BAB I
PENDAHULUAN
Pemberantasan korupsi tidak dapat dilakukan oleh KPK dan penegak hukum saja, tetapi
juga memerlukan sinergi dan kesamaan persepsi dari seluruh komponen bangsa. Di sini,
peran serta masyarakat memiliki arti penting dalam strategi pemberantasan korupsi.
Pada kegiatan yang sifatnya represif, masyarakat dapat langsung menjadi pelapor
dugaan tindak pidana korupsi terutama di birokrasi dan layanan publik, sedangkan dari
sisi preventif, tindakan utama pemberantasan korupsi dapat dimulai dari kesadaran diri
masing-masing untuk mematuhi hukum dan menjauhi tindakan koruptif. Masyarakat
pada umumnya antikorupsi, namun pada realitanya seringkali melakukan tindakan yang
koruptif atau dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menjadi lahan korupsi.
Sasaran kegiatan Survei Persepsi Masyarakat terhadap korupsi dan KPK tahun 2011 (SPM
2011) ini adalah untuk memacu pembenahan internal KPK baik berupa kritik, masukan
dan saran agar KPK lebih handal, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 1
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Hasil SPM tahun 2011 diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan masukan
dalam menyusun strategi pemberantasan korupsi yang efektif maupun evaluasi dari
perencanaan strategis KPK yang sudah dikembangkan sebelumnya.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 2
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
d) Menjadi prioritas utama yang masuk dalam wilayah kegiatan pencegahan KPK di
tahun 2011
Berdasarkan kriteria tersebut terpilih 10 kota besar, dengan rincian sebagai berikut :
Indeks Jumlah
No Daerah Usia Produktif Kepadatan PDRB
Pembangunan Sampel
(≥ 20 Tahun) Penduduk Perkapita
Manusia
(25%) (25%) (25%)
(25%)
1 Kota Medan 1,139,147 7,660 20,839 75.40 203
Total 2000
Kriteria tersebut ditetapkan untuk mendapatkan responden yang dinilai telah memiliki
cukup pengetahuan, serta mengikuti perkembangan informasi mengenai politik,
ekonomi, hukum, dan sosial, sehingga dapat menjawab pertanyaan kuesioner.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 3
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
1.3.3. Pelaksana
SPM tahun 2011 dilakukan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK. Dalam
rangka efektivitas dan efisiensi, pada tahap pengumpulan data primer, KPK melakukan
kerjasama melalui sistem swakelola dengan pihak perguruan tinggi di 10 wilayah survei.
Analisis data dilakukan secara deskriptif statistik (nilai tengah, ukuran dispersi, dan
tabulasi silang) yang digunakan untuk menggambarkan baik karakteristik, kesadaran,
pengetahuan, sikap, maupun perilaku responden terhadap korupsi ataupun KPK.
1.3.4. Keluaran
Keluaran SPM tahun 2011 ini berupa laporan hasil analisis data secara nasional. Namun
demikian, untuk kebutuhan internal, isi laporan dapat dielaborasi berdasarkan daerah
maupun karakteristik tertentu yang telah didefinisikan dalam kuesioner.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 4
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
BAB II
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Jumlah responden dalam SPM 2011 secara keseluruhan adalah 2000 orang, terdiri dari
61 persen pria (1 211 orang) dan 39 persen wanita (789 orang). Responden tersebut
tersebar di 10 kota pada 10 wilayah sampel, dengan rincian sebaran sebagai berikut.
Tabel II.1. Jumlah Responden Berdasarkan Lokasi dan Wilayah Sampel dan Sebarannya
Ditinjau dari tingkat pendidikan, sebagian besar responden adalah tamatan SMA
(57,65%), kemudian diikuti oleh tamatan S-1 (29,05%), dan sisanya adalah lulusan
Akademi dan Pascasarjana seperti ditunjukkan oleh tabel II.2 berikut:
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 5
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Jumlah
No Tingkat Pendidikan %
Responden
1 Tamat SMA 1153 57.65
Apabila dikaitkan dengan status pekerjaan, maka mahasiswa menduduki porsi terbesar
yaitu 20,45% kemudian diikuti oleh pegawai swasta dengan 15,5%, PNS 14,95% dan
wiraswasta/pengusaha sebesar 11,75%, sisanya adalah TNI/POLRI, profesional, ibu
rumah tangga dan pekerja sektor informal dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel II.3 di bawah ini.
Sebagian besar responden dalam survei ini pengeluaran per bulannya berada di sekitar
Rp. 1 juta sampai Rp. 2,5 juta dan di bawah Rp. 1 juta, dan hanya sebagian kecil yang
berada di antara Rp. 2,5 juta sampai 5 juta dan di atas Rp. 5 juta, seperti ditunjukkan
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 6
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Jumlah
No Pengeluaran (Rp) %
Responden
1 Di baw ah 1 juta 617 30.85
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 7
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
BAB III
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KORUPSI
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 8
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
Gambar 3.1 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Apakah anda mengetahui/mendengar kasus
korupsi yang pernah terjadi dalam 1 tahun terakhir?”.
Terdapat tiga besar (modus) kasus korupsi yang mendapatkan perhatian masyarakat dan
sering disebutkan yaitu kasus pajak yang melibatkan Gayus Tambunan, kasus Bank
Century, Wisma Atlet dan Nazaruddin. Kasus korupsi lain yang menjadi perhatian
sebagian kecil responden adalah kasus penyuapan yang melibatkan Arthalita Suryani,
Kasus Bank Indonesia yang melibatkan Aulia Pohan, Kasus BLBI, Kasus korupsi APBD di
sejumlah daerah, Kasus kriminalisasi KPK yang melibatkan pimpinan KPK, dan kasus yang
melibatkan Anggodo serta kasus-kasus korupsi lain di daerah di mana responden
berdomisili.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 9
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Tabel III.1 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Apakah korupsi merupakan suatu hal yang umum
(lumrah/sering) terjadi di Indonesia”? (%)
No Respon 2011
1 Ya 92.10
2 Tidak 6.60
Total 100
Hasil survei yang menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap korupsi pada
penelitian ini serupa dengan hasil yang didapatkan pada penelitian sejenis mengenai
korupsi pada Desember 2006 (Inacon, 2006). Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa
kesadaran responden terhadap fenomena korupsi cukup tinggi dan pengetahuan mereka
terhadap kasus-kasus korupsi terkini juga baik.
Bandingkan hasil tersebut dengan hasil survei pada pertanyaan yang sama yang
diperoleh Hongkong selama tahun 2005-2008 seperti yang terlihat pada Tabel III.2.
Tabel tersebut menunjukkan secara tidak langsung keberhasilan upaya-upaya
pemberantasan korupsi di Hongkong dalam hal ini Independent Comission Against
Corruption (ICAC) sehingga dapat mengubah persepsi kelaziman korupsi. Jika tahun
2005 jumlah yang menyatakan korupsi sebagai suatu hal yang tidak biasa berjumlah
67,6% , pada tahun 2008 jumlahnya meningkat menjadi 71,2%. Walaupun kemudian
terjadi penurunan di tahun 2009 menjadi 59,90%, namun kemudian kembali meningkat
menjadi 71% di tahun 2010. Perbandingan antara Hongkong dan Indonesia paling tidak
memberikan gambaran mengenai perbedaan persepsi yang terjadi di antara masyarakat
Indonesia dan Hongkong.
Tabel III.2 Respon Masyarakat Hongkong Terhadap Kelaziman Korupsi 2005-2010 (%)
No Respon 2005 2006 2007 2008 2009 2010
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 10
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Survei ini mengelompokkan dan memberikan contoh tindak pidana korupsi kedalam
beberapa kelompok yaitu: (1) korupsi yang menyangkut kerugian keuangan negara,
(2) korupsi yang menyangkut suap menyuap, (3) korupsi yang menyangkut
penggelapan dalam jabatan, (4) korupsi yang menyangkut pemerasan, (5) korupsi
yang menyangkut perbuatan curang, (6) korupsi yang menyangkut benturan
kepentingan dalam pengadaan, (7) korupsi terkait gratifikasi, dan (8) tindak pidana
lain terkait tindak pidana korupsi. Pengembangan contoh dibuat sedekat mungkin
dengan realitas kejadian korupsi yang mungkin dialami dan mudah dipahami oleh
responden.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 12
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
atau bukan. Respon ini tentunya sangat baik dan menunjukkan tingkat pengetahuan
yang cukup dari masyarakat dalam mengidentifikasi korupsi yang tergolong pada
penggelapan dalam jabatan.
Perbuatan pejabat yang meminta tips atau fasilitas lain pada pengusaha yang sedang
mengikuti tender di instansi pejabat tersebut seringkali menempatkan pengusaha
pada posisi yang serba salah. Jika tidak mengikuti permintaan, maka resiko
kehilangan tender merupakan sebuah kemungkinan yang harus dihadapi. Tindakan
dari pejabat tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan yang mengarah kepada
pemerasan. Menyikapi hal ini, sebanyak 75,05% responden beranggapan bahwa
tindakan tersebut merupakan korupsi. Sebanyak 15,15% beranggapan bahwa
tindakan tersebut bukan merupakan korupsi dan 9,80% tidak tahu bahwa hal
tersebut merupakan korupsi/bukan.
Meski bukan kosa kata baru dalam kamus Indonesia, gratifikasi dan pengaturannya
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 13
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
relatif baru diundangkan jika dibandingkan dengan tindak pidana korupsi lainnya
yang dituangkan dalam Pasal 12 B Undang Undang No. 20 Tahun 2001. Hasil survei
pada tindakan pegawai negeri yang menerima gratifikasi menunjukkan bahwa hanya
56,55% responden yang beranggapan bahwa perbuatan ini termasuk korupsi
sedangkan 31,15% beranggapan bukan korupsi. Masih ada 12,3% responden yang
tidak tahu apakah perbuatan tersebut tergolong korupsi atau bukan. Hal ini
mengindikasikan kurangnya pemahaman terhadap jenis korupsi menyangkut
gratifikasi sehingga mengisyaratkan kebutuhan sosialisasi lebih jauh oleh KPK pada
masyarakat.
Tabel III.3 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Menurut anda, apakah kondisi berikut ini
merupakan korupsi?”.
No Jenis Korupsi Pertanyaan Respon (%)
Ya Tidak Tidak tahu
1 Korupsi yang Apakah pe rbuatan PNS se bagai Panitia 72.15 16.70 11.15
Menyangkut Ke rugian Pengadaan Barang dan Jas a yang
Ne gara me me nangkan tender kepada
perusahaan saudaranya sendiri me ski
penaw arannya bukan yang paling baik
dan paling murah dapat dikategorikan
perbuatan korupsi?
2 Korupsi yang Apakah pe langgar lalu lintas yang 83.45 12.05 4.50
Menyangkut Suap me mberikan uang damai kepada polisi
Menyuap lalu lintas daripada ditilang dan
me njalani persidangan dapat
digolongkan ke dalam korupsi?
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 14
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Dalam rangka menilai kategori Tindak pindana lain terkait korupsi, survei ini
mangajukan pertanyaan ‘apakah orang yang menolak memberikan keterangan
sebagai saksi dalam kasus korupsi yang diketahuinya termasuk ke dalam korupsi?’
terdapat 51,7% responden beranggapan perbuatan ini termasuk korupsi sedangkan
29,5% beranggapan perbuatan itu bukan korupsi dan 18,8% menyatakan tidak tahu.
Bila dibandingkan dengan hasil survei tahun 2010, tidak terdapat perbedaan
signifikan dalam hal tingkat pengetahuan masyarakat dalam mengkategorikan
perbuatan korupsi. Tiga kategori korupsi yang paling tidak diketahui oleh masyarakat
bahwa perbuatan tersebut tergolong dalam korupsi adalah benturan kepentingan
dalam PBJ, korupsi terkait gratifikasi dan tindak pidana lain terkait korupsi. Jika pada
tahun 2010 masyarakat yang tahu bahwa panitia pengadaan barang dan jasa yang
ikut terlibat langsung dalam pengadaan yang sedang diurusnya termasuk melakukan
korupsi 52,7 % maka pada tahun 2011 relatif stagnan 52,5%. Sedangkan terkait
gratifikasi, pada tahun 2010, 61% masyarakat tahu bahwa perbuatan PNS menerima
diskon khusus/voucher dari pemasok adalah korupsi. Angka tersebut menurun
menjadi 56,55% di tahun 2011. Sedangkan untuk tindak pidana lain terkait korupsi,
responden yang menyatakan perbuatan tersebut termasuk korupsi sebesar 54,6%
menurun menjadi 51,7% di tahun 2011.
Tabulasi silang yang dilakukan pada data pekerjaan dan respon dari responden pada
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 15
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
Gambar 3.2. Identifikasi Jenis Korupsi Terkait Benturan Kepentingan dalam PBJ berdasarkan
Pekerjaan (%)
Tabulasi silang yang dilakukan terhadap kategori korupsi terkait gratifikasi dengan
variabel pekerjaan menunjukkan bahwa TNI/POLRI (38,67%), mahasiswa (38,41%),
dan PNS (31,44%) merupakan pihak yang masih membutuhkan penjelasan mengenai
jenis korupsi ini (Lihat Gambar 3.3). Kondisi ini tidak berbeda jauh dengan
pengetahuan 3 kelompok ini terhadap kategori korupsi terkait benturan kepentingan
dalam pengadaan barang dan jasa. Walaupun mengecewakan, fakta ini harus
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 16
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
mendapat perhatian lebih dari KPK mengingat kelompok PNS dan TNI/POLRI
merupakan kelompok yang paling besar terkena kasus korupsi yang masuk dalam
kategori gratifikasi.
0 20 40 60 80 100
Gambar 3.3. Identifikasi Jenis Korupsi terkait Gratifikasi berdasarkan Pekerjaan (%)
Survei yang sama (SPM 2008, 2009,2010) secara konsisten menunjukkan hasil yang
identik mengenai perlunya usaha sosialisasi lebih intensif dilakukan terkait gratifikasi.
Jika pada tahun 2009 jumlah proporsi responden yang setuju bahwa perbuatan ini
bukan merupakan korupsi berjumlah 28,09% tahun 2010, pada tahun 2011 hasilnya
menjadi 31,15% yang mengatakan bahwa perbuatan ini sebagai sesuatu yang wajar
dan bukan sebagai korupsi hal ini berarti bahwa kegiatan sosialisasi tentang
gratifikasi dapat dilakukan lebih intensif.
Pada kategori tindak pidana lain terkait tindak pidana korupsi, pertanyaan 'Apakah
perbuatan orang yang menolak memberikan keterangan sebagai saksi dalam kasus
korupsi yang diketahuinya dapat dikategorikan korupsi', kelompok yang paling
banyak memberikan respon yang salah berasal dari Profesional (41.6%), TNI/POLRI
(37.33%), serta Mahasiswa (30.92%) (Gambar 3.4).
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 17
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
Gambar 3.4. Identifikasi Jenis Tindak Pidana Lain Terkait Korupsi berdasarkan Pekerjaan (%)
Hasil survei di atas memberikan arah bagi KPK mengenai kategori tindakan korupsi
yang masih membutuhkan sosialisasi lebih jauh. Pemahaman mengenai konflik
kepentingan, gratifikasi dan tindak pidana lain terkait korupsi merupakan tiga
kategori tindakan korupsi yang mengemuka dalam penelitian ini. Pengetahuan
mengenai korupsi penting dikarenakan hal ini merupakan dasar dari pembentukan
sikap dan perilaku masyarakat terhadap korupsi. Beberapa kajian dalam ranah
akademis dan praktis menemukan adanya hubungan yang signifikan dan saling
mempengaruhi antara pengetahuan, kesadaran dan sikap serta perilaku yang
terbentuk. Berbagai teori ditawarkan dalam ranah akademis untuk menjelaskan
hubungan antara variabel tersebut.
Hasil survei sejenis pada tahun 2006 (KPK, 2006; INACON, 2006) menemukan
beberapa hal tambahan terkait pengetahuan masyarakat mengenai korupsi, yaitu: (1)
Kemungkinan terdapat perbedaan pemahaman yang diakibatkan adanya perbedaan
jenjang pendidikan dimana responden mahasiswa dan umum cenderung memiliki
pengetahuan yang lebih baik, lebih detail dan lebih konseptual dibandingkan
responden SMP dan SMA (hal ini kemudian dijadikan salah satu alasan munculnya
kriteria pendidikan minimal SMP pada penelitian ini); (2) terkait definisi korupsi
ditemukan bahwa masyarakat cenderung kesulitan mendefinisikan korupsi, definisi
cenderung terlalu sempit atau malah melebar; (3) Tentang aturan hukum,
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 18
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
masyarakat umumnya tahu bentuk hukum secara umum tapi tidak tahu aturan
perundangannya; dan (4) Seperti halnya pada penelitian ini, pada tahun 2006 pun
masyarakat cukup baik dan tahu mengenai kasus korupsi terbaru.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 19
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
Gambar 3.5 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Menurut anda, apakah Korupsi berdampak pada
hal-hal berikut ini?”. (%)
Ketika responden ditanyakan apakah mereka pernah merasakan dampak dari korupsi
dan apakah dampak tersebut terasa secara langsung atau tidak langsung, sebagian
besar responden (74,5%) menyatakan pernah merasakan dampak korupsi, nilai ini
turun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 81,9%. Dari yang merasakan
dampak korupsi sebanyak 46,98% mengatakan merasakan dampak langsung dari
korupsi dan sebagian lagi mengatakan bahwa dampak yang dirasakan bersifat tidak
langsung (52,01%). Pertanyaan ini penting untuk mengelaborasi strategi komunikasi
yang sesuai bagi KPK dalam mengkomunikasikan dan mengkampanyekan gerakan
melawan korupsi. Salah satu tantangan dalam kampanye dan komunikasi
pemahaman mengenai korupsi serta bahaya korupsi adalah bahwa korupsi
merupakan sebuah konsep abstrak yang seperti dikemukakan dari hasil survei
dampaknya bagi sebagian responden tidak dirasakan secara langsung. Tantangan
yang timbul dari hal ini menyangkut bagaimana membuat konsep tersebut relevan
dan kontekstual bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat memvisualkan abstraksi
konsep dan menghubungkan hal tersebut dengan dirinya sehingga dapat mendorong
terbentuknya sikap dan perilaku yang diharapkan oleh KPK. Komunikasi secara intens
mengenai jenis-jenis korupsi, dampak dan bahaya korupsi disamping upaya
penindakan terhadap tindak pidana korupsi yang konsisten diharapkan dapat
membantu masyarakat dalam memvisualkan abstraksi konsep korupsi.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 20
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100 0 20 40 60 80 100
Ya T idak Langs ung T idak T idak tahu
Langs ung
Gambar 3.6 Jawaban atas Pertanyaan “Apakah Gambar 3.7 Jawaban atas Pertanyaan
Anda merasakan dampak dari korupsi?”. (%) “Apakah dampak tersebut langsung atau tidak
langsung?” (%)
Jika dikaitkan dengan dengan daerah survei, maka terlihat bahwa secara umum
masyarakat masih banyak yang belum mengetahui dampak dari korupsi atau
masyarakat semakin permisif dengan korupsi dan dampak yang ditimbulkannya.
Berdasarkan hasil survei terlihat bahwa masyarakat di wilayah Kota Makassar, Bandung
dan Surabaya masih membutuhkan sosialisasi yang lebih intensif dan peran kedeputian
pencegahan untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang dampak korupsi dan
upaya-upaya pencegahan yang harus dilakukan. Gambaran lebih detail ditunjukkan pada
Gambar 3.8.
0 20 40 60 80 100
Ya Tidak
Gambar 3.8 Jawaban atas Pertanyaan “Apakah Anda merasakan dampak dari korupsi ?
berdasarkan daerah survei” (%)
Tiga sektor yang diusulkan responden menjadi prioritas pemberantasan tindak pidana
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 21
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Hasil survei ini memberikan arah bagi KPK untuk memfokuskan usaha pemberantasan
korupsi pada tiga bidang yang dipersepsikan penting dan kritis dalam upaya
pemberantasan korupsi. Fokus pada bidang ini dapat membantu KPK dalam
memenuhi ekspektasi masyarakat di satu sisi dan optimalisasi penggunaan
sumberdaya KPK di tengah keterbatasan sumber daya yang ada di sisi lain. Jika
dibandingkan dengan hasil SPM 2010 yang menempatkan sektor keuangan dan
perencanaan pembangunan nasional yang menjadi prioritas pertama maka hasil yang
didapatkan pada tahun ini menunjukkan adanya konsistensi harapan masyarakat agar
KPK menempatkan bidang keuangan dan pembangunan sebagai prioritas utama.
0 5 10 15 20 25
P ers entas e
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 22
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Definisi secara sederhana mengenai sikap adalah evaluasi terhadap konsep, produk
ataupun perilaku. Evaluasi yang terbentuk memiliki arah dan nilai berupa penilaian
baik atau buruk, tinggi atau rendah. Sikap yang dinilai pada penelitian ini adalah
sikap responden secara umum mengenai korupsi. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan bersifat tidak langsung di mana responden diminta untuk menilai sikap
mereka terhadap perilaku korupsi. Empat pertanyaan yang diajukan mencakup
apakah perbuatan-perbuatan berikut ini merupakan perbuatan yang buruk – baik
(skala satu (1) yang cenderung kearah buruk sampai dengan empat (4) yang berarti
cenderung baik) adalah: (1) Seseorang memberikan uang tambahan di luar
ketentuan resmi untuk pengurusan KTP/SIM/Paspor/dll wajar dilakukan sebagai
ucapan terima kasih, (2) Pegawai Negeri menggunakan mobil dinas di luar jam kerja
tanpa ijin yang sah, (3) Seseorang tidak keberatan memberikan sesuatu kepada
petugas layanan publik agar layanan lebih cepat, (4) Seseorang bersedia membayar
sejumlah uang asal diterima di sekolah favorit/diterima sebagai PNS. Nilai rerata yang
dihasilkan kemudian dikembangkan untuk meilhat arah dari sikap responden
terhadap korupsi. Konsensus/persetujuan yang tinggi mengenai korupsi sebagai
sesuatu yang buruk didapatkan pada perbuatan seseorang yang bersedia
memberikan uang agar dapat diterima sebagai PNS atau di sekolah yang berkualitas
(94.75%) dan terendah pada perbuatan gratifikasi berupa pemberian uang tambahan
diluar ketentuan resmi(75.45%). Detail mengenai hal tersebut dapat dilihat pada
Tabel III.5.
Tabel III.5 Apakah perilaku berikut ini merupakan suatu hal yang Baik atau Buruk?
Hasil ini seperti hasil yang didapatkan pada survei sejenis yang diadakan tahun 2006
menunjukkan sikap yang negatif terhadap korupsi. Pengembangannya adalah, SPM
2011 memberikan rata-rata penilaian yang dapat dijadikan dasar untuk menunjukkan
pengembangan arah sikap masyarakat terhadap korupsi yaitu apakah setiap
tahunnya secara agregat arah sikap tersebut semakin negatif atau sebaliknya di
tengah usaha KPK membentuk sikap dan perilaku anti korupsi. Bila dibandingkan
dengan hasil SPM di 2010 persentase sikap responden terhadap perilaku koruptif
tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Untuk mengukur perilaku korupsi, survei ini melihat kecenderungan perilaku yang
akan dilakukan oleh responden (konatif). Kecenderungan perilaku yang diukur adalah
perilaku positif (konstruktif) yang diharapkan dilakukan oleh responden jika
mengetahui korupsi yang terjadi di sekeliling mereka. Dalam hal ini adalah perilaku
melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya pada pihak berwenang. Rata-rata nilai
yang diperoleh adalah 2,52 (skala 1 (tidak melaporkan) – 4 (melaporkan)) yang
menunjukkan kecenderungan responden untuk melaporkan korupsi yang terjadi di
sekeliling mereka. Sebanyak 55,45% responden menyatakan akan melaporkan
sedangkan 29,15% menyatakan tidak akan melapor serta 15,4% menyatakan tidak
tahu apa yang harus dilakukan. Nilai ini menurun cukup signifikan dibanding tahun
sebelumnya. Pada tahun 2010, sebanyak 69,5% responden menyatakan akan
melaporkan, 25,5% tidak melaporkan dan 4,5% menyatakan tidak tahu. Survei yang
sama yang dilakukan dengan metode berbeda pada tahun 2006 (Inacon, 2006)
menemukan bahwa adanya kecenderungan perilaku masyarakat untuk takut melapor,
memilih tindakan anti korupsi yang sesuai dengan keadaan diri dan memilih tindakan
kolektif yang belum tentu bersifat konstruktif (demo dan lainnya).
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 24
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
M elapor T idak M elapor T idak tahu
Gambar 3.10. Jawaban Responden atas Pertanyaan “Apa yang anda lakukan jika melihat kasus
korupsi di sekeliling Anda?”. (%)
0 20 40 60 80 100
Gambar 3.11. Jawaban Responden atas Pertanyaan “Apa yang anda lakukan jika melihat kasus
korupsi di sekeliling Anda? Berdasarkan Pekerjaan” (%)
Satu hal yang bisa ditarik dari hal ini adalah bahwa keputusan untuk melapor
nampaknya bukanlah sebuah keputusan yang mudah bagi masyarakat terutama bagi
3 profesi yang disebutkan di atas. Bila ditelaah, orang yang berprofesi terutama di 2
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 25
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Jika respon melapor merupakan salah satu respon perilaku yang diharapkan maka
penting bagi KPK untuk mendorong terjadinya perilaku ini. Mengurangi resiko dan
biaya yang timbul apakah itu dengan mendorong implementasi program dan
instrumen kebijakan perlindungan saksi, memudahkan akses pelaporan, dan
sosialisasi terintegrasi merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
probabilitas kejadian melapor.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 26
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
Berus aha mem- M elaporkan kondis i M embiarkan kondis i Lainnya
perc epat layanan ini pada pihak yang ters ebut, dengan
dengan membayar berwenang res iko waktu lebih
lebih lama
Gambar 3.12. Jawaban Responden atas Pertanyaa “Apa yang anda lakukan jika menghadapi
layanan yang lama dan berbelit, padahal persyaratan sudah lengkap sesuai aturan ?”. (%)
Berdasarkan data dan informasi di atas, secara umum persepsi masyarakat tentang
korupsi terkait kesadaran, pengetahuan, sikap dan perilaku mengalami penurunan
dibanding tahun-tahun sebelumnya. Masih diperlukan upaya yang lebih keras dan
sistematis untuk memberikan pemahaman tentang korupsi yang komprehensif
kepada seluruh lapisan masyarakat.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 28
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
BAB IV
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KPK
Persepsi masyarakat terhadap KPK diukur dalam empat bagian mencakup: (1)
kesadaran terhadap KPK, (2) Pengetahuan terhadap tugas KPK, (3) Sikap terhadap
KPK termasuk di dalamnya Penilaian terhadap kinerja KPK, dan (4) kecenderungan
perilaku terhadap KPK. Skala pengukuran yang digunakan meilbatkan skala interval
dan nominal. Skala interval memiliki range 1-4 dengan nilai 0 untuk menangkap
respon dari responden yang tidak tahu atau tidak menjawab. Pengukuran berkala
mengenai persepsi masyarakat terhadap KPK penting untuk mengetahui seberapa
jauh masyarakat berada dibelakang dan mendukung KPK serta berpartisipasi dalam
gerakan anti korupsi. Dukungan yang tinggi mengisyaratkan sesuatu yang positif dan
dukungan moral bagi KPK untuk melaksanakan program-program pemberantasan
korupsi. Sebaliknya Persepsi negatif memberikan alarm bahwa kemungkinan
terdapat sesuatu yang salah atau dipersepsikan salah oleh masyarakat mengenai
KPK.
Secara umum kesadaran masyarakat mengenai institusi KPK cukup tinggi sehingga
dapat dijadikan modal awal yang positif bagi KPK untuk mendorong responden masuk
kedalam tahapan berikutnya dalam program-program KPK yang melibatkan mereka.
Dalam konsekuensi model tahapan komunikasi Awareness Interest Desire Action
(AIDA) maka tahapan berikutnya yang dapat ditempuh adalah berusaha
menimbulkan ketertarikan dan Keinginan/preferensi terhadap KPK hingga dapat
menggerakkan perilaku masyarakat.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 29
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
T elevis i 97.85
I nternet 26.2
Radio 24.55
Lainnya 2.15
0 20 40 60 80 100
P ers entas e
Gambar 4.1. Jawaban Responden atas Pertanyaan “Dari mana anda mengetahui tentang
KPK?”. (%)
Jika ditinjau dari sumber informasi utama yang digunakan oleh responden terkait
informasi untuk mengetahui perihal KPK maka dapat dikatakan bahwa sumber utama
berasal dari TV 97,85%, Surat kabar 62,85%, Internet 26,2%, Radio 24,55%, Poster/
Spanduk/ Booklet/Stiker 14,95%, Sosialisasi/Kampanye 11,65%, lainnya 2,15%
(Gambar 4.1).
Hasil survei mengenai sumber informasi di atas selain menunjukkan media habit dari
responden juga menunjukkan bahwa selama ini KPK, dengan sengaja atau tanpa
sengaja mengandalkan publikasi sebagai bauran komunikasi utama dalam mencapai
masyarakat/publik. Cara ini memiliki kelebihan dalam hal efisiensi sumber daya yang
digunakan dan cakupan luas area yang terlingkupi dan dampak yang diberikan.
Hanya saja hal ini memiliki dampak meminimalkan fungsi pengendalian (kontrol)
usaha komunikasi KPK. Sebagai contoh, pemberitaan terhadap upaya-upaya KPK
yang tidak memiliki nilai jual tinggi dalam hal berita tidak dapat disampaikan secara
optimal ataupun hasil dari pemberitaan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang isinya
bukan keluaran KPK dapat tidak sesuai dengan tujuan komunikasi yang diharapkan.
Dengan kata lain kontrol terhadap pesan yang disampaikan maupun dampak yang
dapat ditimbulkan mungkin tidak sepenuhnya berada ditangan KPK. Untuk itu
diperlukan upaya tambahan untuk mengimbangi agar komunikasi yang dilakukan
dapat lebih optimal dalam membantu mencapai tujuan KPK. Pengembangan
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 30
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
berkelanjutan dari strategi komunikasi, seperti prioritas target, cakupan wilayah, isi
pesan yang harus disampaikan baik mengenai korupsi maupun KPK serta bauran
komunikasi yang digunakan merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan
oleh KPK.
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.2. Jawaban atas Pertanyaan “Bagaimana penilaian anda terhadap kinerja KPK
mengenai pelaksanaan tugas-tugas dibawah ini”.(%)
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 31
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Dari tujuh item tugas KPK yang ditanyakan, tingkat pengetahuan dari responden
terhadap tugas KPK bervariasi. Umumnya responden memiliki pengetahuan yang
tinggi mengenai tugas-tugas KPK seperti:
Beberapa tugas masih membutuhkan usaha lebih jauh dari KPK untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat ketingkat yang lebih tinggi seperti tugas:
Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada tahun 2010 maka jumlah
proporsi responden yang mengetahui tugas KPK pada tahun 2011 secara keseluruhan
mengalami penurunan. Terdapat 4 tugas KPK yang secara signifikan mengalami
penurunan informasi dalam pandangan masyarakat yaitu: melakukan sosialisasi dan
pendidikan antikorupsi, mendaftar dan memeriksa LHKPN, mengkaji sistem
administrasi serta menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi. Hal ini
tentunya merupakan sesuatu yang perlu diwaspadai dan menjadi acuan bagi KPK
dalam rencana program sosialisasi yang dilakukan oleh KPK pada tahun berikutnya.
Kondisi ini sekaligus memberikan nilai kepada KPK sebagai organisasi apakah
program sosialisasi yang dilakukan selama ini terutama terkait tugas pokok KPK
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 32
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
sudah tersampaikan ke masyarakat dengan baik ataukah belum (lihat Tabel IV.1).
Melakukan Penyelidikan,
1 Penyidikan, dan - - 92.7 87.05
Penuntutan Kasus TPK
Menerima Pengaduan
2 72.89 86.87 80.1 78.00
Dugaan TPK
Sumber : Laporan SPM 2008, 2009, 2010 dan Data diolah 2011
Dalam Survei Persepsi Masyarakat 2011, penilaian kinerja KPK oleh masyarakat
ditunjukkan oleh penilaian responden terhadap pelaksanaan tugas KPK, tingkat
kepuasan responden terhadap upaya-upaya yang sudah dilakukan oleh KPK serta
dampak keberadaan KPK yang dirasakan oleh masyarakat.
Penilaian responden terhadap kinerja KPK diukur dengan menggunakan skala interval 1
sampai dengan 4. Mendekati skala 1 menunjukkan kecenderungan buruk dan
mendekati skala 4 menunjukkan kecenderungan baik. Pada penelitian ini, responden
yang berhak menilai adalah responden yang mengetahui mengenai tugas-tugas KPK
pada bidang yang relevan dengan yang dinilai. Hasil penilaian responden
menunjukkan bahwa penilaian tertinggi didapatkan pada kinerja KPK dalam hal
melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan kasus tindak pidana korupsi
(TPK) yang mendapatkan nilai 2,92, diikuti oleh pelaksanaan melakukan sosialisasi
dan menyelenggarakan pendidikan anti korupsi (2,91), tugas mendaftar dan
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 33
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Analisis lebih jauh dilakukan untuk melihat proporsi perbandingan dari responden
yang mengatakan kinerja KPK pada pelaksanaan tugas tersebut sudah baik dan buruk
dilakukan dengan mengubah skala interval ke dalam skala nominal. Hasil analisis
menunjukkan bahwa tiga (3) terbesar proporsi terbanyak responden yang
memberikan penilaian belum optimalnya kinerja KPK pada pelaksanaan tugas
mengkaji sisem administrasi lembaga pemerintah/negara dalam rangka perbaikan
kualitas pelayanan publik (39,49%), menerima laporan gratifikasi (hadiah) dan
menetapkan statusnya menjadi milik negara atau bukan milik negara (37,81%), dan
melakukan koordinasi, supervisi, dan monitor kasus tindak pidana korupsi (35,08%).
Selengkapnya mengenai hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.3.
M enerima laporan gratifikas i dan menetapkan s tatus nya 54.47 37.81 7.72
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.3 Jawaban atas Pertanyaan “Bagaimana penilaian anda terhadap kinerja KPK
mengenai pelaksanaan tugas-tugas berikut?”. (%)
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 34
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
4.3.2 Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Upaya yang Dilakukan oleh KPK
Berikut adalah penilaian (kepuasan) masyarakat terhadap upaya yang telah dilakukan
oleh KPK terkait tugas KPK yang dilakukan selama ini.
0 20 40 60 80 100
C ukup T idak C ukup T idak tahu
Gambar 4.4 Jawaban Responden atas Pertanyaa “Apakah KPK telah melakukan upaya yang cukup
untuk pencegahan Tindak Pidana Korupsi?”. (%)
Data pembanding yang digunakan (Survei SPM, 2010) menunjukkan bahwa jumlah
dari responden yang menunjukkan ketidakpuasan (46,3%) cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan mereka yang puas (52,5%). Data memperlihatkan bahwa
dibandingkan data tahun 2010 telah terjadi penurunan kepuasan responden sebesar
16,65% terhadap kinerja pencegahan KPK pada tahun 2011. Hasil ini merupakan
masukan yang harus dijawab dengan peningkatan kinerja pada bagian terkait.
Persepsi ketidakcukupan upaya yang dilakukan dapat berupa cakupan, intensitas atau
variasi upaya yang dilakukan. Diperlukan elaborasi lebih jauh untuk mendapatkan
jawaban mengenai hal ini. Evaluasi internal dan identifikasi terhadap upaya-upaya
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 35
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
yang sudah dilakukan sejauh ini dapat menjadi langkah awal yang baik.
Pemahaman yang baik mengenai korupsi dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
korupsi merupakan modal dasar bagi masyarakat untuk melakukan gerakan
pemberantasan korupsi. Pengetahuan yang cukup dapat membantu membentuk sikap
dan perilaku yang dibutuhkan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat. Untuk
itu penting mengukur mengenai kinerja KPK di bidang ini sebagai refleksi untuk
melihat hubungan antara tingkat upaya yang dilakukan dengan ekspektasi yang
diharapkan masyarakat terkait upaya tersebut. Gambar 4.5 memberikan ilustrasi
mengenai penilaian kepuasan terhadap upaya sosialisasi KPK.
0 20 40 60 80 100
C ukup T idak C ukup T idak tahu
Gambar 4.5 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Apakah KPK sudah cukup memberikan
pengetahuan umum/sosialisasi mengenai korupsi dan kegiatan anti korupsi?”. (%)
Nilai rerata 1,92 menunjukkan arah pendapat responden yang memandang bahwa
upaya yang telah dilakukan belumlah cukup untuk menjawab ekspektasi masyarakat.
Penjabaran lebih lanjut menginformasikan sebanyak 60,85% responden mengatakan
belum cukup dan 31,15% mengatakan cukup. Bila dibandingkan dengan hasil SPM
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 36
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
tahun 2010, terjadi penurunan penilaian dengan rincian sebagai berikut : sebanyak
58,7% responden menyatakan belum cukup dan 39% menyatakan cukup (lihat
Gambar 4.5).
Meski sebagian besar responden mengetahui bahwa tugas ini merupakan salah satu
tugas yang diemban KPK (78%) dan memberikan penilaian baik (63,57% responden),
namun ketika ditanyakan apakah upaya membuka akses pengaduan dari masyarakat
upaya yang dilakukan sudah memadai, 55,7% mengatakan belumlah cukup dan sisanya
29,85% mengatakan cukup. Berdasarkan data tahun 2010, diketahui bahwa terjadi
penurunan penilaian responden terhadap kecukupan akses pengaduan KPK. Hal ini
menunjukkan bahwa meski responden memberikan apresiasi pada upaya yang telah
dilakukan, namun upaya ini belumlah cukup dalam memenuhi ekspektasi mereka
terhadap akses pengaduan. Untuk itu peningkatan dapat dilakukan tidak hanya pada
alternatif akses dan saluran distribusi tetapi juga pada upaya komunikasinya.
Gambar 4.6 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Apakah KPK sudah memadai membuka akses
0 20 40 60 80 100
C ukup T idak C ukup T idak tahu
Penilaian responden pada kecukupan upaya penindakan KPK mendapatkan nilai rerata
2,09. Hasil penilaian memperlihatkan bahwa masih terdapat 59,3% responden yang
mengatakan upaya yang dilakukan belumlah cukup dalam memenuhi ekspektasi
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 37
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
C ukup T idak C ukup T idak tahu
Gambar 4.7 Jawaban atas Pertanyaan “Apakah KPK telah melakukan upaya yang cukup dalam
penindakan Korupsi”. (%)
Berdasarkan hasil penilaian pada tahun 2010, diketahui bahwa pada tahun 2011
terdapat penurunan penilaian terhadap kinerja KPK sebesar 19,6 % dibandingkan
2010 dalam upaya penyelidikan, penyidikan maupun upaya penuntutan KPK (lihat
Tabel IV.3).
Sumber: Data diolah 2011 dan SPM tahun 2010 (n=2500, SE-3)
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 38
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
P uas T idak P uas T idak tahu
Gambar 4.8 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Apakah anda puas dengan kinerja KPK selama
ini?”. (%)
Bila dibandingkan dengan data tahun 2010 terdapat penurunan kepuasan kinerja
sebesar 21,7%. Pada tahun 2010 sebanyak 49,4% menyatakan puas terhadap kinerja
KPK.
Sebagai bahan perbandingan hasil survei yang dilakukan oleh Harian KOMPAS,
periode April 2005 sampai dengan November 2011 ditampilkan. Terlihat bahwa
tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja KPK mengalami fluktuasi namun
dengan kecenderungan menurun, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.9. Secara
umum tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil survei yang dilaksanakan KPK
dan Harian Kompas di Tahun 2011.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 39
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
November 2011 32 67 1
'Januari 2011 44 51 5
'Agustus 2010 40 57 3
'Juni 2010 44 55 2
November 2009 57 40 3
September 2009 52 46 2
'Februari 2009 61 35 4
'Juni 2008 44 49 7
'Maret 2008 27 67 6
'Desember 2007 36 60 4
'Agustus 2007 32 66 3
'Desember 2006 41 55 4
'Juni 2005 46 45 10
April 2005 33 61 6
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.9 Kepuasan Terhadap Kinerja KPK (versi harian Kompas, November 2011)
Hasil penilaian ini, walaupun cukup mengecewakan namun memberikan masukan dan
kesempatan yang baik bagi KPK untuk merefleksikan upaya-upaya yang dilakukan
sejauh ini. Tindakan evaluasi menyeluruh dan pemahaman lebih dalam mengenai
harapan masyarakat atas upaya yang seharusnya, diharapkan dapat mengidentifikasi
arah tindakan perbaikan kedepan. Satu hal yang pasti, harapan dan tuntutan
masyarakat terhadap KPK cukup tinggi dan hal ini mesti disikapi sebagai suatu
amanat dan dijawab dengan kinerja tinggi.
Pada akhirnya, pengukuran keberhasilan dan tercapainya hasil dari suatu kegiatan/upaya
anti korupsi yang dilakukan oleh KPK tidaklah hanya diukur melalui output yang
dihasilkan tetapi dari dampak yang diberikan dari upaya-upaya yang dilakukan tersebut.
Sebuah pertanyaan yang menarik disampaikan mengenai apakah usaha-usaha yang
sudah dilakukan oleh KPK memberikan dampak yang berarti bagi masyarakat. Beberapa
pernyataan mengenai dampak ini dikembangkan dari penelitian SPM sebelumnya (2008
dan 2009).
Dampak keberadaan KPK bagi responden dirasakan paling besar pada semakin
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 40
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
banyaknya orang tahu dan anti terhadap korupsi (3,07), banyaknya koruptor yang
ditangkap dan diadili (2,91), meningkatnya partisipasi masyarakat dalam memberantas
korupsi (2,7), semakin banyaknya keuangan negara yang terselamatkan (2,51). Dampak
lain seperti layanan publik semakin baik, penyelenggara negara semakin takut
melakukan korupsi, pemberian dan penerimaan gratifikasi dan suap oleh/ke pejabat
negara semakin berkurang mendapatkan nilai yang moderat. Artinya meski sebagian
responden menyatakan berdampak namun terdapat bagian responden lain yang
berpendapat sebaliknya. Hasil lebih komprehensif terkait persentase dapat dilihat pada
Tabel IV.5 di bawah.
Tabel IV.5 Jawaban Responden Atas Pertanyaan “Apakah anda merasakan bahwa keberadaan KPK
berdampak pada hal berikut?”. (%)
Tidak
No Dampak Keberadaan KPK Berdampak Tidak tahu
Berdampak
Semakin banyak orang tahu
1 71.35 26.00 2.65
dan anti terhadap korupsi
Penyelenggara negara
4 semakin takut melakukan 41.55 54.00 4.45
korupsi
Banyak koruptor yang
5 65.05 32.00 2.95
ditangkap dan diadili
Pemberian dan Penerimaan
gratifikasi (hadiah) dan suap
6 45.55 44.30 10.15
kepada/oleh pejabat negara
berkurang
Semakin banyak keuangan
7 52.35 41.05 6.60
negara yang terselamatkan
Meningkatnya partisipasi
8 masyarakat dalam 58.45 36.15 5.40
memberantas korupsi
Jika membandingkan data yang dihasilkan oleh SPM 2008, 2009 dan 2010 mengenai
dampak keberadaan KPK seperti yang terlihat pada Tabel IV.6 terlihat bahwa terjadi
penurunan dampak keberadaan KPK menurut responden dibandingkan tahun 2010
untuk semua indikator yang terdapat pada pertanyaan. Penurunan tersebut
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 41
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
seharusnya menjadikan perhatian yang serius bagi KPK, terutama dalam menetapkan
program kegiatan pada tahun – tahun berikutnya
2 Banyak koruptor yang ditangkap dan diadili 60.25 93.36 78.70 65.05
Beberapa persoalan yang ditanyakan terkait sikap responden dalam menilai KPK,
yaitu: (1) tingkat kepercayaan masyarakat kepada KPK, (2) Kebutuhan akan
keberadaan KPK, (3) independensi KPK, (4) penggunaan kewenangan KPK, dan (5)
integritas pimpinan dan personel KPK.
Hasil survei terkait sikap masyarakat terhadap KPK menunjukkan bahwa 47,1% dari
keseluruhan responden masih percaya bahwa KPK dapat bertugas memberantas
korupsi di Indonesia. Untuk yang menyatakan tidak percaya mencapai 46,9% bahwa
KPK dapat bertugas memberantas korupsi, sedangkan ada 6% responden yang
menyatakan tidak tahu (Gambar 4.10). Nilai rerata yang didapatkan dalam penilaian
ini adalah 2,36 yang menunjukkan hal yang sama yaitu bahwa sebagian besar
masyarakat masih mempercayai KPK dapat memberantas korupsi.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 42
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.10. Jawaban atas Pertanyaan “Apakah anda percaya KPK dapat bertugas
memberantas korupsi di Indonesia?”. (%)
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap KPK merupakan salah satu indikator yang
digunakan dalam mengukur kinerja KPK berdasarkan perspektif pemangku
kepentingan yang terdapat di dalam perencanaan strategis KPK 2008-2011.
Pencapaian penilaian target tahun ini diharapkan meningkat 10% dibandingkan tahun
dasar (dikarenakan penilian ini baru terdapat pada SPM tahun 2008 maka tahun dasar
adalah tahun 2008 dan bukan 2007 seperti yang disyaratkan dalam perencanaan
strategis KPK).
Tabel IV.7 Target Pencapaian Tingkat Kepercayaan Publik KPK 2008-2011 (%)
Rata-rata peningkatan
indeks dari angka dasar
Kepercayaan Publik
tahun 2007 yang akan 10% 10% 10% 10%
terhadap KPK
diperoleh melalui survei
persepsi
Data menunjukkan bahwa pada tiga tahun terakhir, tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap kemampuan KPK dalam melakukan tugasnya mengalami pasang surut. Jika
pada tahun 2008, sebanyak 69% responden percaya pada kemampuan KPK, maka
tahun 2009 terjadi peningkatan yang cukup baik menjadi 86%, tetapi kemudian
menurun lagi ke 69% tahun 2010, bahkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
KPK tahun 2011 turun lagi menjadi 47% bila dibandingkan dengan hasil penilaian
pada tahun 2008 (lihat Tabel IV.8).
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 43
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Tabel IV.8 Perbandingan Tingkat Kepercayaan Terhadap Kemampuan KPK 2008-2011 (%)
Jika dilakukan perbandingan antara target dan hasil aktual yang didapatkan pada
tahun 2008 hingga tahun 2011 seperti yang terlihat pada Tabel IV.9, nampak bahwa
upaya yang telah dilakukan sejauh ini belum dapat mencapai target seperti yang
diharapkan, bahkan hasil yang diperoleh mengalami penurunan dibandingkan apa
yang dicapai pada tahun 2010. Jika pada tahun 2010 pencapaian di bawah target yang
telah ditetapkan sebanyak 15% maka pada tahun 2011 terdapat gap penurunan
sebesar 52% dari target yang diharapkan. Jika pada tahun 2010 sebanyak 69% masih
percaya bahwa KPK dapat memberantas korupsi maka pada tahun 2011 tingkat
kepercayaan tersebut turun menjadi 47%.
1 Target 69 75 83 91
2 Pencapaian 69 86 69 47,10
Hasil ini sekali lagi membuat KPK harus mengevaluasi kembali sejauh mana upaya-
upaya yang dilakukan pada tahun ini untuk mencari jawaban penurunan tingkat
kepercayaan tersebut. Identifikasi masalah, apakah dominasi faktor eksternal atau
internal yang menjadi penyebab dapat membantu KPK menentukan arah perbaikan ke
depan.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 44
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.11 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Menurut anda apakah keberadaan KPK tetap
dibutuhkan dalam rangka menghadapi Korupsi di Indonesia?”. (%)
Perbandingan terhadap data tahun 2010 dan 2011 menunjukkan ada penurunan
sebesar 8,4% kebutuhan masyarakat terhadap KPK dibandingkan data tahun 2010.
Namun responden masih menganggap KPK dibutuhkan dalam memberantas Korupsi di
Indonesia terlepas dari ketidakpuasan mereka terhadap kinerja saat ini (lihat Tabel
IV.10).
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 45
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Tidak semua responden sependapat bahwa KPK bebas dari pengaruh siapapun
(independen) dalam menangani kasus korupsi. Terdapat 52,3% responden yang
memiliki persepsi bahwa KPK tidak independen, dan terdapat 32,1% responden
berpendapat KPK independen dalam menangani kasus, sedangkan sisanya sebesar
15,6% menyatakan tidak tahu (Gambar 4.12). Nilai rata-rata yang didapatkan adalah
1,91 (dari interval 1=tidak independen sampai 4=independen), merupakan nilai yang
mencerminkan bahwa responden berpendapat KPK dalam melaksanakan tugasnya tidak
independen terhadap pengaruh dari luar.
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.12 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Menurut anda, apakah KPK bebas dari
pengaruh siapapun juga (independen) dalam menangani kasus korupsi?”.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 46
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Pro dan kontra mengenai kewenangan KPK sempat mengemuka beberapa waktu yang
lalu di masyarakat. Hal tersebut menimbulkan urgensi akan pemahaman masyarakat
terhadap kewenangan dan seberapa jauh masyarakat mempersepsikan penggunanan
kewenangan KPK. Pemahaman mengenai hal ini dapat berfungsi sebagai deteksi dan
peringatan dini bagi KPK, terutama dalam memberikan pemahaman yang benar
kepada masyarakat terkait kewenangan yang dimiliki KPK. Sejauh ini terdapat 49,5%
responden masih beranggapan bahwa KPK belum melampaui kewenangannya,
sementara 26,3% berpandangan sebaliknya sedangkan sisanya sebesar 24,2%
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.13 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Menurut anda, apakah dalam pelaksanaan
tugasnya saat ini, KPK sudah melampaui kewenangannya?”.(%)
Pemantauan secara berkala pada nilai rata-rata yang diperoleh pada persoalan ini
dapat membantu KPK melihat pergeseran persepsi dari masyarakat terhadap
penggunaan kewenangan KPK sehingga langkah antisipasi dan perbaikan yang
diperlukan dapat dilakukan.
Integritas personel KPK mendapatkan nilai rata-rata 1,92 (dari nilai 1=tidak
berintegritas, sampai 4=berintegritas), dimana 37,4 % berpendapat bahwa personel
KPK berintegritas dan 39,85% beranggapan tidak berintegritas. Masih ada 22,75 %
masyarakat yang menjawab tidak tahu integritas personel KPK (Gambar 4.14)
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 47
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.14. Jawaban Responden atas Pertanyaan “Menurut anda,bagaimana integritas personel
(pimpinan, penasehat dan pegawai) KPK”. (%)
Jika dibandingkan dengan perolehan tahun 2009 dan 2010 maka nilai yang didapatkan
pada tahun 2011 jauh menurun dan menimbulkan pertanyaan mengenai mengapa hal
ini dapat terjadi. Jika pada tahun 2009, sebanyak 90,54% responden beranggapan
bahwa personel KPK berintegritas, maka pada tahun 2011 hanya 37,4% yang
berpandangan seperti itu (lihat Tabel IV.11).
Tabel IV.11 Perbandingan Hasil SPM 2011 dan 2009 Mengenai Integritas Personel KPK (%)
Elaborasi lebih jauh mengenai hal ini diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap
penyebab kejadian. Apakah hal tersebut terjadi dikarenakan kasus-kasus yang terjadi
pada personel KPK atau mantan personel ataukah karena banyaknya kejadian
mengenai oknum yang mengaku KPK baik di Jakarta atau di daerah? Atau kombinasi
keduanya? Atau disebabkan faktor lain sehingga menciptakan citra tersebut.
Identifikasi masalah yang baik dapat menghantarkan pada penggunaan pendekatan
yang tepat oleh KPK untuk menjawab permasalahan sehingga upaya yang dilakukan
nanti lebih dari hanya sekedar masalah pencitraan.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 48
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.15 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Dalam 1 tahun kedepan, apabila anda
mendapatkan promosi jabatan, Apakah anda akan melaporkan harta kekayaan anda dan
perubahannya ke KPK sesuai yang disyaratkan?”. (%)
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 49
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Kecenderungan perilaku ini merupakan sesuatu yang positif bagi KPK dan harus
ditindaklanjuti dengan upaya-upaya untuk mengurangi disparitas antara
kecenderungan perilaku dengan perilaku sebenarnya (apakah mereka melakukan hal
tersebut pada saatnya) melalui upaya-upaya yang memudahkan mereka untuk
melapor (akses, metode dll). Sebaiknya sosialisasi yang ditujukan tidak hanya bersifat
awareness, tetapi reminder dan persuasi serta penciptaan budaya melapor sebagai
bagian dari budaya organisasi dalam institusi pemerintahan.
Untuk menciptakan program yang lebih terarah, analisa bisa dilakukan dengan basis
wilayah. Hasil tabulasi silang antara wilayah dengan kecenderungan PNS nya
melaporkan LHKPN menunjukkan bahwa wilayah-wilayah Palembang, Makassar dan
Medan merupakan wilayah yang perlu mendapat sosialisasi lebih intensif. Hal tersebut
dikarenakan pada wilayah-wilayah tersebut masih ada keengganan melaporkan LHKPN
bagi pegawai negerinya. Gambaran lebih detail ditunjukkan oleh Tabel IV.12.
Tabel IV.12 Kecenderungan Melaporkan LHKPN bagi Pegawai Negeri berdasarkan Wilayah (%)
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 50
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Seperti halnya pada kecenderungan perilaku pegawai negeri dalam melaporkan harta
kekayaan, responden umumnya memiliki kecenderungan perilaku yang positif
terhadap keinginan untuk melaporkan gratifikasi. Nilai rata-rata mencapai 2,91, yang
menunjukkan kecenderungan pegawai negeri akan melaporkan gratifikasi yang
diterimanya. Data tersebut didukung oleh informasi bahwa 70,74% responden
menyatakan akan melaporkan gratifikasi yang diterimanya apabila dirinya menerima
gratifikasi. (Gambar 4.16).
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.16 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Dalam jangka 6 bulan kedepan, apabila anda
menerima gratifikasi, Apakah Anda akan melaporkan setiap gratifikasi yang anda terima
sehubungan dengan status anda sebagai PN/PNS kepada KPK?”. (%)
Kecenderungan perilaku ini merupakan sesuatu yang positif bagi KPK dan harus
ditindaklanjuti dengan upaya-upaya untuk mengurangi disparitas antara
kecenderungan perilaku dengan perilaku sebenarnya (apakah mereka melakukan hal
tersebut pada saatnya) melalui upaya-upaya yang memudahkan mereka untuk
melapor (akses, metode dll). Seperti halnya pada LHKPN, sosialisasi yang ditujukan
sebaiknya tidak hanya bersifat awareness, tetapi reminder dan persuasi serta
penciptaan budaya melapor sebagai bagian dari budaya organisasi dalam institusi
pemerintahan. Upaya khusus seperti penjelasan mengenai gratifikasi secara lebih rinci
mengenai definisi, jenis dan batasan dapat membantu masyarakat untuk lebih
memahami dan menerima aturan mengenai gratifikasi. Hasil survei mengenai
gratifikasi yang menunjukkan masih terdapat bagian masyarakat yang belum
memahami dan menganggap perbuatan melaporkan gratifikasi merupakan hal yang
seharusnya dilakukan merupakan tantangan sendiri yang harus dihadapi oleh KPK.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 51
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Seperti halnya pada LHKPN, untuk menciptakan program yang lebih terarah, analisa
bisa dilakukan dengan basis wilayah. Hasil tabulasi silang antara wilayah dengan
kecenderungan PNS nya melaporkan gratifikasi menunjukkan bahwa wilayah-wilayah
Palembang, Lampung, Semarang, Makassar, Medan, dan Surabaya merupakan wilayah
yang harus mendapat sosialisasi lebih intensif. Hal tersebut dikarenakan di wilayah-
wilayah tersebut masih terdapat Pegawai Negeri dalam jumlah yang cukup siginifikan
untuk melaporkan gratifikasi yang mereka terima. Gambaran lebih detail ditunjukkan
oleh Tabel IV.13 berikut.
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.17 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Jika anda mengetahui situasi korupsi disekitar
lingkungan Anda dan kasus tersebut sesuai dengan kriteria penanganan kasus oleh KPK, Apakah
anda akan melaporkan hal tersebut kepada KPK”. (%)
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 53
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
Tabel IV.14 Kecenderungan Melaporkan Dugaan Tindak Pidana Korupsi berdasarkan Wilayah (%)
Untuk mendapatkan sasaran yang lebih tepat, informasi yang mengkaitkan wilayah
dengan kecenderungan masyarakat melaporkan dugaan korupsi kepada KPK tentu
saja sangat membantu KPK dalam menjalankan program sosialisasinya. Data tabulasi
silang menunjukkan bahwa diperlukan upaya-upaya yang lebih keras untuk seluruh
wilayah yang menjadi lokasi survei seperti ditunjukkan oleh Tabel IV.14.
0 20 40 60 80 100
Ya T idak
Gambar 4.18 Jawaban Responden atas Pertanyaan “Apakah anda bersedia memberikan
data/informasi jika KPK membutuhkan data/informasi tersebut”. (%)
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 55
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil Survei Persepsi Masyarakat (SPM) 2011 maka simpulan yang dapat
diambil adalah:
1. Secara umum telah terjadi penurunan tingkat kesadaran, sikap, dan perilaku anti
korupsi di kalangan masyarakat dibanding tahun sebelumnya, hal ini terlihat dari
jawaban masyarakat yang mengetahui kelaziman korupsi di Indonesia pada tahun
2010 mencapai 94,1%, namun pada tahun 2011 angka tersebut turun mencapai
92,1%. Hal ini berarti tingkat kepedulian masyarakat terhadap pemberantasan
korupsi di Indonesia mengalami penurunan.
4. Masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup terkait tugas KPK terutama dalam
melaksanakan kegiatan sebagai berikut: (1) Melakukan penyelidikan, penyidikan
dan penuntutan kasus tindak pidana korupsi (87,05%), (2) Menerima pengaduan
dugaan tindak pidana korupsi dari masyarakat (78%), (3) Melakukan sosialisasi dan
menyelenggarakan pendidikan anti korupsi (74,45%), (4) Mendaftar dan
memeriksa Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) (72,95%).
5. Di lain pihak masyarakat memiliki pengetahuan yang rendah terkait tugas KPK
terutama dalam melaksanakan kegiatan sebagai berikut: (1) Menerima laporan
gratifikasi (hadiah) dan menetapkan statusnya menjadi milik negara atau bukan
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 56
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
6. Tingkat kepuasan akan kinerja KPK secara umum mengalami penurunan yang
cukup signifikan yaitu hanya mencapai 27,7% dibandingkan pada tahun 2010 yang
mencapai 49,4%, hasil ini juga tidak jauh berbeda dengan hasil yang dilaksanakan
Harian Kompas Periode November 2011 yang menyatakan bahwa tingkat kepuasan
masyarakat hanya mencapai 32%. Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat
sebagian besar tidak puas atas upaya-upaya pencegahan dan penindakan korupsi
yang dilakukan KPK selama tahun 2011
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan survei ini, maka saran yang disampaikan Direktorat Penelitian
dan Pengembangan kepada Pimpinan KPK dan jajaran secara keseluruhan adalah:
4. Sebanyak 74,73% masyarakat pada tahun 2011 memiliki pemahaman yang baik
dalam pengetahuan dan bahaya korupsi. Hasil perhitungan nilai tahun 2011 adalah
74,73% untuk nilai pemahaman pengetahuan dan bahaya korupsi. Jika target
kenaikan adalah 20% dari target tahun dasar (karena angka indeks mengalami
revisi, tahun dasar yang digunakan menjadi 2011) maka pada tahun 2011 target
pencapaian nilai menjadi 90.8%. Pencapaian target ini merupakan tantangan yang
tidak kecil di tengah keterbatasan waktu dan sumber daya yang ada. Terdapat dua
alternatif langkah yang dapat ditempuh oleh KPK, yang pertama adalah membuat
target yang ada menjadi lebih realistis atau yang kedua menyesuaikan strategi dan
alokasi sumber daya yang dibutuhkan jika ingin tetap mencapai target tadi.
5. Beberapa tugas masih membutuhkan usaha lebih jauh dari KPK untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi melalui sosialisasi, seperti
tugas: (1) Menerima laporan gratifikasi (hadiah) dan menetapkan statusnya menjadi
milik negara atau bukan milik negara; (2) mengkaji sistem administrasi lembaga
pemerintah/negara dalam rangka perbaikan kualitas pelayanan publik; dan (3)
Melakukan Koordinasi dan Supervisi dengan/terhadap lembaga penegak
hukum/penyelenggara negara lainnya.
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 58
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 59
Laporan Survei Persepsi Masyarakat Tentang Korupsi dan KPK 2011
____________________________________________________________________________________________________
Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK, 2011 60