Anda di halaman 1dari 20

“Pengaruh CSR dan Lingkungan Bisnis terhadap Daya Saing di mediasi oleh

Green Innovation pada Sektor Manufaktur Indonesia”

Proposal Penelitian

Oleh:
NAMA : ANIDA NUR AZIZAH
NIM : F1A219021

PROGRAM STUDI S1 STATISTIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
Proposal Penelitian

Pengaruh CSR dan Lingkungan Bisnis terhadap Daya Saing di mediasi oleh
Green Innovation pada Sektor Manufaktur Indonesia.

Diajukan sebagai Ujian Tengah Semester

Oleh:

Anida Nur Azizah


F1A219021

Telah disetujui Oleh:


Dosen Mata Kuliah Riset dan Manajemen Keuangan

Dr. Wahyuniati Hamid, S.pd.,M.Si

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................. 3
1.4 Manfaat ............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4
2.1 Landasan Teori .................................................................................... 4
2.2 Kerangka Konseptual .......................................................................... 10
2.3 Hipotesis Penelitian............................................................................. 11
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 12
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 12
3.2 Desain Penelitian .................................................................................. 12
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................ 12
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................... 13
3.5 Pengukuran Indikator Penelitian .......................................................... 13
3.6 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data........................................... 14
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketika sebuah organisasi bertindak dengan tanggung jawab sosial, ia memiliki
kepentingan permanen dalam meningkatkan nilai yang diberikannya, baik sosial
dan ekonomi, memenuhi tuntutan para pemangku kepentingannya. Bisnis yang
bertanggung jawab bisa dibilang menghasilkan banyak manfaat, termasuk
peningkatan citra merek dan reputasi; pendapatan penjualan dan loyalitas
pelanggan yang lebih tinggi; peningkatan produktivitas; biaya operasional yang
lebih rendah; peningkatan daya tarik dan retensi karyawan; dan pengurangan
pengawasan regulasi (panwardkk.,2016; Porter dan Miles, 2013; Servaes dan
Tamayo, 2013).
Kesadaran terus meningkat di sekitar kesenjangan yang nyata antara strata
sosial ekonomi dan tingkat degradasi dan polusi yang mengkhawatirkan di seluruh
dunia. Berdasarkan Bank Dunia (2018), 10,7% dari populasi dunia, yaitu 760 juta
orang, hidup dengan $1,90 per hari, naik dari 9,6% pada tahun 2015. Fakta lain
yang mengungkapkan adalah bahwa 90% dari kemiskinan dunia terkonsentrasi di
negara-negara berpenghasilan rendah (ibid). Ketimpangan sosial dan pengangguran
kaum muda tumbuh secara dramatis, termasuk kesenjangan upah gender yang
melebar, dengan gaji perempuan rata-rata 25% lebih rendah daripada laki-laki
dalam pekerjaan serupa (Komisi Bisnis dan Pembangunan Berkelanjutan, 2017).
Polusi dan degradasi lingkungan menyebabkan kematian 12,6 juta orang yang
diantisipasi per tahun (Lingkungan PBB, 2017). Menurut Komisi Bisnis dan
Pembangunan Berkelanjutan (2017), frekuensi bencana alam akibat perubahan
iklim meningkat dua kali lipat sejak tahun 1980-an. Apalagi dampak buruk dari
COVID-19, yang menyebar terkait dengan kondisi kesehatan dan sanitasi yang
buruk. Industrialisasi selama 150 tahun, bersama dengan menipisnya sumber daya
alam, tanpa pandangan ke depan terhadap lingkungan, telah secara
mengkhawatirkan meningkatkan jumlah gas rumah kaca dan risiko iklim.

1
Bagaimana perusahaan mengelola dampak sosial dan lingkungan dari rantai
nilai mereka kemungkinan besar akan menjadi pendorong inti daya saing. Bahkan
jika dampak inisiatif CSR telah dibahas secara luas dalam literatur, pandangan
kinerja organisasi yang berfokus pada manufaktur dan bagaimana CSR dapat
meningkatkan daya saing melalui inovasi hijau, sebagian besar masih belum
dieksplorasi (Valmohammadi, 2014). Penelitian kami melihat lebih dekat inovasi
hijau sebagai mediator dalam interaksi kausal antara bisnis yang bertanggung jawab
dan daya saing, karena inovasi berwawasan CSR semakin dirasakan tidak hanya
sebagai jawaban atas tuntutan lingkungan tetapi juga sebagai pendorong
pertumbuhan berkelanjutan (Kam-SingWong, 2012).
Studi tentang pengaruh tanggung jawab sosial dan inovasi hijau terhadap daya
saing telah berulang di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (Bordkk.,
2003; Marin dan Ruiz, 2007), Eropa (Battagliadkk., 2014; Castaldodkk., 2009;
Turyakiradkk.,2014) dan pasar Asia terpilih (Chaudhary, 2009; Chen, 2008; Kam-
Sing Wong, 2012), tetapi sangat sedikit penelitian telah dilakukan di negara
berkembang. Oleh karena hal tersebut, saya tertarik melakukan penelitian ini
dengan mengambil objek penelitian di negara berkembang yaitu Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah social responsibility berpengaruh positif terhadap daya saing?
2. Apakah green innovation berpengaruh positif terhadap daya saing?
3. Apakah CSR berpengaruh positif terhadap green innovation?
4. Apakah lingkungan bisnis berpengaruh positif terhadap green innovation?
5. Apakah lingkungan bisnis berpengaruh positif terhadap daya saing?
6. Apakah CSR yang di mediasi oleh green innovation berpengaruh positif
terhadap daya saing?
7. Apakah lingkungan bisnis yang di mediasi oleh green innovation berpengaruh
positif terhadap daya saing?

2
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dikemukakan bahwa
tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah social responsibility berpengaruh positif terhadap
daya saing.
2. Untuk mengetahui apakah green innovation berpengaruh positif terhadap daya
saing.
3. Untuk mengetahui apakah CSR berpengaruh positif terhadap green innovation.
4. Untuk mengetahui apakah lingkungan bisnis berpengaruh positif terhadap
green innovation.
5. Untuk mengetahui apakah lingkungan bisnis berpengaruh positif terhadap daya
saing.
6. Untuk mengetahui apakah CSR yang di mediasi oleh green innovation
berpengaruh positif terhadap daya saing.
7. Untuk mengetahui apakah lingkungan bisnis yang di mediasi oleh green
innovation berpengaruh positif terhadap daya saing.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian yang
diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan
pengaruh CSR dan lingkungan bisnis terhadap daya saing yang di mediasi oleh
green innovation pada sektor manufaktur Indonesia.
b. Manfaat Empiris
Secara empiris, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
pengambilan keputusan perusahaan dalam melihat adanya pengaruh CSR dan
lingkungan bisnis terhadap daya saing yang di mediasi oleh green innovation
pada sektor manufaktur Indonesia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam konteks global, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) mulai
digunakan sejak tahun 1970- an dan semakin popular terutama setelah kehadiran
buku Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Bussinees
(1998), karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable
development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity,
yang digagas the World Commission on Environment and Development (WCED)
dalam Brundtland Report (1987), Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus:
3P, singkatan dari profit, planet, dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya
memburu keuntungan ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
(Initiative, 2002).
Terdapat dua jenis konsep CSR, yaitu dalam pengertian luas dan dalam
pengertian sempit. CSR dalam pengertian luas, berkaitan erat dengan tujuan
mencapai kegiatan ekonomi berkelanjutan (sustainable economic activity).
Keberlanjutan kegiatan ekonomi bukan hanya terkait soal tanggungjawab sosial
tetapi juga menyangkut akuntabilitas (accountability) perusahaan terhadap
masyarakat dan bangsa serta dunia internasional. CSR dalam pengertian sempit
dapat dipahami dari beberapa peraturan dan pendapat ahli berikut:
1. Menurut (Widjaja & Yeremia, 2008) CSR merupakan bentuk kerjasama antara
perusahaan (tidak hanya Perseroan terbatas) dengan segala hal (stake- holders)
yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan perusahaan
untuk tetap menjamin keberadaan dan kelangsungan hidup usaha
(sustainability) perusahaan tersebut. Pengertian tersebut sama dengan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu merupakan komitmen
Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan
guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik

4
bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada
umumnya (Widjaja & Yani, 2006). Menurut UUPT 2007 pengertian CSR
dalam pasal 1 angka 3 menyebutkan tanggungjawab sosial dan lingkungan
adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya.
2. UUPM 2007, dalam penjelasannya pasal 15 huruf b disebutkan tanggungjawab
sosial perusahaan adalah tanggungjawab yang melekat pada setiap perusahaan
penanaman modal untuk tetap menciptkan hubungan yang serasi, seimbang,
dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Tampak bahwa UUPT 2007 mencoba memisahkan antara tanggungjawab
sosial dengan tanggungjawab lingkungan, yang mengarah pada CSR sebagai
sebuah komitmen perusahaan terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan
dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan.
3. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-
5/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan, konsep CSR dapat dipahami dalam Pasal 2 bahwa
menjadi kewajiban bagi BUMN baik Perum maupun Persero untuk
melaksanakannya.
4. World Bussiness Council for Sustainable Development didefinisikan sebagai
komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi
berkelanjutan dengan memperhatikan para karyawan dan keluarganya,
masyarakat sekitar serta public pada umumnya guna meningkatkan kualitas
hidup mereka.
5. Menurut (Kotler & Nance, 2005) mendefinisikannya sebagai komitmen
korporasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui
kebijakan praktik bisnis dan pemberian kontribusi sumber daya korporasi.

Pemakaian CSR dibagi menjadi empat kelompok (Battaglia et al, 2014)


sehubungan dengan teori stakeholder (Perrini et al, 2001) yang kemudian teori ini
diklaim sebagai kunci dalam penafsiran bagaimana CSR mempengaruhi kinerja.

5
Empat kelompok tersebut adalah aktivitas CSR yang berhubungan dengan
lingkungan, yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif perusahaan terhadap
lingkungan (Bekmezci,2015); aktivitas CSR yang berkaitan dengan tempat kerja,
berfokus pada upaya peningkatan peluang yag adil, keberagaman, dan bantuan
untuk keseimbangan kerja yang lebih baik (Caligiuri et al, 2013); aktivitas CSR
yang berkaitan dengan masyarakat, merujuk pada bagaimana operasi bisnis
mempengaruhi masyarakat (Olanrewaju, 20212); dan aktivitas CSR yang berkaitan
dengan pasar, merujuk pada bagaimana organisasi beroperasi berdasarkan
pemasok, pelanggan, dan pemain lainnya di sepanjang rantai pasokan (Bhardwaj,
2016; Tabes et al, 2016). Dalam studi analisis faktor eksploratif, muncullah faktor
kelima dengan nama alat CSR formal, yang mewakili standar praktik manajerial,
seperti penggunaan label berkelanjutan, serta manajemen dan sertifikasi
keberlanjutan dan pelaporan (Battaglia et al, 2014; Turkariya et al, 2014).

2.1.2 Daya Saing (Competitiveness)


Menurut Crown Dirgantoro daya saing adalah perkembangan dari nilai yang
mampu diciptakan perusahaan untuk membelinya. Menurut Agustinus Sri Wahyadi
memberikan pengertian bahwa keunggulan bersaing adalah sesuatu yang
memungkinkan sebuah perusahaan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata keunggulan yang diperoleh pesaing dalam industri
(Mohamad & Niode, 2020).
Dimensi daya saing suatu perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh
Muhardi (2007:40) dengan mengutip Ward et all (1998:1036-1037) adalah terdiri
biaya (cost), kualitas (quality), waktu penyampaian (delivery, dan fleksibilitas
(flexibility). Keempat dimensi tersebut lebih lanjut diterangkan oleh Muhardi
(2007:41) Lengkap dengan indikatornya sebagai berikut:
1. Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator yaitu
biaya produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan
persediaan. Unsur daya saing yang terdiri dari biaya merupakan modal mutlak
yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang mencakup pembiyaan produksinya,
produktifitas tenaga kerja, pemanfaatan kapasitas produksi perusahaan dan

6
adanya cadangan produksi (pesediaan) yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan
oleh perushaan untuk menunjang kelancaran perusahaan tersebut.
2. Kualitas seperti yang dimaksud oleh Muhardi adalah merupakan dimensi daya
saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi berbagai indikator diantaranya
tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan produk,
kecepatan penyelesaian keluhan konsumen dan kesesuaian produk terhadap
spesifikasi desain. Tampilan produk dapat tercermin dari desain produk atau
layanannya, tampilan produk yang baik adalah yang memiliki desain sederhana
namumn mempunyai nilai yang tinggi. Jangka waktu penerimaan produk
dimaksudkan dengan lamanya umur produk dapat diterima oleh pasar, semakin
lama umur produk di pasar menunjukan kualitas produk tersebut semakin baik.
Adapun daya tahan produk dapat diukur dari umur ekonomis penggunaan
produk.
3. Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi berbagai
indikator diantaranya ketetapan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu
produksi dan ketetapan waktu penyampaian produk dapat . Ketiga indikator
tersebut berkaitan, ketetapan waktu penyampaian produk dapat dipengaruhi oleh
ketetapan waktu dan lamanya waktu tunggu produksi.
4. Adapun fleksibel merupakan dimensi daya saing operasi yang meliputi berbagai
indikator diantaranya macam produk yang dihasilkan, kecepatan menyesuaikan
dengan kepentingan lingkungan.

2.1.3 Green Innovation


Inovasi hijau didefinisikan sebagai inovasi fisik dan virtual, dalam
perangkat keras atau perangkat lunak, melalui peningkatan produk dan proses,
mempertimbangkan teknologi yang terkait dengan penghematan energi,
pencegahan polusi, daur ulang limbah, desain produk ramah lingkungan,
penggunaan kemasan ekologis dan pengelolaan lingkungan perusahaan (al, 2006).
Green innovation terbagi menjadi dua yaitu technical dan organization innovation.
Technical dibagi dua yaitu green product innovation dan green process innovation
(Rennings & Rammer, 2011).

7
a. Green Product Innovation
Green Product Innovation ialah pembaruan produk yang ramah terhadap
lingkungan yang berdampak positif pada lingkungan yang lebih baik dari pada
produk yang konvensional. Tidak hanya lebih baik dari pada nilai yang
ekonomis tapi juga lebih baik jika lihat dari sisi keramahan lingkungan, efisiensi
pada pemakaian energi serta bahan baku, mengurangi polusidan mengurangi
limbah (Qamarullah & Widowati, 2015). Green product innovation mampu lebih
baik dari pada produk konvensional apabila dilihat dari keramahan
lingkungannya (Soylu & Dumville, 2011). Green product innovation ini juga
sebenarnya memiliki beberapa tujuan utama seperti meminimalisir adanya beban
terhadap lingkungan karena penciptaan Green product innovation ini sendiri
yakni memberikan partisipasi untuk mengurangi efek pada pemanasan global
(Chen et al., 2006). Selain itu tentunya juga peningkatan laba yang lebih tinggi
dari sebelumnya dikarenakan dapat mengurangi penggunaan sumber daya,
sehingga timbulnya efisiensi pengalokasian anggaran pada beban operasional
perusahaan yang berdampak pada peningkatan laba perusahaan (Fitriani, 2015).
b. Green Process Innovation
Green process innovation merupakan pemakaian teknologi dan proses produksi
yang ramah padalingkungan yang berguna dalam rangka menghasilkan sebuah
barang serta pelayanan yang tidak memberikan dampak negatif kepada
masyarakat dan juga pada lingkungan. Penerapan green process dapat diperoleh
melalui pemakaian teknologi (Chen & Chang, 2013). Selain itu, green process
innovation merupakan pemakaian teknologi dan proses produksi yang ramah
pada lingkungan yang berguna dalam rangka menghasilkan sebuah barang serta
pelayanan yang tidak memberikan dampak negatif kepada masyarakat dan juga
pada lingkungan (Zahari, 2015).
Menurut Boehe dan Barin-Cruz (2010), perhatian pada dampak lingkungan
memungkinkan diferensiasi produk dan meningkatkan peluang internasionalisasi
ke pasar di mana konsumen hijau lebih aktif, sehingga meningkatkan kinerja pasar
dan perputaran bisnis dalam jangka panjang (Lu et al., 2016). Disinilah variabel
green innovation berdampak pada daya saing (Sellitto et al., 2020). Organisasi

8
cenderung berinvestasi dalam green innovation karena mereka membantu
mengembangkan peluang untuk pasar baru dan menciptakan keunggulan kompetitif
dengan memposisikan diri mereka sebagai bisnis ramah lingkungan (Chen et al.,
2006; Kam-Sing Wong, 2012). Green Innovation yang sukses menguntungkan
perusahaan dengan mencapai efisiensi yang lebih besar dan memperkuat citra
ramah lingkungan, yang pada akhirnya berkontribusi pada profitabilitas yang lebih
tinggi (Chen, 2008). Perusahaan, yang merupakan pionir dalam inovasi, cenderung
menuntut harga yang lebih tinggi untuk produk ramah lingkungan, meningkatkan
citra perusahaan, menjual teknologi atau layanan lingkungan mereka dengan lebih
baik, dan akhirnya mengembangkan pasar baru untuk mendapatkan keunggulan
kompetitif.

2.1.4 Lingkungan Bisnis (Bussiness Environment)


Lingkungan bisnis memiliki pengaruh yang kuat terhadap organisasi
perusahaan, terlebih kondisi di saat dunia bisnis sudah tidak terbatas oleh suatu
territorial Negara, beralihnya hard technology ke smart technology serta perubahan
fundamental lainnya berdampak kepada kebijakan yang akan diambil oleh
manajemen perusahaan (Lumkin, 2005). Lingkungan bisnis meliputi faktor-faktor
di luar perusahaan yang dapat menimbulkan peluang atau ancaman bagi
perusahaan. Analisis diartikan sebagai penelusuran peluang atau ancaman sampai
ke pangkalnya. Analisis lingkungan diartikan sebagai "proses yang digunakan
perencana strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang
atau ancaman terhadap perusahaan (Glueck & Jauch, 1999).
Jenis-jenis analisis lingkungan perusahaan antara lain, (1) Analisis
lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar
organisasi yang dapat menciptakan peluang dan ancaman atas keberadaan suatu
organisasi. Pierce and Robinson (1997) menggolongkan lingkungan eksternal
menjadi 3 golongan yaitu: lingkungan jauh (remote environment), lingkungan
industri dan lingkungan operasional. (2) Analisis lingkungan internal merupakan
lingkungan organisasi yang ada di dalam suatu organisasi. Analisis ini ditujukan

9
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan organisasi relatif dibanding dengan para
pesaingnya.
Menurut Kotler (2000), setidaknya ada empat faktor yang harus
dipertimbangkan dalam analisis lingkungan internal yaitu: pemasaran, keuangan,
produksi, organisasi dan kepemimpinan yang mampu dan berpandangan kedepan.
Lingkungan bisnis meliputi faktor-faktor di luar perusahaan yang dapat
menimbulkan peluang atau ancaman bagi perusahaan. Analisis diartikan sebagai
penelusuran peluang atau ancaman sampai ke pangkalnya. Analisis lingkungan
diartikan sebagai proses yang digunakan perencana strategi untuk memantau sektor
lingkungan dalam menentukan peluang atau ancaman terhadap perusahaan (Azwar,
1990; Fauzi, 2005; Mukono, 2006).

2.2 Kerangka Konseptual


Adapun kerangka konseptual pada penelitian ini yaitu Pengaruh CSR dan
Ilmu Bisnis terhadap Daya Saing di mediasi oleh Green Innovation pada
Sektor Manufaktur Indonesia adalah sebagai berikut:

H1
CSR Competitiveness

H6

Green
Innovation

Bussiness
Environment

10
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual diatas maka kita bisa menuliskan hipotesis
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Apakah social responsibility berpengaruh positif terhadap daya saing?
H2: Apakah green innovation berpengaruh positif terhadap daya saing?
H3: Apakah CSR berpengaruh positif terhadap green innovation?
H4: Apakah lingkungan bisnis berpengaruh positif terhadap green innovation?
H5: Apakah lingkungan bisnis berpengaruh positif terhadap daya saing?
H6: Apakah CSR yang di mediasi oleh green innovation berpengaruh positif
terhadap daya saing?
H7: Apakah lingkungan bisnis yang di mediasi oleh green innovation
berpengaruh positif terhadap daya saing?

11
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi & Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Kota Kendari, tepatnya pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa efek Indonesia (BEI) dengan waktu penelitian yaitu dari tahun
2018- 2021.

3.2 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menyebarkan
kuesioner kepada responden yang memegang posisi manajerial dan administratif di
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam
penelitian ini menjelaskan apakah hubungan yang terbentuk antara CSR dan ilmu
bisnis dimediasi oleh green innovation terhadap daya saing membentuk hubungan
yang positif. Untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang diinginkan dilakukan
dengan menggunakan analisis statistika.

3.3 Populasi & Sampel


Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dengan periode penelitian mencakup data pada tahun 2018 –
2021. Sementara, sampelnya adalah beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) tersebut dengan kriteria perusahaan telah menerapkan green
innovation. Adapun perusahaan tersebut diantaranya yaitu:
• PT. Unilever Indonesia, Tbk
• PT. Argo Pantes, Tbk
• PT. Tifico Fiber Indonesia, Tbk
• PT. Martina Berto, Tbk
• PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk
• PT. Arwana Citramulia, Tbk
• PT. Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk
• PT. Kraktau Steel (Persero), Tbk.

12
3.4 Variabel Penelitian
Adapun beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CSR (X1) dan Ilmu
Bisnis (X2).
b. Variabel Terikat
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Daya Saing (Y).
c. Variabel Mediasi
Variabel mediasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Green Innovation
(Z).

3.5 Pengukuran Indikator Penelitian


Pengukuran indikator dalam penelitian ini didasarkan atas instrument survey
yang digunakan. Instrumen survei mengevaluasi lima dimensi CSR melalui 14
item: alat CSR formal, dengan lima item; CSR terkait tempat kerja, dengan tiga
item; CSR terkait lingkungan, dengan tiga item; CSR terkait pasar, dengan tiga
item; dan CSR terkait masyarakat, dengan dua item (secara statistik tidak signifikan
seperti yang ditunjukkan oleh pretest). Daya saing diukur melalui dua dimensi:
kinerja pasar, dengan empat item; dan kinerja aset tidak berwujud, dengan lima
item. Terakhir, Green innovation diukur melalui dua dimensi: inovasi produk hijau,
dengan empat item; dan inovasi proses hijau, dengan lima item. Sementara untuk
lingkungan bisnis, menggunakan 4 indikator (Wispandono, 2010) diantaranya:
• Biaya Bisnis
a. Peningkatan biaya tenaga kerja.
b. Peningkatan biaya material.
c. Peningkatan biaya pengangkutan bahan mentah dan barang jadi.
d. Peningkatan biaya penyewaan gedung.
• Ketersediaan Tenaga kerja
a. Pengurangan staf manajerial dan administrasi.
b. Pengurangan teknisi.
c. Pengurangan staf produksi.

13
• Tingkat Pesaing
a. Tajamnya persaingan dalam pasar local.
b. Peningkatan permintaan konsumen.
c. Produksi untuk memenuhi standar kualitas.
• Dimensi Pasar
a. Tingkat produk dan jasa menjadi ketinggalan dibanding pesaing.
b. Tingkat inovasi produk baru.

3.6 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer karena
pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara langsung pada
responden yang memegang posisi manajerial dan administratif di perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua tahap
yakni analisis CFA (Comfirmatory Factor Analysis) dengan menggunakan AMOS
9.0 untuk menguji model fit dan menilai validitas dan reliabilitas data kuesioner.
Sedangkan, untuk pengujian hipotesisnya digunakan pemodelan persamaan
struktural (SEM). Selain itu, dalam penelitian ini digunakan juga uji Cronbarch
Alpha dan nilai Average Variance Extracted (AVE) untuk menguji reliabilitas
kuesioner.

14
DAFTAR PUSTAKA

Battaglia, M., Testa, F., Bianchi, L., Iraldo, F. and Frey, M. (2014), “Corporate
social responsibility and competitiveness within SMEs of the fashion
industry: evidence from Italy and France”, Sustainability, Vol. 6 No. 2, pp.
872-893, doi: 10.3390/su6020872.

Bekmezci, M. (2015), “Companies’ profitable way of fulfilling duties towards


humanity and environment by sustainable innovation”, Procedia - Social
and Behavioral Sciences, Vol. 181 No. 11, pp. 228-240, doi:
10.1016/j.sbspro.2015.04.884.

Bhardwaj, B.R. (2016), “Role of green policy on sustainable supply chain


management: a model for implementing corporate social responsibility
(CSR)”, Benchmarking: An International Journal, Vol. 23 No. 2, pp. 456-
468, doi: 10.1108/bij-08-2013-0077.

Boehe, D. and Barin-Cruz, L. (2010), “Corporate social responsibility, product


differentiation strategy and export performance”, Journal of Business
Ethics, Vol. 91, pp. 325-346, doi: 10.1007/s10551- 010-0613-z.

Caligiuri, P., Mencin, A. and Jiang, K. (2013), “Win-Win-Win: the influence of


company-sponsored volunteerism programs on employees, NGOs, and
business units”, Personnel Psychology, Vol. 66 No. 4, pp. 825-860, doi:
10.1111/peps.12019.

Chen, Y. (2008), “The driver of green innovation and green image – green core
competence”, Journal of Business Ethics, Vol. 81 No. 3, pp. 531-543, doi:
10.1007/s10551-007-9522-1.

Chen, Y., Lai, S. and Wen, C. (2006), “The influence of green innovation
performance on corporate advantage in Taiwan”, Journal of Business
Ethics, Vol. 67 No. 4, pp. 331-339, doi: 10.1007/s10551- 006-9025-5.

Glueck, W. F., & Jauch, L. R. (1999). Manajemen Strategis dan Kebijakan


Perusahaan (edisi keti). Jakarta: Erlangga.
Initiative, G. C. (2002).

Kam-Sing Wong, S. (2012), “The influence of green product competitiveness on


the success of green product innovation: Empirical evidence from the
Chinese electrical and electronics industry”, European Journal of
Innovation Management, Vol. 15 No. 4, pp. 468-490, doi:
10.1108/14601061211272385.

Kotler, P., & Nance, L. (2005). Corporate Social Responsibility: Doing The Most
Good for Your Company and Your Cause: John Wiley & Sons Inc.

Lu, I.Y., Kuo, T., Lin, T.S., Tzeng, G.H. and Huang, S.L. (2016), “Multicriteria
decision analysis to develop effective sustainable development strategies for
enhancing competitive advantages: case of the TFT-LCD industry in
Taiwan”, Sustainability, Vol. 8 No. 7, p. 646, doi: 10.3390/ su8070646.

Lumkin, M. L. T. (2005). Strategic Management: Creating Competitive


Advantages. New York: McGraw-Hil

Olanrewaju, A. (2012), “An assessment of the impact of corporate social


responsibility on Nigerian society: the examples of banking and
communication industries”, Universal Journal of Marketing and Business
Research, Vol. 1 No. 1, pp. 17-43

Panwar, R., Nybakk, E., Hansen, E. and Pinkse, J. (2016), “The effect of small
firms’ competitive strategies on their community and environmental
engagement”, Journal of Cleaner Production, Vol. 129, pp. 578-585, doi:
10.1016/j.jclepro.2016.03.141.

Perrini, F., Russo, A., Tencati, A. and Vurro, C. (2001), “Deconstructing the
relationship between corporate social and financial performance”, Journal
of Business Ethics, Vol. 102, pp. 59-76, doi: 10.1007/s10551-011-1194-1.

Porter, T. and Miles, P. (2013), “CSR longevity: evidence from long-term practices
in large corporations”, Corporate Reputation Review, Vol. 16 No. 4, pp.
313-340, doi: 10.1057/crr.2013.17.
Sellitto, M.A., Camfield, C.G. and Buzuku, S. (2020), “Green innovation and
competitive advantages in a furniture industrial cluster: a survey and
structural model”, Sustainable Production and Consumption, Vol. 23, pp.
94-104, doi: 10.1016/j.spc.2020.04.007.

Servaes, H. and Tamayo, A. (2013), “The impact of corporate social responsibility


on firm value: the role of customer awareness”, Management Science, Vol.
59 No. 5, pp. 1045-1061, doi: 10.1287/mnsc.1120.1630.

Tabesh, A., Batt, P.J. and Butler, B. (2016), “Modelling the impact of
environmental and organizational determinants on green supply chain
innovation and performance”, Journal of Food Products Marketing, Vol. 22
No. 4, pp. 436-454, doi: 10.1080/10454446.2014.949987.

Turyakira, P., Venter, E. and Smith, E. (2014), “The impact of corporate social
responsibility factors on the competitiviness of small and medium-sized
enterprises”, South African Journal of Economic and Management Sciences,
Vol. 17 No. 2, pp. 157-172, doi: 10.4102/sajems.v17i2.443.

Valmohammadi, C. (2014), “Impact of corporate social responsibility practices on


organizational performance: an ISO 26000 perspective”, Social
Responsibility Journal, Vol. 10 No. 3, pp. 455-479, doi: 10.1108/srj-02-
2013-0021.

Widjaja, G., & Yani, A. (2006). Perseroan Terbatas. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Widjaja, G., & Yeremia, A. P. (2008). Risiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa
CSR. Jakarta: Forum Sahabat.

Anda mungkin juga menyukai