Oleh Kelompok 7 :
Dosen Pembimbing:
Dra.Reinita.M.Pd
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya
kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berkaitan
dengan “Paradigma Baru Pembelajaran PKN di SD”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Paradigma Pembelajaran pkn abad 21. Selain itu,makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Paradigma Baru Pembelajaran PKN di
SD bagi para pembaca dan penulis.
Saya mengucapkan terimakasih kepada ibu selaku dosen mata kuliah Paradigma
Pembelajaran pkn abad 21 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
pendidik pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
berharap mudah mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai bahan
pembelajaran di masa yang akan datang. Aamiin.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia di Berbagai Daerah
B. Perjuangan Fisik dan Diplomasi dalam Mempertahankan Kemerdekaan
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan Pertempuran 10 November di Surabaya
2. Jelaskan Perjuangan Fisik
3. Jelaskan Perjuangan Diplomasi
C. TUJUAN
Setelah paska kemerdekaan banyak tugas dan hal yang harus diperjuangkan untuk
mengisi kemerdekaan. Hal tersebut di samping demi kesejahteraan masyarakat,
sekaligus juga sebagai bukti nasionalisme anak dan generasi bangsa Indoneisa ini.
Mengingat imperialisme abu-abu di Negara kita semakin kompleks dewasa ini, maka
kita sebagai generasi bangsa tidak akan tinggal diam begitu saja. Demi martabat dan
harumnya bumi pertiwi Indonesia, maka kita harus rela mengorbankan segalanya,
sebagaimana pendahulu kita telah melakukannya. Bukti kongkrit, bahwa kita tidak
hanya merayakan kemerdekaan sebagai ceremonial saja setiap tahunnya, adalah
dengan mengisi kemerdekaan melalui berbagai aspek pembangunan Nasional. Tentu
semua itu untuk kepentingan dan kemaslahatan rakyat secara keseluruhan.
Enam puluh enam tahun lamanya bangsa ini telah merdeka dari penjajah, dan generasi
penerusnya telah melaksanakan proses pembangunan nasional tersebut. Namun
sebagaimana kita lihat dan kita rasakan sendiri saat ini, bangsa kita masih dalam
pasang surut paska kemerdekaannya. Hal itu disamping kita sebagai generasi bangsa
belum maksimal dalam mengisi dan melaksanakan pembangunan (secara fisik dan
non-fisik), memang juga tidak sedikit halangan dan pelanggaran yang terjadi pada
bangsa kita indonesia. Mulai dari bencana alam, tindakan tak terpuji seperti tindak
pidana korupsi, kolusi, nepotisme (KKN), yang akhir-akhir ini terus-menerus
mengotori dan mengganggu stabilitas pembangunan Indonesia.
Setiap aksi ada reaksi, begitu juga setiap masalah pasti ada solusi dan jalan keluarnya.
Lalu, apa dan bagaimana seharusnya kita mengisi kemerdekaan dalam pembangunan
ke depan? Melihat persoalan bangsa ini semakin rumit dan kompleks, masikah ada
harapan bngsa ini untuk sejahtera?. Jawaban pertama adalah optimisme dan
keberanian, dengan kata itu kita akan terus melangkah dan menatap ke depan
kemudian baru kita merapatkan barisan dan melanjutkan pembangunan bangsa. Sama
halnya dengan apa yang terjadi pra-kemerdekaan bangsa ini. Mungkin yang ada dalam
benak kebanyakan rakyat Indonesia pada waktu itu adalah “tidak mungkin”. Sebab
penjajahan masih berlangsung dan penjajah Jepang masih sangat tangguh untuk
ditumpas. Namun dengan anugerah dan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada
yang bisa menghalangi-Nya sedikit pun. Bangsa Indonesia merdeka secara mandiri
dan dengan penuh optimisme serta keberanian, Bung Karno dengan suaranya yang
lantang meneriyakkan kata “MERDEKA” di depan jutaan rakyatnya. Maka
merdekalah bangsa ini.
Hal itu cukup untuk dijadikan motivasi bagi generasi bangsa Indonesia saat ini, bahwa
perjuangan belumlah berakhir dengan pidato Bung Karno 1945 itu. Perjuangan paska
kemerdekaan jauh lebih sulit dilaksanakan secara istiqomah (konsiten). Sebab
merpertahankan kemerdekaan yang sesungguhnya, jauh lebih sulit dari sekedar
merebutnya. Buktinya imperialisme budaya, ekonomi dan politik masih sering kali
masuk dan mengikis perbatasan lingkaran ke-indonesian kita. Dan juga tidak sedikit
tindakan separatis secara terang-terangan dan sembunyi-sembunyi masih tumbuh
berkembang subur di bumi Indonesia.
Pada saat inilah, di mana Indonesia akan memperingati HUT ke-66 merupakan
momentum yang tepat bagi kita, untuk memperkebal nasionalisme kita sebagai
generasi penerus bangsa, dan sebagai bekal untuk mengisi kemerdekaan, demi
menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, sentosa, adil dan makmur.
1) Perjuangan fisik
Belanda merespon hal tersebut dengan datang kembali ke Indonesia untuk merebut
kekuasaan dari pemerintah Indonesia pimpinan Soekarno-Hatta.
Belanda datang ke Indonesia dengan menumpang kapal tentara Sekutu (AFNEI) yang
sedang bertugas untuk melucuti dan memulangkan tentara Jepang di Indonesia. Pada
15 September 1945, Pasukan Belanda tiba di Jakarta dan berupaya untuk menaklukan
beberapa wilayah Indonesia.
Ultimatum tersebut diacuhkan oleh rakyat Surabaya dan mereka memilih bertempur
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kolonel Sungkono dan Bung Tomo
membakar semangat bertempur rakyat melalui Radio Perjuangan.
• Pertempuran Ambarawa
Hal tersebut ditentang oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR), mereka melakukan
perlawanan terhadap pasukan Sekutu hingga mampu menahan beberapa tentara
Sekutu.
Pertempuran terus berlanjut demi mengusir pasukan sekutu dari Ambarawa. Pada 15
Desember, TKR berhasil memukul mundur pasukan Sekutu hingga ke Semarang.
Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs,
pertempuran Medan Area berlangsung dari 10 Desember 1945 – 10 Desember 1946.
Pertempuran antara rakyat Medan dan Sekutu teus berlanjut hingga 10 Desember
1946 setelah NICA mengajukan gencatan Senjata.
Peristiwa Bandung Lautan Api berlangsung pada 24 Maret 1946. Latar belakang
terjadinya peristiwa ini adalah ultimatum tentara Sekutu yang memerintahkan
pengosongan kota Bandung pada 24 November 1945.
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menolak ultimatum tersebut dan bersiap untuk
melakukan perlawanan di kawasan Bandung Utara.
Sutan Sjahrir menolak opsi perlawanan dan memerintahkan tentara dan rakyat
Bandung untuk mengungsi ke arah Bandung Selatan pada 24 Maret 1946.
Perjuangan fisik dilakukan lewat pertempuran. Selain itu, biasanya dalam perjuangan
fisik juga mengakibatkan banyak korban berjatuhan.
Dalam memerdekakan Indonesia, banyak pahlawan yang menggunakan perjuangan
fisik untuk mengusir penjajah. Berikut contoh perjuangan fisik di Indonesia, yang
mengutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud):
Sesaat setelah tawanan kabur, Jepang melakukan serangan mendadak bahkan tersiar
kabar pula jika Resevoir Siranda atau cadangan air minum untuk warga Semarang
telah diracun oleh Jepang.
Dr. Kariadi sebagai Kepala Laboratorium Rumah Sakit Purusara pergi untuk
mengecek kebenaran soal kabar tersebut. Dalam perjalanan, tiba-tiba Jepang
menembak Dr. Kariadi secara brutal.
Para pahlawan Indonesia tidak terima karena Jepang tidak mau menghormati bahkan
mengakui kemederkaan Indonesia. Akhirnya pertempuran di Semarang tidak dapat
dihindarkan. Banyak korban jiwa berjatuhan dalam pertempuran tersebut.
Sebagai bentuk penghargaan, di Semarang didirikan Monumen Tugu Muda dan nama
Dr. Kariadi diabadikan menjadi nama rumah sakit, yakni Rumah Sakit Umum
Pemerintah Dr. Kariadi.
Pertempuran ini juga dikenal dengan istilah pertempuran puputan, yang berarti
pertempuran habis-habisan.Pertempuran Margarana terjadi pada 20 November 1946
dan dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai.
Sebelum pertempuran ini terjadi, I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya menyerang
markas Belanda di Tabanan pada 18 November 1946. Pertempuran ini dimenangkan
oleh I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya.
Dua hari setelahnya, Belanda melakukan aksi balas dendam atas kekalahannya di
Tabanan. Belanda mengerahkan seluruh pasukan untuk mengepung dan menyerang
Bali.
2) Perjuangan Diplomasi
Diplomasi sama sekali tidak menggunakan kekuatan senjata sehingga tidak ada
korban jiwa yang ditimbulkan. Berikut contoh perjuangan memerdekakan Indonesia
melalui diplomasi:
• Perjanjian Linggarjati
Secara garis besar, isi Perjanjian Linggarjati adalah Belanda harus mengakui secara de
facto atas wilayah Indonesia, yakni Jawa, Sumatera serta Madura.
Selain itu, Belanda juga harus angkat kaki dari Indonesia selambat-lambatnya pada 1
Januari 1949. Belanda dan Indonesia sepakat untuk membentuk Republik Indonesia
Serikat (RIS).
• Perjanjian Renville
Agresi Militer 1
Perjanjian Linggarjati yang telah disepakati tanggal 25 Maret 1947 hanya berlangsung
sekitar 4 bulan. Karena Belanda melanggarnya dan mulai melancarkan serangan
serentak di beberapa daerah di Indonesia dengan nama “ Operatie Product”. Terjadi
perbedaan penafsiran pada 21 Juli 1947, Belanda melakukan serangan militer yang
disebut sebagai Agresi Militer Belanda I. TNI melawan serangan agresi Belanda
tersebut menggunakan taktik gerilya. TNI berhasil membatasi gerakan Belanda hanya
di kota-kota besar saja dan di jalan raya.
Untuk menyelesaikan masalah Indonesia-Belanda, pihak PBB membentuk Komisi
yang dikenal dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN). Tugas KTN adalah
menghentikan sengketa RI-Belanda. Indonesia diwakili oleh Australia, Belanda
diwakili oleh Belgia, dan Amerika Serikat sebagai penengah. Adapun delegasinya
adalah sebagai berikut:
1) Australia (tunjukkan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.
2) Belgia (tunjukkan Belanda), diwakili oleh Paul Van Zeland.
3) Amerika Serikat (netral), diwakili oleh Dr. Frank Graham.
Agresi Militer II
Pada 18 Desember 1948, Belanda di bawah pimpinan Dr. Bell mengumumkan bahwa
Belanda tidak terikat lagi oleh Persetujuan Renville. Pada 19 Desember 1948 Belanda
mengadakan Agresi Militer II ke ibu kota Yogyakarta. Dalam agresi itu Belanda dapat
menguasai Yogyakarta.
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke
Pulau Bangka. Beliau lalu mengirimkan mandat lewat radio kepada Mr. Syaffruddin
Prawiranegara. Isinya agar membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia
(PDRI), di Bukit Tinggi Sumatra Barat.
Pada 1 Maret 1949 Brigadir X mengadakan serangan umum ke Yogyakarta.
Penyerangan ini dipimpin Letkol. Soeharto. Serangan ini memakai sandi “Janur
Kuning”. Serangan ini dikenal juga dengan “Serangan Umum 1 Maret”. Dalam
penyerangan ini Tentara Republik Indonesia dalam serangan ini berhasil menduduki
Kota Yogyakarta selama 6 jam.
Serangam Umum 1 Maret di Yogyakarta
Ketika Belanda melancarkan agresi militernya yang kedua pada bulan Desember 1948
ibu kota RI Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda. Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Moh. Hatta beserta sejumlah menteri ditawan oleh Belanda. Belanda
menyatakan bahwa RI telah runtuh. Namun di luar perhitungan Belanda pada saat
yang krisis ini terbentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di
Buktitinggi, Sumatera Barat. Di samping itu Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai
Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta tetap mendukung RI sehingga masyarakat
Yogyakarta juga memberikan dukungan kepada RI. Pimpinan TNI di bawah Jenderal
Sudirman yang sebelumnya telah menginstruksikan kepada semua komandan TNI
melalui surat Perintah Siasat No.1 bulan November 1948 isinya antara lain:
1) Memberikan kebebasan kepada setiap komandan untuk melakukan serangan
terhadap posisi militer Belanda.
2) Memerintahkan kepada setiap komandan untuk membentuk kantong-kantong
pertahanan (wehrkreise.)
3) Memerintahkan agar semua kesatuan TNI yang berasal dari daerah pendudukan
untuk segera meninggalkan Yogyakarta untuk kembali ke daerahnya masing-masing
(seperti Devisi Siliwangi harus kembali ke Jawa Barat), jika Belanda menyerang
Yogyakarta.
Untuk pertahanan daerah Yogyakarta dan sekitarnya diserahkan sepenuhnya kepada
pasukan TNI setempat yakni Brigadir X di bawah Letkol Soeharto. Dengan adanya
agresi Militer Belanda maka dalam beberapa minggu kesatuan TNI dan kekuatan
bersenjata lainnya terpencar-pencar dan tidak terkoordinasi. Namun para pejuang
mampu melakukan komunikasi melalui jaringan radio, telegram maupun para kurir.
Bersamaan dengan upaya konsolidasi di bawah PDRI, TNI melakukan serangan secara
besar-besaran terhadap posisi Belanda di Yogyakarta. Serangan ini dilakukan pada
tanggal 1 Maret 1949 dipimpin oleh Letkol Soeharto. Sebelum serangan dilakukan,
terlebih dahulu meminta persetujuan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai
Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta.
Serangan Umum ini dilakukan dengan mengkonsentrasikan pasukan dari sektor Barat
(Mayor Ventje Samual), Selatan dan Timur (Mayor Sarjono) dan Sektor Kota (Letnan
Amir Murtono dan Letnan Masduki). Serangan umum ini membawa hasil yang
memuaskan sebab para pejuang dapat menguasai kota Yogyakarta selama 6 jam yakni
jam 06.00 sampai jam 12.00. Berita Serangan Umum ini disiarkan RRI yang sedang
bergerilya di daerah Gunung Kidul, yang dapat ditangkap RRI di Sumatera,
selanjutnya dari Sumatera berita itu disiarkan ke Yangoon dan India. Keesokan
harinya peristiwa itu juga dilaporkan oleh R. Sumardi ke PDRI di Buktitinggi melalui
radiogram dan juga disampaikan pula kepada Maramis. (diplomat RI di New Delhi,
India) dan L.N. Palar (Diplomat RI di New York, Amerika Serikat).
Serangan Umum 6 Jam di Yogyakarta ini mempunyai arti penting yaitu sebagai
berikut.
a. Ke dalam :
- Meningkatkan semangat para pejuang RI, dan juga secara tidak
Langsung memengaruhi sikap para pemimpin negara federal buatan Belanda yang
tergabung dalam BFO.
- Mendukung perjuangan secara diplomasi, yakni Serangan Umum ini
berdampak adanya perubahan sikap pemerintah Amerika Serikat yang semula
mendukung Belanda selanjutnya menekan kepada pemerintah Belanda agar
melakukan perundingan dengan RI.
b. Ke luar:
- Menunjukkan kepada dunia Internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan
untuk melakukan serangan.
- Mematahkan moral pasukan Belanda.
Perjanjian Roem-Royen
3) Meningkatkan TAHNAS
Ketahanan Nasional adalah suatu Kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi
segenap aspek kehidupan nasional yang berintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan ancaman hambatan dan gangguan baik
yang datang dari dalam maupun dari luar, secara langsung maupun yang tidak
langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan
nasional, dapat dijelaskan seperti dibawah ini :
1) Keuletan
2) Integritas
Adalah kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik unsur
sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun fungsional.
3) Ketangguhan
Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat bertahan, kuat
menderita atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.
4) Identitas
Adalah ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan. Negara dilihat
dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang dibatasi oleh wilayah
dengan penduduk, sejarah, pemerintahan, dan tujuan nasional serta dengan peran
internasionalnya.
5) Ancaman
Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah atau merombak
kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual, kriminal dan politis.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/28/145321569/
perjuanganmempertahankan-kemerdekaan-indonesia-di-berbagai-daerah?page=all
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/08/131520469/perjuangan-fisik-
dandiplomasi-dalam-mempertahankan-kemerdekaan?page=all