Bukan hanya soal kewenangan besar yang memerlukan seni yang tinggi
dalam mengelolanya, tetapi juga dalam mengelola pajak daerah. Kewenangan
yang besar bukan sebuah jaminan bahwa persoalan pajak daerah menjadi
lebih mudah dikelola. Diperlukan seni yang tinggi dalam mengelola dan
mengadministrasikan pajak daerah, karena sebagian besar jenis pajak
daerah adalah pajak yang tergolong kering dan kurus, dan karenannya sulit
diadministrasikan agar menghasilkan sejumlah penerimaan yang diharapkan.
Bahkan untuk jenis pajak yang tergolong lumayan gemuk atau sering disebut
sebagai pajak potensial, seperti pajak hotel, restoran dan reklame, hiburan
dan sejenisnya juga tidak mudah untuk mengadiministrasikannya. Ada banyak
kendala yang berasal dari kapasitas pemerintahan daerah itu sendiri dan juga
kendala yang berasal dari kebijakan itu sendiri.
Seni ‘tingkat tinggi’ yang diharapkan muncul dalam mengelola pajak daerah
itu bisa diharapkan muncul dari pemimpin daerah yang kreatif dan inovatif.
Diperlukan model atau sifat kepemimpinan yang berani membuat sejumlah
terobosan dalam mengelola pajak daerah. Terobosan adalah sebuah produk dari
kreativitas dan inovasi yang disesuaikan dengan kontek lokalitas suatu daerah,
sehingga sangat mungkin suatu daerah memiliki kebijakan terkait pajak daerah
yang berbeda beda, baik mengenai tarif yang dikenakan, cara memungutnya
dan cara mengalokasikannya. Semua itu sangat dimungkinkan dan memang
diharapkan muncul karena daerah telah diberikan kewenangan yang luas dan
nyata dalam kedudukannya sebagai daerah otonom.
Kreatifitas, inovasi dan prakarsa dalam mengelola pajak daerah adalah
sesuatu yang selaras atau kompatibel dengan alasan diberikannya otonomi
luas dan nyata. Hal demikian nyata tercermin dati sejumlah alasan dasar atau
Top of mind atau yang terbersit pertama kali di benak orang ketika memaknai
pajak daerah adalah untuk kemandirian daerah. Seolah daerah selama ini tidak
mandiri atau otonom dalam mengelola keuangan dan mempertanggungjawabkan
penggunaan keuangannya. Betul bahwa ada hubungan antara pajak daerah
dengan kemandirian daerah, khususnya jika pajak daerah itu bisa digali
potensinya menjadi sumber penerimaan yang signifikan bagi daerah. Maksudnya
sebuah daerah semakin mandiri dari kemandirian yang selama ini ada jika
daerah tersebut mampu menggali potensi pajak daerahnya secara efektif.
Bagi daerah yang belum berhasil menggali potensi pajak daerahnya, maka
daerah tersebut juga sudah dirancang agar tetap mandiri, meskipun sebagian
besar dana otonominya berasal dari pemerintah pusat. Kemandirian setiap
daerah otonom itu memang sudah diberikan melalui kewenangan yang melekat
padanya yang demikian luas dan nyata. Tetapi semua itu mensyaratkan adanya
kemampuan dan kapasitas untuk mengelolanya dengan baik. Kemandirian itu
tidak datang dengan sendirinya hanya karena sebuah daerah otonom secara
normatif telah diberikan kewenangan yang luas dan nyata, tetapi kemandirian
itu hanya bisa hadir jika kewenangan itu bisa dikelola secara efektif dan efisien.
Kemandirian ini harus diartikan sebagai kemandirian yang lebih leluasa
dalam mengelola apa yang menjadi kewenangan atau tugas dan fungsinya.
Kemandirian tersebut menjadi semakin besar dan semakin nyata jika dari sisi
keuangan pemerintah daerah mampu menambah porsi penerimaan yang berasal
dari potensi daerahnya sendiri antara lain melalui pajak daerah. Pajak daerah
adalah komponen yang selama ini atau secara tradisional menjadi komponen
penyumbang terbesar dari komponen yang disebut pendapatan asli daerah
(PAD). Asumsinya jika komponen pajak daerah berhasil ditingkatkan atau
dapat dikelola dengan baik, maka komponen komponen lain dalam PAD seperti
retribusi daerah dan yang lainnya juga bisa dikelola dengan baik.
Mengelola pajak daerah itu bukan hanya mengelola persoalan teknis dan
administrasi saja, tetapi juga mengelola sejumlah persoalan yang lebih mendasar,
seperti soal keadilan dan bagaimana membuahkan sejumlah hasil serta manfaat
dari pajak. Mengelola pajak daerah itu bukan hanya soal bagaimana menetapkan
tarif pajak yang tepat, bagaimana mengumpulkan sejumlah penerimaan hasil
pungutan atau pembayaran pajak atau mengadministrasikan semuanya itu untuk
kemudian dialokasikan untuk pembiayaan program dan kegiatan tertentu. Lebih
dari itu ada soal yang juga juga penting yaitu bagaimana semua proses tersebut
bisa membuahkan hasil dan manfaat serta menciptakan keadilan.
Hasil dan manfaat serta keadilan yang dimaksudkan bukan hanya yang
bersifat distributif tetapi juga mengacu ada daya pikul wajib pajak dan sejumlah
ukuran keadilan lainnya. Pengelolaan pajak yang baik, yang tertata secara
sistemik dan diadministrasikan secara modern tidak berarti bisa membuahkan
hasil dan manfaat yang optimal yang mampu melahirkan keadilan bagi semua.
Keberhasilan dalam pengelolaan pajak, termasuk di dalamnya pajak daerah
adalah keberhasilan yang harus dinilai sejak dari perumusan kebijakan,
kemudian proses pelaksanaannya dan juga hasil dan manfaatnya. Sementara