Anda di halaman 1dari 82

IBADAH 2

1
Mutiara ke - 15

Melihat Allah Ta’ala


di Akhirat

Allah Ø berfirman,

ٞ َ َ َ ِ َّ‫ يَ ۡو َمئ ٖذ ن‬ٞ ‫ُو ُجوه‬


٢٣ ‫ إ ِ ٰل َر ّب ِ َها ناظ َِرة‬٢٢ ٌ‫اضة‬ ِ
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
Kepada Tuhannyalah mereka melihat. |Al-Qiyamah [75]: 22–23

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi menjelaskan bahwa pada hari Kiamat,


wajah orang-orang mukmin bercahaya dan berseri-seri, karena jiwa
mereka ketika di dunia disinari oleh cahaya iman dan amal saleh.
Mereka bergembira karena dapat bertemu dan melihat Allah Ø.1
Sementara itu Imam Ibnu Katsir2 menerangkan bahwa mereka
akan melihat Allah Ø dengan kasat mata, sebagaimana dinyatakan
dalam sebuah hadits,
Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian
melihat bulan purnama ini. Dan kalian tidak akan saling berdesakan
dalam melihat-Nya. Maka jika kalian mampu untuk tidak terlewatkan
untuk melaksanakan shalat sebelum terbit matahari dan sebelum
terbenamnya, maka lakukanlah. (Muttafaq‘alaih)3

1
Tafsir Al-Aisar, jilid VII/721
2
Tafsir Ibnu Katsir, jilid VIII/351
3
HR. al-Bukhari no. 554; Muslim no. 633

3
Di samping penjelasan di atas, berikut ini terdapat hal-hal lain
yang berkaitan dengan tema bahasan ini, di antaranya yaitu:
1. Melihat Allah Ø merupakan tambahan pahala yang
istimewa bagi penghuni surga

ٌ َّ َ َ ٞ َ َ ۡ ُ َ ُ ُ ُ َ ۡ َ َ َ ٞ َ َ َ ٰ َ ۡ ُ ۡ ْ ُ َ ۡ َ َ َّ ّ
ۚ ‫ل ِلِين أحسنوا ٱلسن وزِيادة ۖ ول يرهق وجوههم قتول ذِلة‬
َ ُ ٰ َ َ ۡ ُ َّ َ ۡ ُ ٰ َ ۡ َ َ ٰٓ َ ْ ُ
٢٦ ‫أولئِك أصحب ٱلنةِۖ هم فِيها خ ِلون‬
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik
(surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu
hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga,
mereka kekal di dalamnya. |Yunus [10]: 26

Ayat ini merupakan kabar baik dari Allah Ø bahwasanya orang-


orang yang berbuat baik, beriman dan beribadah kepada-Nya sesuai
dengan syariat serta mengesakan-Nya dalam ibadah, rububiyyah,
asma dan sifat, mereka itu akan mendapatkan balasan yang terbaik
yaitu surga dan tambahannya berupa kenikmatan melihat wajah
Allah Yang Mulia. Apabila mereka dibangkitkan, muka mereka tidak
ditutupi oleh debu hitam dan juga tidak diliputi oleh kehinaan.4
2. Beramal sesuai syariat dan ikhlas adalah syarat berjumpa
dengan Allah Ø dan melihat-Nya

ۡ ُۡ ََ ٗ ٰ َ َٗ َ َۡ ََۡۡ َّ َٓ َ ْ ُ َۡ َ َ َ َ
‫شك‬
ِ ‫فمن كن يرجوا ل ِقاء ربِهِۦ فليعمل عمل صل ِحا ول ي‬
َ َ َ َّ َ َ
ۢ
١١٠ ‫بِعِبادة ِ ربِهِۦٓ أحدا‬

4
Tafsir Al-Aisar, III/538

4
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.
|Al-Kahfi [18]: 110

Dalam ayat ini diterangkan bahwa barangsiapa yang ingin berjumpa


dengan Allah Ø di akhirat di tempat yang mulia (surga), maka ia harus
mengerjakan amal saleh yang sesuai dengan syariat dan ditujukan
mencari keridhaan Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya. Kedua
hal ini merupakan rukun amal yang maqbul (diterima). Yaitu, hendaklah
benar-benar beramal tulus karena Allah dan harus sesuai dengan syariat
Rasulullah `.5
Ayat ini memberi isyarat bahwa orang-orang yang beramal
sesuai tuntunan Rasulullah ` serta diniatkan semata-mata
untuk mengharap keridhaan Allah Ø, maka mereka layak untuk
dimasukkan ke dalam surga dan mendapatkan tambahan kenikmatan
yaitu melihat wajah Allah ‘Azza wa Jalla. Hal ini sebagaimana telah
disinggung pula dalam penjelasan surah Yunus ayat 26.
Hal-hal yang telah dikemukan di atas, menunjukkan kepada kita
bahwasanya wajah orang-orang mukmin yang bertakwa pada hari
Kiamat akan berseri-seri, indah menawan karena mereka merasakan
kenikmatan yang agung yaitu melihat Rabb mereka, Allah ‘Azza wa
Jalla. Kenikmatan melihat Rabb merupakan tambahan pahala yang
istimewa bagi para penghuni surga. Mereka berhak memperoleh
kenikmatan itu karena ketaatan mereka kepada Allah Ø, menjauhi
syirik dan selalu berbuat baik (ihsan) ketika di dunia.

Tafsir Ibnu Katsir, V/307


5

5
Mutiara hikmah
a. Sesungguhnya penghuni surga di samping akan memperoleh
berbagai kenikmatan, seperti istana, para bidadari dan
sebagainya, mereka pun diberi kenikmatan yang paling istimewa
yaitu melihat Allah Yang Mahamulia.6
b. Melihat wajah Allah Ø merupakan kenikmatan yang paling
dicintai oleh para penghuni surga, sebagaimana dinyatakan
Rasulullah ` dalam sabdanya,
Bila penduduk surga telah masuk ke surga, maka Allah Ø berfirman:
“Apakah kalian ingin sesuatu yang perlu Aku tambahkan kepada
kalian?” Mereka menjawab, “Bukankah Engkau telah membuat
wajah-wajah kami putih? Bukankah Engkau telah memasukkan
kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami dari neraka?”
Beliau bersabda: “Lalu Allah membukakan hijab pembatas, lalu
tidak ada satu pun yang dianugerahkan kepada mereka yang lebih
dicintai daripada anugrah (dapat) memandang Rabb mereka.
(HR. Muslim)

c. Barangsiapa ingin berjumpa dengan Allah Ø dan memperoleh


keistimewaan melihat-Nya, maka taatlah kepada-Nya dengan
memurnikan ibadah hanya untuk-Nya (ikhlas) dan tanpa
menyekutukan-Nya, serta senantiasa berbuat kebajikan (ihsan).

6
Tafsir Ibnu Katsir, jilid IV/265

6
Mutiara ke - 16

Jagalah Shalatmu
Allah Ø berfirman,

ُ ُ‫ٱلصلَ ٰوة ِ ٱل ۡ ُو ۡس َط ٰى َوق‬


َ ‫وموا ْ ِ َّلِ َقٰنِت‬ َّ ‫ٱلصلَ َوٰت َو‬
َّ ‫ع‬ََ ْ ُ َ
٢٣٨ ‫ني‬ِ ِ ‫حٰفِظوا‬
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa.
Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu´. |Al-
Baqarah [2]: 238

Syaikh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan, melalui ayat ini Allah Ø


memerintahkan orang-orang beriman agar menjaga semua shalat,
yaitu mengerjakan shalat lima waktu dengan rutin, tepat pada
waktunya, lengkap dengan semua rukun dan syaratnya, dengan hati
yang khusyu’, tanpa tergesa-gesa maupun menunda-nunda.7
Selanjutnya Allah Ø memerintahkan untuk menjaga shalat wustha,
yang sebetulnya sudah masuk dalam pengertian “semua shalat”. Akan
tetapi, secara khusus Allah Ø menyebutkannya untuk mengingatkan
manusia akan kemuliannya di antara shalat-shalat lain. Wustha berasal
dari kata al-wasath yang artinya “yang adil” dan “yang terbaik”. Al-
Wustha artinya “yang paling utama”. Terdapat beberapa pendapat
tentang pengertian shalat wustha, yaitu:8
a. Shalat wustha adalah shalat zhuhur, karena udara sangat panas di
daerah-daerah beriklim panas dan ia dikerjakan pada tengah hari.
b. Shalat wustha adalah shalat asar, karena orang-orang biasanya
berat mengerjakannya sebab mereka ingin menyelesaikan
aktivitas sehari-hari.

Tafsir Al-Muniir, jilid I/595


7
7
Ibid
8
c. Shalat wustha adalah shalat shubuh, karena manusia masih
mengantuk dan malas mengerjakannya, dan karena ia
adalah shalat yang paling berat bagi kaum munafik untuk
mengerjakannya.
d. Shalat wustha bisa juga shalat-shalat lainnya, yaitu maghrib,
isya, atau shalat juma’t.
Pada akhir ayat di atas, Allah Ø juga memerintahkan orang-
orang beriman agar mengerjakan shalat dengan khsuyu’, yaitu dengan
melepaskan diri dari segala kesibukan dunia yang dapat memalingkan
hati dari kekhusyu’an, sambil mengingat Allah Ø saja bukan yang lain-
Nya, diam dan tidak berkata-kata kecuali dengan membaca ayat-ayat
al-Qur`an dan doa yang diatur oleh syariat.9
Buya Hamka menerangkan bahwa tanda iman yang paling tinggi
adalah menjaga shalat lima waktu. Betapa pun seseorang mengaku
muslim, namun jika shalat lima waktunya tidak terjaga dengan baik,
belumlah dapat dikatakan ia orang beriman. Ini karena iman kepada
Allah membawa akibat yang wajar bagi khusyu’nya hati. Jika seruan
shalat tidak diperhatikan dan tidak dipedulikan, itu menandakan hati
tidak khusyu’, tandanya iman tidak ada.10
Di samping penjelasan di atas, berikut ini terdapat hal-hal lain
yang berkaitan dengan tema bahasan ini, di antaranya yaitu:
1. Shalat adalah kewajiban yang sudah ditetapkan waktunya.

ٗ ُ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ َ ٰ َ َّ َّ
١٠٣ ‫ِني كِتٰ ٗبا َّم ۡوقوتا‬ ‫إِن ٱلصلوة كنت ع ٱلمؤ ِمن‬
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman. |An-Nisa’ [4]: 103

9
Tafsir Al-Muniir, jilid I/595
10
Tafsir Al-Azhar, jilid I/469

8
Ayat ini mengandung makna bahwasa shalat hukumnya wajib
bagi orang-orang mukmin, yang harus dilaksanakan sesuai waktu
yang telah ditentukan, tidak boleh dilaksanakan di luar waktu
tersebut; tidak mendahului dan juga tidak mengakhirkanya.11
Adanya waktu-waktu untuk shalat dan aneka ibadah yang
ditetapkan Islam, mengharuskan adanya pembagian teknis
menyangkut masa. Hal ini mengajarkan manusia agar memiliki
rencana jangka pendek dan jangka panjang, serta menyelesaikan
setiap rencana itu pada waktunya.12
َ
َّ َ ۡ َ ُ ۡ َّ َ َ
‫ٱل ِل َوق ۡر َءان ٱلف ۡج ِرۖ إِن‬ ‫غس ِق‬ ٰ‫ٱلش ۡم ِس إ ِ َل‬
َّ ُ ُ َ ٰ َ َّ
ِ‫أق ِ ِم ٱلصلوة ِللوك‬
ٗ ۡ َ َ َۡ َ ُ
٧٨ ‫ق ۡر َءان ٱلف ۡج ِر كن َمش ُهودا‬
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat). |Al-Isra’ [17]: 78

Ayat ini mengandung penjelasan tentang waktu shalat, yakni


setelah matahari tergelincir (zhuhur) sampai gelap malam, ini
mencakup shalat zhuhur, ashar, maghrib, dan isya’, serta shalat
subuh. Shalat shubuh disebutkan secara khusus karena memiliki
keistimewaan berupa bacaan yang panjang dari al-Qur`an, dan ia
disaksikan oleh para malaikat malam dan siang, serta disaksikan
oleh jamaah yang banyak. Shalat shubuh disebut qira’ah (bacaan),
karena bacaan merupakan rukun shalat, sebagaimana shalat disebut
ruku’, sujud, dan qunut.13

11
Tafsir Al-Aisar, Jilid II/483
12
Tafsir Al-Mishbah, Jilid II/693
13
Tafsir Al-Wasith, Jilid II/400

9
2. Shalat tidak bisa ditinggalkan dalam keadaan apapun.

ٗ َ ۡ ُ َۡ ً َ َ ۡ ُ ۡ ۡ َ
ۖ‫فإِن خِفتم ف ِرجال أو ركبانا‬
Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil
berjalan atau berkendaraah Al-Baqarah [2]: 239

Melalui ayat ini Allah Ø memberi bimbingan kepada orang-orang


beriman jika mereka dalam keadaan takut baik dalam peperangan
menghadapi musuh atau sebab apa pun yang mengkhawatirkan
mereka dari segala macam bahaya, maka lakukanlah shalat itu
sambil berjalan atau berkendaraan atau dengan cara apa pun yang
memungkinkan, sekali pun hanya dalam bentuk isyarat mata atau
gerak pikir.14
Ayat ini menjadi bukti bahwa inti shalat adalah mengingat
Allah Ø, dan ini adalah amalan hati. Adapun amalan-amalan yang
lain, yakni gerak dan bacaan, jika tidak dapat dipenuhi maka Allah
Ø memberikan toleransi (keringanan).15
3. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
َ ُ ۡ َ ٓ َ ۡ َ ۡ َ ٰ َ ۡ َ َ ٰ َ َّ َّ
ۗ‫ه ع ِن ٱلفحشاءِ وٱلمنك ِر‬ ‫إِن ٱلصلوة تن‬
Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar....” |Al-‘Ankabut [29]: 45

14
Tafsir Al-Mishbah, Jilid I/521
15
Tafsir Al-Mishbah, Jilid I/521

10
4. Allah Ø menjanjikan Surga Firdaus bagi orang-orang
yang khusyu’ dan selalu menjaga shalat.

َ َ َ ُ َ َّ َ ۡ ۡ ََۡ َ
‫ ٱل‬١ ‫ق ۡد أفل َح ٱل ُمؤم ُِنون‬
٢ ‫ِين ه ۡم ِف َصلت ِ ِه ۡم خٰشِ ُعون‬
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,(yaitu) orang-
orang yang khusyu´ dalam shalatnya. |Al-Mu’minun [23]: 1-2

Khusyu’ dalam shalat yang disebutkan dalam ayat ini, artinya


hati penuh dengan rasa takut dan damai, dan anggota badan dalam
kondisi tenang. Khusyu’ adalah sifat penting untuk memahami
makna shalat, berbisik kepada Allah, mengingat-Nya, serta merasa
takut akan penghisaban dan azab-Nya.16
Selanjutnya Allah Ø berfirman,

َ ُ ٰ َ ۡ ُ ُ َ ٰٓ َ ْ ُ َ ُ ُ َ ٰ َ َ ۡ ُ َ َّ َ
١٠ ‫ أولئِك هم ٱلورِثون‬٩ ‫ع َصل َوٰت ِ ِه ۡم يَاف ِظون‬ ‫وٱلِين هم‬
َ ُ ٰ َ َ ۡ ُ َ ۡ َ ۡ ۡ َ ُ َ َ َّ
١١ ‫لون‬ ِ ‫ٱلِين ي ِرثون ٱلفِردوس هم فِيها خ‬
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-
orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga
Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. |Al-Mu’minun [23]: 9–11

Allah Ø menerangkan bahwa mereka yang memiliki tujuh sifat


mulia sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Mu’minuun ayat 1-9,
di antaranya orang-orang yang selalu menjaga shalat, mereka itulah
yang akan mewarisi surga Firdaus. Firdaus adalah surga tertinggi
yang di atasnya berada ‘Arsy Allah. 17

Tafsir Al-Wasith, II/662


16

Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid VI/474


17

11
5. Menjaga shalat dapat mencegah sifat buruk manusia
َ ُّ َّ ‫ إ َذا َم َّس ُه‬١٩ ‫وع‬ ً ُ‫نس َن ُخل َِق َهل‬ ۡ َّ
‫ ِإَوذا َم َّس ُه‬٢٠ ‫وع‬ ٗ ‫ٱلش َج ُز‬
ِ ٰ َ ‫ٱل‬ِ ‫إِن‬
َ َٓ َ ٰ َ َ ۡ ُ َ َّ
٢٣ ‫ع َصلت ِ ِه ۡم دائ ِ ُمون‬ ‫ ٱلِين هم‬٢٢ ‫ِني‬ َ ‫ إ َّل ٱل ۡ ُم َص ّل‬٢١ ‫وع‬
ً ‫ي َم ُن‬ َۡ
ُ ۡ ‫ٱل‬
ِ
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila
ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang
mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.
|Al-Ma’arij [70]: 19-23

َ ُ ُ َ ٰ َ َ ۡ ُ َ َّ َ
٣٤ ‫ع َصلت ِ ِه ۡم يَاف ِظون‬ ‫وٱلِين هم‬
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. |Al-Ma’arij [70]: 34

Dalam surah Al-Ma’aarij ayat 19-34 Allah Ø menerangkan bahwa


pada umumnya manusia mempunyai sifat-sifat buruk, di antaranya
kikir dan suka berkeluh kesah. Cara mengatasi sifat buruk tersebut
yaitu dengan selalu menjaga shalat, dan melakukan amalan-amalan
baik lainnya yaitu: menunaikan zakat dan bersedekah, beriman kepada
hari pembalasan, takut kepada azab Allah, memelihara kehormatan,
menjaga amanah, serta bersaksi dengan jujur dan adil.18
6. Ancaman bagi orang-orang yang tidak menjaga shalat

‫ِين‬
َ ُ َ ۡ َ َ َ ۡ ُ َ َّ
َ ‫ َّٱل‬٥ ‫ون‬ َ ‫ل ّل ِۡل ُم َص ّل‬ٞ ‫فَ َو ۡي‬
‫ ٱلِين هم عن صلت ِ ِهم ساه‬٤ ‫ِني‬
َ ٓ ُ
٦ ‫ه ۡم يُ َرا ُءون‬

18
Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid X/345

12
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-
orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya.
|Al-Maa’un [107]: 4 – 6

Ayat-ayat ini menerangkan ancaman keras bagi orang-orang


yang lalai dari shalatnya. Al-Wail adalah lembah di neraka Jahannam
yang penuh dengan nanah dan borok penduduk neraka. Mereka
adalah orang-orang yang melalaikan shalat, artinya melupakan
shalat dan tidak mengingatnya sehingga sering ketinggalan dan
mengerjakannya ketika waktu shalat hampir habis. Selain itu, mereka
juga berbuat riya’ dengan shalat dan seluruh amalannya yakni tidak
ikhlas karena Allah. Mereka melakukannya agar orang-orang lain
menyangka mereka orang-orang orang-orang yang beriman.19
Kandungan ayat-ayat diatas senada dengan firman Allah,

َ ‫ك م َِن ٱل ۡ ُم َص ّل‬
٤٣ ‫ِني‬
ُ َ َۡ ْ ُ َ َ ُ َ َ
‫ قالوا لم ن‬٤٢ ‫َما َسلكك ۡم ِف َسق َر‬
Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?
Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan shalat.” |Al-Muddatstsir [74]: 42 - 43

Hal-hal yang telah dikemukan di atas, menunjukkan kepada kita


bahwasanya Allah Ø telah memerintahkan setiap muslim untuk
menjaga shalat lima waktu termasuk shalat wustha yang mendapat
perhatian khusus. Menjaga shalat yaitu melaksanakannya pada
waktunya dengan memenuhi rukun, syarat, dan kekhusyu’annya.
Allah Ø mengabarkan bahwa kewajiban shalat tidak gugur
dalam keadaan apa pun sehingga tidak boleh ditinggalkan. Dia
juga mengabarkan bahwa shalat yang dilaksanakan dengan benar
akan mencegah seseorang dari berbuat keji dan mungkar, dan

Tafsir Al-Aisar, Jilid VII/1050


19

13
dapat menjauhkan dari sifat keluh kesah dan kikir, serta Allah Ø
menjanjikan surga Firdaus bagi orang-orang yang khusyu’ dan selalu
menjaga shalat. Akan tetapi, barangsiapa tidak menjaga shalatnya
baik lalai dalam shalatnya apalagi meninggalkannya, maka Allah Ø
mengancamnya dengan neraka Saqar sehingga ia termasuk orang
yang celaka.
Mutiara hikmah
a. Menjaga shalat adalah melaksanakannya dengan tekun serta
berkesinambungan sesuai dengan tuntunan agama, yakni
memenuhi rukun, syarat dan sunnah-sunnahnya tidak satu pun
ditinggalkan.20
b. Menjaga shalat pada waktunya, disertai kekhusyu’an dan
konsentrasi pikiran, merupakan bukti keimanan dan benarnya
keislaman seseorang, mempererat persaudaraan agama, dan
menjaga hak-hak.
c. Sesungguhnya shalat mencakup dua hal; meninggalkan berbagai
kekejian dan kemungkaran, dimana mejaganya dapat membawa
sikap meninggalkan kedua hal tersebut.21
d. Sesungguhnya, hanya orang yang dapat menjaga shalatlah
yang kemungkinan besar selalu berbuat baik dan menjauhi
kejahatan.22
e. Shalat adalah ibadah yang sangat utama sehingga Islam tidak
membolehkan umatnya meninggalkannya dalam keadaan apa pun.

20
Tafsir Al-Mishbah, volume I/519
21
Tafsir Ibnu Katsir, jilid VI/334
22
Tafsir Al-Muniir, jilid I/595

14
f. Dampak tidak dijaganya shalat oleh individu maupun umat, di
antaranya perbuatan keji dan mungkar merajalela, timbulnya
pengkhianatan, manusia enggan melakukan kebajikan,
rendahnya rasa kasih sayang, timbulnya buruk sangka, dan
berkurangnya kepercayaan di antara sesama.23
g. Sesungguhnya, tidak menjaga shalat dan meremehkannya
adalah sebagian dari tanda-tanda orang munafik. Oleh karena
itu, hendaknya setiap muslim memperhatikan hal ini dengan
sungguh-sungguh.

Tafsir Al-Muniir, jilid I/596


23

15
Mutiara ke - 17

Bertahajjudlah di Saat Manusia


Terlena Dalam Tidur
Allah Ø berfirman,

ٗ ُ ۡ َّ ٗ َ َ َ ُّ َ َ َ َ ۡ َ َ ٰٓ َ َ َ َّ ٗ َ َ ۡ َّ َ َ َ ۡ َّ َ َ
٧٩‫ومِنٱل ِلفتهجدبِهِۦناف ِلةلكعسأنيبعثكربكمقاماممودا‬
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu
sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. |Al-Isra [17]: 79

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi menjelaskan bahwa ayat ini merupakan


perintah kepada Rasulullah ` untuk mengerjakan shalat tahajud
yang hukumnya wajib bagi beliau, sedangkan bagi umat beliau
hukumnya adalah sunah.24 Keutamaan tahajud bagi Rasulullah `
yaitu bahwasanya Allah Ø akan menempatkan beliau pada tempat
yang terpuji (maqaamah mahmudah) kelak di akhirat.
Yang dimaksud dengan maqaaman mahmuudan pada ayat di
atas adalah syafaat Rasulullah ` pada hari kiamat. Pada hari itu
seluruh manusia mengalami kesulitan yang sangat besar. Dan, yang
dapat membantu meringankan manusia dari kesulitan itu hanyalah
permohonan Rasulullah ` kepada Allah Yang Maha Penyayang.25

24
Tafsir Al-Aisar, jilid IV/370
25
Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid V/528

16
Selanjutnya Allah Ø berfirman,
َ ُ ۡ َ ۡ َّ َ َ ٗ ََ َٗ ۡ ُ َ َّ َ ۡ ُ ۡ َ
‫ج ۡد ُلۥ‬ ‫ ومِن ٱل ِل فٱس‬٢٥ ‫صيل‬ِ ‫وٱذك ِر ٱسم ربِك بكرة وأ‬
ً َٗۡ ُ ۡ ّ َ َ
٢٦ ‫لل َطوِيل‬ ‫وسبِحه‬
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang.
Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan
bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam
hari. |Al-Insan [76]: 25-26

Secara khusus kedua ayat tersebut berisi perintah kepada Rasulullah


`, dan yang dimaksud juga adalah umat beliau, yaitu agar senantiasa
berdzikir menyebut nama Allah di setiap awal dan akhir siang, juga
pada setiap waktu. Kemudian pada malam hari bersujud dan bertasbih
yang maksudnya adalah mengerjakan shalat.26
Firman Allah Ø “pada (waktu) pagi dan petang” maksudnya
adalah shalat shubuh, zhuhur, dan ashar, dan firman-Nya, “Dan pada
sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya” maksudnya adalah
shalat maghrib dan isya’. Sedangkan firman-Nya ‘dan bertasbihlah
kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari” maksudnya adalah
shalat tahajud.27 Dengan demikian, kedua ayat ini menghimpun
seluruh shalat fardhu lima waktu dan shalat tahajud.28
Berdasarkan ayat-ayat tersebut di atas, menunjukkan bahwa shalat
tahajud memiliki kedudukan yang tinggi setelah shalat fardhu.
Di samping penjelasan di atas, berikut ini terdapat hal-hal lain
yang berkaitan dengan tema bahasan ini, di antaranya yaitu:
1. Bacaan Al-Qur`an ketika tahajud lebih berkesan ke hati.

26
Tafsir Al-Wasith, jilid III/771
27
Tafsir Al-Aisar, jilid VII/743
28
Tafsir Al-Wasith, jilid III/771
17
ً ُ َ ۡ َ َ ٗ ۡ َ ُّ َ َ َ ۡ َّ َ َ َ َّ
٦ ‫طا وأقوم قِيل‬ٔ‍ ‫إِن ناشِئة ٱل ِل ِه أشد و‬
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk
khusyu´) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. |Al-Muzzammil
[73]: 6

Dalam ayat ini terkandung petunjuk bahwa di dalam shalat


tahajud, yaitu shalat sunnah yang dilakukan setelah tidur (selepas
shalat Isya’ sampai akhir malam), lebih sesuai dan sejalan dengan
kekhusyu’an, keikhlasan, serta keselarasan antara hati dan lisan. Pada
saat itu menjadikan pendengaran bersatu dengan hati untuk memahami
makna-makna al-Qur`an yang dibaca oleh seseorang yang sedang
shalat (tahajud). Bacaan pada saat itu lebih berkesan, lebih jelas, dan
lebih enak bacaannya jika dibandingkan dengan bacaan shalat pada
siang hari. Sebab, pada siang hari manusia lebih sibuk dengan urusan-
urusan dunia yang banyak.29 Sebagaimana disebutkan dalam firman
Allah, “Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang
(banyak).” |Al-Muzzammil [73]: 7.
2. Tahajud adalah amalan orang-orang yang membenar­kan
Al-Qur`an.
ْ ُ َّ َ َ ْ ّ ُ َ َ َّ َ َ ُ ۡ ُ َ َّ
‫حوا ِبَ ۡم ِد‬ ‫ِين إِذا ذك ُِروا ب ِ َها ْۤاوُّرَخ ۤاٗدَّجُس وسب‬ ‫إِنما يؤمِن أَ‍ِبيٰتِنا ٱل‬
َ َ ۡ َ ۡ ُ ُ ُ ُ َٰ َ َ َ َ ُ ۡ َ َۡ َ ۡ َُ ۡ َّ
ِ‫جع‬
ِ ‫اف جنوبهم ع ِن ٱلمضا‬ ‫ تتج‬١٥ ۩‫بون‬ ِ ‫رب ِ ِهم وهم ل يستك‬
َ ُ ۡ ٗ َ َ
١٦ ‫يَ ۡد ُعون َر َّب ُه ۡم خ ۡوفا َو َط َم ٗعا َوم َِّما َر َزق َنٰ ُه ۡم يُنفِقون‬
Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat
Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat

29 Tafsir Al-Wasith, Jilid III/740

18
itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya,
dan lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh
dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya
dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan
apa apa rezeki yang Kami berikan. |As-Sajdah [32]: 15-16

Dalam ayat ini diterangkan sifat orang-orang yang beriman kepada


ayat-ayat Allah (Al-Qur`an). Yaitu, lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya, karena mereka menjauhkan punggung mereka dari tempat
tidur pada malam hari untuk melakukan shalat tahajud, sambil selalu
berdoa karena takut terhadap siksa Allah dan mengharap rahmat-Nya.30
3. Pahala bagi orang-orang yang suka tahajud

َّ َ ٓ َ
‫ِين َما َءاتى ٰ ُه ۡم َر ُّب ُه ۡ ۚم إِن ُه ۡم‬
‫خذ‬ِ ‫ َءا‬١٥ ‫ون‬ ُ ‫ني ف َج َّنٰت َو ُع‬
‫ي‬ َ ‫إ َّن ٱل ۡ ُم َّتق‬
ٍ ٖ ِ ِ ِ
َ َ َۡ َ ۡ َ ّ َّ ٗ ْ
َ ُ َ َ ‫سن‬ ُۡ َ َ ََۡ ُ َ ْ
١٧ ‫ج ُعون‬ ‫ كنوا قل ِيل مِن ٱل ِل ما يه‬١٦ ‫ني‬ ِ ِ ‫كنوا قبل ذٰل ِك م‬
َ ۡ ُ َ َۡۡ َ
١٨ ‫حارِ ه ۡم ي َ ۡس َتغفِ ُرون‬ ‫وبِٱلس‬
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam
taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima
segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum
itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia
mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan
ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. |Adz-Dzariyat [51]: 15-18

Dalam ayat ini Allah Ø mengabarkan beberapa sifat orang-


orang yang bertakwa yang akan dimasukkan ke dalam surga yang
penuh dengan segala kenikmatan. Sifat-sifat mereka yaitu beribadah
kepada Allah dengan ikhlas sesuai dengan apa yang diridhai dan

30 Tafsir Al-Aisar, Jilid V/758

19
disyariatkan-Nya, serta berbuat baik (ihsan) kepada sesama manusia,
Selain itu, sifat yang utama dari mereka yaitu tidak banyak tidur
malam karena sebagian besar waktu malam mereka dipergunakan
untuk shalat tahajjud. Mereka juga selalu memohon ampunan-Nya
pada sepertiga malam terakhir.31
Hal-hal yang telah dikemukan di atas, menunjukkan kepada kita
bahwasanya Allah Ø telah memerintahkan Rasulullah ` bangun
malam guna mengerjakan shalat tahajjud. Perintah ini berlaku juga
bagi umatnya sebagai ibadah sunnah yang sangat diutamakan. Allah
Ø mengabarkan bahwa shalat tahajjud memiliki keistimewaan,
di antaranya bacaan ayat-ayat al-Qur`an dalam shalat tahajud
lebih berkesan dan meresap ke dalam hati, dan shalat tahajud
merupakan sifat orang-orang yang membenarkan al-Qur`an. Dia
juga menjanjikan pahala yang besar bagi orang-orang yang suka
bertahajjud, yaitu surga yang penuh kenikmatan.
Mutiara hikmah
a. Allah Ø dan Rasulullah ` sangat menganjurkan orang-
orang mukmin untuk melakukan shalat malam (tahajud), yang
merupakan kebiasaan orang-orang saleh dan jalan orang-orang
yang mendekatkan diri kepada Allah Ø.32
b. Shalat malam lebih utama daripada shalat (sunnah) pada siang
hari, karena pada saat malam lebih menyatu pendengaran dan
hati sehingga akan lebih mudah memahami al-Qur`an.33

31
Tafsir Al-Aisar, jilid V/73
32
Tafsir Al-Aisar, jilid VII/676
33
Tafsir Al-Aisar, jilid VII/676

20
c. Shalat tahajud merupakan salah satu sifat dari orang-orang
yang bertakwa. Sifat-sifat lainnya adalah beristighfar di akhir
malam, bersedekah di jalan Allah dan sebagainya.
d. Orang-orang yang selalu membiasakan shalat tahajjud, mereka
akan memperoleh syafaat dari Rasulullah ` kelak pada hari
kiamat.34
e. Orang-orang yang bertakwa senantiasa bertahajud dan
beristighfar di akhir-akhir malam (pada waktu sahur). Sengaja
dipilihnya waktu itu karena kebanyakan orang sedang tidur
nyenyak, sehingga mereka mendapatkan ketenangan dan
kedamaian dalam bermunajat kepada Allah.
f. Mereka menyadari bahwa hidup berkumpul dengan keluarga
dan yang lainnya tidak dapat berlangsung selamanya. Bila ajal
telah tiba, pasti berpisah kemudian masuk kubur, masing-
masing dan sendirian saja. Oleh karena itu, sebelum tiba waktu
perpisahan, mereka sangat butuh untuk mengadakan hubungan
dengan Allah, agar kelak ketika menemui-Nya di hari kiamat,
mereka mendapat ridha-Nya.35

34 Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid V, hlm. 533


35 Ibid., jilid IX, hlm. 461

21
Mutiara ke - 18

Sucikanlah Hartamu
Dengan Zakat
Allah Ø berfirman,

َ‫ٱلز َك ٰوة‬
َّ ْ ُ َ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ َ
٤٣ ..… ‫وأقِيموا ٱلصلوة وءاتوا‬
“....Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat.” |Al-Baqarah [2]: 43

Syaikh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan, yang dimaksud dengan


zakat dalam ayat ini, menurut pendapat yang paling benar, adalah
zakat fardhu karena ia disebutkan secara beriringan dengan
perintah shalat, namun bukan zakat fitrah. Shalat berfungsi untuk
menyucikan jiwa, sedangkan zakat untuk menyucikan harta.
Keduanya merupakan perwujudan rasa syukur hamba kepada Allah
Ø atas limpahan nikmat-Nya.36
Selain itu, zakat memiliki keistimewaan tersendiri, yaitu ia
mewujudkan prinsip solidaritas sosial di tengah masyarakat. Sebab,
orang kaya membutuhkan orang miskin, demikian pula kaum
miskin memerlukan bantuan orang kaya.37
Zakat adalah salah satu dari rukun Islam yang lima. Perintah
menunaikan zakat disandingkan dengan perintah shalat dalam 82
ayat. Zakat diwajibkan di Mekkah pada masa awal Islam secara umum
yaitu tanpa ketentuan jenis dan banyaknya harta yang wajib dizakati.
Ketentuan zakat masa itu diserahkan sepenuhnya kepada perasaan

36
Tafsir Al-Muniir, jilid I/115
37
Ibid

22
dan kedermawanan umat Islam. Barulah pada tahun 2 Hijriyah
(menurut pendapat yang paling kuat), ukuran dan jenis harta yang
wajib dizakati dijelaskan secara rinci.38
Zakat adalah hak Allah Ø yang diberikan seseorang kepada
para mustahiq (fakir miskin dan lainnya). Dinamakan “zakat” karena
diharapkan akan mendatangkan keberkahan, penyucian jiwa dan
penumbuhan (harta) dengan berbagai macam kebaikan, sebab ia
berasal dari kata “zakat” yang berarti pertumbuhan, kesucian, dan
keberkahan.39 Oleh sebab itu, Allah Ø berfirman,

َ ََُّ ۡ ُ ُ ّ َُ َٗ َ َ ۡ ََۡ ۡ ۡ ُ
١٠٣ .…‫خذ مِن أموٰل ِ ِهم صدقة تط ِهرهم وتزك ِي ِهم بِها‬
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka |At-Taubah [9]: 103

Imam Ibnu Katsir menerangkan bahwa zakat maal (harta)


dinamakan zakat karena menyucikannya dari harta yang haram,
serta menjadi sebab bertambahnya harta itu, bertambah berkah dan
manfaatnya, juga merupakan sarana dalam mengerjakan ketaatan.40
Jenis barang yang wajib dikeluarkan zakatnya berdasarkan
hadits-hadits Rasulullah ` meliputi: perhiasan (emas, perak, dan
sejenisnya), hasil pertanian, barang dagangan, binatang ternak,
barang tambang, dan barang temuan.41
Di samping penjelasan di atas, berikut ini terdapat hal-hal lain
yang berkaitan dengan tema bahasan ini, di antaranya yaitu:

38
Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, hlm. 228
39
Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, hlm. 228
40
Tafsir Ibnu Katsir, jilid VII/196
41
Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, hlm. 234

23
1. Mustahik zakat

َ َّ َ ۡ َ َ َ َٰ ۡ َ ۡ
ٰ َ ‫ت ل ِۡل ُف َق َرآءِ َوٱل َم‬ ُ ٰ ‫ٱلص َد َق‬
َّ ‫إ َّن َما‬
ِ‫ِني عل ۡي َها َوٱل ُمؤلفة‬ ‫ِني وٱلع ِمل‬ ِ ‫سك‬ ِ
َّ
َّ ‫ٱللِ َوٱبۡن‬ َ ‫ِني َوف‬َ ‫ٱلرقَاب َو ۡٱل َغٰرم‬ ّ ‫وب ُه ۡم َوف‬ ُ ُ‫قُل‬
ۖ‫يل‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫ٱلس‬ ِ ‫يل‬
ِ ِ ‫ب‬ ‫س‬ ِ ِ ِ ِ ِ
ٞ ‫ِيم َحك‬ ٌ ‫ٱلل َعل‬ ُ َّ ‫ٱللِ َو‬ َّ ّ ٗ َ َ
٦٠ ‫ِيم‬ ۗ ‫ف ِريضة م َِن‬
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. |At-
Taubah [9]: 60

Dalam ayat ini digunakan kata ash-shadaqaat (sedekah) yang


mengandung pengertian sedekah wajib yang dikenal dengan istilah
zakat. Zakat yaitu harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim
pada waktu tertentu dan dalam jumlah tertentu yang telah ditetapkan
oleh syara’. Allah Ø menerangkan delapan golongan yang berhak
menerima zakat (mustahik zakat), yaitu sebagai berikut:
a. Pertama: Fakir, yaitu orang-orang mukmin yang tidak memiliki
sesuatu pun untuk menutupi kebutuhan pokok mereka, baik
makanan, minuman, pakaian ataupun tempat tinggal.42
b. Kedua: Miskin, yaitu orang-orang fakir yang tidak memiliki apa yang
bisa untuk menutupi kebutuhannya dan mereka tidak menjaga
harga diri mereka dengan meminta-minta kepada orang lain serta
menunjukkan kemiskinan dan kebutuhan mereka.43

42
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Aisar, jilid III/401
43
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Aisar, jilid III/401

24
c. Ketiga: Amil zakat, yaitu orang-orang yang bertanggung jawab
untuk mengambil zakat dan membagikannya.
d. Keempat: Muallaf, yaitu orang-orang yang diharapkan manfaatnya
untuk Islam dan kaum muslimin karena kedudukan dan posisi
mereka di dalam kaumnya. Mereka diberi zakat dalam rangka
melunakkan hati mereka agar condong kepada Islam. Bisa juga
mereka adalah orang-orang yang masih lemah keislamannya,
maka mereka diberikan zakat dalam rangka memantapkan
keislaman mereka dan memperkuat Islam.44
e. Kelima: Riqab, yaitu budak-budak, atau budak Muslim yang
sedang dalam proses pembebasan oleh dirinya sendiri maupun
adanya kesepakatan dengan tuannya untuk dimerdekakan.
Namun, sekarang budak dapat dikatakan sudah tidak ada lagi
setelah adanya kesepakatan internasional terkait penghapusan
perbudakan di dunia tahun 1952.45
f. Keenam: Gharim, yaitu orang yang banyak memiliki hutang
untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan keluarganya dalam
rangka ketaatan kepada Allah, dan dia sudah tidak lagi memiliki
harta untuk membayar hutangnya itu.46
g. Ketujuh: Fi Sabiilillah, yaitu zakat yang diberikan untuk
mempersiapkan perbekalan para mujahidin dan memberikan
nafkah kepada mereka berupa senjata, kendaraan, makanan
dan pakaian.
h. Kedelapan: Ibnu Sabil, yaitu para musafir yang singgah di
suatu tempat lalu kehabisan bekal sedangkan mereka butuh
perbekalan, maka mereka diberi zakat meskipun mereka adalah

44
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Aisar, jilid III/401
45
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith, jilid I/773
46
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Aisar, jilid III/401

25
orang-orang yang kaya di negeri mereka, selama perjalanannya
itu tidak bertujuan maksiat.47
Berdasarkan ayat ini, zakat tidak boleh diberikan kepada selain
delapan golongan yang disebutkan di atas. Namun, bukan
merupakan sebuah keharusan untuk membagi zakat kepada
delapan golongan secara keseluruhan. Terkadang seseorang hanya
memberikan zakatnya untuk urusan jihad fisabilillah, dan yang lain
memberikannya kepada orang fakir miskin saja, karena mungkin
saja tidak semua golongan itu ada dalam satu waktu tertentu.
Semua ini diperbolehkan meskipun lebih baik zakat itu dibagikan
secara merata kepada delapan golongan tadi.48
2. Zakat sarana untuk memperoleh rahmat Allah Ø

َ ُ ۡ َ ُ َ َّ َ ُ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ َّ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ َ
‫ِين َي َّتقون َو ُيؤتون‬
‫ورح ِت وسِعت ك ش ٖء ۚ فسأكتبها ل ِل‬
َ ۡ َ ُ َ َّ َ َ ٰ َ َّ
١٥٦ ‫ِين هم أَ‍ِبيٰت ِ َنا يُؤم ُِنون‬
‫ٱلزكوة وٱل‬
Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan
rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan
zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. |Al-
A’raf [7]: 156

Allah Ø mengabarkan bahwa rahmat-Nya amat luas, dan rahmat-


Nya itu ditetapkan-Nya untuk orang-orang yang bertakwa, menunaikan
zakat, serta beriman kepada-Nya dan kepada rasul-Nya yakni Rasulullah
`. Dalam ayat ini disebut zakat, tidak disebut amal lain yang tidak kalah
nilainya dari zakat. Hal ini ada hubungannya dengan banyaknya orang
yang enggan mengeluarkan zakat dibanding dengan banyaknya orang

47
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Aisar, jilid III/401
48
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Aisar, jilid III/403

26
yang enggan mengerjakan amal lain yang diperintahkan Allah. Ini juga
merupakan isyarat tentang sifat kaum Yahudi yang sangat cinta kepada
harta dan enggan mengeluarkan sebagian hartanya di jalan Allah.49
3. Ancaman bagi orang yang menolak zakat

َ ُ ُ َ َ َ َّ ۡ َ َ َ َّ َ ُ ۡ َ َ َّ َ
َ ‫ون َها ف‬
‫يل‬ِ ِ ِ ‫ب‬ ‫س‬ ‫…وٱلِين يك ِنون ٱذلهب وٱلفِضة ول ينفِق‬..
َ
َ‫م َعلَ ۡي َها ف نَار َج َه َّنم‬ ُۡ ََۡ
َٰ ‫ي‬ ‫ يوم‬٣٤ ‫اب أ ِل ٖم‬
َ َ ُ ۡ ّ َ َ َّ
ِ ِ ٍ ‫ٱللِ فب ِشهم بِعذ‬
ُ َۡ َ َ َ َٰ ۡ ُ ُ ُ ُ َ ۡ ُ ُ ُ ُ َ ۡ ُ ُ َ َ‫ى ب‬ ۡ َُ
‫نت ۡم‬ ‫جباههم وجنوبهم وظهورهمۖ هذا ما ك‬ ِ ‫ا‬ ‫ه‬ِ ٰ َ‫ك‬
‫و‬ ‫فت‬
َ ُ ۡ َ ُۡ ُ َ ْ ُ َُ ۡ ُ ُ َ
٣٥ ‫ِلنفسِكم فذوقوا ما كنتم تك ِنون‬
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada
hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang
kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang
(akibat dari) apa yang kamu simpan itu. |At-Taubah [9]: 34 – 35

Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang-orang yang


mengumpulkan harta benda (emas dan perak) serta menimbunnya
dengan tidak menunaikan zakatnya serta tidak menafkahkannya
untuk jalan kebaikan, maka mereka akan mendapatkan siksa yang
menyakitkan di neraka. Emas dan perak yang tidak ditunaikan
zakatnya tersebut akan dipanaskan dengan api yang menyala
sehingga menjadi panas membara, lalu akan digunakan untuk
membakar dahi, lambung dan punggung mereka.50

Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid III/496


49

Shafwatut Tafasir, jilid II/512


50
27
Kandungan ayat ini senada dengan firman Allah Ø,

َ َ ُ ُ َ َّ َ ُ ۡ ُ َ َ َّ َ ۡ ُ ۡ ّ ٞ ۡ َ َ
٧‫ٱلزك ٰوةَ َوهمبِٱٓأۡلخ َِرة ِه ۡمكٰفِ ُرون‬ ‫ٱلِينليؤتون‬٦‫شك ِني‬
ِ ‫وويلل ِلم‬
Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-
Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka
kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. |Fushshilat [41]: 6 – 7

Kata ‘wail’ dalam ayat ini berarti siksaan yang sangat buruk,
karena sebagian arti kata ‘wail’ adalah darah (bisul) dan nanah
penghuni neraka dan keringat yang mengucur dari tubuh dan alat
kelamin mereka. Siksaan ini akan ditimpakan kepada orang-orang
yang menyekutukan Allah dan tidak mau membayar zakat.51
4. Kewajiban menunaikan zakat hasil pertanian
َ ۡ َّ َ ٰ َ ُۡ َ َۡ َ َ ٰ َ ُ ۡ َّ ٰ َّ َ َ َ َ ٓ َّ َ ُ َ
‫ت وٱنلخل‬ ٖ ‫ت وغي معروش‬ ٖ ‫ت معروش‬ ٖ ‫وهو ٱلِي أنشأ جن‬
ٰ َ َ ُ َ ۡ َ َ ٗ ٰ َ َ ُ َ َّ ُّ َ َ ُ ۡ َّ َ ُ ُ ُ ُ ً َ ۡ ُ َ ۡ َّ َ
ٖ‫وٱلزرع متل ِفا أكلهۥ وٱلزيتون وٱلرمان متشبِها وغي متشب ِ ۚه‬
َ َ َ ۡ َ ُ َّ َ ْ ُ َ َ َ َ ۡ َ ٓ َ ٓ َ َ ْ ُُ
‫كوا مِن ثم ِره ِۦ إِذا أثمر وءاتوا حقهۥ يوم حصادِهِۖۦ‬
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung
dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah
dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah,
dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan
disedekahkan kepada fakir miskin). |Al-An’aam [6]: 141

51
Tafsir Al-Aisar, jilid VI/498

28
Pada ayat ini terdapat kalimat, “Dan tunaikanlah haknya di hari
memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin)”,
ini mengisyaratkan tentang kewajiban zakat atas hasil pertanian
(tanaman dan buah-buahan) yang harus diberikan atau dikeluarkan
segera begitu selesai panen, tanpa ditangguhkan.52
Hal-hal yang telah dikemukan di atas, menunjukkan kepada kita
bahwasanya Allah Ø telah mewajibkan orang-orang beriman untuk
menunaikan zakat yang merupakan salah satu rukun Islam. Zakat
berfungsi untuk menyucikan harta agar bersih dan berkah. Dia
juga memberikan petunjuk, di antaranya tentang delapan golongan
yang berhak mendapat pemberian zakat, juga menerangkan tentang
pahala bagi orang-orang yang menunaikan zakat dan ancaman bagi
mereka yang menolak perintahnya.

Mutiara hikmah
a. Allah Ø telah memerintahkan orang-orang beriman untuk
mengeluarkan zakat, sebagai wujud ketaatan dan sarana
mendekatkan diri kepada-Nya.
b. Zakat merupakan bagian dari rezeki yang harus dikeluarkan
(dibersihkan) karena di dalamnya terdapat hak-hak para
mustahik. Dan, yang wajib dikeluarkan pun hanya sebagian saja
bukan seluruhnya.

Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid III/257


52

29
c. Zakat dan juga sedekah (infak sunnah) dapat menghapus dosa dan
membersihkan jiwa dari sifat yang hina yaitu bakhil dan kikir.53
d. Dianjurkan bagi orang yang mengambil (menerima) zakat
seorang muslim untuk mendoakannya dengan ucapan seperti,
َ‫ك فِيْ َما َأبْ َقيْت‬
َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ
‫اجرك الل ع ما أعطيت وبارك ل‬
Semoga Allah memberikan pahala terhadap pemberianmu dan
memberikan berkah terhadap hartamu yang tersisa.54

53
Tafsir Al-Aisar, jilid III/461
54
Tafsir Al-Aisar, jilid III/462)

30
Mutiara ke - 19

Berpuasalah Untuk Meraih


Derajat Muttaqin
Allah Ø berfirman,
َ َ َ ُ َ َ ُ َ ّ ُ ُ ۡ َ َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ َ
‫ٱلصيام كما كتِب ع‬
ِ ‫يأيها ٱلِين ءامنوا كتِب عليكم‬ ٰٓ
َ ُ َ ُ َّ َ ُ َ َ ‫َّٱل‬
١٨٣ ‫ِين مِن ق ۡبل ِك ۡم ل َعلك ۡم ت َّتقون‬
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa. |Al-Baqarah: 183

Melalui ayat yang mulia ini Allah Ø mewajibkan puasa kepada


orang-orang mukmin dari umat Muhammad, sebagaimana telah
diwajibkan juga kepada orang-orang sebelumnya sejak zaman Nabi
Adam a.s. Jadi, puasa adalah kewajiban atas seluruh manusia yang
beriman pada semua zaman.55
Syaikh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan, dalam perintah puasa
tersebut terkandung penjelasan bahwa perkara-perkara yang berat-
apabila sudah menjadi umum (dikerjakan semua orang) akan terasa
ringan untuk dikerjakan, dan orang-orang yang melaksanakannya
merasa santai dan tenteram karena perkara-perkara (yang berat)
tersebut berlandaskan kebenaran, keadilan, dan persamaan.56

Tafsir Al-Muniir, jilid I/379


55

Tafsir Al-Muniir, jilid I/379


56

31
Ash-Shiyaam (puasa) menurut bahasa adalah al-imsak yang berarti
menahan diri. Sedangkan menurut syariat, puasa adalah menahan
diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri, serta semua
perkara yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar sampai
dengan terbenamnya matahari dengan niat ibadah (mendekatkan
diri) kepada Allah Ø.57
Puasa Ramadhan diwajibkan pada hari Senin tanggal 1 Sya’ban
tahun kedua Hijriyah.58 Puasa terdiri dari dua macam; puasa fardhu
dan puasa sunnah. Puasa fardhu terdiri dari tiga macam: puasa
ramadhan, puasa kafarat, dan puasa nazar.59
Di samping penjelasan di atas, berikut ini terdapat hal-hal lain
yang berkaitan dengan tema bahasan ini, di antaranya yaitu:
1. Petunjuk bagi orang-orang yang tidak dapat melaksa-
nakan puasa
َ َ َ َ َ ُ َّ َ ۡ ّ ٞ َّ َ َ َ ٰ َ َ ۡ َ ً َّ ُ َ َ َ
‫ف َمن كن مِنكم م ِريضا أو ع سف ٖر فعِدة مِن أيا ٍم أخر ۚ وع‬
ُ ُ َ َّ
ُ ‫ َط َع‬ٞ‫يقونَ ُهۥ ف ِۡديَة‬
ۡ ‫ام م‬
١٨٤ ۖ‫ِني‬
ٖ ‫ك‬ ‫ِس‬ ‫ٱلِين ي ِط‬
Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa)
sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika
mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan
seorang miskin |Al-Baqarah [2]: 184

57
Tafsir Al-Aisar, jilid I/293
58
Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Al-Wajiiz fi Fiqh as-Sunnah (Ringkasan Fikih
Sunnah), hlm. 266
59
Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Al-Wajiiz fi Fiqh as-Sunnah (Ringkasan Fikih
Sunnah), hlm. 265

32
Melalui ayat ini Allah Ø memberi kemudahan dalam
pelaksanaan puasa, Dia memperbolehkan qadha puasa pada hari-
hari lain bagi musafir, orang sakit, perempuan hamil, dan perempuan
menyusui. Adapun orang-orang yang mengalami kesulitan luar biasa
dalam melaksanakan puasa, misalnya orang yang jompo atau penderita
sakit menahun, maka mereka diperbolehkan tidak berpuasa dan
menggantinya dengan membayar fidyah.60
2. Di antara pahala bagi orang-orang yang berpuasa

َ َ ۡ َ ُ َ ‫حٰفظ‬ َ ۡ َ ٰٓ َّ ‫ني َو‬


َ ‫ٱلصئم‬ َّ
‫ت‬ ِ ٰ‫ف ُروج ُه ۡم َوٱلحٰفِظ‬ ‫ني‬ ِ ِ ‫ت َوٱل‬ ِ ٰ ‫ٱلصئِم‬ ِ ِ ٰٓ ‫َو‬
َ َّ‫ٱلذٰك َِرٰت أَ َعد‬
ً‫ٱلل ل َ ُهم َّم ۡغفِ َر ٗة َوأ ۡجرا‬
ُ َّ ِ
َّ َ ٗ َ َ َّ َ ٰ َّ َ
‫وٱلذك ِِرين ٱلل كثِريا و‬
٣٥ ‫يما‬ ٗ ‫َع ِظ‬

Laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan


yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang
banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar. |Al-Ahzab [33]: 35

Ayat ini menerangkan tentang kabar gembira bagi kaum


muslimin dan muslimat yang memiliki sifat-sifat baik dan mulia,
di antaranya laki-laki dan perempuan yang berpuasa pada bulan
Ramadhan juga berpuasa sunnah. Mereka akan mendapatkan
ampunan Allah atas dosa mereka dan dimasukkan ke dalam surga.61
Hal-hal yang telah dikemukan di atas, menunjukkan kepada
kita bahwasanya Allah Ø telah mewajibkan orang-orang beriman
untuk berpuasa yang merupakan salah satu rukun Islam, sebagai
jalan untuk meraih ketakwaan. Dia juga telah memberikan petunjuk

Tafsri Al-Wasith, jilid I/78


60

Tafsir Al-Aisar, jilid V/823


61

33
bagi orang-orang yang menemui kesulitan dalam berpuasa. Dia pun
mempersiapkan pahala yang besar dan ampunan-Nya serta surga bagi
setiap mukmin yang berpuasa karena iman dan mengharap ridha-Nya.
Mutiara hikmah
a. Tujuan puasa adalah meraih ketakwaan. Bila ayat-ayat tentang
puasa itu dikaitkan dengan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya,
misalnya dari ayat 172–188, maka implementasi ketakwaan
itu tercermin dalam pencarian nafkah yang halal dan baik,
membantu mereka yang kekurangan, dan tidak mengambil
milik orang lain dengan cara apa pun.62
b. Puasa mempersiapkan jiwa untuk ketakwaan, hal ini sesuai
firman Allah, “agar kamu betakwa”. Jadi, puasa adalah sebab
munculnya ketakwaan kepada Allah, karena ia mematikan
syahwat, dan juga berdasarkan sabda Rasulullah `, bahwasanya
puasa adalah pelindung dari maksiat dan pelemah nafsu birahi.63
c. Puasa merupakan sarana penghapus dosa dan kesalahan,
sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah ` dalam sabda-nya,
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap
pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

62
Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid I/270
63
Tafsir Al-Muniir, jilid I/383

34
d. Puasa menjadi penyuci jiwa, mendatangkan keridhaan Tuhan,
dan mendidik jiwa agar bertakwa kepada Allah pada saat sepi
dan ramai, membina kemauan, dan mengajarkan kesabaran dan
ketahanan dalam menanggung kesusahan, penderitaan, dan
penghindaran syahwat. Oleh sebab itu Rasulullah ` bersabda,
“Puasa adalah separuh dari kesabaran.” 64
e. Berpuasa dapat menumbuhkan kelembutan dan rasa kasih
sayang dalam jiwa, serta membiasakan umat Islam untuk
disiplin, bersatu, dan harmonis.
f. Puasa dapat menyehatkan tubuh, karena puasa dapat
menghilangkan racun-racun yang mengendap dalam tubuh
sehingga orang yang berpuasa menjadi lebih sehat.

Tafsir Al-Muniir, jilid I/379


64

35
Mutiara ke - 20

Berhaji dan Berumrah


Karena Allah
Allah Ø berfirman,

َّ َ َ ۡ ُ ۡ َ َّ َ ۡ ْ ُّ َ َ
١٩٦ ِۚ‫وأت ِموا ٱلج وٱلعمرة ِل‬
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ´umrah karena Allah |Al-
Baqarah [2]: 196

Syaikh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan, makna ayat ini yaitu bahwa


orang-orang yang berhaji dan berumrah harus melaksanakan
keduanya secara sempurna, lengkap, tidak kurang sedikit pun
syarat-syarat dan amalan-amalannya, serta keduanya tidak diiringi
dengan mengerjakan satu pun larangan-larangan. Mereka harus
menyempurnakan haji dan umrah, baik secara lahiriyah yaitu
dengan menunaikan manasik sesuai syariat yang diperintahkan,
maupun secara batiniah yaitu dengan ikhlas karena Allah Ø tanpa
bertujuan memperoleh sesuatu yang bersifat duniawi.65
Al-Hajj (haji) menurut bahasa artinya adalah al-qashdu (tujuan).66
Sedangkan menurut syara’ adalah pergi menuju Makkah (Baitul
Haram) untuk menunaikan thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, dan
seluruh manasik haji lainnya untuk melaksanakan perintah Allah
Ø dan mencari ridha-Nya.67

65
Tafsir Al-Muniir, jilid I/435
66
Tafsir Al-Muniir, jilid II/345
67
Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Al-Wajiiz fi Fiqh as-Sunnah (Ringkasan Fikih
Sunnah), hlm. 368

36
Sedangkan kata umrah pada ayat ini diambil dari kata i’timar
yang berarti “ziyarah” (berkunjung), namun yang dimaksud dengan
kata umrah di sini adalah mengunjungi Ka’bah, thawaf, sai, dan
mencukur atau menggunting rambut.68
Menurut mazhab Hanafi dan mazhab Maliki, hukum umrah
adalah sunnah. Sedangkan menurut mazhab Syafi’i dan mazhab
Hanbali hukumnya adalah wajib berdasarkan ayat tersebut di atas
karena umrah telah disamakan dengan haji; haji wajib maka umrah
pun wajib. Namun, pendapat pertama yang menyatakan umrah
adalah sunnah merupakan pendapat yang lebih unggul.69
Kemudian Allah Ø berfirman,

ََ ٗ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ۡ ُّ
ۡ َ ِ ‫اع إ‬ َ َ َّ َ
‫لهِ َسبِيل ۚ َو َمن كف َر‬ ‫ت م ِن ٱستط‬ِ ‫ي‬ ‫ٱل‬ ‫ِج‬ ‫ح‬ ِ
‫اس‬ َّ ‫ٱنل‬ ‫ع‬ ِ‫و ِل‬
َ ‫ن َعن ۡٱل َعٰلَم‬
٩٧ ‫ني‬ ٌّ ‫ٱلل َغ‬ َ َّ ‫فَإ َّن‬
ِ ِ ِ ِ
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu
(bagi) orang yang sanggup mengadakan perja-lanan ke Baitullah.
Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
|Ali-‘Imran [3]: 97

Melalui ayat ini Allah Ø telah mewajibkan kepada orang-


orang yang beriman untuk menunaikan ibadah haji ke Baitullah,
agar mereka memperoleh kebaikan, keberkahan dan petunjuk.
Dalam ayat di atas digunakan ungkapan, “Mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah”, ini merupakan tuntutan kewajiban

68
Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Al-Wajiiz fi Fiqh as-Sunnah (Ringkasan Fikih
Sunnah), hlm. 423
69
Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Al-Wajiiz fi Fiqh as-Sunnah (Ringkasan Fikih
Sunnah), hlm. 423

37
yang sangat ditekankan. Tetapi kemudian Allah Ø mengecualikan
kewajiban itu bagi orang-orang yang tidak mampu melakukannya,
disebabkan oleh sakit atau rasa takut (misalnya ada musuh) atau
tidak cukup biaya transportasi dan biaya hidup, baik untuk dirinya
maupun untuk keluarganya yang ia tinggalkan selama dalam
perjalanan haji.70
Istilah “sanggup atau mampu” berlaku apabila hal-hal ini bisa
terpenuhi, yaitu:71
a. Orang yang berkewajiban haji punya tubuh yang sehat. Oleh
sebab itu, jika ia tidak mampu mengerjakan haji karena usia
yang sudah tua, punya penyakit yang menahun atau penyakit
yang tidak bisa diharapkan lagi kesembuhannya, maka ia wajib
mewakilkan hajinya kepada orang lain apabila ia memang
memiliki harta.
b. Jalan yang akan dilalui orang yang akan menunaikan ibadah haji
harus aman dan tidak membahayakan keselamatan nyawa dan
hartanya.
c. Memiliki bekal kendaraan, sementara orang dekat yang bisa
sampai ke tempat pelaksanaan haji hanya dengan berjalan kaki
tidak harus memiliki kendaraan.
d. Tidak ada sesuatu yang menghalangi untuk mengerjakan-nya,
seperti pemenjaraan dan rasa takut pada penguasa zalim yang
menghalangi orang-orang yang hendak mengerjakan haji.

70
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir Al-Quran Al-Aisar, jilid II/151
71
Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Al-Wajiiz fi Fiqh as-Sunnah (Ringkasan Fikih
Sunnah), hlm. 370

38
Kemudian Allah Ø menegaskan bahwa barangsiapa yang kufur
kepada hukum kewajiban haji yang telah ditetapkan oleh-Nya,
maka sesungguhnya Allah Ø Maha Kaya (tidak butuh sesuatu)
dari manusia, jin, dan malaikat serta Dia tidak butuh kepada ibadah
mereka.72
Penggunaan kata ‘kufur’ pada surah Ali-‘Imran ayat 97 di atas
mencakup tiga makna, yaitu durhaka, tidak menyukuri nikmat,
dan tidak percaya pada ajaran Islam. Jika seorang muslim tidak
mengakui kewajiban haji, maka dia kafir dalam arti tidak percaya
pada ajaran Islam. Jika ia mengakui kewajiban haji tetapi enggan
melaksanakannya, maka ia telah durhaka. Dan, jika ia mencari
alasan untuk menunda-nundanya padahal dia sudah mampu, maka
dia termasuk orang yang tidak bersyukur kepada nikmat Allah.73
Di samping penjelasan di atas, berikut ini terdapat hal-hal lain
yang berkaitan dengan tema bahasan ini, di antaranya yaitu:
1. Menjauhi perkara-perkara yang dilarang

َ ۡ ‫ج َد َال ِف‬
١٩٧ ۗ‫ٱل ِ ّج‬
َ َ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ ۡ َّ َ ََ ََ
ِ ‫فمن فرض فِي ِهن ٱلج فل رفث ول فسوق و‬
‫ل‬
Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji |Al-
Baqarah [2]: 197

Maksud rafats dalam ayat ini, adalah jima’ dan pendahuluan-


pendahuluannya (seperti cumbu rayu) serta perkataan kotor;
fusuuq (yang artinya keluar dari ketaatan kepada Allah ke maksiat)

Tafsir Al-Muniir, jilid II/345


72

Tafsir Al-Mishbah, volume II/198


73

39
adalah segala jenis maksiat; dan maksud jidaal adalah semua jenis
pertengkaran. Ketiga hal itu harus dijauhi agar tidak merusak
hajinya atau mengurangi pahalanya.74
2. Memperbanyak kebaikan

ُ َّ ‫َو َما َت ۡف َعلُوا ْ م ِۡن َخ ۡي َي ۡعلَ ۡم ُه‬


١٩٧ ۗ‫ٱلل‬ ٖ
Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya |Al-Baqarah [2]: 197

Setelah Allah Ø melarang para jama’ah haji melakukan


hal-hal yang buruk, baik melalui lisan maupun perbuatan
sebagaimana diterangkan pada uraian sebelumnya, selanjutnya Dia
memerintahkan mereka untuk memperbanyak kebaikan seraya
memberitahukan bahwa Dia mengetahuinya dan akan memberikan
pahala sebanyak-banyaknya atas semua itu pada hari kiamat kelak.75
3. Mempersiapkan bekal yang cukup

ٰ ‫ٱتل ۡق َو‬
١٩٧ ۖ‫ى‬ َّ ِ‫ٱلزاد‬
َّ ‫ي‬َ ۡ ‫َوتَ َز َّو ُدوا ْ فَإ َّن َخ‬
ِ
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa
|Al-Baqarah [2]: 197

Dalam ayat ini Allah Ø memerintahkan kepada para hujjaj (jamaah


haji) agar membekali diri mereka dalam perjalanaan menuju haji dengan
bekal yang cukup (makanan, minuman, dan lainnya) bagi mereka,
agar diri mereka tidak ternoda dengan meminta-minta. Allah Ø pun
mengingatkan mereka bahwa sebaik-baik bekal adalah bertakwa, dan

74
Tafsir Al-Muniir, jilid I/444
75
Tafsir Ibnu Katsir, jilid I/388

40
di antara tanda ketakwaan ialah tidak meminta-minta sesuatu kepada
orang lain dalam melaksanakan haji.76
4. Tidak dilarang berniaga ketika ibadah haji

ُ ّ َّ ّ ٗ ۡ َ ْ ُ َ ۡ َ َ ٌ َ ُ ۡ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ
ۡ‫كم‬
ۚ ِ ‫ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضل مِن رب‬
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu |Al-Baqarah [2]: 198

Ayat ini memberi petunjuk bahwa pada waktu musim haji,


seseorang diperbolehkan berusaha mencari rezeki yang halal,
misalnya dengan berniaga, selama usaha itu dilakukan secara
sambilan, dan bukan tujuan. Ayat ini diturunkan sehubungan
dengan keragu-raguan kaum mukminin pada permulaan datangnya
Islam untuk berusaha mencari rezeki, sehingga banyak di antara
mereka yang menutup toko-toko mereka pada waktu musim haji
karena takut berdosa.77
5. Banyak memohon ampun

َّ َّ َ َّ ْ ُ ۡ َ ۡ َ ُ َّ
َ‫ٱلل‬ َ َ َ ُ ۡ َ ۡ ْ ُ َ َّ ُ
‫ثم أفِيضوا مِن حيث أفاض ٱنلاس وٱستغفِروا ٱللۚ إِن‬
ٞ ‫ َّرح‬ٞ‫َغ ُفور‬
١٩٩ ‫ِيم‬
Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang
banyak (´Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. |Al-Baqarah [2]: 199

Tafsir Al-Aisar, jilid I/320


76

Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid I/295


77

41
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa seringkali Allah Ø
memerintahkan untuk berdzikir (mengingat-Nya) setelah selesai
melaksanakan suatu ibadah. Oleh karena itu, dalam Shahih
Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah ` seusai shalat senantiasa
beristighfar (memohon ampun) kepada Allah sebanyak tiga kali.
Maka, pada ayat ini Dia memerintahkan para jamaah haji untuk
selalu beristighfar sebagaimana selesai shalat.
6. Banyak mengingat Allah dan berdoa kepada–Nya

ۡ‫ك ۡم أَو‬ ُ َ ٓ َ َ ۡ ُ ۡ َ َ َّ ْ ُ ُ ۡ َ ۡ ُ َ ٰ َ َّ ُ ۡ َ َ َ َ
‫فإِذا قضيتم منسِككم فٱذكروا ٱلل كذِك ِركم ءاباء‬
ُ َ َ َ َ ۡ ُّ َ َ ٓ َ َّ َ ُ ُ َ َ َّ َ َ ٗ ۡ َّ َ َ
‫اس من يقول ربنا ءات ِنا ِف ٱدلنيا وما لۥ ِف‬ ِ ‫أشد ذِكراۗ ف ِمن ٱنل‬
ٗ ۡ ُّ ٓ ُ ُ َ َ
‫ٱدلن َيا َح َس َنة‬ ‫ َوم ِۡن ُهم َّمن َيقول َر َّب َنا َءات َِنا ِف‬٢٠٠ ‫ٱٓأۡلخ َِرة ِ م ِۡن خل ٰ ٖق‬
َ ‫َوف ٱٓأۡلخ َِرة ِ َح َس َن ٗة َوق َِنا َع َذ‬
٢٠١ ِ‫اب ٱنلَّار‬ ِ
Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka
berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu
menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu,
atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara
manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami
(kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang
yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
|Al-Baqarah [2]: 200-201

Dalam ayat pertama, Allah memerintahkan para jamaah haji


yang telah menyelesaikan manasik haji agar memperbanyak dzikir
kepada-Nya. Selanjutnya Allah menerangkan dua jenis manusia

42
yang mengerjakan ibadah haji, yaitu ada orang yang hanya mendapat
keuntungan dunia saja dan tidak mendapatkan keuntungan di akhirat;
yaitu orang-orang yang perhatiannya hanya tertuju untuk mencari
keuntungan dunia saja. Kemudian dalam ayat kedua, Allah menyebutkan
manusia yang memperoleh keuntungan dunia dan akhirat, yaitu orang-
orang yang di dalam doanya selalu minta agar mendapat kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.78
Hal-hal yang telah dikemukan di atas, menunjukkan kepada
kita bahwasanya Allah Ø telah memerintahkan umat Islam
melaksanakan haji dan umrah dengan sempurna, ikhlas karena
Allah. Sebab, haji adalah rukun Islam yang harus dipenuhi oleh
orang-orang yang memiliki kemampuan. Allah Ø juga memberikan
petunjuk bagi hamba-hamba-Nya yang menunaikan haji dan umrah.
Beberapa di antaranya yaitu, hendaknya mereka menjauhi perkara-
perkara yang dilarang selama berhaji dan berumrah, mempersiapkan
bekal yang cukup, senantiasa mengingat Allah selama pelaksanaan
haji dan umrah, banyak memohon ampun kepada-Nya serta berdoa
memohon kebaikan dunia dan akhirat.
Mutiara hikmah
a. Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima, dan salah satu
kewajiban agama yang telah diketahui secara terang oleh semua
orang. Karena itu, barangsiapa yang mengingkarinya dihukumi
sebagai orang kafir dan murtad.79

Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid I/297


78

Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Al-Wajiiz fi Fiqh as-Sunnah (Ringkasan Fikih
79

Sunnah), hlm. 368

43
b. Ibadah haji mengandung pengagungan terhadap Baitul Haram.
Adapun yang dimaksud memiliki kesanggupan (al-istithaa’ah)
melakukan perjalanan ke Baitul Haram, yaitu kemampuan yang
bersifat umum yang mencakup kemampuan secara fisik dan
kemampuan secara materi. Haji wajib bagi setiap Muslim selagi
tidak ada sesuatu penghalang baginya untuk sampai ke tanah
Haram, baik penghalang yang bersifat fisik atau materi atau
kedua-duanya.80
c. Orang-orang yang melaksanakan haji atau umrah dianjurkan
memperbanyak kebaikan, seperti memberi sedekah, membantu
orang lain, dan kebaikan-kebaikan lainnya. Hal ini agar
pahalanya menjadi besar dan hajinya menjadi baik (mabrur).
Sebab, Allah Ø memastikan akan memberinya pahala atas
kebaikan mereka.81
d. Setiap orang yang melaksanakan ibadah haji atau umrah,
hendaknya banyak berdoa kepada Allah agar ibadah haji
atau umrahnya mabrur, dosanya diampuni dan mendapat
kebahagiaan dunia dan akhirat.
e. Jamaah haji diperbolehkan mencari keuntungan duniawi,
misalnya dengan berniaga, asal saja bersifat sambilan dan tidak
mengurangi tujuan pokok dan tidak mengganggu terlaksananya
kegiatan ibadah.82

80
Sulaiman bin Ahmad bin Yahya Al-Faifi, Al-Wajiiz fi Fiqh as-Sunnah (Ringkasan Fikih
Sunnah), hlm. 370
81
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir Al-Quran Al-Aisar, jilid I/320
82
Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid I/299

44
Mutiara ke - 21

Berdoalah, Karena Allah Ta’ala


Akan Mengabulkannya
Allah Ø berfirman,

َ ُ ۡ َ ۡ َ َ َّ َّ ۡ ُ َ ۡ َ ۡ َ ٓ ُ ۡ ُ ُ ُّ َ َ َ َ
ۡ‫ون َعن‬ ‫جب لك ۚم إِن ٱلِين يستك ِب‬ ِ ‫ون أست‬ ِ ‫وقال ربكم ٱدع‬
َ ‫ون َج َه َّن َم َداخِر‬َ ُ ُ َۡ َ َ َ
٦٠ ‫ين‬ ِ ‫عِباد ِت سيدخل‬
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina.” |Al-Mu’min [40]: 60

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, ayat ini menerangkan tentang


karunia dan karamah Allah Ø yang telah menganjurkan hamba-
hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, serta jaminan bagi mereka
akan mengabulkannya.83
Kemudian Allah Ø menyatakan bahwa orang-orang yang
menyombongkan diri dari beribadah kepada-Nya, yakni tidak mau
meminta dan berdoa serta menyembah-Nya, niscaya Allah Ø akan
merendahkan, menghinakan dan menyiksa mereka sebagai balasan
atas kesombongan dan kekufuran mereka.84
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa setiap hamba
yang berdoa pasti dikabulkan doanya. Jika yang ia doakan adalah rezeki

Tafsir Ibnu Katsir, jilid VII/180


83

Tafsir Al-Aisar, jilid VI/468


84

45
baginya di dunia, ia akan diberi rezeki itu. Namun, jika bukan rezeki
baginya di dunia, hal itu akan disimpan baginya di akhirat.85
Barangsiapa yang berdoa kepada Allah dengan baik di-sertai rasa
takut terhadap hukuman-Nya dan mengharapkan pahala-Nya yang
melimpah, maka ia akan diberi yang lebih baik dari yang dimintanya
atau serupa dengannya, atau dihindarkan darinya keburukan yang
serupa.86
Sementara itu, Imam Malik meriwayatkan sebuah hadits marfu
dari Zaid bin Aslam, ia berkata, “Tiada seorang pun yang berdoa
kecuali ia berada pada satu dari tiga kondisi berikut: entah doanya
dikabulkan, entah disimpan untuknya (di akhirat), dan entah
dihapuskan dosa darinya.”87
Dalam ayat yang lain Allah Ø berfirman,
ُ ُ ََ َّ ْ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ ُ َ ۡ َ َ
َ ‫ٱلصٰل‬
‫يدهم ّمِن‬ ‫ت وي ِز‬
ِ ٰ ‫ِح‬ ‫جيب ٱلِين ءامنوا وع ِملوا‬ِ ‫ويست‬
ۡ َ
٢٦ ‫فضلِهِۚۦ‬
Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta
mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada
mereka dari karunia-Nya |Asy-Syura’ [42]: 26

Ayat ini merupakan jaminan dari Allah Ø untuk mengabulkan


doa orang-orang mukmin yang melakukan amal saleh. Mereka adalah
wali-wali Allah yang apabila mereka meminta kepada-Nya maka Dia
pasti memberinya, apabila mereka meminta perlindungan kepada-Nya
niscaya Allah Ø melindungi mereka, dan apabila mereka meminta

85
Tafsir Al-Muniir, jilid I/400
86
Tafsir Al-Wasith, jilid I/587
87
Tafsir Al-Wasith, jilid I/81

46
pertolongan kepada-Nya niscaya Allah Ø menolong mereka.88 Selain
itu, Allah Ø juga akan menambahkan untuk mereka dari karunia-
Nya dengan memberikan kepada mereka apa-apa yang tidak mereka
minta.89
Di samping penjelasan di atas, berikut ini terdapat hal-hal lain
yang berkaitan dengan tema bahasan ini, di antaranya yaitu:
1. Pengabulan Allah Ø atas doa hamba bergantung pada
pemenuhan (ketaatan) hamba kepada-Nya
َ َّ َ َ ۡ َ ُ ُ ٌ َ ّ َ ّ َ َ َ ََ َ َ
ِ ‫جيب دعوة ٱدل‬
‫اع إِذا‬ ِ ‫ِإَوذا سألك عِبادِي ع ِن فإ ِ ِن ق ِريبۖ أ‬
َ ُ َّ َ ْ ۡ ۡ ْ ُ َ ۡ ََۡ َ َ
١٨٦ ‫يبوا ِل َولُؤم ُِنوا ِب ل َعل ُه ۡم يَ ۡرش ُدون‬ ‫ج‬ ِ ‫دع ِنۖ فليست‬
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-
Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran. |Al-Baqarah [2]: 186

Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwasanya tidak ada


penghalang antara Allah Ø dan hamba-Nya. Oleh karena itu Dia
mengabulkan doa orang yang berdoa secara tulus kepada-Nya,
tanpa perantara, dan ia mengiringi doanya dengan amal saleh yang
dikerjakan secara ikhlas karena Allah Ø.90 Jadi, iman dan amal saleh
sebagai wujud ketaatan kepada Allah merupakan syarat agar doa
dikabulkan oleh Allah.

88
Tafsir Al-Aisar, jilid VI/586
89
Tafsir Al-Aisar, jilid VI/585
90
Tafsir Al-Muniir, jilid I/396

47
2. Adab-adab berdoa

٥٥ ‫ِين‬ ُّ ‫ض ٗع َو ُخ ۡف َي ًة ۚ إنَّ ُهۥ َل ُي‬


َ ‫ِب ٱل ۡ ُم ۡع َتد‬ ُ َّ َ ْ ُ ۡ
ُّ َ َ‫ك ۡم ت‬ ‫ٱدعوا رب‬
ِ
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. |Al-A’raf [7]: 55

Dalam ayat ini terdapat petunjuk agar seseorang tidak


melampaui batas dalam berdoa. Maksudnya, berdoa kepada selain
Allah atau menyekutukan-Nya, termasuk juga meminta hal-hal yang
di luar sunnatullah, seperti minta dijadikan seorang nabi, atau minta
dikembalikan menjadi muda atau anak-anak.91
Dalam ayat yang lain Allah Ø berfirman,
ٗ َ ۡ
٥٦ ۚ ‫َوٱد ُعوهُ خ ۡوفا َو َط َم ًعا‬
Dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan) |Al-A’raf [7]: 56

Dalam ayat ini terdapat petunjuk agar dalam berdoa disertai rasa
takut dan harap kepada Allah; yaitu takut akan siksa-Nya serta
berharap rahmat-Nya.92
3. Beberapa doa dalam Al-Qur`an
Berikut ini adalah doa-doa yang terdapat di dalam al-Qur`an yang
sangat dianjurkan untuk diamalkan oleh setiap muslim.

91
Tafsir Al-Aisar, jilid III/79
92
Tafsir Al-Aisar, jilid III/79

48
(1) Doa mohon ampunan dan rahmat Allah

َ َّ ُ ۡ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ۡ ۡ ّ َّ ُ َ
١١٨ ‫ب ٱغفِر وٱرحم وأنت خي ٱلر ٰ ِحِني‬ ِ ‫وقل ر‬
Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah
Pemberi rahmat Yang Paling baik. |Al Mu’minun [23]: 118
َ ۡ ُ ّ َ ْ ُ َ ۡ َ َٰ ۡ َّ ٓ
َّ‫امنا‬
ۚ ‫ف‬ َ ٔ‍ ‫َّر َّب َنا إِن َنا َس ِم ۡع َنا ُم َناد ِٗيا ُي َنادِي ل ِِليم ِن أن ءامِنوا بِربِكم‬
َ
ۡ َ ۡ َ َ َ َّ َ َ َ َ ّ َ َّ َ ۡ ّ َ َ َ َ ُ ُ َ ۡ ۡ َ َ َّ َ
١٩٣ ِ‫يات ِنا وت َوفنا مع ٱلبرار‬
َ ٔ‍ ِ ‫ربنا فٱغفِر لَا ذنوبنا وك ِفر عنا س‬
َ َ َّ ۡ َ ُۡ َ َ
‫ع ُر ُسل ِك َول ت ِزنا يَ ۡو َم ٱلقِ َيٰ َمةِۖ إِنك ل‬ٰ َ َ ‫دت َنا‬
َّ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ
‫ربنا وءات ِنا ما وع‬
َ َ ۡ ُ ُۡ
١٩٤ ‫يعاد‬ ‫تل ِف ٱل ِم‬
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang
menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”,
maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-
dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami,
dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada
kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah
Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak
menyalahi janji.” |Al Imran [3]: 193-194
ْ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ َّ
ً‫خ َطأنَا َر َّب َنا َو َل َتْ ِم ْل َعلَيْ َنا إ ْصا‬ ‫َربنا ل تؤاخِذنا إِن نسِينا أو أ‬
ِ
َ ََ َ ْ ُ َ َ
‫ِين م ِْن قبْل َِنا َر َّب َنا َول تَ ّ ِمل َنا َما ل َطاقة لَا‬ َ ‫ع َّال‬ََ ُ َْ ََ َ َ
‫كما حلته‬

49
َ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َّ َ ُ ْ َ
ْ‫ع الْ َقو ِم‬ ‫بِهِ واعف عنا واغفِر لا وارحنا أنت مولنا فانصنا‬
َ ‫الْ َكف ِر‬
٢٨٦ ‫ين‬ ِ
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan
kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan
kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah
kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap
kaum yang kafir. |Al Baqarah [2]: 286

َ ُ َ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ ۡ ۡ َ ۡ َّ
َ‫ون َّن مِن‬ َ َ ُ َ ٓ َ ۡ َ َ َ َّ َ َ َ
‫قال ربنا ظلمنا أنفسنا ِإَون لم تغفِر لا وترحنا لك‬
َ ‫خٰ ِس‬ َ ۡ
٢٣ ‫ين‬ ِ ‫ٱل‬
Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan
jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat
kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi. |Al A’raf [7]: 23

(2) Doa agar termasuk orang-orang yang saleh dan ahli surga

َ ّ َ ۡ َّ ۡ ۡ َ ۡ ۡ ‫َر ّب َه‬
‫ص ۡد ٖق‬
ِ ‫ َوٱجعل ِل ل َِسان‬٨٣ ‫حني‬
َ ِ ‫ٱلصٰل‬
ِ ‫ب ِل ُحك ٗما َوأل ِق ِن ِب‬ ِ
َ ۡ
٨٥ ‫ٱج َعل ِن مِن َو َرثةِ َج َّنةِ ٱنلَّعِي ِم‬ۡ ‫ َو‬٨٤ ‫ين‬
َ ‫ف ٱٓأۡلخِر‬
ِ ِ
Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku
ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku
buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian.
dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai

50
surga yang penuh kenikmatan. |Asy Syu’ara [26]: 83-85

(3) Doa agar diberikan keturunan yang saleh

َ ‫ال‬
١٠٠ ‫ِني‬ ِ ‫الص‬ ْ َ ّ ‫َر‬
َّ ‫ب ل م َِن‬
ِ ‫به‬ ِ
Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang
termasuk orang-orang yang saleh. |Ash Shaffat [37]: 100

َ َّ ً َ ّ َ ً َّ ّ ُ َ ْ ُ َ ْ ْ ‫َر ّب َه‬
٣٨ ِ‫ادل َعء‬
ُّ ‫يع‬
ُ ‫ك َس ِم‬ ‫ب ِل مِن لنك ذرِية طيِبة إِن‬ ِ
Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik.
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa. |Ali-‘Imran [3]: 38

ْ ‫ب َلَا م ِْن أَ ْز َواج َنا َو ُذ ّر َّيات َِنا قُ َّرةَ أَ ْع ُي َو‬


َ‫اج َعلْ َنا ل ِلْ ُم َّتقني‬ ْ ‫َر َّب َنا َه‬
ِ ٍ ِ ِ
ً ‫إ َم‬
٧٤ ‫اما‬ ِ
Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. |Al Furqan [25]: 74

(4) Doa mohon ampunan bagi kedua orang tua dan kaum
mukminin
ْ ُ ُ َ َ ْ َ َ ْ ُ ْ َ َّ َ َ َ ْ ْ َ َّ َ
ُ ‫ال َِس‬
٤١ ‫اب‬ ‫ربنا اغفِر ِل ول ِو ِالي ول ِلمؤ ِمن ِني يوم يقوم‬
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan
sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari
kiamat). |Ibrahim [14]: 41

51
ْ َْ َ
‫ان َول ت َعل ِف‬ َ ْ ‫ِين َس َب ُقونَا ب‬
َ ‫خ َوان َِنا َّال‬
ْ َ َ َ ْ ْ َ َّ َ
‫ربنا اغفِر لا و ِ ِل‬
ِ ‫اليم‬ِ ِ
ٌ ‫وف َرح‬ٌ ُ َ َ َّ َ َّ َ ُ َ َ َّ ًّ َ ُ ُ
١٠ ‫ِيم‬ ‫قلوبِنا غِل ل ِلِين آمنوا ربنا إِنك رء‬
Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami
yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau
membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang. |Al Hasyr [59]: 10

(5) Doa mohon ketetapan bagi diri dan keluarga dalam


mendirikan shalat

ُ ْ ََ ُ َ َّ َ ُ ْ َ ْ ّ َ
٤٠ ِ‫الصلة ِ َوم ِْن ذ ّرِ َّي ِت َر َّب َنا َوتق َّبل د َعء‬ ‫ب اجعل ِن مقِيم‬
ِ ‫ر‬
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang
tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
|Ibrahim [14]: 40

(6) Doa agar diterima amal ibadah dan tobat

ُ‫يع ۡٱل َعل ِيم‬ َّ ‫نت‬


ُ ‫ٱلس ِم‬ َ َ‫ك أ‬
َ َّ ٓ َّ ۡ َّ َ َ َ َّ َ
‫ربنا تقبل مِنا ۖ إِن‬
ُ ‫ٱلرح‬
١٢٨ ‫ِيم‬ َّ ‫اب‬ ُ ‫ٱتل َّو‬
َّ ‫نت‬َ َ‫ك أ‬ َ َّ ٓ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ
‫وتب علينا ۖ إِن‬
Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. |Al Baqarah [2]: 127

Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha

52
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. |Al Baqarah [2]: 128

(7) Doa agar bisa bertawakkal hanya kepada Allah


ْ ْ ُ ُ ْ َّ َ َ ْ َ َ َ ُ َّ َ َ َ ُ َّ َ ْ َ
١٢٩ ‫ت َوه َو َر ُّب ال َع ْر ِش ال َع ِظي ِم‬ ‫حس ِب الل ل إِل إِل هو عليهِ توك‬
Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya
kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki
‘Arsy yang agung. |At Taubah [9]: 129

(8) Doa agar ditambahkan ilmu


ْ ْ ّ َ
١١٤ ‫ب زِد ِن عِل ًما‬
ِ ‫ر‬
“...Ya Tuhanku, tambahkanlah aku ilmu.” |Thaha [20]: 114

(9) Doa memohon kebaikan dunia dan akhirat

َ ‫ادلنْ َيا َح َس َن ًة َوف ْالخ َِرة ِ َح َس َن ًة َوق َِنا َع َذ‬


٢٠١ ِ‫اب انلَّار‬ ُّ ‫َر َّب َنا آت َِنا ف‬
ِ ِ
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. |Al Baqarah [2]:
201

(10) Doa agar dijadikan hamba yang bersyukur

ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ّ َ
‫ب أوزِع ِن أن أشكر ن ِعمتك ال ِت أنعمت ع وع و ِالي وأن‬ ِ ‫ر‬
َ َّ َ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ُ َ َْ ً َ ََ ْ َ
َ
١٩ ‫ال ِني‬ِ ‫الا ترضاه وأدخِل ِن بِرحتِك ِف عِبادِك الص‬ ِ ‫أعمل ص‬
Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu
yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang
ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau
ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
53
golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. |An-Naml [27]: 19

(11) Doa berlindung dari setan

ُ ُ ۡ َ َ ّ َ َ ُ ُ ََ ٰ َ َّ ٰ َ َ َ ۡ َ ُ ُ َ ّ َّ
٩٨‫ون‬
ِ ‫بأنيض‬ ِ ‫وأعوذبِكر‬٩٧‫ني‬
ِ ‫تٱلشي ِط‬ ِ ‫بأعوذبِكمِنهمز‬ ِ‫ر‬
Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan
syaitan dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku,
dari kedatangan mereka kepadaku. | Al Mu’minun [23]: 97-98

(12) Doa agar hati ditetapkan dalam hidayah

َ َّ ً َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ُ ْ ُ َ َ َّ َ
‫حة إِنك‬ ‫ربنا ل ت ِزغ قلوبنا بعد إِذ هديتنا وهب لا مِن لنك ر‬
ُ َّ َ ْ َ ْ َ
٨ ‫أنت الوهاب‬
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong
kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami,
dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena
sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia). |Ali-‘Imran
[3]: 8

(13) Doa agar dilapangkan hati dan dimudahkan dalam urusan

ٗ ۡ ُ ُۡ ۡ َ َ ۡ ََّ
‫ٱحلل عق َدة ّمِن‬ ٓ ِ ‫ وي ِس‬٢٥ ‫ٱش ۡح ِل َص ۡدري‬
‫ و‬٢٦ ‫ل أ ۡم ِري‬ َ ۡ ‫َر ّب‬
ِ ِ
َ ْ َۡ َ ّ
٢٨ ‫ َيفق ُهوا ق ۡو ِل‬٢٧ ‫ان‬ِ ‫ل ِس‬
Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku,  dan mudahkan-lah
untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya

54
mereka mengerti perkataanku. |Thaha [20]: 25-28

َ َ َ َ ْ ّ َ َ ً َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ َ َّ َ
١٠ ‫ئ لَا م ِْن أ ْم ِرنا َرش ًدا‬ ِ ‫ربنا آت ِنا مِن لنك رحة وهي‬
Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu
dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan
kami (ini). |Al Kahfi [18]: 10

(14) Doa mohon perlindungan dari api neraka

َّ َ َ َ َ َّ َ ‫ٱص ۡف َع َّنا َع َذ‬


‫ إِن َها‬٦٥ ‫اب َج َه َّن َمۖ إِن َعذ َاب َها كن غ َر ًاما‬ ۡ َ َّ َ
ِ ‫ربنا‬
ٗ ‫ت ُم ۡس َت َق ّٗرا َو ُم َق‬ۡ َٓ َ
٦٦ ‫اما‬ ‫ساء‬
Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguh-
nya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya
jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat
kediaman. |Al Furqan [25]: 65-66

(15) Doa agar diwafatkan dalam golongan orang-orang yang


baik, saleh, dan berserah diri
َ ۡ ُ ّ َ ْ ُ َ ۡ َ َٰ ۡ َّ ٓ
َّ‫امنا‬
ۚ ‫ف‬ َ ٔ‍ ‫َّر َّب َنا إِن َنا َس ِم ۡع َنا ُم َناد ِٗيا ُي َنادِي ل ِِليم ِن أن ءامِنوا بِربِكم‬
َ
ۡ َ ۡ َ َ َ َّ َ َ َ َ ّ َ َّ َ ۡ ّ َ َ َ َ ُ ُ َ ۡ ۡ َ َ َّ َ
١٩٣ ِ‫يات ِنا وت َوفنا مع ٱلبرار‬
َ ٔ‍ ِ ‫ربنا فٱغفِر لَا ذنوبنا وك ِفر عنا س‬
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang
menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada
Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah
bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-
kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang

55
banyak berbakti. |Ali-‘Imran [3]: 193

َ ‫با َوتَ َو َّف َنا ُم ۡسلِم‬


ٗ ۡ ۡ َ ٓ َ َّ َ
ۡ ‫غ َعلَ ۡي َنا َص‬
١٢٦ ‫ني‬ ِ ‫ربنا أف ِر‬
Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan
wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu). |Al-
A’raf [7]: 126

Hal-hal yang telah dikemukan di atas, menunjukkan kepada kita


bahwasanya Allah Ø meme-rintahkan hamba-hamba-Nya agar berdoa
kepada-Nya karena Dia akan memperkenankan doa mereka. Akan
tetapi, Allah Ø mengingatkan bahwa pengabulan atas doa hamba-
Nya bergantung kepada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu hamba
tersebut dalam keadaan beriman dan senantiasa melakukan ketaatan
kepada-Nya. Di samping itu, pengabulan doa sangat ditentukan oleh
adab-adab dalam berdoa. Allah Ø pun mengajarkan berbagai doa di
dalam al-Qur`an, yang hendaknya setiap muslim mengamalkan doa-
doa tersebut.
Mutiara hikmah
a. Doa adalah ibadah, oleh karena itu barangsiapa yang berdoa
kepada selain Allah, ia telah berbuat syirik kepada-Nya.93
b. Doa juga merupakan ma’rifah, sebab doa menuntut orang
yang berdoa mengenal Allah Ø sepenuhnya, bahwa Dialah
yang berkuasa atas segala sesuatu dan yang Mahatinggi di atas
hamba-hamba-Nya.94
c. Sesungguhnya, pemenuhan (pengabulan) Allah Ø terhadap
doa seorang hamba berkaitan dengan pemenuhan hamba

93
Tafsir Al-Aisar, jilid VI/470
94
Tafsir Al-Muniir, jilid I/398

56
terhadap perintah-Nya dan larangan-Nya.95
d. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar doa terkabul: 1)
mengetahui dan yakin bahwa tidak ada yang berkuasa dan
mengabulkan kecuali Allah Ø, 2) berdoa dengan niat yang
tulus dan konsentrasi, sebab Allah tidak mengabulkan doa dari
hati yang lalai, 3) yang didoakan adalah perkara yang baik, dan
bukan keburukan, 4) tidak memakan barang yang haram, 5)
tidak jenuh dalam berdoa.96
e. Beberapa adab penting dalam berdoa: bersikap sopan terhadap
Allah Ø, kekhusyu’an hati, kebenaran permintaan, istiqamah
dalam berdoa, serta memenuhi panggilan Allah Ø untuk
beriman dengan melakukan ketaatan dan amal saleh.97

95
Tafsir Al-Wasith, jilid I/82
96
Tafsir Al-Muniir, jilid I/400
97
Tafsir Al-Wasith, jilid I/82

57
Mutiara ke - 22

Dzikrullah : Senjata
Orang Beriman
Allah Ø berfirman,

ٗ ۡ ٗ ِ ‫ٱلل ذ ِۡك ٗرا َكث‬


ُ ‫ َو َس ّب‬٤١ ‫ريا‬ ۡ ْ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
َ َّ ْ ‫ٱذ ُك ُروا‬
‫حوهُ بُك َرة‬ ِ ‫يأيها ٱلِين ءامنوا‬
ً ََ
٤٢ ‫صيل‬ ِ ‫وأ‬
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah
kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. |Al-Ahzab [33]: 41–42

Dalam ayat yang mulia ini Allah Ø memerintahkan orang-orang


mukmin untuk memperbanyak dzikrullah, baik dengan tasbih,
tahmid, takbir, tahlil, dan yang lainnya pada malam maupun siang,
baik ketika dalam perjalanan maupun sedang berada di rumah.
Kemudian agar menyucikan Allah (tasbih) pada pagi dan sore hari.
Secara khusus Allah menyebutkan pagi dan sore, sebab keduanya
adalah waktu paling utama karena saat turunnya para malaikat ke
bumi.98
Mujahid rahimahullah mengatakan, “Seorang hamba tidak
termasuk dalam kategori orang-orang yang berdzikir kepada Allah
dengan sebanyak-banyaknya sehingga dia mengingat Allah baik
dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring.” 99

98
Shafwatut Tafasir, jilid IV/249
99
Tafsir Ibnu Katsir, jilid VIII/183

58
Dalam ayat lain Allah Ø berfirman,

ُ ُ َۡ ٓ ُُ ۡ َ
١٥٢ ‫ون أذك ۡرك ۡم‬
ِ ‫فٱذكر‬
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula)
kepadamu. |Al-Baqarah [2]: 152

Dalam ayat ini Allah Ø memerintahkan hamba-hamba-Nya


agar mengingat Allah dengan beribadah dan taat kepada-Nya,
sehingga Allah Ø juga akan mengingat mereka dengan memberi
pahala dan ampunan.100
Berkaitan dengan ayat ini, Sa’id bin Jubair rahimahullah
menyatakan bahwa hakikat dzikir adalah taat kepada Allah.
Barangsiapa tidak menaati-Nya, berarti ia tidak berdzikir kepada-
Nya meskipun ia banyak mengucapkan tasbih, tahlil, atau sering
membaca Al-Qur`an.101
Di samping penjelasan di atas, berikut ini terdapat hal-hal lain
yang berkaitan dengan tema bahasan ini, di antaranya yaitu:
1. Memperbanyak dzikrullah agar meraih keberuntungan
ۡ َ ْ ُ ُ ۡ َ ٗ َ ۡ ُ َ َ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
َ َّ ْ ‫ٱذ ُك ُروا‬
ٗ‫ٱلل َكثِريا‬ ‫يأيها ٱلِين ءامنوا إِذا لقِيتم ف ِئة فٱثبتوا و‬
َ ۡ ُ ُ َّ َّ
٤٥ ‫ل َعلك ۡم تفل ُِحون‬
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan
(musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. |Al-Anfal [8]: 45

Shafwatut Tafasir, jilid I/203


100

Shafwatut Tafasir, jilid I/203


101

59
Dalam ayat ini Allah Ø menyuruh orang-orang mukmin agar
tetap bertahan sewaktu bertemu musuh di medan perang, dan
memperbanyak dzikrullah, baik dalam hati maupun lisan. Sebab,
dengan dzikrullah akan tenteramlah jiwa dan akan terhindar dari
segala bencana. Ayat ini memberi pengertian bahwa wajib bagi
orang-orang mukmin untuk terus menerus dzikrullah, terutama
pada saat-saat genting dan kritis seperti dalam pertempuran dengan
musuh. Sesungguhnya, tetap bertahan dalam menghadapi musuh
sambil memperbanyak dzikrullah, merupakan dua jalan menuju
kemenangan dan keberuntungan.102
2. Memperbanyak dzikrullah setelah shalat Jum’at
ْ َُۡ َ َۡ ْ
َّ ۡ َ
ِ ‫شوا ِف ٱل‬
ِ‫ۡرض وٱبتغوا مِن فض ِل ٱلل‬ ُ ِ َ‫ٱلصلَ ٰوةُ فَٱنت‬َّ ‫فَإ َذا قُض َيت‬
ِ ِ ِ
َ ۡ ُ ُ َّ َّ ٗ َ َ َّ ْ ُ ُ ۡ َ
١٠ ‫ريا ل َعلك ۡم تفل ُِحون‬ ِ ‫وٱذكروا ٱلل كث‬
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kamu beruntung. |Al-Jumu’ah [62]: 10

Dalam ayat ini terdapat petunjuk bagi orang-orang mukmin


apabila telah selesai mengerjakan shalat Jumat, supaya mereka
menyebar di muka bumi untuk melaku-kan aktivitas yang maslahat
dalam rangka mencari karunia Allah, misalnya dengan berniaga
(berbisnis). Kemudian Allah Ø mengingatkan mereka untuk
memperbanyak dzikrullah dengan lisan dan hati, jadi bukan hanya
ketika shalat saja.103

102
Tafsir Al-Aisar, jilid III/285
103
Tafsir Al-Aisar, jilid, V/350

60
Termasuk wujud dzikrullah dalam aktivitas perniagaan, yaitu
dengan menjauhi kecurangan, penyelewengan, penipuan, dan lain-
lainnya yang merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah Ø.
3. Dzikrullah sarana penenteram hati

ُ ُ ُ ۡ ُّ َ ۡ َ َّ ۡ َ َ َّ ۡ ُ ُ ُ ُ ُّ َ ۡ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ
٢٨‫ٱلِينءامنواوتطمئِنقلوبهمبِذِك ِرٱللِۗألبِذِك ِرٱللِتطمئِنٱلقلوب‬
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. |Ar-Ra’d [13]: 28

Dalam ayat ini Allah Ø menjelaskan tentang orang-orang yang


mendapat tuntunan-Nya, yaitu mereka yang beriman dan hatinya
menjadi tenteram karena selalu mengingat Allah ( ). Dengan
dzikrullah hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa
gelisah, takut, ataupun khawatir. Mereka melakukan hal-hal yang baik,
dan merasa bahagia dengan kebajikan yang dilakukannya.104
4. Perintah dzikrullah dalam segala kondisi

ُ ٰ َ َ ‫ودا َو‬
١٠٣ ‫ع ُج ُنوبِك ۡ ۚم‬
ٗ ُ ُ َ ٗ ٰ َ َ َّ ْ ُ ُ ۡ َ َ ٰ َ َّ ُ ُ ۡ َ َ َ َ
‫فإِذا قضيتم ٱلصلوة فٱذكروا ٱلل ق ِيما وقع‬
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah
Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring
|An-Nisa’ [4]: 103

Dalam ayat ini terkandung petunjuk agung dari Allah Ø kepada


orang-orang beriman, yaitu jika selesai melaksanakan shalat hendaknya
mereka memperbanyak dzikir kepada Allah, di saat duduk, berdiri,
bekerja, juga dalam perjalanan, serta ketika sedang berbaring sekalipun.
Hal ini dikarenakan dzikrullah memiliki.105

Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid V/106


104

Tafsir Muyassar, jilid I/434


105
61
5. Dzikrullah adalah salah satu sifat Ulil Albab

ْ ُّ َ َ َ َّ ٰ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َّ ۡ َ َّ
‫ت ِلو ِل‬ ٰ َّ ۡ ِ ‫ت وٱل‬ِ ٰ ‫إِن ِف خل ِق ٱلسمٰو‬
ٖ ‫ۡرض وٱختِل ِف ٱل ِل وٱنلهارِ ٓأَلي‬
ۡ ُ ُ ٰ َ َ َ ٗ ُ ُ َ ٗ َ َ َّ َ ُ ُ ۡ َ َ َّ َ َۡ ۡ
ٰ
١٩١ ‫ ٱلِين يذكرون ٱلل ق ِيما وقعودا وع جنوب ِ ِهم‬١٩٠ ‫ب‬ ٰ
ِ ‫ٱللب‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-
orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring |Ali-
‘Imran [3]: 190–191

Ulil Albab adalah orang-orang yang mempunyai akal yang


sempurna lagi bersih, yang mengetahui hakikat banyak hal secara
jelas dan nyata. Di antara ciri utama Ulil Albab yaitu mereka tidak
putus-putus berdzikir kepada Allah Ø dalam semua keadaan, baik
dengan hati maupun dengan lisan mereka.106
Hal-hal yang telah dikemukan di atas, menunjukkan kepada kita
bahwasanya Allah Ø telah memerintahkan orang-orang beriman agar
mengingat Allah (dzikrullah) baik dengan hati, lisan, maupun anggota
badan dengan sebanyak-banyaknya di waktu pagi dan petang. Dia
memerintahkan agar selalu berdzikir setelah shalat (termasuk shalat
Jum’at), juga berdzikir di luar shalat. Sebab, memperbanyak dzikrullah
akan mendatangkan keberuntungan, membawa ketenangan hati dan
ketenteraman jiwa, dan orang-orang yang selalu berdzikir kepada Allah
termasuk ke dalam golongan Ulil Albab.

106
Tafsir Ibnu Katsir, jilid II/210

62
Mutiara hikmah
a. Allah Ø memerintahkan berdzikir karena dzikir termasuk di
antara ibadah yang paling agung dan utama untuk mendekatkan
diri kepada Allah. Orang yang selalu berdzikir berarti dia
berjalan di atas jalan keselamatan dan keamanan.b. Dzikr ullah
adalah senjata orang-orang mukmin dan jalan untuk meraih
keberuntungan.
c. Dengan memperbanyak dzikrullah seorang hamba akan
terjamin dari sifat munafik. Sebab, di antara tanda orang-orang
munafik adalah sedikit dzikrullah, sebagaimana firman Allah,
“Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” |An--
Nisaa’ [4]: 142
d. Dzikir yang benar sesuai tuntunan Allah dan Rasulullah `,
adalah dzikir yang mendorong pelakunya untuk senantiasa
melaksanakan ketaatan, melakukan amal saleh, menempuh
jalan kebaikan, dan mengikuti ajaran Allah dan Rasul-Nya.
e. Ibnu ‘Abbas r.a berkata, “Tidak ada alasan bagi siapa pun
untuk tidak berdzikir kecuali bagi orang gila.” Ia juga berkata,
“Dzikir yang sebanyak-banyaknya adalah tidak lupa berdzikir
selamanya.”107

Tafsir al-Wasith, jilid III/141


107

63
Mutiara ke - 23

Hiduplah
Dengan Al-Qur`an
Allah Ø berfirman,

َ َّ ٞ ََۡ َ ُٗ َ ٰٓ َ َ‫َهٰ َذا ب‬


٢٠ ‫حة ل ِق ۡو ٖم يُوق ُِنون‬ ِ ‫صئ ِ ُر ل َِّلن‬
‫اس وهدى ور‬
Al-Qur`an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang meyakini. |Al-Jatsiyah [45]: 20

Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi menjelaskan, al-Qur`an merupakan


cahaya yang akan menerangi orang-orang yang bertakwa menuju
jalan petunjuk dan rahmat, yaitu jalan yang akan menyempurnakan
keimanan mereka sehingga mereka mendapatkan kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Akan tetapi, semua itu hanya diperuntukkan
bagi orang-orang yang yakin dalam keimanan mereka. Adapun bagi
mereka yang tidak yakin, mereka tidak bisa melihat petunjuk dan
tidak akan mendapatkan rahmatnya. Hal itu disebabkan sikap ragu-
ragu dan tidak yakin yang menghalangi mereka untuk mengamalkan
al-Qur`an dengan bersungguh-sungguh, jujur, dan ikhlas.108
Dalam ayat lain Allah Ø menegaskan bahwa al-Qur`an adalah
kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, sehingga menjadi
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.

108
Tafsir Al-Aisar, jilid VI/734

64
َ َۡ َ ُ َ ۡ َ َ
َ ‫ب فِيهِ ُه ٗدى ّل ِۡل ُم َّتق‬
٢ ‫ني‬ ِ ۛ ۛ ‫ذٰل ِك ٱلكِتٰب ل ري‬
Kitab (al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa. |Al-Baqarah [2]: 2

Dalam ayat ini Allah Ø menyifati al-Qur`an dengan tiga sifat,


yaitu: 1) Al-Qur`an adalah kitab yang sempurna dalam seluruh isi
yang dikandungnya. 2) Tidak ada keraguan di dalam al-Qur`an
karena ia benar-benar diturunkan dari Allah Ø, bagi orang yang
meneliti secara cermat dan memperhatikan dengan hatinya. 3)
Al-Qur`an adalah sumber hidayah dan petunjuk bagi orang-
orang beriman yang bertakwa, yaitu mereka yang melindungi diri
dari azab Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Maka, merekalah orang-orang
yang mengambil manfaat dari al-Qur`an.109
Dalam ayat lain Allah Ø berfirman,
َ
َ‫ِني َّٱلِين‬
َ ‫ش ٱل ۡ ُم ۡؤ ِمن‬ َ ِ ‫ان َي ۡهدِي ل َِّلت‬
ُ ِ ّ َ‫ه أ ۡق َو ُم َو ُيب‬ َ َ ۡ ُ ۡ َ ٰ َ َّ
‫إِن هذا ٱلقرء‬
ِ
َ َ
ٗ ‫ت أ َّن ل َ ُه ۡم أ ۡج ٗرا َكب‬ َ َّ َ ُ ۡ
٩ ‫ريا‬ ِ ِ ٰ‫َيع َملون ٱلصٰل ِح‬
Sesungguhnya al-Qur`an ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-
orang Mu´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka
ada pahala yang besar. |Al-Isra’ [17]: 9

Imam Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat ini Allah Ø memuji


Kitab-Nya yang mulia yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kitab itu adalah Al-Qur`al-Karim, yaitu
sebuah Kitab yang memberi petunjuk ke jalan yang lurus dan jelas

Tafsir Al-Muniir, jilid I/49


109

65
serta memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman yang
mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka disediakan pahala yang
besar pada hari Kiamat kelak.110
Orang-orang beriman harus benar-benar menjadikan al-Qur`an
sebagai pedoman dalam segala aspek kehidupan dengan mengikuti
dan menerapkan segala tuntunannya, karena al-Qur`an adalah
sebaik-baik pedoman hidup yang diturunkan Allah Ø sebagaimana
ditegaskan dalam firman-Nya,

ُ َ ۡ َ َ ۡ َ ّ ُ ّ َّ ّ ُ ۡ َ َ ُ ٓ َ َ َ ۡ َ ْ ٓ ُ َّ َ
ُ‫كم‬ ‫نزل إِلكم مِن ربِكم مِن قب ِل أن يأتِي‬ِ ‫وٱتبِعوا أحسن ما أ‬
َ ُ ُ َۡ َ ۡ ُ ََ ََٗۡ ُ َ َۡ
٥٥ ‫ٱلعذاب بغتة وأنتم ل تشعرون‬
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba,
sedang kamu tidak menyadarinya. |Az-Zumar [39]: 55

Ayat ini merupakan perintah Allah Ø agar manusia mengikuti al-


Qur`an yang agung, yaitu dengan menunaikan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya yang terdapat di dalamnya. Berpegang teguhlah dengan
kitab suci terbaik yang diturunkan kepada manusia, karena di dalamnya
terdapat petunjuk untuk meraih keberuntungan dan kebahagiaan. Sebab
itu, ikutilah al-Qur`an sebelum kalian ditimpa siksa Allah, sedang kalian
lengah dan tidak menyadari kedatangan-nya, agar kalian bisa berbenah
diri dan bersiap-siap.111
Di samping penjelasan di atas, berikut ini terdapat hal-hal lain
yang berkaitan dengan tema bahasan ini, di antaranya yaitu:

110
Tafsir Ibnu Katsir, jilid V/138
111
Shafwatut Tafasir, jilid IV/551

66
1. Al-Qur`an adalah obat, rahmat, dan pelajaran bagi orang-
orang yang beriman

ُ ‫ِني َو َل يَز‬
‫يد‬ َ ‫ ّل ِۡل ُم ۡؤ ِمن‬ٞ‫حة‬
َ ۡ ‫ َو َر‬ٞ‫ن ُل م َِن ۡٱل ُق ۡر َءان َما ُه َو ش َِفآء‬ ّ َ ‫َو ُن‬
ِ ِ ِ
ٗ ‫ني إل َخ َس‬َّ َ َّ
٨٢ ‫ارا‬ ِ ‫ٱلظٰل ِ ِم‬
Dan Kami turunkan dari al-Qur`an suatu yang menjadi penawar
dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur`an itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian. |Al-Isra’ [17]: 82

Dalam ayat ini Allah Ø mengabarkan bahwa al-Qur`an merupakan


obat penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Yakni,
dapat menghilangkan berbagai macam penyakit di dalam hati, seperti
ragu-ragu, kemunafikan, kemusyrikan dan penyimpangan. Maka,
al-Qur`an akan menyembuhan semua penyakit tersebut, sekaligus
sebagai rahmat yang mengantarkan kepada keimanan, hikmah dan
melahirkan keinginan untuk berbuat kebaikan. Akan tetapi, hal ini
hanya berlaku bagi orang-orang yang mengimani, membenarkan dan
mengikuti al-Qur`an. Sedangkan bagi orang-orang yang kafir dan
zalim, al-Qur`an tidak menambah kecualu mereka semakin jauh, kafir
dan rusak. Dan, hal itu bukan disebabkan al-Qur`an, melainkan dari
kekafirannya.112
Dalam ayat lain Allah Ø berfirman,
ّ َٓ ُ ٞ َ ُ ۡ ٓ َ ُ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
‫ ل َِما ِف‬ٞ‫اس ق ۡد َجا َءتكم َّم ۡوعِظة ّمِن َّر ّبِك ۡم َوشِفاء‬ ‫يأيها ٱنل‬
َ ‫ ّل ِۡل ُم ۡؤ ِمن‬ٞ‫حة‬
٥٧ ‫ِني‬ َ ۡ ‫ٱلص ُدور َو ُه ٗدى َو َر‬
ُّ
ِ

Tafsir Ibnu Katsir, jilid V/207


112

67
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
yang beriman. |Yunus [10]: 57

Ayat ini menyimpulkan fungsi Al-Qur’an dalam memperbaiki


jiwa manusia di antaranya:
a. Mauizhah, yaitu pelajaran dari Allah kepada seluruh manusia
agar mereka mencintai yang hak dan benar, serta menjauhi
perbuatan yang batil dan jahat. Pelajaran ini harus betul-betul
dapat terwujud dalam perbuatan mereka.
b. Syifa, yaitu penyembuh bagi penyakit yang bersarang di dada
manusia, seperti penyakit syirik, kufur dan munafik, termasuk
pula semua penyakit jiwa yang mengganggu ketenteraman
jiwa manusia, seperti putus harapan, lemah pendirian,
memperturutkan hawa nafsu, menyembunyikan rasa hasad
dan dengki terhadap manusia, perasaan takut dan pengecut,
mencintai kebatilan dan kejahatan, serta membenci kebenaran
dan keadilan.
c. Hudan, yaitu petunjuk ke jalan yang lurus yang menyelamatkan
manusia dari keyakinan yang sesat dengan jalan membimbing
akal dan perasaannya agar berkeyakinan yang benar dengan
memperhatikan bukti-bukti kebenaran Allah, serta membimbing
mereka agar giat beramal, dengan jalan mengutamakan
kemaslahatan yang akan mereka dapati dari amal yang ikhlas
serta menjalankan aturan hukum yang berlaku, mana perbuatan
yang boleh dilakukan dan mana perbuatan yang harus dijauhkan.

68
d. Rahmah, yaitu karunia Allah yang diberikan kepada orang-
orang mukmin, yang dapat mereka petik dari petunjuk-petunjuk
yang terdapat dalam Al-Qur’an. Orang-orang mukmin yang
meyakini dan melaksanakan petunjuk-petunjuk yang terdapat
dalam Al-Qur’an akan merasakan buahnya. Mereka akan hidup
tolong-menolong, sayang-menyayangi, bekerja sama dengan
menegakkan keadilan, menumpas kejahatan dan kekejaman,
serta saling bantu membantu untuk memperoleh kesejahteraan.
2. Salah satu bukti keagungan Al-Qur`an

ۡ‫ع َج َبل ل َّ َر َأ ۡي َت ُهۥ َخٰشِ ٗعا ُّم َت َص ّد ِٗع ّمِن‬ ٰ َ َ ‫ان‬َ َ ۡ ُۡ َ َٰ َۡ َ َ َۡ


ٖ ‫لو أنزلا هذا ٱلقرء‬
َ َّ َ َّ َ َ
ۡ َ ُ ٰ َ ۡ ۡ َ ۡ َ َّ َ ۡ َ
٢١ ‫اس ل َعل ُه ۡم َي َتفك ُرون‬ ِ ‫ض ُب َها ل َِّلن‬ ِ ‫خشيةِ ٱللِۚ وت ِلك ٱلمثل ن‬
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah
gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah
disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-
perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka
berfikir. |Al-Hasyr [59]: 21

Dalam ayat ini Allah Ø menerangkan bahwasanya jika


gunung yang perkasa dan keras memahami makna al-Qur`an, lalu
merenungkannya, niscaya gunung tersebut akan tunduk terpecah
belah karena rasa takut kepada Allah. Oleh karena itu, mengapa
hati manusia tidak bersikap lunak, tunduk dan patuh karena rasa
takut kepada Allah? Ayat ini memerintahkan umat manusia untuk
mengambil (menaati) al-Qur`an dengan rasa takut yang mendalam
dan penuh ketundukan.113

Tafsir Ibnu Katsir, jilid VIII/125


113

69
3. Keutamaan membaca Al-Qur`an

َ َ َ َ ٰ َ َّ ْ ُ َ َ َ َّ َ ٰ َ َ ُ ۡ َ َ َّ َّ
ۡ‫نف ُقوا ْ م َِّما َر َز ۡق َنٰ ُهم‬ ‫إِن ٱلِين يتلون كِتب ٱللِ وأقاموا ٱلصلوة وأ‬
َ ‫ون ت َِجٰ َر ٗة َّلن َت ُب‬
٢٩ ‫ور‬
َ ُ ۡ َ ٗ َ َ َ َ ّٗ
‫ِسا وعلنِية يرج‬
Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang
Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-
terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan
merugi. |Fathir [35]: 29

Dalam ayat ini Allah Ø mengabarkan bahwa orang-orang


yang beriman dan beramal saleh, senantiasa membaca al-Qur`an,
mendirikan shalat, menginfakkan sebagian rezeki yang baik dengan
menunaikan zakat dan sedekah. Mereka itulah orang-orang yang
mengharapkan pahala dari Allah Ø, dan Dia tidak menyia-nyiakan
pahala bagi orang-orang yang berbuat baik.114
4. Al-Qur`an mudah untuk dipelajari
ۡ َ ۡ ّ َ ُ ۡ َ ۡ َّ َ ۡ َ َ َ
١٧ ‫سنا ٱلق ۡر َءان ل ِذلِك ِر ف َهل مِن ُّم َّدك ِٖر‬ ‫ولقد ي‬
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran,
maka adakah orang yang mengambil pelajaran. |Al-Qamar [54]: 17

Dalam ayat ini Allah Ø menyatakan bahwa Dia telah


memudahkan al-Qur`an untuk dihapal dan Dia telah menyiapkannya
sebagai tempat mengambil pelajaran. Maka, adakah orang yang mau
mengambil pelajaran darinya? Kata tanya dalam ayat ini bermakna
perintah, artinya ambillah pelajaran darinya dan hapalkanlah.115

114
Tafsir Al-Wasith, jilid III/190
115
Tafsir Al-Aisar, jilid VII/179
70
5. Kewajiban menadabburi Al-Qur`an

َ ۡ َ ۡ ْ ُ ْ ُ َ َّ َ َ َ َ َ َ ْ ٓ ُ َّ َّ َ ّ ٞ َ َ ُ َ ۡ َ ُ َ ۡ َ َ ٌ َ
ِ ‫كِتٰبأنزلنٰهإِلكمبٰرك ِلدبرواءايٰتِهِۦو ِلتذكرأولواٱللب‬
٢٩ ‫ب‬ ٰ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran. |Shad [38]: 29

Dalam ayat ini Allah Ø mengabarkan bahwa al-Qur`an adalah


sebuah kitab yang penuh berkah yang diturunkan kepada Rasul-Nya
supaya orang-orang yang bertakwa merenungkannya (liyaddabbaruu)
ayat-ayatnya, yaitu dengan memahaminya dan memikirkannya
dengan akal mereka, sehingga hati dan akal mereka mendapatkan
petunjuk, lalu mereka beriman kepada Allah, dan melaksanakan
apa yang diperintahkan-Nya sehingga mereka selamat dan bahagia.
Dan, agar al-Qur`an ini menjadi nasihat serta pelajaran bagi mereka
yang berakal (ulul albaab).116
6. Ancaman bagi orang-orang yang berpaling dari Al-Qur`an
dan mengingkarinya
a. Setan akan menguasai dan menghalangi mereka dari ketaatan

ٞ ‫ٱلرِنَٰمۡح ُن َق ّي ۡض َ ُلۥ َش ۡي َطٰ ٗنا َف ُه َو َ ُلۥ قَر‬


٣٦ ‫ين‬ َّ ‫َو َمن َي ۡع ُش َعن ذ ِۡكر‬
ِ ِ ِ
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang
Maha Pemurah (al-Qur`an), kami adakan baginya setan
(yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman
yang selalu menyertainya. |Az-Zukhruf [43]: 36

Tafsir Al-Aisar, jilid VI/292


116

71
Dalam ayat ini Allah Ø menerangkan bahwa barangsiapa
berpaling seakan-akan ia adalah seorang yang buta dan lalai dari
pengajarn Allah Ø, yaitu al-Qur`an dan lalai beribadah kepada-Nya
serta berpura-pura tidak mengetahui akan hal itu, maka Allah Ø
akan mengadakan untuknya setan yang selalu mengikutinya dan
Dia menjadikannya sebagai teman baginya sehingga keduanya tidak
akan dapat berpisah di dunia dan akhirat.117
b. Ditimpakan kehidupan yang sempit, dan dibangkit-kan
pada hari Kiamat dalam keadaan buta

ۡ َ َ ٗ َ ٗ َ َ ُ َ َّ َ
ُ ُ ‫ن‬
َ‫شهُۥ يَ ۡوم‬ ۡ َ َ َۡ َ ۡ ََ
‫ومن أعرض عن ذِك ِري فإِن لۥ معِيشة ضنك و‬
ٰ َ ۡ َ َ َٰ ۡ
١٢٤ ‫ٱلقِيمةِ أعم‬
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkan-nya pada hari kiamat dalam keadaan buta.
|Thaha [20]: 124

Penghidupan yang sempit (ma’iisyatan dhankaa) dalam ayat ini,


maknanya yaitu kesempitan yang dirasakan oleh jiwa, tidak merasa
bahagia dan beruntung walaupun rezekinya luas. Demikian juga
nanti di alam barzakh, akan merasakan sempitnya kuburan dan
sengsara selama berada di dalamnya. Sedangkan pada hari Kiamat
akan dikumpulkan dalam keadaan buta, yaitu tidak memiliki
penuntun dan tidak memiliki penglihatan yang bisa digunakan
untuk melihat.118

117
Tafsir Al-Aisar, jilid VI/647
118
Tafsir Al-Aisar, jilid IV/651

72
c. Mendapat azab yang pedih
َ ۡ ّ ّ ٞ َ َ ۡ ُ َ ۡ ّ َ َ ْ َ َ َ َّ َ
ٌ ِ ٰ ‫وٱلِين كف ُروا أَ‍ِبي‬
١١ ‫ت رب ِ ِهم لهم عذاب مِن رِج ٍز أ ِلم‬
“Ini (al-Qur`an) adalah petunjuk. Dan orang-orang yang kafir
kepada ayat-ayat Tuhannya bagi mereka azab yaitu siksaan yang
sangat pedih |Al-Jatsiyah [45]: 11

Dalam ayat ini Allah Ø menegaskan bahwa orang-orang yang


mengingkari al-Qur`an, tidak mau menjadikannya sebagai petunjuk
dan tetap dalam kesesatan, yaitu melakukan syirik dan maksiat, maka
mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih dan menyakitkan.119
Hal-hal yang telah dikemukan di atas, menunjukkan kepada kita
bahwasanya Allah Ø telah menurunkan al-Qur`an kepada manusia
agar dijadikan petunjuk dalam kehidupan mereka. Sebab, al-Qur`an
merupakan rahmat, obat, dan berisi pelajaran bagi orang-orang yang
beriman. Dia juga telah mewajibkan setiap muslim untuk menadabburi
al-Qur`an di antaranya dengan membacanya, karena sangat banyak
keutamaan membaca al-Qur`an juga karena al-Qur`an mudah untuk
dipelajari. Di samping itu, Allah Ø juga mengabarkan bahwa orang-
orang yang berpaling dari al-Qur`an, maka mereka akan mudah
disesatkan oleh setan, kehidupannya akan sempit sekalipun berlimpah
harta, dan pada hari Kiamat mereka akan dibangkitkan dalam keadaan
buta serta akan mendapat azab yang pedih.
Mutiara hikmah
a. Al-Qur`an adalah petunjuk yang dapat mengeluarkan seseorang
dari kesesatan menuju petunjuk, dari kekufuran menuju
keimanan, dan dari kesyirikan menuju ketauhidan.

Tafsir Al-Aisar, jilid VI/725


119

73
b. Allah Ø menyifati al-Qur`an dengan keberkahan. Sebab, setiap
orang yang membaca al-Qur`an lalu memahaminya, maka ia
akan mendapatkan petunjuk. Barangsiapa membacanya untuk
mendekatkan diri kepada Allah Ø, pasti akan meraih kedekatan
dan keselamatan. Barangsiapa membaca dan menjadikannya
sebagai hakim, maka ia akan adil dalam menetapkan hukum.120
c. Keberkahan al-Qur`an tersebut tidak akan pernah hilang selama-
lamanya. Keberkahannya tercermin pada berpalingnya hati dari
keburukan dan mendorong seseorang kepada kebaikan.121
d. Barangsiapa membaca al-Qur`an dengan penuh keyakinan lalu
memahaminya, maka baginya satu huruf akan mendapatkan
sepuluh kebaikan dan jiwanya akan dipenuhi dengan cahaya
ilmu dan kecintaan terhadap akhirat.122
e. Sesungguhnya Allah Ø telah memberikan keutamaan kepada
umat Islam dengan memudahkan al-Qur`an untuk dihapal
dan diingat serta diamalkan isinya, sehingga mereka menjadi
sempurna dan bahagia di dunia dan akhirat.123
f. Allah Ø menyeru setiap muslim agar menghapal dan mengingat
al-Qur`an, karena ia sumber ilham, kesempurnaan dan
kebahagiaan, “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-
Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil.”
Seruan ini diulang sebanyak empat kali (ayat) dalam surah Al-
Qamar ayat 17, 22, 32, dan ayat 40.

120
Tafsir Al-Aisar, jilid VI/292
121
Tafsir Al-Aisar, jilid VI/293
122
Tafsir Al-Aisar, jilid VI/293
123
Tafsir Al-Aisar, jilid VII/182

74
Mutiara ke - 24

Berinfaklah Sebelum
Kesempatanmu Hilang
Allah Ø berfirman,

ُ َ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ ّ ُ ٰ َ ۡ َ َ َّ
ُ‫ك ُم ٱل ۡ َم ۡوت‬ ْ ُ ََ
‫وأنفِقوا مِن ما رزقنكم مِن قب ِل أن يأ ِت أحد‬
َ‫كن ّمِن‬ ُ َ َ َّ َّ َ َ
َ َ َ َ ٰٓ َ ٓ َ ۡ َّ َ ٓ َ ۡ َ ّ َ َ ُ َ َ
‫يب فأصدق وأ‬ ٖ ‫ب لول أخرت ِن إِل أج ٖل ق ِر‬ ِ ‫فيقول ر‬
َّ
َ ‫ٱلصٰلِح‬
١٠ ‫ني‬ ِ
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di
antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau
tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat,
yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk
orang-orang yang saleh?” |Al-Munafiqun [63]: 10

Melalui ayat ini Allah Ø menyeru orang-orang beriman agar


bersegera dalam berinfak, sebab mereka tidak mengetahui kapan
ajal tiba atau kapan mereka akan meninggal dunia. Sebab, jika ajal
telah tiba, mereka tidak dapat melakukannya lagi sekalipun mereka
memohon kepada Allah Ø agar ajalnya ditunda sedikit sehingga
dapat bersedekah (infak). Akan tetapi, permohonan tersebut tidak
ada manfaatnya karena ketentuan Allah tidak bisa diubah, dan Dia
tidak akan menangguhkan ajal seseorang jika waktunya tiba.124

Tafsir Al-Aisar, jilid VII/470


124

75
Ayat ini senada dengan firman Allah Ø,
ۡ َ ُ ٰ َ ۡ َ َ َّ ْ ُ َ ْ ٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
َ ِ ‫كم ّمِن َق ۡبل أن يَأ‬
ٞ‫ت يَ ۡوم‬ ‫يأيها ٱلِين ءامنوا أنفِقوا مِما رزقن‬
ِ
ٞ َ َ َ ٞ َّ ُ َ َّ
٢٥٤ۗ ‫ع فِيهِ َول خلة َول شفٰ َعة‬ٞ ‫ل َب ۡي‬
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah)
sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak
ada lagi syafa´at |Al-Baqarah [2]: 254

Dalam ayat ini Allah Ø memerintahkan orang-orang beriman


menginfakkan sebagian dari harta bendanya untuk kemaslahatan
umum, baik berupa zakat, maupun sedekah. Mereka harus selalu
menyadari bahwa suatu ketika akan datang suatu hari, yaitu hari
kiamat. Saat itu mereka tidak dapat lagi mengeluarkan zakat dan
sedekahnya, dan tidak dapat lagi memanfaatkan harta bendanya.125
Menginfakkan harta dalam ayat-ayat di atas mengandung
pengertian sebagai berikut:
a. Menurut Ibnu Jarir ath-Thabari, menafkahkan harta di jalan
Allah adalah mencakup makna yang umum, yaitu mencakup
zakat, sedekah, dan nafkah yang lainnya.126
b. Sedangkan menurut Syaikh Abdurrahman as-Sa’di, menafkahkan
harta di jalan Allah ini meliputi nafkah-nafkah yang wajib seperti
zakat, nafkah untuk istri dan keluarga, para budak dan sebagainya,
serta nafkah-nafkah yang dicintai dengan segala jalan kebaikan.127
Di samping penjelasan di atas, berikut terdapat hal-hal lain yang

125
Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid I/377
126
Shafwatut Tafasir, jilid I/28
127
Tafsir as-Sa’di, jilid I/78

76
berkaitan dengan tema bahasan ini, yaitu:
1. Berinfak harus bertujuan semata-mata mengharap ridha
Allah

َّ َٓ َّ َ ُ ُ
٢٧٢ ِۚ‫َو َما تنفِقون إِل ٱبۡتِغا َء َو ۡجهِ ٱلل‬
Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena
mencari keridhaan Allah |Al-Baqarah [2]: 272

Dalam ayat ini terkandung petunjuk bahwa orang yang


menginfakkan hartanya tidak akan mendapatkan pahala di sisi
Allah, dan dihargai oleh orang-orang sekitarnya, kecuali jika ia
menginfakkan harta tersebut dengan cara yang baik dan ikhlas
karena Allah semata.128
2. Menginfakkan harta yang dicintai adalah tanda kebajikan
yang sempurna

َّ َ ۡ َ ْ ُ ُ َ ُّ ُ ْ ُ ُ َّ َ َّ ۡ ْ ُ َ َ َ
‫شءٖ فإِن‬ ‫ون َو َما تنفِقوا مِن‬
ۚ ‫ت تنفِقوا م َِّما تِب‬
ٰ ‫لن تنالوا ٱل ِب ح‬
َ َّ
ٞ ‫ٱلل بهِۦ َعل‬
٩٢ ‫ِيم‬ ِ
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.
Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya. |Ali-‘Imran [3]: 92

Allah Ø menerangkan bahwa seseorang tidak akan mencapai


tingkat kebajikan di sisi-Nya, sebelum ia dengan ikhlas menafkahkan
harta yang dicintainya di jalan-Nya. Ketika ayat ini turun, para
sahabat Nabi berlomba-lomba berbuat kebaikan, seperti Abu

Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid I/415


128

77
Talhah al-Anshari, seorang hartawan dari kalangan Anshar yang
memberikan sebidang kebun kurma yang sangat dicintainya untuk
dinafkahkan di jalan Allah. Pemberian itu diterima oleh Rasulullah
` dengan baik dan memuji keikhlasannya. Beliau menasihati Talhah
agar harta itu dinafkahkan kepada karib kerabatnya, maka ia pun
membagi-bagikannya kepada karib kerabatnya. Dengan demikian ia
mendapat dua pahala sekaligus; pahala sedekah dan pahala menjaga
silaturrahim dengan keluarganya. 129
3. Berinfak harus dengan harta yang baik, bukan yang buruk

َ‫ِين َء َام ُن ٓوا ْ أَنف ُقوا ْ مِن َط ّي َبٰت َما َك َس ۡب ُت ۡم َوم َِّما ٓ أَ ۡخ َر ۡجنا‬
َ َّ َ ُّ َ َ
ِ ِ ِ ‫يأيها ٱل‬ ٰٓ
ُ‫ون َول َ ۡستم‬ َ ُ ُ ُ ۡ َ َ ۡ ْ ُ َّ َ َ َ َ َۡ َ ّ ُ َ
‫ۡرض ول تيمموا ٱلبِيث مِنه تنفِق‬ ۖ ِ ‫لكم مِن ٱل‬
ٌ َ
َ ٌّ َ َ َّ َّ ْ ٓ ُ َ ۡ َ ْ ُ ۡ ُ َ ٓ َّ
٢٦٧ ‫خذِيهِ إِل أن تغ ِمضوا فِي ۚهِ وٱعلموا أن ٱلل غ ِن حِيد‬ ِ ‫أَ‍ِب‬
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji. |Al-Baqarah [2]: 267

Sehubungan dengan ayat ini, Ibnu Abbas radhiyalalhu ‘anhu


berkata, “Allah memerintahkan orang-orang beriman berinfak
dengan harta terbaik, terbagus, dan terindah. Allah Ø juga melarang
mereka berinfak dengan harta rendahan dan hina, yaitu harta yang
buruk, karena sesungguhnya Allah adalah Dzat yang baik dan Dia
129
Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid II/3

78
tidak akan menerima kecuali yang baik.130
4. Tidak mengungkit-ungkit pemberian dan tidak menyakiti
perasaan si penerima

َ َ ٓ َ َ ُ ۡ ُ َ َّ ُ َّ
ّ‫نف ُقوا ْ َم ٗنا‬ َ ۡ ُ َ َ ۡ َ َ ُ ُ َ َّ
ِ ِ ‫ٱلِين ينفِقون أموٰلهم ِف سب‬
‫يل ٱللِ ثم ل يتبِعون ما أ‬
َٗ ٓ ََ
٢٦٢ ‫ول أذى‬
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,
kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya
itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima) |Al-Baqarah [2]: 262

Ayat ini mengandung makna bahwa pahala dan keberuntungan


yang akan didapat oleh orang yang menginfakkan hartanya di
jalan Allah memiliki syarat, yaitu bahwa dia memberikan hartanya
itu benar-benar dengan ikhlas. Kemudian setelah itu dia tidak
menyebut-nyebut infaknya itu dengan kata-kata yang dapat melukai
perasaan orang yang menerimanya.131
5. Tidak berlebihan (boros) dan tidak kikir dalam berinfak

ٗ َ َ َ ٰ َ َ ۡ َ َ َ َ ْ ُ ُ ۡ َ ۡ َ َ ْ ُ ۡ ُ ۡ َ ْ ُ َ َ ٓ َ َ َّ َ
٦٧ ‫سفوا ولم يقتوا وكن بي ذل ِك قواما‬ ِ ‫وٱلِين إِذا أنفقوا لم ي‬
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka
tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan
itu) di tengah-tengah antara yang demikian. |Al-Furqan [25]: 67

Ayat ini menerangkan salah satu sifat hamba-hamba Allah

Tathriz Riyadhus Shalihin, hal 243


130

Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid I/394


131

79
Yang Maha Penyayang (‘Ibadurrahman), yaitu apabila mereka
menafkahkan harta mereka, baik untuk dirinya maupun untuk
keluarga atau orang lain, mereka tidak boros dan tidak juga kikir,
akan tetapi pertengahan antara keduanya yaitu mereka bersikap
dermawan. Sebab, kebajikan adalah sikap pertengahan antara dua
hal yang ekstrim. Kedermawanan adalah sikap pertengahan antara
sikap boros dan kikir.132
6. Berinfak di jalan Allah akan dilipatgandakan pahalanya
sampai tujuh ratus kali

َ َ‫ٱللِ َك َم َثل َح َّبة أ‬


ۡ‫ۢنب َتت‬ َّ َ ۡ ُ َ َ ۡ َ َ ُ ُ َ َّ ُ َ َّ
ٍ ِ ِ ِ ‫مثل ٱلِين ينفِقون أموٰلهم ِف سب‬
‫يل‬
ٓ َ َ َ ُ َ ُ ُ َّ َ َّ َ ُ َ ْ ّ َ ُ ُ ّ ُ َ َ َ َۡ َ
ۚ ‫ك سۢنبلةٖ مِائة حبةٖۗ وٱلل يضٰعِف ل ِمن يشا ُء‬ ِ ‫سبع سنابِل ِف‬
ُ َّ ‫َو‬
ٌ ‫ٱلل َوٰس ٌِع َعل‬
٢٦١ ‫ِيم‬
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui. |Al-Baqarah [2]: 261

Di dalam ayat ini terdapat perumpamaan mengenai pahala yang


berlipat ganda bagi siapa saja yang berinfak di jalan Allah dengan
tujuan hanya untuk meraih ridha-Nya. Satu kebaikan pahalanya akan
dilipatgandakan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah akan
melipatgandakan pahala tersebut bagi siapa saja yang dikehendaki-
Nya tergantung keikhlasannya dalam melakukannya. Allah bahkan
akan melipatgandakannya hingga lebih banyak dari itu, karena

132
Tafsir Ibnu Katsir, Jilid V/158

80
karunia dan rahmat-Nya tidak terbatas. Allah Mahatahu siapa saja
yang berhak mendapatkan pelipatgandaan pahala ini dan siapa
yang tidak berhak.133 Ayat ini juga mengandung sebuah isyarat
bahwa Allah menumbuhkan amal-amal saleh yang dilakukan oleh
seseorang seperti halnya Allah menumbuhkan biji tanaman yang
ditanam oleh seseorang di tanah yang baik dan subur.134
Hal-hal yang telah dikemukan di atas, menunjukkan kepada kita
bahwasanya Allah Ø telah memerintahkan orang-orang beriman
untuk menginfakkan sebagian rezeki yang telah diberikan-Nya di
jalan kebaikan sebelum datang kematian kepada mereka. Allah Ø
juga memberikan bimbingan agar infak mereka bernilai di sisi-Nya
(dilipatgandakan pahalanya hingga tujuh ratus kali lipat). Di antara
bimbingan-Nya tersebut yaitu; hendaknya berinfak semata-mata
ikhlas mengharap ridha-Nya, berinfak harus dengan harta yang
baik dan bukan yang buruk, tidak mengungkit-ungkit pemberian
dan tidak menyakiti perasaan si penerima infak, dan merupakan
keutamaan jika mereka menginfakkan harta yang mereka cintai
karena itu merupakan kebajikan yang sempurna. Akan tetapi, Dia
mengingatkan hendaknya berinfak dilakukan secara bijaksana yakni
tidak berlebihan (boros) dan tidak pula kikir.
Mutiara hikmah
a. Berinfak di jalan Allah termasuk bentuk ketaatan yang sangat
dicintai oleh Allah, karena di dalamnya terdapat manfaat yang sangat
besar untuk para hamba-Nya. Di antaranya Allah menjadikan
sedekah dan infak sebagai sebab turunnya berkah pada harta yang
diberikan, sehingga sedekah tidak mengurangi harta.

Kementerian Agama RI, Al-Qur`an dan Tafsirnya, jilid I/…….


133

Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Muniir, jilid II/71


134

81
b. Anjuran agar setiap muslim bersegera dalam berinfak di jalan
Allah dan jangan menunda-nunda, begitu pun dengan amal
saleh lainnya.
c. Allah Ø menegaskan bahwa segala apa yang dinafkahkan harus
ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, bukan karena tujuan
keduniaan.
d. Berinfak dengan apa-apa yang baik dan disayangi oleh jiwa
merupakan tanda yang paling besar dari kelapangan jiwa, dan
juga merupakan tanda yang paling jelas tentang kecintaannya
kepada Allah dan sikap mendahulukan Allah atas kecintaan
terhadap harta yang sangat dicintai oleh jiwa.135
e. Allah Ø akan melipatgandakan pahala bagi siapa saja yang
berinfak di jalan Allah dengan tujuan hanya untuk menggapai
ridha-Nya. Pahala tersebut akan dilipatgandakan sepuluh kali
bahkan sampai 700 kali lipat, tergantung keikhlasannya di
dalam amal yang dilakukannya.136

135
Tafsir as-Sa’di, jilid I/553
136
Tafsir Al-Muniir, jilid II/70, 71

82

Anda mungkin juga menyukai