Anda di halaman 1dari 10

KEBERADAAN ATRIUM SEBAGAI JANTUNG DARI BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN (STUDI KASUS:

MALL PARAGON CITY, SEMARANG)

KEBERADAAN ATRIUM SEBAGAI JANTUNG DARI BANGUNAN PUSAT


PERBELANJAAN (STUDI KASUS: MALL PARAGON CITY, SEMARANG)

Oleh: Maria Chrismastyani Pratiwi, Hermin Werdiningsih

Atrium merupakan salah satu elemen interior yang memiliki peran penting dalam suatu bangunan
publik. Atrium dapat memainkan banyak peran berbeda dalam urban design hingga pada akhirnya saat ini
keberadaannya menjadi tren sebaga elemen dari bangunan publik. Contohnya saja pada bangunan komersial,
khususnya pada pusat perbelanjaan masa kini. Bahkan, atrium sendiri memainkan beberapa peranan vital dalam
pada tipologi bangunan pusat perbelanjaan/mall. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu seberapa
pentingnya keberadaan atrium terhadap kelangsungan kegiatan yang ada di dalamnya serta mencari faktor-
faktor apa saja yang berpengaruh.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksplorasi sekuensial, yang melibatkan penelitian kualitatif,
diikuti oleh penelitian kuantitatif. Objek penelitian adalam Mall Paragon City, Semarang yang dikomparasi
dengan beberapa mall lainnya. Dari penelitian didapatkan hasil bahwa keberadaan atrium sendiri penting yang
dikuatkan oleh beberapa fator seperti kegiatan event yang diadakan, visibilitas, pencahayaan, bentuk dan desain
atrium, luas atrium, dsb.

Kata kunci: Pusat perbelanjaan, ruang public, interaksi sosial, sense of place

LATAR BELAKANG yang mulai beroperasi pada tanggal 22 April


Atrium merupakan salah satu elemen 2010 ini terletak di lokasi yang sangat strategis
interior yang memiliki peran penting dalam di Jalan Pemuda yang merupakan daerah pusat
suatu bangunan publik. Pada arsitektur kota. Yang cukup menarik, Paragon City Mall
peradaban kuno seperti di Yunani, Romawi, memiliki sebuah atrium besar pada bagian
Cina, hingga Arab, atrium biasa difungsikan tengahnya dengan sirkulasi pengunjung yang
pada bangunan dengan maksud sebagai dibuat dengan memutari bagian atrium. Dari
tempat pertemuan untuk memudahkan sini penulis mengambil Mall ini sebagai studi
interaksi sosial pada saat terjadinya suatu kasus.
kegiatan sosial.
Namun, seiring berkembangnya waktu, RUMUSAN MASALAH
sebagai elemen urban yang dinamis, di masa Berdasarkan latar belakang yang sudah
sekarang atrium memiliki pengaruh yang dijelaskan, maka rumusan masalah pada
cukup besar. Hingga pada akhirnya atrium pun penelitian ini dirumuskan dalam bentuk
mulai hadir dan cukup sering dihadirkan dalam pertanyaan antara lain:
bangunan komersial, khususnya pada pusat 1. Apa saja fungsi yang sebenarnya
perbelanjaan masa kini. dihadirkan oleh keberadaan atrium dalam
Pada pusat perbelanjaan, atrium bangunan pusat perbelanjaan?
berfungsi sebagai pusat orientasi dan sarana 2. Mengapa keberadaan atrium dalam
identifikasi spasial (Kusumowidagdo, 2016). pusat perbelanjaan dapat dikatakan penting?
Dengan hadirnya atrium, pusat perbelanjaan 3. Apakah suatu pusat perbelanjaan
tidak hanya menjadi lokasi transaksi tetapi juga dapat tetap hidup tanpa adanya kehadiran
sebagai tempat bersosialisasi tanpa kita sadari atrium?
secara langsung maupun tidak langsung
seperti fungsi pada awalnya ia dibuat. TUJUAN PENELITIAN
Beberapa atrium bahkan didekorasi dan Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini
digunakan sebagai tempat pertunjukan dalam adalah mengetahui fungsi serta pentingnya
pusat perbelanjaan untuk menarik pengunjung. keberadaan atrium sebagai hearth dalam
Paragon City Mall adalah pusat suatu bangunan pusat perbelanjaan.
perbelanjaan terbesar di kota Semarang. Mall

I M A J I V o l . 8 N o . 4 - D e s e m b e r 2 0 1 9 | 161
METODE PENELITIAN Atrium Dalam Pusat Perbelanjaan
Metode yang digunakan adalah Istilah "atrium" pertama kali
metode deskriptif analitis dimana biasa digunakan di rumah Romawi untuk ruang
digunakan dalam penelitian karena dapat pusat besar yang terbuka ke langit. Atrium
mengungkapkan suatu permasalahan dan Romawi dikomposisikan oleh ruang pintu
fenomena sebagaimana adanya di lapangan. masuk yang megah, halaman fokus, dan area
Penelitian dilakukan dengan lebih semi-publik yang terlindung. "Atrium" adalah
menekankan pada fakta kualitatif yang ada di ruang terbuka dalam ruangan yang tinggi,
lapangan yang diikuti penambahan data dengan sebagian terhubung ke lingkungan luar.
kuantitatif. Tahapan-tahapan dari penelitian: Pada akhir abad ke-19, Gedung
1. Tahap Persiapan Burnham and Root’s Rookery di Chicago
Tahap persiapan meliputi penentuan dibangun atrium sebagai ‘sumur cahaya’ untuk
objek penelitian, yakni atrium yang memanfaatkan cahaya alami dengan lebih baik.
terdapat pada Mal Paragon City, Atrium pada bangunan itu sendiri menjadi
Semarang. salah satu bagian interior yang ramai dengan
2. Tahap Pengumpulan data toko-toko di lantai dasar dan mezzanine. Hal
Tahap pengumpulan data meliputi tersebut membuahkan tren dimana atrium
survei lapangan dan studi pustaka. telah menjadi ruang publik yang dapat dibuat
Survei lapangan Mal Paragon City pada bangunan-bangunan publik, khususnya
bertujuan untuk mendapatkan data pada bangunan komersial. Selain itu, mirip
primer. Data primer diperoleh melalui dengan ruang publik lainnya di pusat
pengamatan langsung yang dilakukan perbelanjaan, atrium berfungsi untuk
dalam beberapa kali. Sedangkan studi memberikan orientasi spasial.
pustaka bertujuan untuk Atrium dianggap sebagai tempat, dan
mendapatkan data sekunder. Setelah tempat itu sendiri adalah kombinasi dari
data-data tersebut dikumpulkan, lingkungan fisik dan sosial (Shamai, 1991;
dilakukan penyebaran kuisioner dan Najafi dan Mina, 2011). Oleh karena itu, atrium
wawancara untuk memperkuat data- sebagai tempat tidak hanya memiliki dimensi
data yang telah didapatkan. matematis yang dapat diukur dan
3. Tahap Analisis distandarisasi, tetapi juga mencerminkan
Hasil dari pengumpulan data di Mal suasana khusus yang terbentuk dari
Paragon City selanjutnya ditabulasi lingkungan fisik, desain interior, dan
dan dianalisis secara deskriptif. lingkungan sosial mereka, yang semuanya
4. Tahap Penarikan Kesimpulan menciptakan pengalaman. Berada di atrium
Dari hasil analisis maka ditariklah suatu memberikan pengalaman bagi indra dan
kesimpulan yang disertai dengan berfungsi sebagai stimulus untuk pengalaman
rekomendasi maupun saran. terintegrasi. Lingkungan pusat perbelanjaan
yang tepat dapat memberikan dorongan
TINJAUAN PUSTAKA kepada pengunjung untuk memungkinkan
Shopping Mall interaksi pengunjung, menciptakan identifikasi
Shopping Mall / Pusat perbelanjaan spasial dalam pikiran mereka, dan menambah
adalah kelompok ritel dan lain perusahaan nilai pada kegiatan belanja.
komersial yang direncanakan, dikembangkan, Kegiatan dan Fungsi Atrium pada Pusat
dimiliki dan dikelola sebagai satu properti, Perbelanjaan
biasanya dengan parkir di tempat yang Atrium di pusat perbelanjaan tidak
disediakan. Selain itu, ada berbagai jenis pusat dirancang sebagai tempat pertemuan dalam
perbelanjaan yaitu, convenience shopping mall, arti luas, sehingga memiliki tingkat fungsi
neighborhood shopping mall, community publik yang rendah (Punter, 1990). Namun,
shopping mall, pusat perbelanjaan regional Kazemzadeh dan Azadi (2014) menjelaskan
dan pusat perbelanjaan super-regional. (Juhari, bahwa memasukkan atrium sebagai bagian
Ali & Khair, 2012). dari ruang kota adalah penting untuk

162 | I M A J I V o l . 8 N o . 4 - D e s e m b e r 2 0 1 9
KEBERADAAN ATRIUM SEBAGAI JANTUNG DARI BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN (STUDI KASUS:
MALL PARAGON CITY, SEMARANG)

membangun citra positif dan memaksimalkan konfigurasi anchor tenant dan atrium. Dari sini
efek sense of place dimana sense of place masih terlihat bahwa bentuknya masih
sendiri adalah hubungan dan keterikatan mengadaptasi dari Pusat Perbelanjaan
antara manusia dengan suatu tempat itu Tradisional secara tidak langsung secara fungsi
sendiri. maupun bentuk.
Saat ini, atrium berfungsi sebagai Pada pusat perbelanjaan awal tidak
pusat orientasi dan sarana identifikasi spasial dijumpai atrium, atau jika ada terdapat atrium
untuk pusat perbelanjaan. Plaza terbuka dan dengan skala kecil terkait dengan teknologi
atrium juga berfungsi sebagai pusat aktivitas dan kebutuhan saat itu (1960-1980). Pada
budaya bagi orang-orang, baik untuk kegiatan perkembangan selanjutnya, di tahun 1980 –
sosial atau pameran produk. Dengan hadirnya 1998, skala atrium menjadi lebih besar dengan
atrium, pusat perbelanjaan tidak hanya luasan lantai yang lebih besar dan jumlah lantai
berfungsi sebagai lokasi transaksi tetapi juga yang lebih banyak, jumlah atrium biasanya
sebagai tempat bersosialisasi dan mewakili hanya satu dan berbentuk persegi.
budaya lokal. Beberapa atrium bahkan
didekorasi dengan cara teatrikal untuk DATA UMUM
menarik orang untuk mengunjungi dan Paragon City Mall pusat perbelanjaan
menggunakannya. Pengamatan ini sejalan terbesar di kota Semarang. Mall ini terletak di
dengan pendapat Kazemzadeh dan Azadi Jalan Pemuda No 118 Semarang. Pusat
(2014) yang menyatakan bahwa atrium perbelanjaan ini bertema lifestyle and
membantu menciptakan nilai sosial dan entertainment mall dengan total luas
komunikasi visual melalui peran mereka dalam bangunan mencapai 120.000 m2 dan
membentuk makna sosial-budaya dan sense of parkirannya sendiri dapat menampung 3.500
place. buah mobil.
Selain itu, menurut penelitian yang
dilakukan oleh Kusumowidagdo, faktor-faktor
yang menjadi daya tarik serta memiliki dampat
terhadap pengunjung terdiri dari beberapa
indikator, seperti visibilitas dari semua arah,
bentuk atrium, tinggi langit-langit, ukuran
atrium, proporsi yang tepat dari tinggi dan
lebar, direktori yang jelas, dan penggunaan
warna dalam interior. Gambar 6.1. Mall Paragon City (Sumber: blog.traveloka.com)

Melalui survey yang dilakukan,


diketahui batas-batas kawasan Mall Paragon
City Semarang sebagai berikut;
Tabel 5.1. Hubungan Antara Pengunjung dengan Pusat 1.Batas Utara
Perbelanjaan (Sumber: Kusumowidagdo)
Pada bagian utara, Mall Paragon City
berbatasan dengan Jalan Pemuda
Pusat Perbelanjaan Tanpa Atrium 2.Batas Selatan
Menurut Kusumowidagdo, pusat Pada bagian selatan, Mall Paragon City
belanja yang tadinya hanya pasar tradisional berbatasan dengan Kantor PT KAI DAOP 4,
dan toko ritel yang berdiri sendiri menjadi Semarang.
berubah bentuk dalam fasilitas arsitektur yang 3.Batas Timur
lebih megah dengan lantai bertingkat, Pada bagian timur, Mall Paragon City
pengkondisian udara, penggunaan eskalator berbatasan dengan Kantor Pertamina.
dan sistem cahaya. Tipikalnya karakter 4.Batas Barat
spasialnya adalah jarak yang rendah antar Pada bagian barat, Mall Paragon City
lantai 2.5-3.00 , penataan koridor yang berlapis, berbatasan dengan Jalan Sekayu.
tidak terlalu populer mempergunakan

I M A J I V o l . 8 N o . 4 - D e s e m b e r 2 0 1 9 | 163
DATA & ANALISA dibangun. Pada bagian bawah jembatan
Eksisting Mall penyebrangan terdapat hidden lamp pada
Lantai LG/basementnya digunakan ceiling sebagai elemen estetika.
untuk supermarket yakni Hypermart, Salon
Johny Andrean, beberapa tempat makan,
Apotek seperti Guardian dan Watson, serta
beberapa retail kecil. Bagian lantai ini tidak
terekspos oleh atrium.

Gambar 7.3. Keadaan eksiting jembatan penyeberangan


atrium Mall Paragon City yang terletak di lantai 2
(Sumber: Dokumen Pribadi)

Sedangkan, keadaan lantai 3 sama


Gambar 7.1 Denah Lantai G Mall Paragon City (Sumber:
seperti lantai 1 dengan denah tipikal dan tidak
paragonsemarang.id)
ditemukan adanya jembatan penyebrangan
Pada lantai dasar, terdapat beberapa seperti yang terdapat pada lantai 2. Lantai ini
café seperti Starbucks, J.CO, Burger King, dsb. merupakan lantai tertinggi dari bangunan mall
Atrium terdapat pada bagian tengah bangunan yang fungsional sebagai kawasan perbelanjaan.
dan ketinggian ceiling antara 3.5 – 4 meter. Keadaan eksisting masih sesuai dengan denah
Dari sini dapat terlihat kios-kios pada lantai di mall.
atasnya. Atrium ditunjukkan dengan warna
abu-abu pada gambar di atas.

Gambar 7.2. Denah Lantai 1 Mall Paragon City. Void atrium


Gambar 7.4. Eskalator Mall Paragon City
ditandai dengan Warna Abu-Abu
(Sumber: Dokumen Pribadi)
(Sumber:paragonsemarang.id)

Untuk denah lantai 1, 2, dan 3 dari mall Keberadaan eskalator menuju semua
adalah denah tipikal. Sirkulasi yang ada pada lantai pada bangunan, kecuali escalator
lantai-lantai ini memutari bagian atrium. Saat menuju lantai LG, pada mall ini terekspos pada
melewati sirkulasi dan escalator, retail-retail bagian atrium. Dari escalator sendiri dapat
yang berada pada lantai lain dapat terlihat jelas terlihat kegiatan yang terdapat pada atrium
dengan adanya atrium pada mall ini. Atrium mall maupun semua pertokoan yang ada pada
ditunjukkan dengan warna abu-abu pada mall ini.
gambar di atas.
Di lantai 2, terdapat jembatan yang
menyeberangi atrium. Dahulu, bagian ini
digunakan sebagai tempat pameran. Namun,
menurut pengamatan yang dilakukan pada 4
April 2018, space yang ada di bagian ini Gambar 7.5. Skylight Mall Paragon City (Sumber:
digunakan sebagai kios KOI yang masih paragonsemarang.id)

164 | I M A J I V o l . 8 N o . 4 - D e s e m b e r 2 0 1 9
KEBERADAAN ATRIUM SEBAGAI JANTUNG DARI BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN (STUDI KASUS:
MALL PARAGON CITY, SEMARANG)

nampak dan kegiatan perdagangan pada Mall


Pada bagian atap, terdapat skylight Paragon City berlangsung seperti biasa.
yang menerangi bagian atrium pada pagi Pada akhir pekan, jumlah pengunjung
hingga sore hari. Untuk desain skylight, terlihat meningkat secara signifikan. Terlihat
pengembang mall sendiri mengklaim hal kegiatan pameran berlangsung di atrium lantai
tersebut ditujukan dengan tujuan menjalankan dasar. Pameran yang biasa dilakukan adalah
konsep sustainable architecture yang digagas pameran fashion, pameran UMKM, pameran
dalam desain mall ini. Selain itu, skylight ini otomotif, dsb, Selain pameran, seringkali
sendiri berfungsi sebagai elemen estetika ruang ini juga digunakan untuk bazaar diskon
interior pada Mall Paragon City. hingga konser untuk menyambut perayaan
hari besar.

Gambar 7.6. Keadaan atrium di lantai dasar Mall Paragon


City pada hari kerja (Sumber: Dokumen Pribadi)
Gambar 7.8. Bazaar diskon yang terjadi saat akhir pekan di
Untuk kegiatan yang ada pada atrium
mall ini, hasil survei mengatakan, pada hari Mall Paragon City (Sumber: paragonsemarang.id)

kerja, keberadaan atrium yang terdapat di Persepsi Pengunjung Terhadap Atrium Mall
lantai dasar tidak terlihat adanya kegiatan- Paragon City
kegiatan ataupun keramaian. Hal tersebut Dari sini dilakukan studi terhadap pengunjung
ditunjukkan dengan hanya terlihatnya yang kerap kali mendatangi Mall Paragon City.
pengunjung yang berlalu-lalang pada kawasan Studi dibuat berdasarkan kuisioner yang
ini. Lantai pun terekspos dan tidak tertutupi disebar dengan jumlah pengisi 67 orang dan 10
oleh karpet. Kegiatan perdagangan pada mall orang narasumber wawancara secara acak
tetap berlangsung seperti biasa meskipun terhadap pengisi kuisioner.
jumlah pengunjung tidak terlalu banyak. Tentunya, banyak elemen yang dapat
mempengaruhi pengunjung dalam menilai
kenyamanan dan ketertarikan mereka
terhadap atrium yang ada pada Mall Paragon
City. Namun, di sini diambil beberapa elemen
yang dianggap cukup berperan penting.
Beberapa elemen mungkin memiliki beberapa
keterkaitan namun memiliki penilaian yang
berbeda terhadap pengunjung.
Pengisian kuisioner maupun
wawancara sendiri dilakukan untuk
Gambar 7.7. Persiapan pameran di atrium Mall Paragon
menemukan apa saja permasalahan maupun
City pada hari Jumat (Sumber: Dokumen Pribadi)
daya tarik dari atrium Mall Paragon City di
mata para pengunjung. Dari hasilnya, dapat
Pada hari Jumat, terlihat perubahan
dicocokkan dengan fakta-fakta yang
kegiatan pada bagian atrium. Lantai mulai
ditemukan di lapangan sebelumnya maupun
ditutupi oleh karpet dan terlihat mulai
yang terjadi dengan mall lainnya dalam analisa.
dibangunnya stan untuk pameran. Namun,
kegiatan pameran belum dilaksanakan pada
hari tersebut. Belum ada kegiatan lain yang

I M A J I V o l . 8 N o . 4 - D e s e m b e r 2 0 1 9 | 165
Elemen dari Atrium Rata-Rata Penilaian yang terfokus pada bagian atrium. Menurut
Pengunjung hasil kuisioner, pengunjung amat tertarik
Bentuk Atrium 3,52
Keberadaan Pameran & 3,21
kepada Skylight dan pencahayaan yang
Kegiatan Lainnya nyaman dari mall ini, khususnya bagian atrium.
Visibilitas Terhadap Retail- 4,01 Selain itu, para pengunjung juga
Retail senang dengan visibilitas yang dirasa sudah
Elemen Estetika & Desain 4 dapat menjangkau retail-retail yang terdapat
Pencahayaan 4,23
pada mall ini. Dengan visibilitas yang tinggi
Skylight 4,34
Ukuran & Tinggi Atrium 4,12 juga meningkatkan rasa safety bagi para
pengunjung mall. Selain itu, aspek ukuran &
Tabel 7.1 Tabel penilaian pengunjung terhadap beberapa
tinggi atrium maupun pernak-pernik interior
aspek dari Atrium Mall Paragon City (Sumber: Dokumen yang terdapat pada bagian atrium ini juga
Pribadi) menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Berdasarkan hasil kuisioner, aspek Tidak hanya semata-mata terfokus
mengenai pencahayaan sendiri aspek Skylight kepada kegiatan sosial yang ada dalam atrium.
dan Pencahayaan pada mall mendapat nilai Dari sini dapat disimpulkan bahwa desain yang
tertinggi dari para pengunjung. Pencahayaan baik juga berpengaruh terhadap persepsi
yang nyaman di mata tentu menjadi salah satu pengunjung yang mengunjungi mall tersebut
nilai tambah terhadap pengunjung mall. Hal ini dan desain dari atrium amat menjadi daya tarik
berperan penting terhadap ambience yang tersendiri.
terdapat pada interior mall. Keberadaan ruang Sebagian besar dari pengisi kuisioner
dengan pencahayaan yang cukup terang juga dan narasumber wawancara sendiri sudah
menambah rasa keamanan bagi pengunjung. merasa cukup puas dengan keadaan atrium
Skylight pada atap mall membiarkan sinar saat ini.
matahari masuk pada siang hari sehingga
meminimalisir penggunaan lampu di siang hari, Perbandingan Atrium Mall Paragon dan
tidak seperti mall lainnya. Namun, selain untuk Atrium pada Pusat Perbelanjaan Lainnya
pencahayaan, bagian ini juga berfungsi sebagai
elemen estetis pada bagian atrium mall.
Nilai terendah didapatkan oleh aspek
mengenai kegiatan yang ada pada atrium mall.
Menurut para narasumber wawancara,
mereka cenderung tidak menyukai pameran
yang diadakan dikarenakan jumlah stan yang Gambar 7.9. Atrium Gandaria City Mall (Sumber:
terlalu banyak dan sirkulasinya yang cukup tripadvisor.com)
berantakan.
Pertama, Mall yang digunakan sebagai
perbandingan adalah Mall Gandaria City,
Jakarta. Mall ini memiliki sebuah atrium pusat
dengan bentuk lengkung, oval, yang jumlahnya
lebih dari satu, memiliki koridor antara 3- 5
meter ketinggian antar lantai dan langit- langit
antara 4-5 meter konfigurasi tipikal koridor
tunggal, dengan void yang cukup tinggi. Atrium
Diagram 7.1. Penilaian responden terhadap elemen dari pada mall ini memiliki visibilitas tinggi ditandai
atrium Mall Paragon City yang paling menarik dengan dapat terlihatnya kegiatan-kegiatan di
(Sumber: Dokumen Pribadi) lantai lainnya dan juga terlihatnya kios-kios
yang ada pada mall tersebut. Eskalator juga
Di sini terlihat bahwa fisik juga terdapat pada atrium pusat perbelanjaan ini
memiliki pengaruh terhadap pengunjung, seperti halnya Mall Paragon City sehingga
terutama desain interior Mall Paragon City pengunjung dapat melihat retail saat berada di

166 | I M A J I V o l . 8 N o . 4 - D e s e m b e r 2 0 1 9
KEBERADAAN ATRIUM SEBAGAI JANTUNG DARI BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN (STUDI KASUS:
MALL PARAGON CITY, SEMARANG)

escalator. Kegiatan-kegiatan juga seringkali skala kecil maupun besar. Selain itu, kawasan
diadakan di sini seperti pameran, konser, dan ini kerap kali digunakan sebagai tempat
juga perlombaan anak-anak. Atrium pada mall berkumpul, ngobrol , duduk santai ataupun
ini sendiri memiliki ketinggian total 23 meter wisata kuliner para pengunjung
dengan luas 533.8 m2.
Menurut Analisa yang telah dilakukan
oleh Kusumowidagdo, para pengunjung Mall
Gandaria City memiliki perhatian sendiri
kepada visibilitas yang tinggi pada ruang
atrium ini. Riset dari Kusumowidagdo tersebut
membuktikan bahwa faktor fisik amat
menentukan hubungan antara pengunjung
dengan keadaan fisik dari atrium yang
memadai. Gambar 7.11. Panggung dan tempat duduk yang berada di
Downtown Walk Summarecon Mall Bekasi (Sumber:
malbekasi.com)
K
Dari sini dapat terlihat bahwa seperti
yang dijelaskan Farrag, telah terjadi
pergeseran motivasi orang-orang masa kini
untuk pergi ke pusat dari hanya melibatkan
kegiatan belanja tradisional ke kompleks ritel-
hiburan dan pusat komunitas untuk kegiatan
sosial dan rekreasi. Berbeda dengan dahulu
Gambar 7.10. 19 Salah satu atrium Mall Summarecon
orang-orang yang pergi ke pusat perbelanjaan
Bekasi yang digunakan untuk pameran otomotif
hanya untuk berbelanja semata. Hal ini dapat
(Sumber: medcom.id)
dibuktikan dengan keberadaan Mall Paragon
Mal berikutnya adalah Summarecon City menjadi mall teramai di Kota Semarang.
Mall Bekasi. Mall ini memilliki keunikan dimana Keterikatan pusat perbelanjaan dengan
terdapat 3 buah atrium yang memiliki fungsi masyarakat semakin dekat dikarenakan oleh
yang berbeda. Atrium pertama dikhususkan sense of place yang semakin hidup karena
untuk pameran otomotif, atrium kedua untuk kegiatan-kegiatan tersebut.
bazaar diskon dan pameran fashion & lifestyle, Atrium pada mall sendiri juga
dan atrium ketiga digunakan sebagai pusat berfungsi menjadi ruang public skala urban
hiburan anak seperti untuk kawasan ice skating secara tidak langsung, seperti pada atrium
dan playground. bangunan public lainnya yang tipologinya
Visibilitas yang terdapat di atrium mall sudah ada sejak dahulu. Seperti yang terdapat
ini terbilang cukup tinggi dimana pengunjung pada Mall Paragon City, pengunjung dapat
dapat melihat retail-retail besar dari setiap bertatap muka bahkan berinteraksi dengan
lantainya. Yang membedakannya dengan Mall pengunjung lainnya saat pameran, konser dan
Paragon City adalah eskalator pada mall ini event-event lainnya yang diadakan pada
tidak terpusat pada bagian atrium saja. Mall atrium mall.
Summarecon Bekasi juga memiliki banyak void Hal ini juga dapat terlihat pada atrium
di sepanjang koridor mall yang membantu Mall Summarecon Bekasi dan Gandaria City
pengunjung untuk melihat retail-retail lainnya dimana atriumnya memiliki fungsi yang serupa.
dan eskalator pun tersebar pada void-void ini. Namun, beberapa hal terlihat berbeda seperti
Kegiatan komunal pada mall ini tidak mall ini memiliki lebih dari 1 atrium sehingga
terpusat di atrium saja seperti pada mall dapat mengadakan berbagai pameran dengan
lainnya. Contohnya, pada kawasan Downtown tema berbeda dalam 1 mall. Hal ini tidak dapat
Walk terdapat panggung besar yang biasa dilakukan oleh Mall Paragon City yang hanya
digunakan untuk konser yang diselenggarakan memiliki 1 atrium dan hal lain yang
oleh pengembang secara mingguan untuk disayangkan adalah mall ini terfokus kepada 1

I M A J I V o l . 8 N o . 4 - D e s e m b e r 2 0 1 9 | 167
tema pameran. Selain itu, Mall Summarecon pada akhirnya ditambahkan atrium kecil dekat
Bekasi memiliki kantong ruang untuk kegiatan dengan bagian belakang mall.
sosial selain atrium, yakni Downtown Walk
yang dapat digunakan sebagai tempat konser
dan berkumpulnya para pengunjung. Selain itu,
Mall Paragon City tidak memiliki void
tambahan seperti Summarecon Mall Bekasi
dikarenakan atriumnya sendiri sudah memiliki
luas dan visibilitas yang cukup memadai.

Mall-Mall Tanpa Atrium


Gambar 7.13. Atrium baru DP Mall Semarang (Sumber:
skycrappercity)
Mega Bekasi Hypermall dan DP Mall
Semarang sendiri memiliki tipologi yang serupa
dengan Sarinah, Jakarta, sebagai pusat
perbelanjaan pertama di Indonesia yang
menekankan kegiatan perbelanjaan itu sendiri
Gambar 7.12. Eskalator yang terdapat pada void Mega disbanding kegiatan lainnya di dalam mall.
Bekasi Hypermall (Sumber: twitter.com/megabekasimal)
Tidak terlihat kegiatan sosial atau hal non
perbelanjaan yang dapat menghidupkan pusat
Mall yang pertama menjadi contoh perbelanjaan tersebut dimana para
adalah Mega Bekasi Hypermall. Mall ini pengunjung dapat terpusat terkumpul di satu
didominasi oleh kios-kios kecil yang mematok titik ruang komunal meskipun mall-mall itu
harga rendah dikarenakan berasal dari UMKM memiliki teater dan beberapa tempat makan
di sekitar Kota Bekasi sehingga mall ini juga ataupun café. Kedua Mall ini juga mulai
menarget kalangan menengah sebagai pangsa dikalahkan oleh keberadaan mall-mall baru di
pasarnya. kotanya seperti Summarecon Mall Bekasi dan
Mega Bekasi Hypermall sendiri tidak Mall Paragon City.
memiliki atrium sama sekali pada bagian Pada akhirnya, DP Mall juga sedang
interiornya. Namun, terdapat beberapa void dilakukan renovasi maksimal oleh Sinarmas
pada tempat keberadaan escalator yang ada di Land, selaku pengembang, untuk mengejar
mall ini. Bahkan, salah satu escalator yang ada ketertinggalannya dengan Mall Paragon City,
pada mall ini berada pada bagian depan mall. termasuk penambahan atrium. Dari sini dapat
Kegiatan perdagangan pada Mega dilihat bahwa keberadaan atrium memang
Bekasi Hypermall tetap berjalan dengan lancar. penting untuk menunjang kebutuhan dan
Namun, pada mall ini jarang diadakan kegiatan fungsi pusat perbelanjaan masa kini.
non-perdagangan yang dapat mengumpulkan
masyarakat dalam suatu kegiatan komunal KESIMPULAN
seperti konser dan pameran. Tetapi, beberapa Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
kali kegiatan konser dilakukan pada kawasan 1. Atrium merupakan elemen penting dalam
parkir timur mall pada malam hari. arsitektur, khususnya arsitektur urban sejak
DP Mall Semarang merupakan sebuah jaman dahulu. Meskipun terjadi berbagai
pusat perbelanjaan di Semarang. Pada awalnya, perkembangan, hingga saat ini fungsi utama
mall ini tidak memiliki atrium sama sekali. dari atrium itu sendiri sejak awal tetap ada,
Hanya terdapat beberapa void yang berfungsi yakni menjadi tempat pertemuan dan interaksi
sebagai tempat travellator maupun escalator. sosial. Keberadaan atrium di mall juga didasari
Hal tersebut juga diakibatkan oleh umur mall oleh hal tersebut. Atrium hadir menjadi ruang
yang cukup tua dibanding mall lainnya di Kota sosial yang dapat menghidupkan pusat
Semarang. Namun, sejak tahun 2017 mulai perbelanjaan sebagai ruang publik yang
dilakukan renovasi terhadap mall ini sehingga seutuhnya.

168 | I M A J I V o l . 8 N o . 4 - D e s e m b e r 2 0 1 9
KEBERADAAN ATRIUM SEBAGAI JANTUNG DARI BANGUNAN PUSAT PERBELANJAAN (STUDI KASUS:
MALL PARAGON CITY, SEMARANG)

2. Selain menjadi ruang yang fungsional secara Berdasarkan keinginan para


langsung, atrium ini sendiri dapat menjadi narasumber maupun masalah-masalah yang
elemen interior yang dapat dikreasikan oleh telah ditemukan di lapangan, dapat dibuat
arsitek dan desainer interior. Keindahan visual beberapa alternative zoning atrium:
dapat mempengaruhi pengunjung yang 1. Alternatif 1
mendatangi mall. . Bahkan, untuk Paragon City Zoning dibuat dengan skywalk pada lantai 2
Mall, banyak sekali responden kuisioner yang sebagai pembatas dari 2 zona. Dengan zoning
merasa tertarik dengan desain yang ada seperti ini, dapat diadakan 2 kegiatan yang
melebihi terhadap kegiatan-kegiatan yang ada berbeda (contoh: pameran otomotif dan
di atrium mall. pameran fashion) pada atrium mall meskipun
3. Tetapi cukup disayangkan ketika hanya terdapat 1 atrium di dalamnya.
pengunjung tidak terlalu tertarik dengan event Zona Kegiatan 1
Zona Kegiatan 2

dan kegiatan yang diadakan di atrium Mall


Paragon City terutama dikarenakan oleh
penataan pameran yang berantakan. Hal
tersebut menandakan bahwa atrium mall
kurang memiliki fungsi sebagai ruang public
yang dapat mewadahi kegiatan sosial
meskipun tetap menjadi factor penghidup mall Proyeksi dari
ini dalam aspek lainnya Bayangan Skywalk
di Lantai 2
4. Meskipun begitu, tanpa adanya atrium
Gambar 9.1. Alternatif Zoning 1 Atrium Mall Paragon City
sendiri tidak akan mematikan mall sebagai
(Sumber: Dokumen Pribadi)
tempat berbelanja. Hal tersebut terlihat
dimana pada awal munculnya pusat 2. Alternatif 2
perbelanjaan di Indonesia, atrium tidak hadir Alternatif 2 dapat digunakan ketika hari-hari
di dalamnya. Tetapi, dari penelitian ini dapat besar/tematik dimana terdapat kegiatan-
dilihat bahwa atrium itu sendiri adalah salah kegiatan khusus seperti terdapat konser/aksi
satu elemen penting yang mempengaruhi teatrikal/lomba serta stan pameran untuk
pengunjung untuk mengunjungi pusat meramaikan. Stan Pameran sendiri dibuat di
perbelanjaan tanpa para pengunjung ini sadari bagian pinggir atrium agar tetap terlihat oleh
seutuhnya. pengunjung mall dari sirkulasi mall, tanpa
REKOMENDASI harus masuk ke bagian atrium. Begitu juga
Dalam mendesain, hal yang perlu dengan penonton dari acara yang diadakan di
diperhatikan adalah Mall besar lebih sukses panggung dapat melihat stan-stan yang ada.
dan lebih bereputasi karena memiliki poin Photobooth diletakkan di dekat pintu masuk
lebih menarik. Atrium merupakan salah satu mall, di belakang panggung, sebagai daya tarik
poin menarik tersebut. pengunjung yang baru memasuki area mall.
Atrium yang terdapat pada Paragon Hal tersebut juga dilakukan agar antrian dari
City Mall sudah bagus, meskipun kurang photobooth tidak mengganggu penonton
mewadahi interaksi sosial pengunjung. acara.
Diharapkan pengembang mall sendiri
mempertimbangkan aspek ini lebih dalam
untuk membuat atrium yang ada jauh lebih
menarik meskipun aspek ini merupakan salah
satu aspek terpenting karena atrium sendiri
juga memiliki fungsi sebagai tempat
berkumpulnya pengunjung di satu titik yang
telah disediakan di dalam mall agar terciptanya
sense of place. Pendekatan fenomenologi
diperlukan oleh pengembang mall dalam Gambar 9.2. Alternatif Zoning 2 Atrium Mall Paragon City

menyiasati permasalahan ini. (Sumber: Dokumen Pribadi)

I M A J I V o l . 8 N o . 4 - D e s e m b e r 2 0 1 9 | 169
Untuk mengatasi panas matahari yang Urban Crisis-Diagnosis and Care. New
masuk ke bagian dalam mall, dapat dilakukan York: Simon and Schuster.
dengan penambahan partisi yang dapat Heryanto, Bambang. 2005. ATRIUM KOTA
menambah unsur estetika pada skylight SEBAGAI SARANA PERGERAKAN
sekaligus mengurangi panas matahari yang PEJALAN KAKI DI DALAM BANGUNAN.
masuk dengan pembayangan-pembayangan RONA Jurnal Arsitektur FT-Unhas
yang ada. Contohnya, seperti yang diterapkan Volume 2 No. 1, April 2005, hal. 33-50
pada skylight Oslo Cancer Cluster. Hung, W. Y.2003. ARCHITECTURAL ASPECTS
OF ATRIUM International Journal on
Engineering Performance-Based Fire
Codes, Volume 5, Number 4, p.131-
137, 2003 International Council of
Shopping Center/ICSC
Winning Shoping Center Designs N0. 3. New
York: Retail Reporting Corporation.
Kusumowidagdo, A., Sachari, A., Widodo, P.
2013 . Perkembangan Desain Ruang
Publik Pusat Belanja. In: Proceeding of
Seminar Nasional Urban Accupuncture,
Universitas Maranatha, Bandung, 27
Gambar 9.3. Skylight pada Oslo Cancer Cluster
October, 2013.
(Sumber: alamy.com) Kusumowidagdo, A., Sachari, A., and Widodo,
P. 2014. Visitor perception towards
DAFTAR PUSTAKA public space design in creating
Ahmad, A.M.K., 2012. Attractiveness factors shopping centre's sense of place. In:
influencing shoppers satisfaction, Proceeding of Artepolis 5th Conference,
loyalty and word of mouth: empirical Reflections of Creativity: Public
investigation of Saudi Arabia shopping Engagement and The Making of Place,
malls. Int. J. Bus. Adm. 3. Bandung Institute of Technology,
Akkar, E.Z.M. 2007. Public space of post Bandung, August 8–9, 2014.
industrial cities and their changing role. Lynch, K. 1960. Image of The City. MIT Press,
Middle East Tech. Univ. J. Fac. Archit. Cambridge.
Ali, Lana & Ali, Ansam & Muhammed, Shna. Saxon, Richard. 1983. Atrium Buildings
2017. Design Elements Affecting the Development and Design. London: The
Using of Atriums in Shopping Malls in Architectural Press Ltd.
Erbil city. Sulaimani Journal for Verde Group, 2008. The Shopping Mall: A
Engineering Sciences. 4. Study on Customer Experience
10.17656/sjes.10054. Executive Summary: University of
Baker, J., 1986. The role of the environment in Pennsylvania, p.4.
marketing services: the consumer Zhou, Dezhang. 2012. Msc theses, ``The role
perspective. of the atrium in modern architectureal
Bednar, M. J. 2001. Urban Atrium. New York: icons``. Faculty of architecture,
McGraw Hill. Technical University of Deflt:
DP Mall. ABOUT US. Web. 18 April Netherland.
2019.http://www.dpmallsemarang.co
m
ERCAN, Z. Müge AKKAR. 2007. PUBLIC
SPACES OF POST-INDUSTRIAL CITIES
AND THEIR CHANGING ROLES (1).
METU JFA 2007/1 (24:1) 115-137.
Gruen, V. (1967). The Heart of Our Cities:The

170 | I M A J I V o l . 8 N o . 4 - D e s e m b e r 2 0 1 9

Anda mungkin juga menyukai