Anda di halaman 1dari 15

NAMA ; JOHAN SAPUTRA

KELAS ; 1B1
NIM ; B1D018127
TUGAS UJIAN BPI

1.Jelaskan rukun dan sunah dalam wudhu,,??

Rukun atau biasanya disebut fardhu ini wajib dilaksanakan pada saat melaksanakan wudhu,
sedangkan sunnah menurut hukum syara' adalah jika seorang mukmin melaksanakan akan
mendapatkan pahala, namun jika ditinggalkan tidak mendapat dosa.
Dari pengertian wudhu itu sendiri yakni bersih dan indah, kita bisa mengambil hikmahnya bahwa
seorang muslim itu mencintai hal yang bersih dan indah. Buktinya, sebelum kita melaksanakan
ibadah, kita harus suci terlebih dahulu, baik itu dari hadas kecil maupun hadas besar, dan
berbagai macam najis.
Ayat Al Qur'an yang menjelaskan tentang wudhu adalah :

ۡ‫سلُوا ُو ُجو َهكُمۡ َوأَ ۡي ِديَكُم‬ ِ ‫ٱغ‬ۡ َ‫ِين َءا َمنُ ٓوا ِإذَا قُ ۡمت ُمۡ إِلَى ٱلصلَ ٰو ِة ف‬
َ ‫يَ ٰـٓأَيُّ َہا ٱلذ‬
ۚ‫سكُمۡ َوأَ ۡر ُج َلڪُمۡ ِإلَى ۡٱلك َۡعبَ ۡي ِن‬
ِ ‫س ُحوا ِب ُر ُءو‬ َ ‫ق َو ۡٱم‬ ۡ
ِ ِ‫ِإلَى ٱل َم َراف‬
Artinya :"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian mau mengerjakan shalat, maka
basuhlah wajah dan kedua tangan sampai siku kalian, usaplah kepala kalian dan basuhlah kedua
kaki sampai mata kaki kalian" (QS. Al-Maidah, 6)

Rukun Wudhu Lengkap

Rukun wudhu atau fardhu wudhu ada 6, berdasarkan ayat Al Quran diatas ada 4 rukun, lalu
fuqaha menambahkan 2 rukun yakni niat dan tertib. Tentang niat, para ulama berpedoman pada
Hadist Nabi Muhammad SAW :
Shahih Al Bukhari, 52 : "Diriwayatkan dari Umar Bin Khattab RA, dia berkata bahwa Rasulullah
SAW bersabda,"Sesungguhnya segala amal perbuatan itu bergantung pada niat (maksud) nya"
Sedangkan tentang tertib, seperti yang dijelaskan dalam kitab :
Al-Fiqh al-Manhaji, Juz 1, Hal.56 : "Kalangan syafi'iyah ber-hujjah (berdalil) dengan berbagai
hadis shahih yang diriwayatkan dari beberapa kelompok sahabat tentang cara Nabi SAW
berwudhu. Semua mengatakan bahwa Nabi SAW berwudhu secara berurutan (tertib). Padahal
jumlah mereka banyak, tempat mereka melihat Nabi berwudhu berbeda-beda, mereka sering
berselisih tentang cara Nabi berwudhu apakah satu, dua ataukah tiga kali dan sebagainya. Akan
tetapi tyidak terbukti dengan aneka macam perbedaan itu cara Nabi berwudhu dengan tidak
tertib. Pekerjaan Nabi SAW itu merupakan penjelasan bagaimana wudhu yang diperintahkan
itu. Andaikata meninggalkan tertib itu diperbolehkan, niscaya Nabi Muhammad SAW akan
meninggalkannya pada satu waktu untuk menjelaskan kebolehannya, sebagaimana beliau
pernah meninggalkan mengulang-ulang (basuhan dan usapannya) pada waktu-waktu tertentu"
Berikut ini 6 rukun wudhu atau fardhu wudhu yang perlu dipahami :
1. Niat dalam hati dan sunnah untuk dilafadzkan. Niat, ketika membasuh muka. Lafadz niat
wudhu :

‫ث ا َل صغَ ِرفَرضًا ِللِ تَعَا لَي‬ ُ ‫نَ َويت ا‬


ِ ‫لوضُو َء ِل َرف ِع ال َح َد‬
"Nawaitul Wudluu a Liraf'il Hadastil Ashghari Fardlan Lillahita'ala"
Artinya : "Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadas kecil, fardhu karena Allah"
2. Membasuh Muka; Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga
bawah dagu, dan dari telinga kanan hingga telinga kiri)
3. Membasuh Tangan; Membasuh tangan kanan dan tangan kiri sampai siku
4. Mengusap Kepala; Mengusap sebagian rambut kepala
5. Membasuh Kaki; Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
6. Tertib (berurutan), artinya mendahulukan mana yang harus dahulu dan mengakhirkan mana
yang harus diakhirkan

Sunnah Wudhu Lengkap


Sunnah sunnah wudhu yaitu :
1. Membaca basmallah ‫يم‬ِ ‫ ِب ۡس ِم ٱللِ ٱلر ۡح َمـ ِٰن ٱلر ِح‬pada permulaan wudhu.
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan.
3. Berkumur-kumur.
4. Membasuh lubang hidung sebelum berniat.
5. Menyapu seluruh kepala dengan air.
6. Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri.
7. Menyapu telinga luar dan dalam.
8. Tiga kali dalam membasuh.
9. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki.
10. Membaca doa sesudah wudhu.

‫اَش َه ُد اَن آلّاِلَهَ اِلللاُ َوح َد ُه لَش َِريكَ لَهُ َواَش َه ُد اَن ُم َحمدًاعَب ُد ُه‬
‫ اَلل ُهم اجعَل ِنى ِم َن التوابِي َن َواجعَلنِى ِم َن ال ُمت َ َط ِ ّه ِري َن َواجعَلنِى ِمن‬.ُ‫سولُه‬ ُ ‫َو َر‬
‫ ِعبَا ِدكَ الصا ِل ِحي َن‬.
"Asyhadu Alla Ila Haillallaah Wahdahu Laa Syariika Lahu Wa Asyhadu Anna Muhammadan
Abduhu Wa Rasuuluhu, Alloohummaj'alni Minattawwaabiina' Waj'alni Minal Mu Tathahhiriina
Waj'alni Min Ibadi Kash Shaalihiina"

2.Jelaskan rukun dan sunah dalam sholat.??

Rukun dan Sunnah-sunnah Shalat –


Rukun shalat adalah segala sesuatu yang wajib dikerjakan pada waktu melaksanakan salat dan
tidak boleh ditinggalkan dengan sengaja. Jika kamu meninggalkan salah satu rukun shalat maka
ibadah shalat kamu tidak sah.

Rukun shalat
Nah, apa saja rukun shalat itu? Rukun shalat, yaitu sebagai berikut.
1. Niat di dalam hati untuk melaksanakan shalat karena Allah.
2. Berdiri bagi yang mampu.
3. Mengucapkan Takbiratul ikhram (membaca Allahu Akbar).
4. Membaca surah al-Fatihah pada setiap rakaat.
5. Rukuk dengan tuma’ninah (diam sebentar).
6. I’tidal dengan tuma’ninah (diam sebentar).
7. Sujud dua kali dengan tuma’ninah.
8. Duduk di antara dua sujud dengan tuma’ninah.
9. Duduk tasyahhud akhir dengan tuma’ninah.
10. Membaca tasyahhud akhir.
11. Membaca selawat atas Nabi ketika tasyahhud akhir.
12. Memberi salam yang pertama sambil memalingkan muka ke arah kanan lalu ke kiri.
13. Menertibkan rukun, artinya meletakkan rukun pada tempatnya menurut susunan yang telah
ditentukan.

Sunnah-sunnah shalat
Sunnah artinya perbuatan yang dianjurkan. Apabila perbuatan itu dikerjakan akan mendapat
pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.

Adapun yang termasuk sunnah-sunnah shalat antara lain sebagai berikut.


1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram.
2. Mengangkat kedua tangan ketika akan rukuk, berdiri dari rukuk, dan berdiri dari tasyahhud
awal.
3. Meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, dan keduanya diletakkan di
bawah dada.
4. Melihat ke arah tempat sujud.
5. Membaca doa iftitah.
6. Diam sebentar sebelum membaca al-Fatihah dan sesudahnya.
7. Melafalkan ”amin” setelah membaca surah al-Fatihah.
8. Membaca surah atau ayat Al-Qur’an sesudah membaca al-Fatihah pada dua rakaat pertama.
9. Bagi makmum mendengarkan bacaan imam.
10. Mengeraskan bacaan pada al-Fatihah dan surah Al-Qur’an pada shalat Magrib, Isya, dan
Subuh pada rakaat pertama dan kedua.
11. Takbir ketika turun dan bangkit, kecuali ketika bangkit dari ruku.
12. Membaca do’a ketika iktidal.
13. Mengucapkan bacaan ruku dan sujud.
14. Meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut ketika rukuk.
15. Membaca doa ketika duduk di antara dua sujud.
16. Duduk Iftirasy, yaitu duduk di atas mata kaki, telapak kaki kanan ditegakkan, ujung jari
dihadapkan ke kiblat.
17. Duduk tawaruk, sama seperti duduk iftirasy, tetapi telapak kaki kiri dikeluarkan ke sebelah
kanan.
18. Memberi salam yang kedua dengan menoleh ke sebelah kiri

3. Jelaskan hukum bacaan tajwid dan cara bacanya..??

Hukum bacaan tajwid beserta contohnya-ketika kita membaca Al quran tidaklah sama dengan
membaca koran, kita di wajibkan juga untuk bisa mengenal dan memahami tanda baca dalam
tiap kalimat yang ada pada Al quran. Ilmu tajwid sangat penting, karena kalau kita tidak bisa
memahami ilmu jadwid ini maka kemungkinan kita salah arti sangat besar. Sebenarnya kegunaan
tajwid ini adalah untuk mengetahui panjang atau pendek, melafazkan dan hukum dalam
membaca al quran.
Pengertian Tajwid (‫ )تجويد‬secara harfiah mempunyai arti melakukan sesuatu dengan baik dan
indah atau bagus dan membaguskan, tajwid ini berasal dari kata bahasa arab yaitu ” Jawwada ”
(‫جود‬-‫د‬
ّ ‫يجو‬-‫)تجويدا‬.
ّ Tajwid dalam ilmu Qiraah mempunyai arti mengeluarkan huruf dari tempatnya
dgn memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi kesimpulan dari ilmu tajwid ini adalah suatu
ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat
dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya.

Di dalam ilmu tajwid ini terdapat beberapa istilah yang harus kita perhatikan dan kita
ketahui ketika membaca Al Quran, diantaranya adalah:

a. Makharijul huruf yaitu tempat keluar masuknya huruf

b. Shifatul huruf yaitu cara melafalkan atau mengucapkan huruf

c. Ahkamul huruf yaitu hubungan antara huruf

d. Ahkamul maddi wal qasr yaitu panjang dan pendeknya dalam melafazkan ucapan dalam tiap
ayat Al-Quran

e. Ahkamul waqaf wal ibtida’ yaitu mengetahui huruf yang harus mulai dibaca dan berhenti pada
bacaan bila ada tanda huruf tajwid

f. dan Al-Khat dan Al-Utsmani

Berikut ini adalah dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT yang mewajibkan setiap
HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid, diantaranya :

1. Dalil yang pertama di ambil dari ayat suci Al Quran. Allah SWT berfirman dalam surat Al-
Muzzammil (73) yang artinya adalah “Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan/tartil
(bertajwid)”. Pada Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah SWT telah memerintahkan Nabi
Muhammad untuk membaca Al Quran yang diturunkan kepadanya dengan tartil, yaitu
memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya (bertajwid).
2. Dalil kedua diambil dari As-Sunnah atau ( Hadist ) yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah
r.a. yaitu istri Nabi Muhammad SAW, ketika beliau ditanya tentang bagaimana bacaan Al-Quran
dan sholat Rasulullah SAW, maka beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda Nabi
muhammad S.A.W. Sholat kemudian tidur yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi,
kemudian Baginda kembali sholat yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian
tidur lagi yang lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh.
Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan
menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu persatu.” (Hadits
2847 Jamik At-Tirmizi).

A. Hukum Bacaan Tajwid (nun Mati atau Tanwin)

Gambar berikut ini merupakan contoh hukum nun mati. huruf yang diberi warna (merah : izhar
halqi), (hijau : idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), ( ungu : iqlab).

1. Pengertian Izhar Halqi (‫)رإظها‬

Disebut Izhar halqi apabila bertemu dgn salah satu huruf izhar maka cara melafazkan atau
mengucapkannya harus jelas, apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf Halqi
(tenggorokan) misalnya : alif atau hamzah(‫)ء‬, ha’ (‫)ح‬, kha’ (‫)خ‬, ‘ain (‫)ع‬, ghain (‫)غ‬, dan ha’ (‫)ﮬ‬.
Izhar Halqi ini mempunyai arti dibaca jelas.

Contoh : ‫اميَة نَار‬


ِ ‫َح‬

2. Idgham (‫)امغدإ‬

Idgham Bighunnah mempunyai arti (dilebur dengan disertai dengung) Yaitu memasukkan atau
meleburkan salah satu huruf nun mati atau tanwin (‫ ـًـٍـ‬/ ‫ )ن‬kedalam huruf sesudahnya dgn disertai
(ber)dengung, jika bertemu dgn salah satu huruf empat ini yaitu: ‫ي و م ن‬

Contoh: ٍ‫فِي َع َم ٍد ُّم َمدَّدَة‬

Idgham Bilaghunnah mempunyai arti (dilebur tanpa dengung) Yaitu memasukkan atau
meleburkan huruf nun mati atau tanwin (‫ ـًـٍـ‬/ ‫)ن‬kedalam huruf sesudahnya tanpa disertai dengung,
jika bertemu dgn salah satu huruf lam atau ra (‫ر‬، ‫)ل‬

Contoh: ‫َمن لَم‬

Pengecualian

Jika nun mati atau tanwin bertemu dgn keenam huruf idgam tersebut tetapi ditemukan di dlm
satu kata, conohnya ‫بُن َيان‬, ‫اَدُّن َيا‬, ‫قِن َوان‬, dan ‫صن َوان‬,
ِ maka nun mati atau tanwin tersebut harus dibaca
jelas.

3. Iqlab

Hukum bacaan ini terjadi apabila ada huruf nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba’ (‫)ب‬.
Di dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berubah menjadi bunyi mim (‫)م‬.

Contoh: ‫لَي ُۢن َبذَ َّن‬


4. Ikhfa’ haqiqi

Hukum bacaan ini apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dgn huruf-huruf seperti ta’(‫)ت‬, tha’
(‫)ث‬, jim (‫)ج‬, dal (‫)د‬, dzal (‫)ذ‬, zai (‫)ز‬, sin (‫)س‬, syin (‫)ش‬, sod (‫)ص‬, dhod (‫)ض‬, , fa’ (‫)ف‬, qof (‫)ق‬, dan
kaf (‫)ك‬, maka ia harus dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)

َ ‫فَ َو‬
Contoh: ‫سطنَ نَق ًعا‬

B. Hukum Bacaan Tajwid (mim mati)

Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum bacaan tajwid lainnya dalam mempelajari dan
membaca Al Quran yaitu Hukum mim mati, yang disebut hukum mim mati jika bertemu dgn
huruf mim mati (‫ )م‬yang bertemu dgn huruf hijaiyah tertentu. Berikut contoh ayatnya, yang
diberi tanda warna (biru : ikhfa syafawi), ( merah : idgham mimi), (hijau : izhar syafawi).

Hukum Bacaan Tajwid (mim mati) memiliki 3 jenis, yaitu sebagai berikut :

1. Ikhfa Syafawi (‫)شﻔوﻱ إﺧﻔاﺀ‬


Apabila ada huruf mim mati (‫ )م‬bertemu dgn huruf ba (‫)ب‬, maka cara membacanya harus dengan
cara samar-samar di bibir dan dibaca dgn didengungkan.

Contoh: (‫ارةٍ تَر ِمي ِهم( )بَينَ ُهم فَاح ُكم‬


َ ‫)بَا ِسط َوكَلبُ ُهم( )بِ ِح َج‬

2. Idgham Mimi ( ‫)ميمى إدغام‬

Apabila ada huruf mim mati (‫ )م‬bertemu dgn huruf mim (‫)م‬, maka cara membacanya adalah
seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan dan wajib anda baca dengung. Idgham mimi
disebut juga dgn idgham mislain atau mutamasilain.

Contoh : (‫)فِئ َ ٍة ِمن كَم( ) َمن أَم‬

3. Izhar Syafawi (‫)شﻔوﻱ إﻇهار‬

Apabila ada huruf mim mati (‫ )م‬bertemu dgn salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (‫ )م‬dan
ba (‫)ب‬, maka cara membacanya harus dgn jelas di bibir dan mulut anda tertutup.

Contoh: (‫)ت َمسُونَ ( )تَتَّقُونَ لَ َعلَّ ُكم‬

C. Hukum bacaan Tajwid (mim dan nun tasydid)

Hukum bacaan mim dan nun tasydid disebut juga dgn wajib al-ghunnah (‫ )الﻐنﻪ جﺐوا‬yang
memiliki makna bahwa orang yang membacanya di wajibkan untuk mendengungkan bacaan.
Maka jelaslah yang bacaan bagi kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi
ّ
setiap huruf mim dan nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ّ‫ م‬dan ‫)ن‬.

Contoh: ‫ِسالنَّاَو نَّةِجلا َنِم‬


D. Hukum Bacaan Tajwid (alif lam ma’rifah)

Hukum bacaan Alif lam ma’rifah yaitu apabila dua huruf yang di tambah pada akhir atau awal
dari kata yang mempunyai arti nama atau isim. Ada dua jenis alif lam ma’rifah yaitu qamariah
dan syamsiah.

– Alif lam qamariah yaitu lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah, seperti: ‘ain (‫)ع‬, ghain
(‫)غ‬, alif/hamzah(‫)ء‬, ba’ (‫)ب‬, jim (‫)ج‬, ha’ (‫)ح‬, kha’ (‫)خ‬, fa’ (‫)ف‬, qaf (‫)ق‬, kaf (‫)ك‬, mim (‫)م‬, wau (‫)و‬,
ha’ (‫ )ﮬ‬dan ya’ (‫)ي‬. Hukum alif lam qamariah diambil dari bahasa arab yaitu al qamar (‫ )القمر‬yang
artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah dibacakan secara jelas
tanpa meleburkan bacaannya.

line-height: 18pt; margin-bottom: 0.0001pt; vertical-align: baseline;"> – Alif lam syamsiah yaitu
lam yang diikuti oleh 14 huruf hijaiah seperti: ta’ (‫)ت‬, tha’ (‫)ث‬, dal (‫)د‬, dzal (‫)ذ‬, ra’ (‫)ر‬, zai (‫)ز‬,
sin (‫)س‬, syin (‫)ش‬, sod (‫)ص‬, dhod (‫)ض‬, tho (‫)ط‬, zho (‫)ظ‬, lam (‫ )ل‬dan nun (‫)ن‬. Nama asy syamsiah
diambil dari bahasa Arab (‫ )الﺸمسيﻪ‬yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca
alif lam ini tidak dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.

E. Hukum Bacaan Tajwid (idgham)

Hukum Idgham (‫ )امﻏدﺇ‬adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu
huruf ke dalam huruf yg lain. Oleh karena itu bacaan idgham harus dilafazkan dgn cara
meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Ada tiga jenis idgham yaitu:

– Idgham mutamathilain (‫ – متماﺛلين ﺇدﻏام‬yang serupa) adalah bertemunya antara dua huruf yg
sama sifat dan makhrajnya (tempat keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukumnya
adalah wajib utk di idghamkan. Contoh: ‫دَﺨَلُوا قَد‬.
– Idgham mutaqaribain (‫ – متقاربين ﺇدﻏام‬yang hampir) adalah bertemunya dua huruf yg sifat dan
makhrajnya hampir sama, seperti ba’ bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’ bertemu dzal.
Contoh: ‫نَﺨلُقڪُ م‬

– Idgham mutajanisain (‫ – متجانسين ﺇدﻏام‬yang sejenis) adalah bertemunya antara dua huruf yg
sama makhrajnya akan tetapi tdk sama sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta dzal dan zha.
Contoh: ‫بﱢَر ﻞُق‬

F. Hukum Bacaan Tajwid (mad)

Hukum bacaan Mad yg mempunyai arti yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari segi istilah
Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara dengan lanjutan menurut
kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua bagian mad, yaitu mad asli dan mad far’i.
Terdapat tiga huruf mad yaitu alif, wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau
saktah. Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.

G. Hukum Bacaan Tajwid (ra’)

Hukum ra’ adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra’ di dlm bacaan. Terdapat tiga cara
yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus dikasarkan dan ditipiskan.

* Bacaan ra’ ini harus di kasarkan apabila:

1. huruf ra’ yg mempunyai harakat atas atau fathah.

Contoh: ‫اَنبﱢَر‬

2. huruf ra’ yg berbaris mati atau mempunyai harakat sukun dan huruf sebelumnya berbaris atas
atau fathah.
Contoh: ‫ضرَﻻاَو‬

3. huruf Ra’ berbaris mati yg huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.

Contoh: ‫ٱرجِعُوا‬

4.huruf Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yg berbaris bawah atau kasrah tetapi ra’ tadi
bertemu dgn huruf isti’la’.

Contoh: ‫ادَصرِم‬

* Bacaan ra’ yg harus di tipiskan adalah apabila:

1. huruf ra’ yg berbaris bawah atau kasrah.

Contoh: ‫لاَجِر‬

2. huruf ra’ yg sebelumnya terdapat mad lain

Contoh: ‫ريَﺧ‬

3. huruf Ra’ mati yg sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak berjumpa
dgn huruf isti’la’.

Contoh: ‫َنوَعرِف‬

* Bacaan ra’ yg harus di kasarkan dan ditipiskan adalah apabila setiap ra’ yang berbaris mati
yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti’la’.

Contoh: ‫قرِف‬

Isti’la’ (‫)ﺀ استعﻼ‬: terdapat tujuh huruf yaitu kha’ (‫)خ‬, sod (‫)ص‬, dhad (‫)ض‬, tha (‫)ط‬, qaf (‫)ق‬, dan zha
(‫)ظ‬.

H. Hukum Bacaan Tajwid (Qalqalah)


Hukum Qalqalah (‫ )قلقلﻪ‬yaitu bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan
berdetik atau memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (‫)ق‬, tha (‫)ط‬, ba’ (‫)ب‬, jim (‫)ج‬, dan dal
(‫)د‬. Qalqalah terbagi menjadi dua jenis:

– Qalqalah kecil yaitu jika salah satu dari huruf qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adlh
asli karena harakat sukun dan bukan karena waqaf.

Contoh: ‫َنوُعَمطَي‬, ‫َنوُعدَي‬

– Qalqalah besar yaitu jika salah satu dari huruf qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau
berhenti. Dlm keadaan ini, qalqalah dilakukan apabila bacaan di waqafkan tetapi tdk di
qalqalahkan apabila bacaan diteruskan.

Contoh: ِ‫ٱلﻔَلَﻖ‬, ٍ‫عَلَﻖ‬

I. Waqaf (‫)وقف‬

Hukum bacaan Waqaf dari sudut bahasa mempunyai arti berhenti atau menahan, apabila dari
sudut istilah tajwid mempunyai arti menghentikan bacaan sejenak dgn memutuskan suara di
akhir perkataan utk bernapas dengan niat ingin menyambungkan kembali bacaan. Terdapat
empat jenis waqaf yaitu:

– ‫( ّمتﺂ‬taamm) – waqaf sempurna yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan yg
di baca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, dan tidak
mempengaruhi arti dari bacaan tersebut karena tdk mempunyai kaitan dgn bacaan atau ayat yang
sebelumnya maupun yang sesudahnya.

– ‫( كاﻒ‬kaaf) – waqaf memadai yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan secara
sempurna, tdk memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat tersebut masih
berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya.
– ‫( حسن‬Hasan) – waqaf baik yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi makna
atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dgn bacaan sesudahnya

– ‫( قبيﺢ‬Qabiih) – waqaf buruk yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara tdk
sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini harus di hindari karena
bacaan yg di waqafkan masih berkaitan lafaz dan maknanya dgn bacaan yang lain.

Tanda-tanda waqaf lainnya :

1. Tanda mim ( ‫ ) مـ‬disebut juga dgn Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna.
Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah kalimat
sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim ( ‫) م‬, memiliki
kemiripan dgn tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dgn fungsi dan maksudnya;

2. tanda tho ( ‫ ) ط‬adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.

3.tanda jim ( ‫ ) ج‬adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun di perbolehkan
juga utk tidak berhenti.

4. tanda zha ( ‫ ) ﻇ‬mempunyai makna lebih baik tidak berhenti

5. tanda sad ( ‫ ) ص‬disebut juga dgn Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk
tdk berhenti namun di perbolehkan berhenti saat darurat tanpa merubah maknanya. Perbedaan
antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dlm kata lain lebih di perbolehkan
berhenti pada waqaf sad

6. tanda sad-lam-ya’ ( ‫ ) صلﮯ‬merupakan singkatan dari “Al-washl Awlaa” yg mempunyai arti


“wasal atau meneruskan bacaan adalah lebih baik”, oleh karena itu meneruskan bacaan tanpa
mewaqafkannya adalah lebih baik;

7. tanda qaf ( ‫ ) ق‬merupakan singkatan dari “Qiila alayhil waqf” yg mempunyai makna “telah di
nyatakan boleh berhenti pada wakaf sebelumnya”, oleh karena itu lebih baik meneruskan bacaan
walaupun boleh diwaqafkan
8. tanda sad-lam ( ‫ ) ﺼﻞ‬merupakan singkatan dari “Qad yuushalu” yg mempunyai makna
“kadang kala boleh diwasalkan”, oleh karena itu lebih baik berhenti walaupun kadang kala boleh
diwasalkan

9. tanda Qif ( ‫ ) قيﻒ‬mempunyai maksud berhenti! yaitu lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda
tersebut biasanya muncul pada kalimat yg biasanya si pembaca akan meneruskannya tanpa
berhenti

10. tanda sin ( ‫ ) س‬atau tanda Saktah ( ‫ ) سﮑتﻪ‬menandakan berhenti seketika tanpa mengambil
napas. Dgn kata lain, si pembaca haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk
meneruskan bacaan

11. tanda Waqfah ( ‫ ) وقﻔﻪ‬mempunyai maksud sama seperti waqaf saktah (‫) سﮑتﻪ‬, namun harus
berhenti lebih lama tanpa mengambil napas

12. tanda Laa ( ‫ ) ﻻ‬mempunyai maksud “Jangan berhenti!”. Tanda ini muncul kadang-kadang
pada akhir maupun pertengahan ayat. Apabila tanda laa ( ‫ ) ﻻ‬muncul di pertengahan ayat, maka
tidak di benarkan utk berhenti dan jika berada di akhir ayat, si pembaca tersebut boleh berhenti
atau tidak

13. tanda kaf ( ‫ ) ك‬merupakan singkatan dari “Kadzaalik” yg mempunyai arti “serupa”. Dgn kata
lain, arti dari waqaf ini serupa dgn waqaf yg sebelumnya muncul.

14. tanda bertitik tiga ( … …) yg disebut sebagai Waqaf Muraqabah atau Waqaf Ta’anuq
(Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali di mana-mana saja dan cara membacanya
adalah harus berhenti di salah satu tanda tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak
perlu berhenti pada tanda kedua dan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai