Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenun ikat merupakan warisan budaya yang menjadi ciri khas Dusun Rentap Selatan,
Desa Ensaid Panjang yang berada di wilayah Kabupaten Sintang. Tenun ikat yang
dihasilkan pengrajin asal Desa Ensaid Panjang telah dipasarkan hingga ke mancanegara
bahkan diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada tahun 2017. Proses
pembuatan tenun ikat cukup rumit diantaranya pengikatan benang, pencelupan warna
benang, kemudian benang ditenun. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan
teknologi dalam industri tekstil serta untuk memenuhi permintaan pasar, penggunaan
bahan pewarna alami untuk tenun ikat digantikan dengan penggunaan pewarna sintetis.

Pemilihan penggunaan pewarna sintetis dilakukan dengan alasan harga lebih murah,
tahan lama, mudah diperoleh, mudah penggunaannya dan proses pencelupan kain dapat
dilakukan secara cepat bila dibandingkan dengan pewarna alami. Proses produksi tenun ikat
menghasilkan limbah cair yang berpotensi mencemari lingkungan. Limbah cair yang
dihasilkan berasal dari proses pewarnaan benang yang dilakukan berkali – kali dengan
tujuan memperoleh warna benang yang diinginkan. Berdasarkan observasi yang dilakukan
di Desa Ensaid Panjang, kondisi yang ada menunjukkan bahwa pengrajin tenun ikat tidak
mengolah limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Hal ini dikarenakan
untuk proses pengolahan limbah dibutuhkan biaya yang mahal serta terdapat kesulitan
dalam teknik pengolahannya.

Limbah cair tenun ikat merupakan limbah cair organik yang memiliki warna yang
pekat, pH, COD, BOD dan TSS yang tinggi. Satu diantara contoh zat pewarna yang
digunakan dalam pewarnaan tenun ikat yaitu naphthol blue black yang merupakan
kompleks diazo yang memiliki stabilitas yang tinggi. Oleh karena itu senyawa ini tidak
mudah terdegradasi, dan terdegradasi dalam waktu yang lama. Dimana apabila terlalu lama
berada di lingkungan akan menjadi sumber pencemaran karena sifatnya yang karsinogen
dan mutagenik. Apabila kadar pH, COD, BOD dan TSS tinggi dan melebihi baku mutu
yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.16 Tahun 2019 Tentang Baku Mutu Air Limbah maka perlu dilakukan
pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Pengolahan limbah cair
tenun ikat bertujuan untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan yang diakibatkan
oleh limbah hasil proses pewarnaan tenun ikat.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk pengolahan limbah
cair tenun ikat yang berasal dari proses pewarnaan benang sehingga dapat menurunkan
kadar pH, COD, BOD dan TSS pada limbah cair tenun ikat melalui proses pengolahan
sederhana menggunakan metode filtrasi dan adsorpsi. Hasil pengolahan limbah ini
diharapkan didapatkan limbah cair batik yang aman jika dibuang ke badan air sesuai
dengan dalam “Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019” Tentang Baku Mutu Air Limbah Industri
Tekstil.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian


ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana kualitas air buangan limbah cair tenun ikat yang dihasilkan dari proses
pewarnaan dengan parameter pH, COD, BOD dan TSS?
2. Bagaimana kualitas air buangan limbah cair tenun ikat yang dihasilkan dari poses
pewarnaan dengan parameter pH, COD, BOD dan TSS setelah dilakukan
pengolahan limbah cair dengan metode filtrasi dan adsorpsi?
3. Bagaimana efektifitas kinerja alat pengolahan limbah cair dengan dengan metode
filtrasi dan adsorpsi terhadap penurunan parameter pH, COD, BOD dan TSS?
1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengkaji kualitas air buangan limbah cair tenun ikat yang dihasilkan dari proses
pewarnaan dengan parameter pH, COD, BOD dan TSS?
2. Mengkaji kualitas air buangan limbah cair tenun ikat yang dihasilkan dari poses
pewarnaan dengan parameter pH, COD, BOD dan TSS setelah dilakukan
pengolahan limbah cair dengan metode filtrasi dan adsorpsi?
3. Mengetahui efektifitas kinerja alat pengolahan limbah cair dengan dengan
metode filtrasi dan adsorpsi terhadap penurunan parameter pH, COD, BOD dan
TSS?

1.4 Batasan Masalah

1. Penelitian dilakukan di Dusun Rentap Selatan, Desa Ensaid Panjang, Kecamatan


Kelam Permai Kabupaten Sintang.
2. Perancangan alat pengolahan limbah pewarnaan tenun ditinjau dari parameter
yang terkandung dalam limbah pewarnaan tenun, parameter-parameter yang
diuji adalah pH, COD, BOD, dan TSS.
3. Baku mutu limbah cair industri tekstil yang digunakan adalah berdasarkan
“Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.16/MENLHK/SETJEN/KUM.1/4/2019”

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengrajin usaha


tenun ikat di Dusun Rentap Selatan Desa Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam Permai
Kabupaten Sintang untuk mengolah limbah cair pewarnaan benang tenun sesuai
dengan karakteristik limbah cair agar tidak mencemari lingkungan.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penyusunan laporan yang akan digunakan dalam


pembuatan skripsi ini sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN

Berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat


penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang telaah pustaka, dasar-dasar teori, rujukan, metode yang berhubungan
dengan judul dan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian yang didapat oleh
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan materi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang penjelasan alat dan bahan penelitian, metode yang digunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran untuk peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai