengusap kepalanya.
Ka’bain adalah tulang yang menonjol yang terdapat pada sendi betis dan telapak kaki.
Fardhu wudhu yang kelima adalah membasuh kaki hingga kedua mata kaki dan belahannya. Wajib
menghilangkan sesuatu yang terdapat pada belahan kaki, seperti lilin dan semacamnya jika tidak sampai
ke bagian dalam daging.
Fardhu wudhu yang keenam adalah tertib yaitu mengerjakan rukun 1 sampai 5 sesuai urutan. Jika tidak
sesuai urutan, maka tidak sah wudhunya.
—
Niat berarti al-qashdu, keinginan. Letak niat adalah di dalam hati, tidak cukup dalam lisan, tidak
disyaratkan melafazhkan niat. Berarti, niat dalam hati saja sudah teranggap sahnya.
Dalilnya adalah ayat wudhu (surah Al-Maidah ayat 6). Allah menyebutkannya secara berurutan dan
meletakkan mengusap (pada kepala) di antara dua membasuh.
Juga ketika ditunjukkan praktik wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu berurutan dan beliau
tidak pernah meninggalkan tartib tersebut.
Tartib dalam wudhu adalah dengan memulai dari membasuh wajah, lalu membasuh kedua tangan
sampai siku, lalu mengusap kepala, kemudian membasuh kedua kaki sampai mata kaki.
Jika seseorang membasuh langsung empat anggota wudhunya satu kali siraman, maka tidaklah sah
kecuali yang sah hanya membasuh wajahnya saja karena urutannya yang pertama. Lihat perkataan
Imam Asy-Syairazi. (Al-Majmu’, 1:248)
SUNNAH-SUNNAH WUDHU
1. Bersiwak
2. Membaca bismillah
6. Menggabungkan antara madhmadhah dan istinsyaq
11. Muwalah, tidak sampai ketika mengusap yang kedua anggota yang sebelumnya kering
13. Ithalah al-ghurrah wa at-tahjiil, melebarkan membasuh wajah, kedua lengan, dan kedua kaki
MAKRUH WUDHU
9. Haram menggunakan air yang disediakan untuk diminum dan masih menjadi milik orang lain
padahal belum diketahui ridanya.