Anda di halaman 1dari 13

Bacalah Artikel berikut:

Stres akibat Pandemi Covid-19 Buat Generasi Milenial Susah Ambil Keputusan

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Kamis, 28 Oktober 2021 | 11:57 WIB

Suara.com - Sebuah survei penelitian menemukan stres terkait pandemi virus corona Covid-19 telah
membuat orang-orang, khususnya orang Amerika kesulitan dalam membuat keputusan.

Menurut survei American Psychological Association tentang "Stres in America", stres pandemi virus
corona Covid-19 ini sangat mempengaruhi generasi milenial dalam membuat keputusan.

Ada hampir 50 persen dari 3.000 responden orang dewasa yang mengaku sangat berjuang keras
menyelesaikan tugas sehari-harinya di tengah pandemi virus corona Covid-19.

Penelitian yang lain pun juga melaporkan hal sama sebagai perbandingkan. Sebanyak 37 persen generasi
Z, 32 persen generasi X, 14 persen generasi boomer dan 3 persen orang dewasa tua mengalami kesulitan
ambil keputusan karena stres pandemi virus corona Covid-19.

Hampir sepertiga orang dewasa yang mengikuti Survei Ketahanan Agustus/COVID online oleh The
Harris Poll mengatakan mereka terkadang sangat stres menghadapi pandemi virus corona Covid-19,
sehingga kesulitan mengambil keputusan dasar.

Lalu, lebih sepertiga dari mereka mengaku lebih stres untuk membuat keputusan dibandingkan sebelum
pandemi virus corona Covid-19, baik keputusan sehari-hari hingga keputusan besar dalam hidup.

Dalam hal ini, orang dewasa muda cenderung lebih stres ketika mengambil keputusan. Sebanyak 60
persen setuju bahwa pandemi virus corona Covid-19 telah membuat mereka memikirkan kembali caranya
menjalani hidup ke depannya.

Sebanyak 63 persen mengaku ketidakpastian situasi sekarang justru membuatnya stres dan sekitar
setengahnya telah membuat perencana untuk masa depan yang masih terasa mustahil.

"Tidak heran bila banyak generasi muda yang cenderung berjuang untuk membuat keputusan dan tingkat
stres mereka yang lebih tinggi," kata peneliti dikutip dari Fox News.
Generasi Z dewasa, generasi mulenium dan generasi X melaporkan tingkat stres yang rata-rata lebih
tinggi selama sebulan terakhir akibat pandemi virus corona Covid-19, dibandingkan generasi boomer dan
orang dewasa tua.

Bahkan, sekitar setengah dari orang dewasa dan generasi Z milenim mengakui tidak tahu caranya
mengelola stres selama pandemi virus corona Covid-19. Kelelahan dalam mengambil keputusan
memberikan dampak yang tidak proporsional pada orang tua, termasuk mereka yang memiliki anak kecil.

Karena stres pandemi virus corona ini, hampir tiga perempat orang dewasa AS mengaku telah mengalami
berbagai dampak kesehatan, seperti sakit kepala, merasa kewalahan, kelelahan dan perubahan kebiasaan
tidur.

Selain itu, stres pandemi virus corona juga menyebabkan perubahan perilaku, termasuk menghindari
situasi sosial, perubahan kebiasaan makan, menunda atau mengabaikan tanggung jawab dan perubahan
aktivitas fisik.

Meski demikian, survei secara keseluruhan menemukan bahwa tingkat stres tetap stabil pada orang
dewasa AS yang tetap memiliki pandangan positif selama pandemi virus corona.

Sumber:

https://www.suara.com/health/2021/10/28/115730/stres-akibat-pandemi-covid-19-buat-generasi-milenial-
susah-ambil-keputusan

QUESTIONS & ANSWERS

Berdasarkan artikel tersebut jawablah pertanyaan berikut:

1. 30 Points
a) Carilah informasi dari pemberitaan lain sebagai informasi
tambahan/pendukung artikel di atas (minimal 3 informasi tambahan) terutama
yang terjadi di Indonesia.
= Berikut 3 sumber/daftar referensi informasi yang terlampir dalam kliping di bawah:
- Fauziyyah, R. (2021, June 18). Stres Dan Cemas: Ancaman Kesehatan mental
Mahasiswa Selama pandemi covid-19. Retrieved November 26, 2021, from
https://kumparan.com/rifa-fauziyyah/stres-dan-cemas-ancaman-kesehatan-mental-
mahasiswa-selama-pandemi-covid-19-1vxxQhLE19W/full
- S. (n.d.). Dilema Sosial Pada Masa pandemi COVID-19: UTAMAKAN
KOOPERATIF DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Retrieved November
26, 2021, from http://fip.undiksha.ac.id/dilema-sosial-pada-masa-pandemi-covid-
19-utamakan-kooperatif-dalam-pengambilan-keputusan/
- Rabbi, C. P. (2021, March 23). Pandemi covid-19 Memicu Empat Perubahan
Besar perilaku konsumen. Retrieved November 26, 2021, from
https://katadata.co.id/happyfajrian/brand/605a31cf8e81f/pandemi-covid-19-
memicu-empat-perubahan-besar-perilaku-konsumen
- Parallelus. (n.d.). Virus Corona Memang menular tapi kecemasan menular Lebih
cepat. Retrieved November 26, 2021, from http://pdskji.org/home

b) Buatlah kliping dari informasi yang Anda temukan,


=
1.
2.
3.
4.

3 Analisa dan ceritakan dengan detail permasalahan yang terjadi menurut


sudut pandang Anda
= Berdasarkan berita yang terlampir dalam soal ujian ini, perubahan perilaku dan
kesulitan dalam mengambil keputusan pada generasi muda khususnya di Amerika
melonjak akibat pandemi Covid-19. Tak dapat dipungkiri bahwa kedatangan wabah
merupakan hal yang sama sekali tidak diinginkan oleh siapapun, terutama para pelaku
bisnis, pemerintah, pekerja, pelajar, bahkan orang tua. Segala aspek dalam kehidupan
yang terkena imbas wabah ini menjadi tumpuan bagi individu untuk berpikir lebih
kritis dalam mengambil langkah ke depan ataupun keputusan terkecil yang
melibatkan aktivitas sehari-hari. Menjalani kehidupan di masa sekarang menjadi
begitu rumit terkait mampukah kita untuk terus bertahan hidup jika berdampingan
dengan fenomena persediaan bahan makan yang semakin berkurang, layoff di
berbagai perusahaan, institusi pendidikan yang masih ditutup sehingga memaksa

anak-anak untuk menggali ilmu secara online. Bagaimana tidak para kaum muda
merasa terancam masa depannya jika hal-hal seperti ini terus terjadi. Menghadapi
musibah ini, otak kita semua terstimulus untuk bisa mengambil keputusan yang
memberi dampak jangka panjang ataupun pendek, karena manusia memang harus
hidup untuk masa sekarang dan yang akan datang.
Persentase pada tiap-tiap generasi menghasilkan angka yang berbeda-beda
dikarenakan kebutuhan, pola pikir, aktivitas, dan cara mereka merespons terhadap
permasalahan tersebut pun berbeda. Sebagai contoh faktor yang menyebabkan
generasi muda jauh lebih sulit untuk mengambil keputusan adalah waktu, dengan
tanggungjawab, tugas, dan tuntutan yang dipikulnya dua kali lipat lebih banyak
dibandingkan sebelum masa pandemi. Mereka disibukkan dengan urusan masa
sekarang yang membuat mereka hampir tidak sempat memikirkan keperluan masa
depan.
Jika dibandingkan dengan tingkat stres dan kesulitan mengambil keputusan generasi
dewasa tua lebih rendah karena kebanyakan dari mereka sudah memiliki aset tetap
yang bisa menjamin hidup kedepannya, seperti rumah pribadi, asuransi, dan tabungan
lainnya. Dimana generasi yang lebih muda masih sibuk mengenyam pendidikan
berbasis online ini, mereka stres karena proses pembelajaran sekarang menuntut
mereka untuk mengerjakan semua secara individual, tugas-tugas yang tidak
memperhatikan waktu, pola makan menjadi tidak teratur, kurangnya waktu tidur, dan
penyitaan waktu bersantai secara paksa yang secara sadar ataupun tidak menjadi
kebiasaan dan beban.
Merujuk pada pengumpulan informasi tambahan terkait permasalahan di Indonesia,
tidak sedikit dari masyarakat yang mengalami dilema sosial yang melibatkan konflik
batin dan pikiran karena kekhawatiran akan ketersediaan barang di pasar yang
semakin menipis, oleh sebab itu, orang akan rentan mengambil keputusan tidak tepat
karena didasari oleh ego tinggi. Solusi terhadap kadar ego yang berbeda-beda dapat
diringankan dengan adanya reward and punishment, dimana kata-kata motivasi yang
kita lontarkan kepada orang lain dapat meningkatkan semangatnya untuk terus
mematuhi peraturan dan tidak putus asa.
Perubahan perilaku ini juga banyak terjadi pada para perilaku konsumen karena
keterbatasan mobilitas untuk melakukan aktivitas. Hal ini terjadi karena pola
kehidupan yang serba baru, seperti peraturan stay at home yang membuat masyarakat
melakukan semua kegiatan di rumah, back to the bottom of the pyramid yang
menunjukkan bahwa orang-orang sekarang lebih mengutamakan kebutuhan dasar
seperti makanan, akses internet, dan kesehatan mengingat bahwa angka kematian
sedang tinggi-tingginya. Terakhir yaitu go virtual, dimana kegiatan belajar sampai
perbelanjaan rumah tangga bersifat digital, hal itulah yang menjadi salah satu
penyebab banyaknya lapak bisnis yang tutup dan mengalami kebangkrutan karena
peralihan media platform.
Kembali pada permasalahan pengambilan keputusan, walaupun banyak sisi positif
yang kita dapat pada situasi ini, tidak semua orang dapat menerima keadaan ini
selamanya dan terus melakukan adaptasi, pergolakan yang terjadi akibat Covid-19 ini
sampai menimbulkan permasalahan kesehatan mental masyarakat, karena
keterbatasan ekonomi dan kapabilitas dalam mencari pekerjaan menjadi boomerang
bagi individu. Berdasarkan data dari PDSKJI, depresi, cemas, dan keinginan untuk
bunuh diri/mati meningkat, karena tidak kuat menampung beban hidup akibat wabah
yang tidak pasti kapan berakhirnya. Tercatat sebanyak 64.3% responden memiliki
masalah psikologis cemas atau depresi dan 76.1% dialami oleh perempuan.
Melihat fenomena ini tentu banyak upaya yang harus dikerahkan, mulai dari
meningkatkan kepedulian terhadap diri sendiri terutama pada kesehatan mental, tetap
melakukan sosialisasi yang baik di masyarakat sehingga kita bisa melakukan sharing
dan edukasi, menerapkan budaya kolektivis sehingga hal-hal yang dirasa berat bisa
dilakukan secara bersama-sama, tetap tegar karena masih banyak di luar sana yang
butuh bantuan kita, serta menentukan skala prioritas dan time management terbaik
untuk menjalani kehidupan yang lebih makmur.

2. Buatlah Mindmap dari hasil analisa Anda terhadap permasalahan tersebut di atas! (30
Points)
=
3. Rekomendasikan solusi kreatif untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan
menyertakan ilustrasi ide Anda dalam bentuk poster/infografik/diagram/ dan lain-lain.
(40 Points)
= Segala permasalahan pasti terdapat solusi/jalan tengah yang dicapai secara bersama-
sama demi menciptakan keadaan yang lebih baik.
- Untuk aspek Pendidikan, pemerintah dapat menciptakan peraturan “Sabtu
Minggu Bebas Belajar”, dimana hal ini dapat diterapkan untuk semua tingkat
pendidikan karena bahwasannya waktu bersantai dan mengistirahatkan otak,
pikiran, serta tenaga itu sangat penting untuk mengumpulkan kembali stamina
sehingga individu tidak merasa terbebani dengan kegiatan sekolah/kuliah yang
seharusnya menyenangkan. Hari Sabtu dan Minggu memang sudah umum bagi
para instansi pendidikan menjadi hari libur, namun karena situasi belajar berubah
online, banyak jadwal hari yang berubah bahkan pindah di hari weekend. Hal ini
dapat serentak diterapkan oleh semua instansi-instansi pendidikan agar adil bagi
semua pelajar.
- Kita juga dapat menciptakan aplikasi “Kelola Waktuku” yang dapat
mengajarkan para pelajar dan mahasiswa untuk bisa mengolah skala prioritas
serta time management. Banyak individu yang berpikir bahwa mereka belum
mampu untuk menggarap lebih dari satu aktivitas di luar belajar karena kesulitan
mengatur waktu dan tidak yakin hal-hal yang harus diutamakan terlebih dahulu.
Dengan aplikasi ini para pelajar dan mahasiswa tetap bisa mendapatkan berbagai
pengalaman dan segudang ilmu di luar jadwal pembelajaran, seperti organisasi,
magang, social activities, dan lainnya. Oleh karena itu, pelatihan yang akan
didapat dari aplikasi ini akan membantu mengurangi kecemasan karena semua
aspek akan sangat diperhatikan (dari list kegiatan pada setiap harinya, penetapan
waktu untuk melakukan, estimasi selesai, urutan kegiatan yang harus dilakukan
dari skala prioritas tertinggi, waktu istirahat, dan penilaian untuk hari itu agar
pengguna terus termotivasi dengan hidup yang teratur), jika dilakukan secara
terus-menerus, hal ini akan menjadi kebiasan dan terasa mudah untuk diterapkan
sekalipun sudah tidak memakai aplikasi tersebut.
- Karena kesibukan para pelajar dan mahasiwa dan kepadatan waktu untuk belajar,
mengerjakan tugas, dan ujian membuat mereka lupa bahwa menghadapi masa
depan pun memerlukan skill dan tidak hanya teori. Terjun langsung ke lapangan,
praktek, mengamati sekitar, dan menyerap ilmu langusng dari lingkungan
pekerjaan merupakan hal yang esensial untuk menghadapi dunia kerja nantinya.
Oleh karena itu kita menciptakan kampanye dan seminar “I Am Ready for The
Future” untuk terus mengingatkan individu terkait tujuannya, peran apa yang
ingin diambil di masa depan, dan strategi seperti apa yang akan digunakan agar
tepat sasaran. Seminar ini juga mengedukasi bagaimana kita harus mengenal
bakat dalam diri, karena jika kita melakukan suatu hal sesuai kapabilitas maka
akan mengalami kontinuitas. Mulai melakukan investasi dari umur mudah
bukanlah hal yang mustahil, bahkan jika dilakukan lebih muda akan lebih baik
karena kita masih memiliki waktu panjang untuk menabung dan mempersiapkan
segala hal secara matang terutama pada finansial. Percuma memiliki banyak uang
tetapi tidak bisa mengaturnya, di kampanye dan seminar ini kita juga secara rinci
bagaimana manajemen keuangan yang baik sehingga di masa muda segala
persiapan sudah digenggam, dari dana darurat, pengeluaran tak terduga, berbisnis,
sampai biaya untuk keperluan rumah tangga dan kebutuhan dasar sudah dirancang
sedemikian rupa agar tidak tabrakan.

Berikut contoh infografik yang telah saya buat:


Referensi:

Fauziyyah, R. (2021, June 18). Stres Dan Cemas: Ancaman Kesehatan mental Mahasiswa
Selama pandemi covid-19. Retrieved November 26, 2021, from https://kumparan.com/rifa-
fauziyyah/stres-dan-cemas-ancaman-kesehatan-mental-mahasiswa-selama-pandemi-covid-
19-1vxxQhLE19W/full

Rabbi, C. P. (2021, March 23). Pandemi covid-19 Memicu Empat Perubahan Besar perilaku
konsumen. Retrieved November 26, 2021, from
https://katadata.co.id/happyfajrian/brand/605a31cf8e81f/pandemi-covid-19-memicu-
empat-perubahan-besar-perilaku-konsumen

Sanchi. (n.d.). Dilema Sosial Pada Masa pandemi COVID-19: UTAMAKAN KOOPERATIF
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Retrieved November 26, 2021, from
http://fip.undiksha.ac.id/dilema-sosial-pada-masa-pandemi-covid-19-utamakan-kooperatif-
dalam-pengambilan-keputusan/

Parallelus. (n.d.). Virus Corona Memang menular tapi kecemasan menular Lebih cepat.
Retrieved November 26, 2021, from http://pdskji.org/home

Anda mungkin juga menyukai