6. Risiko-risiko yang memiliki kemungkinan besar terjadi di Unit Rekam Medis antara lain :
Kehilangan berkas rekam medis/miss file
Strategi untuk meminimalisir risiko : Pemantauan pengeluaran & peminjaman berkas
rekam medis
Keterlambatan pendistribusian berkas rekam medis ≥10 menit
Strategi untuk meminimalisir risiko : Menetapkan sistem perjanjian poliklinik,
penambahan tenaga di bagian pendistribusian & pengambilan berkas rekam medis
Kesalahan penulisan nomor rekam medis
Strategi untuk meminimalisir risiko : Melakukan prosedur sesuai dengan SPO dan
peningkatan ketelitian pada setiap petugas
Kesalahan input data pasien
Strategi untuk meminimalisir risiko : Adanya pengecekan ulang dan selalu
memerhatikan ketelitian saat input data pasien
Tertular penyakit pernafasan dan penyakit menular lainnya
Strategi untuk meminimalisir risiko : Penggunaan APD pada petugas yang mengelola
rekam medis, terutama petugas pendaftaran IGD dan rawat jalan. Hal ini dapat
terlihat pada pandemic COVID-19 yang sekarang ini masih massif perkembangannya
terkhusus di Indonesia.
Kesalahan Pemberian Kode Diagnosis dan Tindakan
Strategi untuk meminimalisir risiko : Adanya pengecekan ulang dan selalu
memerhatikan ketelitian, kesesuaian dengan data pemeriksaan penunjang, vital pada
saat memberikan kode.
Ketidaklengkapan pengisian formulir rekam medis
Strategi untuk meminimalisir risiko : Adanya pengecekan dan melakukan perjanjian
kepada tenaga medis(dokter) untuk mengisi formulir rekam medis secara lengkap
Kecelakaan kerja seperti tertimpa rak di ruang filing
Strategi untuk meminimalisir risiko : Pengadaan Roll O’Pack dan jika mendukung
diadakan peralihan ke EMR untuk mengurangi beban kapasistas rak filing.
Ada beberapa kategori risiko yang dapat berdampak pada rumah sakit. Katagori ini
antara lain : Risiko strategis (terkait dengan tujuan organisasi); Operasional (rencana
pengembangan untuk mencapai tujuan organisasi); keuangan (menjaga asset);
kepatuhan (kepatuhan terhadap hukum dan peraturan); reputasi (image yang
dirasakan oleh masyarakat)
Rumah sakit perlu memakai pendekatan proaktif untuk manajemen risiko. Salah satu
caranya adalah dengan program manajemen risiko formal yang komponen-komponen
pentingnya meliputi, yaitu : Identifikasi risiko; Prioritas risiko; Pelaporan risiko;
Manajemen risiko; Invesigasi kejadian yang tidak diharapkan (KTD); Manajemen
terkait tuntutan (klaim).
Elemen penting manajemen risiko adalah analisis risiko, misalnya proses untuk
mengevaluasi near miss (KNC) dan proses berisiko tinggi lainnya karena kegagalan
proses tersebut dapat menyebabkan kejadian sentinel. Satu alat/metode yang dapat
menyediakan analisis proaktif semacam itu terhadap proses kritis dan berisiko tinggi
adalah failure mode effect analysis (analisis efek modus kegagalan). Rumah sakit
dapat pula mengidentifikasi dan menggunakan alat-alat serupa untuk mengidentifikasi
dan mengurangi risiko, seperti hazard vulnerability analysis (analisis kerentanan
terhadap bahaya).
Untuk menggunakan alat tersebut diatas secara efektif maka direktur rumah sakit
harus mengetahui dan mempelajari pendekatan tersebut, menyepakati daftar proses
yang berisiko tinggi dari segi keselamatan pasien dan staf, kemudian menerapkan alat
tersebut pada proses prioritas risiko. Setelah analisis hasil maka pimpinan rumah sakit
mengambil tindakan untuk mendesain ulang proses-proses yang ada atau mengambil
tindakan serupa untuk mengurangi risiko dalam proses-proses yang ada. Proses
pengurangan risiko ini dilaksanakan minimal sekali dalam setahun dan
didokumentasikan pelaksanaannya.
Dalam menyusun daftar risiko diharapkan rumah sakit agar memperhatikan ruang
lingkup manajemen risiko rumah sakit yang meliputi beberapa hal yaitu : pasien; staf
medis; tenaga kesehatan dan tenaga lainnya yang bekerja di rumah sakit; fasilitas
rumah sakit; lingkungan rumah sakit; dan bisnis rumah sakit