Anda di halaman 1dari 13

KEPEMIMPINAN

Dosen Pengampu :
Prof. DR. Zakaria Syafi’i M.Pd
DR. H. Subhan MED

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


KAJIAN PERILAKU ORGANISASI DAN INSTITUSI

Oleh :
Ali Mukafi
NIM : 223625018

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
SERANG 2023

1
Pengertian Pemimpin

“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai


kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya
dengan menggunakan kekuasaan.”[1]

Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk


mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-
tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus
memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam
melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Tugas kepemimpinan
Tugas pemimpin dalam suatu birokrasi sangat urgen dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya sebagaimana yang
diamanahkan administrasi. Oleh karena itu dapat diasumsikan bahwa
efektivitas kepemimpin yang bersangkutan merupakan suatu hal yang sangat
urgen yang diharapkan oleh semua pihak yang berkepentingan dalam
pencapaian tujuan birokrasi.
Hicks & Gullet, mengatakan pimpinan yang efektif mampu
memberikan pengarahan terhadapa usaha semua pekerja dan pencapaian
tujuan birokrasi. Tanpa pimpinan atau bimbingan, hubungan antara individu
dengan tujuan birokrasi menjadi lemah. Hasil penelitian dari para pakar
kepemimpinan menunjukkan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang
dinilai menggunakan kemampuan mengambil keputusan sebagai kriteria
utamanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
kemampuan mengambil keputusan tidak hanya di ukur dengan kuatitatif
(jumlah) keputusan yang lahir, akan tetapi yang digunakan sebagai indikator
adalah keputusan yang diambil bersifat praktis, realisitis dan dapat
diimplementasian untuk mencapai tujuan birokrasi secara efisien dan efektif.
Dalam segala situasi pemimpin memiliki peran yang sangat penting.
Pemimpin birokrasi merupakan simbol, panutan, pendorong, sekaligus
pengaruh, yang dapat mengarahkan berbagai kegiatan dan sumber daya

2
birokrasi guna mencapai tujuannya. Tidak mengherankan begitu banyak studi

yang dilakukan oleh ilmuwan tentang kepemimpinan,menghasilkan informasi


dan analisis tentang pentingnya pengetahuan pemimpin, jadi apapun
alasannya kepemimpinan tetap relevan untuk dikaji sebagai peningkatan
efisiensi dan efektivitas pelayanan publi. Mengingat dati berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa rendahnya kualitas pelayanan publik
disebabkan oleh rendahnya kualitas pemimpinnya.
Tugas kepemimipinan, pada dasarnya meliputi dua bidang utama, yaitu
pencapaian tujuan birokrasi dan kekompakan orang yang dipimipinnya. Tugas
yang berhubungan dengan kekompakan disebut relationship function.

Keating, mengatakan bahwa tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan


kelompok yaitu:
1. Memulai (initiating), yaitu usaha agar kelompok memulai kegiatan atau
gerakan tertentu.
2. Mengatur (regulaing), yaitu tindakan untuk mengatur arah angkah
kegiatan kelompok.
3. Memberitahu (informating), yaitu kegiatan memberi informasi, data,
fakta, pendapat yang diperlukan.
4. Mendukung (supporting), yaitu usaha untuk menerima gagasan,
pendapat, usul, dari bawah dan menyempurnakan dengan
menambah atau mengurangi untuk diginakan dalam rangka
penyelesaian tugas bersama.
5. Menilai (evaluating) yaitu tindakan untuk menguji gagasan yang
muncul atau cara kerja yang diambil dengan menunjukkan
konsekuaensi-konsekuansinya dan utnu ng ruginya.
6. Menyimpulkan (summrizing) yaitu kegiatan untuk mengumpulkan dan
merumuskan gagasan, pendapat dan usul muncul, menyingkat lalu
menyimpulkannya sebagai landasan untuk memikirkan lebih lanjut,.
Lebih lanjut keating mengatakan bahwa tugas kepemimpinan yang
berhubungan dengan kekompakan dala kelompok antara lain yaitu:
 Mendorong (encourraging) yaitu bersikap hangat, bersahabat

3
menerima orang-orang.

 Mengungkapkan perasaan (expressing feeling) yaitu tindakan


menyatakan perasaan terhadap kerja dan kekompakan kelompok,
seperti rasa puas, rasa senang, rasa bangga, dan ikut se-perasaan dengan
orang-orang yang dipimpinnya padawaktu mengalami kesulitan, kegagalan,
dan lain-lain.
 Mendamaikan (harmonozing) yaitu tindakan mempertemukan dan
mendamaikan pendapat pendapat yang berbeda dan menurunkan
orang-orang yang bersitegang satu sama lain.
 Mengalah (compromizing) yaitu kemampuan untuk mengubah
perassan orang-orang yang dipimipinnya.
 Memperlancar (gatekeeping) yaitu kesediaan membantu
mempermudah keikutsertaan para anggota dalam kelompok,
sehingga semua secaa ikhlas menyumbangkandan
mengungkapkan gagasan-gagasa.
 Memasang aturan main (setting standarts) yaitu tindakan
menyampaikan aturan dan tata tertib yang membantu
kehidupan kelompok.

Fungsi kepemimpinan

Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifikasi


pemimpin.aspek pertama pendekatan prilaku kepemimpinan menekankan
pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya agar
kelompoknya dapat berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan
dua fungsi utama :
1. Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task releated) atau
pemecahanmasalah.
2. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group maintenence) atau
sosial.
Fungsi pertama menyangkut pemberian sara penyelesaian , informasi
dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesuatu yang dapat membantu

4
kelompok dapat berjlan lebih lancar – persetujuan dengan kelompok lain,
penegahan pendapat, dan sebagainya.

Stoner, mengatakan bahwa fungsi kepemimpinanadalah agar


seseorang beroperasi secara efektif kelompok memerlukan seseorang untuk
melakukan dua hal fungsi utama, yaitu :
1. Berhubungan dengan tugas atau memecahkan masalah.
2. Memlihara kelompok atau sosial.

Hicks & gullet, membagi delapan fungsi kepemimpinan yaiu:


1. Pemimpin sebagai penengah
2. Pemimpin sebagai penganjur
3. Pemimpin sebagai pemenuhan tujuan
4. Pemimpin sebagai katalisator
5. Pemimpin sebagai pemberi jaminan
6. Pemimpin sebagai yang mewakili
7. Pemimpin sebagai pembangkit semangat, dan pemimpin sebagai
pemuji

Fungsi kepemimpinan menurut Siagian yaitu:


1. Pemimpin sebagai penentu arah, yaitu setiap birokrasi, baik dibidang
kenegaraan, keniagaan, politiik, sosial dan birokrasi kemayrakatan
ainnya, diciptakan atau dibentuk sebagai wahana untuk mencapai
tujuan tertentu, baik sifatnya jangka panjang, jangka pendek yang
tidak mungkin tercapai apabila tidak diusahakan dicapai oleh
anggotanya yang bertindak sendiri- sendiri, tanpa ditentukan arah oleh
pimpinan
2. Pimpinan sebagai wakil dan juru bicara birokrasi, yaitu dalam rangka
pencapaian tujuan, tidak ada birokrasi yang bergerak dalam suasana
terisolasi. Artinya, tidak ada birokrasi yang akan mampu mencapai
tujuannya tanpa memlihara hubungan yang baik dengan berbagai
pihak diluar birokrasi itu sendir, yaitu pihak stakeholder.

5
3. Pemimpin sebagai komunikator, yaitu pemeliharan baik keluar
maupun ke dalam dilaksanakn dalam proses komunikasi, baik lisan
maupun tulisan.
4. Pemimpin sebagai mediator,sebagai penengah dalam suatu konflik
yang mungkin terjadi didalam birokrasi itu sendiri.
5. Pemimpin sebagai integrator, yaotu merupakan kenyataan kehidupan
birokrasi bahwa timbulnya kecenderungan beorfikir dan bertindak
bekotak- kotak dikalangan para anggota birokrasi dapat diakibatkan
oleh sikappositif, ataupun sikap negatif.

Selain fungsi-fungsi tersebut di atas, maka fungsi lain kepemimpinan birokrasi


dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Fungsi perintah, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat satu arah
arah kepa yang dipimpinnya.
2. Fungsi kosultatif, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat dua arah
kepada yang dipimpinnya meskipun pelaksanaannya sangat
tergantung pada pihak yang memimpin.
3. Fungsi partsipatif, yaitu fungsi kepemimpinan yang bersifat dua arah
kepada yang dipimpinnya, tetapi juga berwujud pelaksanaan
hubungan manusia yang efektif antara pemimpin dan yang dipimpin.
Dalam hal ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan dalam mengambil keputusan
maupun dalam melaksananakan keputusan.
4. Fungsi delegasi, yaitu fungsi pemimpin untuk mendelegasikan
wewenang untuk membuat, menetapkan, dan atau melaksanakna
keputusan, baik melalui persetujuan mauun tanpa persetujuan
pimpinan.

Teori Kepemimpinan
Menurut Keating, kepemimpinan adalah merupakan suatu proses atau
sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Stoner, kepemimpinan
adalah proses mengarahkan dan memengaruhi aktivitas yang berkaitan

6
dengan pekerjaan anggota kelompok. Ada tiga implikasi penting dari definisi
tersebut :
Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain – bawahan atau
pengikut. Kesediaan meruntuk menerima pengarahan dari pemimpin, para
anggota kelompok membantu menentukan status kedudukan pemimpin dan
membuat proses dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa
bawahan, semua kualitas kepemimpinan sesorang akan menjadi tidak
relevan.
Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekusaan yang
tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok. Para
pemimpin mempunyai wewenang untuk mengaragkan berbagai kegiatan para
anggota kelompok, tetapi para anggota kelompol tidak dapat mengarahkan
kegiatankegiatan pemimpin secara langsung, meskipun dapat juga melalu
sejumlah cara secara tidak langsung.

Ketiga, selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan


atau pengikut, pemimpin juga dapat mempergunkan pengaruh. Dengan kata
lain, para pemimpin tidak hanya dapat memrinttah bawahan apa yang harus
dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan
melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer daoat
mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu,
tetapi di juga dapat mempengarui bawahan dalam menentukan cara
bagaimana tugas itu dilakasanakan dengan tepat.

Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan


yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai
wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan
pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah
bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu
hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan
bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu
bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan
kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk

7
memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara
maksimal.

Gaya kepemimpinan

Pada dasarnya gaya kepemimpinan atau style banyak berpengaruh


terhadap seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilakunya pengikut-
pengikutnya. Istilah gaya pada dasarnya sama dengan cara yang digunakan
oleh pemimpin dalam proses mempengaruhi pengikutnya. Gaya
kepemimpinan merupakan cara atau norma perilaku yang digunakan oleh
seseorang pada saat orang tersebut mencobamempengaruhi perilaku orang
lain seperti yang diamati. Dalam konteks ini usaha menyeleraskan persepsi
diantara orang- orang yang perilakunya akan mempengaruhi menjadi sangat
penting dalam posisinya.
Secara umum gaya kepemimpinan hanya dikenal dalam dua gaya yaitu
gaya otoriter dan gaya demokrasi. Gaya kepemimpinan otoriter biasanya
dipandang sebagai gaya yang didasarkan atas kekuasaan posisi dan
penggunaan otoritas dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin.
Sedangkan gaya kepemimpinan demokrasi dikaitkan dengan kekuatan
personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan.
Gaya pada dasarnya berasal dari bahasa inggris “style” yang berarti
mode seseorang yang selalu nampak yang menjadi ciri khas orang tersebut.
Gaya meruoakan kebiasaan yang melekat pada diri seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya. Stoner, mengatakan bahwa
gaya kepemimpinan (leadership style) adalah berbagai pola tingkah laku yang
disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi
pekerja. Stoner membagi dua gaya kepemimpinan yaitu:
1. Gaya yang berorientasi dalam mengawasi tugas pegawai secara
ketat untuk memastikan tugas dilaksanakan dengan memuaskan.
Pelaksanaan tugas lebih ditekankan pada pertumbuhan pegawai dan
kepuasan pribadi.
2. Gaya berorientasi pada pegawai lain, menekankan pada memotivasi

8
ketimbang mengendalikan bawahan. Gaya ini menjalin hubungan
persahabatan, saling percaya, dan salaing menghargai dengan
pegawai yang sering kali diizinkan untuk berpartisipasi dalam
membuat keputusan untuk melaksanankan sesuatu.

Gaya kepeminpinan menurut Thoha, adalh merupakan norma prilaku


yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
prilaku orang lain. Ermaya, menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
merupakan bagaiman cara mengendalikan bawahan untuk melaksanakan
sesuatu.
Gaya pemimpian menurut Hersey & Blanchard, adalah pola-pola prilaku
konsisten yang mereka terapkan dalam rangka bekerja dengan dan melalui
orang lain seperti yang dipersepsikan orang-orang itu.pola-pola itu timbulpada
diri orang-orang pada waktu mereka memulai memberikan tanggapan dengan
cara yang sama yang sama dalam kondisi serupa , pola itu membentuk suatu
kebiasan tindakan yang setidaknya dapat diperkirakan bagi mereka yang lagi
bekerja dengan pemimpin itu.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpiann adalah “suatu cara yang dipergunakan oleh seorang pemimpin
dama mempengaruhi, mengarahkan, mendorong, dan mengendalikan
bawahannya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efisien dan
efektiv.
Secara umum gaya kepemimpinan hanya dikenal dalam dua gaya yaitu
gaya otoriter dan gaya demokrasi. Gaya kepemimpinan otoriter biasanya
dipandang sebagai gaya yang didasarkan atas kekuasaan posisi dan
penggunaan otoritas dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai pemimpin.
Sedangkan gaya kepemimpinan demokrasi dikaitkan dengan kekuatan
personal dan keikutsertaan para pengikut dalam proses pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan.

Tipe-tipe kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan
proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin

9
yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang
dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan
menjadi 6, yaitu :

1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system


kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan
kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan
secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.

2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu


kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media
non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.

3. TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter


biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja
menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-
instruksinya harus ditaati.

4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang


demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang
terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung
jawab,maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap
sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.

5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini


dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan
pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk
memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.

6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul


dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih
dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik- klik dari
kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang
mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut
bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung.[3]

Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutip oleh Maman Ukas


mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :

10
1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti
dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan
instruksi-instruksinya harus ditaati.

2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian


dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha
bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota
turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,
pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang
berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.

3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan


diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para
bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya
dengan gan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau
ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa
dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat
memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa
kekangan.[4]

Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe


kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan
oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah
satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka
pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang
sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari
atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe
kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang
pendidikan yang mencerminkan sebagai seorang pemimpin profesional.

11
KESIMPULAN

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan


untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas
yang harus dilaksanakan.

Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi,


Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan
demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat.
Disamping tipe-tipe kepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan
menjadi tiga tipe antara lain : Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire. Faktor-faktor
yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan
dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi,
dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa factor-faktor tersebut dapat
mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya.

Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-


kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang
realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai
apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang
sebenarnya merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin
yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan
kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang
membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam
mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Maman Suherman, Pengembangan Sarana Belajar, (Jakarta : Karunia,


1986). Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung :
Ossa Promo,1999).
Marsetio Donosepoetro, Manajemen dalam Pengertian dan Pendidikan
Berpikir,(Surabaya : 1982).
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya,
1996).Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional, (Bandung : Angkasa, 1983).
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Konteporer, (Bandung : Alfabeta,
2005).Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995.
[1] Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung
: OssaPromo, 1999) h. 253.
[2] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung :
Rosdakarya,1996) h. 88.
[3] Maman Ukas, Op. cit., h.
261-262.[4] Ibid, h. 262-263.
[5] Nanag Fattah, Op. cit., h. 102..
[6] M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-
Sumber Benih Kecerdasan,
1981) h. …[7] Ibid, h. 38-39
[ ] Ibid, hal. 468-469

13

Anda mungkin juga menyukai